• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA (STORYTELLING).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA (STORYTELLING)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA

(STORY TELLING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur

Jl. Patrol II No 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Oleh:

YULI YULIANTI

NIM. 1007595

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA

(STORY TELLING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur

Jl. Patrol II No. 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung)

Oleh :

Yuli Yulianti

1007595

SebuahSkripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

@Yuli Yulianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA (STORY TELLING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur

Jl. Patrol II No. 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung)

Oleh :

Yuli Yulianti

1007595

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI

Penguji I

Rudiyanto,S.Pd., M.Si NIP. 197406171999031003

Penguji II

Dr. Aan Listiana, M.Pd NIP. 197208032001122002

Penguji III

Leli Kurniawati, S.Pd., M.Mus NIP. 132252248

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

ABSTRAK

Yuli Yulianti. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Bercerita (Storytelling) di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Baleendah. Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul pada anak kelompok B umumnya kemampuan berbicara anak masih rendah. Maka peneliti melakukan penelitian pada kelompok B sebanyak 8 orang siswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk memperoleh informasi tentang kondisi obyektif kemampuan berbicara anak TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur. (2) Untuk mengetahui penerapan metode bercerita (storytelling) dalam meningkatkan kemampuan berbicara di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur. (3) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur setelah menggunkan metode bercerita (storytelling). Metode yang digunakan adalah metode bercerita (storytelling) dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui 2 siklus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi, wawancara, studi dokumentasi, catatan anekdot, dan instrument penelitian. Hasil penelitian kemampuan berbicara anak kelompok B setelah diberikan tindakan melalui pemberian metode bercerita (storytelling)

terbukti meningkat. Rekomendasi bagi guru anak usia dini (PAUD) diharapkan menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak seperti halnya metode bercerita (storytelling). Bagi peneliti diharapkan selalu berusaha mencari alternatif metode sehingga dapat menambah masukan khususnya PAUD.

(5)

ABSTRACT

Yuli Yulianti. Improve early childhood speech through use of storytelling in kindergarten Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Baleendah. The research was conducted on the basis of the problems that arise in group B children generally speaking skills the child is still low. So the researchers conducted a study in group B as many as 8 students. The objectives of this study were: (1) To obtain information about the state objectively speaking skills of kindergarten children Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur. (2) To determine the application of the method of storytelling (storytelling) in improving speaking skills in kindergarten Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur. (3) To determine the improvement of speaking skills in kindergarten children Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur after use the method of storytelling (storytelling). Method used is the method of storytelling (storytelling)

with Classroom Action Research (CAR) through 2 cycles. Collecting data in this study is the observation, interviews, document study, anecdotal notes, and research instruments. The results of the study child's ability to speak in group B after a given action through the provision of storytelling (storytelling) proved to be increased. Recommendation for early childhood teachers (ECD) is expected to use a variety of methods to enhance the child's ability to speak as well as methods of storytelling. For researcher expected always trying to find alternative methods that can add input especially ECD.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Anak Usia Dini ... 11

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 11

2. Karakteristik Anak Usia Dini ... 12

B. Kemampuan Berbicara ... 14

1. Pengertian Berbicara ... 14

2. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Kemampuan Berbicara... 15

3. Karakteristik Kemampuan Berbicara ... 16

(7)

1. Pengertian Bercerita (Storytellling) ... 19

2. Sejarah dan Perkembangan Bercerita (Storytelling) ... 22

3. Karakteristik Cerita (Storytelling) untuk Anak Usia Dini ... 23

4. Jenis dan Sumber Bercerita (Storytellling) ... 24

5. Manfaat Metode Bercerita (Storytellling)... 29

D. Teknik Penyajian Cerita ... 33

a. Memilih dan Mempersiapkan Tepat ... 33

b. Bercerita Tanpa Alat Peraga ... 36

c. Mengekspresikan Karakter Tokoh ... 37

d. Menirukan Bunyi dan Karakter Suara ... 37

e. Menghidupak Suasana Cerita ... 37

f. Memilih Diksi dan Struktur Kalimat ... 38

E. Penelitian Terdahulu... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 40

1. Pengertian Tindakan Kelas (PTK) ... 40

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41

3. Alasan Penulis Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41

4. Langkah –Langkah Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 42 B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 44

C. Penjelasan Istilah dalam Judul ... 44

D. Instrument Penelitian ... 46

1. Teknik Pengumpulan Data ... 46

a. Observasi ... 46

b. Wawancara ... 46

c. Studi Dokumentasi ... 47

d. Catatan Anekdot ... 47

e. Alat Tes Kemampuan Berbicara ... 48

(8)

b. Mendeskripsikan Data ... 54

c. Kesimpulan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 55

2. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur ... 67

3. Penerapan Metode Bercerita (Storytelling) Untuk Meningkatkan Berbicara ... 72

4. Temuan Penelitian Tentang Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Pada Kelompok B Di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Setelah Menggunakan Metode Bercerita (Storytelling) ... 108

B. Pembahasan Penelitian ... 103

1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Pada Kelompok B Di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Setelah Menggunakan Metode Bercerita (Storytelling) ... 113

2. Penerapan Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Pada Kelompok B Dengan Menggunakan Metode Bercerita (Storytelling) Di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur ... 116

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Setelah Menggunakan Metode Bercerita (Storytelling) ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 124

B. Rekomendasi ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(9)

DAFTAR TABEL

3.1. Tabel Kisi-Kisi Instrument Penelitian Kemampuan Berbicara Anak ... 49

4.1. Tabel Kepala Sekolah dan Guru-Guru TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur ... 57

4.2 Tabel Keadaan Jumlah Siswa Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur ... 57

4.3.Tabel Rencana Kegiatan Harian TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur... 62

4.4. Tabel Hasil Observasi Pra Siklus ... 70

4.5. Tabel Skenario Pembelajaran Siklus I ... 73

4.6. Tabel Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I ... 80

4.7. Tabel Kemampuan Berbicara Anak pada Siklus I ... 85

4.8. Tabel Skenario Pembelajaran Siklus II ... 93

4.9. Tabel Skenario Cerita Siklus II ... 92

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penataan tempat duduk model paruh bangun untuk ruang besar ... 3.3

Gambar 2.2 Penataan bercerita model letter U ... 34

Gambar 3.1. Tahapan siklus PTK ... 40

Gambar 4.1. Latar cerita “Kancil dan Buaya” ... 76

Gambar 4.2. Kegiatan evaluasi/review setelah bercerita (Storytelling) ... 79

Gambar 4.3. Anak sedang menggambarkan cerita kancil dan buaya ... 80

Gambar 4.4. Foto anak ABK ... 81

Gambar 4.5. Kegiatan Evaluasi setelah Siklus II ... 95

Gambar 4.6. Kegiatan storytelling Siklus II ... 95

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Kemampuan berbicara anak kelompok B sebelum tindakan ... 68

Grafik 4.2. Kemampuan berbicara anak kelompok B setelah Siklus I ... 85

Grafik 4.3. Kemampuan berbicara anak kelompok B Setelah Siklus II... 102

Grafik 4.4. Perbandingan kemampuan berbicara anak kelompok B Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II ... 104

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

3.1 Kisi Kisi Instrument Peneilitian

3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

3.3 Dokumentasi Penelitian

3.4 Kisi-Kisi Instrument Penelitian

4.1 Instrument Penelitian Observasi Tingkat Pencapaian Perkembangan Berbicara Anak Kelompok B

4.2 Catatan Anekdot Pra Siklus

4.3 Pedoman Wawancara Guru Kelas Pra Siklus

4.4 Skenario Pembelajaran Siklus I

4.5 Skenario Cerita Kancil dan Buaya

4.6 Catatan Anekdot Siklus 1

4.7 Pedoman Wawancara Guru Kelas Siklus I

4.8 Lembar Observasi Aktifitas Guru Dalam Kegiatan Bercerita (Storytelling)

Siklus I

4.9 Skenario Pemeblajaran Sikuls II

4.10 Skenario Cerita “Harimau Yang Setia”

4.11 Catatan Anekdot Siklus II

4.12 Pedoman Wawancara Guru Kelas Siklus II

4.13 Lembar Observasi Aktifitas Guru Dalam Kegiatan Bercerita (Storytelling) Siklus II

4.14 Rencana Kegiatan Minggun (RKM)

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,

dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran

dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk

mengungkapkan pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, isyarat, bilangan,

lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

Di dalam sebuah jurnal hasil penelitian yang ditulis oleh Dewi (2013)

diungkapkan bahwa:

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam kegiatan berkomunikasi pada khususnya. Demikia pula peran bahasa bagi anak. Membaca memberi sumbangan yang besar dalam perkembangan anak menjadi dewasa. Perkembangan TK/RA masih jauh dari sempurna. Namun demikian, potensinya bisa dirangsang melalui membaca yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kemampuan bahasa anak dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara seperti: bermain tebak-tebak kata, bercerita, mendongeng dengan alat peraga, atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh anak. Keterampilan membaca dan bercerita harus dikembangkan sejak dini.

Berangkat dari hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa bahasa

memiliki peranan penting bagi anak usia dini sehingga mereka mampu

berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan tahap perkembangannya. Hal

ini senada dengan apa yang ditulis oleh Hurlock (1997:175) bahwa:

(14)

2

Anak usia dini merupakan individu yang mengalami suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia ini anak berada dalam keadaan yang

sangat peka untuk menerima rangsangan dari lingkungannya. Apabila anak

berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan

mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian, hubungan anak dengan lingkungan

bersifat timbal balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis,fisik, motorik,

intelektual, emosi, bahasa dan social.

Fungsi dari bahasa menurut Rochmah (2005:128) adalah sebagai sarana

komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus

menguasai dua fungsi yang berbeda yaitu: kemampuan menangkap maksud yang

ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan

orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang penting didalam kehidupan

sehari-hari, baik bahasa tulisan maupun lisan. Namun, bahasa lisan merupakan bahasa

yang paling efektif dan efisien Karena kemungkinan terjadinya salah faham

sangat kecil. Tanpa bahasa setiap individu tidak mungkin dapat mengungkapkan

perasaan sendiri kepada orang lain sehingga mungkin tidak akan dapat dimengerti

oleh orang lain.

Di dalam mempelajari perkembangan bahasa maka semakin tinggi

penguasaan bahasa anak maka semakin baik pula kemampuan berbicara anak

dalam komunikasi. Pada saat ini, anak usia dini memerlukan berbagai rangsangan

yang dapat meningkatkan perkembangan bahasanya, sehingga perkembangan

bahasa anak usia dini dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan standar

tingkat pencapaian perkembangan yang telah tertuang dalam Permen Diknas No.

58 tahun 2009 tanggal 17 September 2009. Standar tingkat pencapaian

perkembangan dalam kemampuan mengungkapkan bahasa anak pada kelompok B

(usia 5-6 tahun) diantaranya mampu menceritakan pengalaman/kejadian secara

(15)

3

berani bertanya secara sederhana, mampu meniru kembali 4-5 urutan kata dan

dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan /informasi.

Namun, pada kenyataannya situasi yang terjadi di dalam kelas di TK

Tresna Bhakti Mulia AlMabrur, setelah di observasi ternyata tidak seluruh anak

dapat menguasaai perbendaharaan kata dan belum mampu untuk bertutur kata

sesuai dengan tahap perkembangan berbicaranya. Dari hasil observasi di TK

tersebut penulis menemukan bahwa kemampuan berbicara anak pada kelompok B

belum tercapai secara maksimal (belum sesuai dengan tingkat pencapaian

perkembangan). Hal ini, dapat terlihat dari sebagian anak masih belum jelas di

dalam mengucapkan kata-kata seperti huruf l, r, t dan k. Selain itu pula, dapat

terlihat ada anak yang belum mampu untuk menjawab pertanyaan siapa, mengapa,

dimana, bagaimana, dan sebagainya. Dapat dilihat pula pada kemampuan didalam

mengungkapkan kejadian/pengalaman sederhana dan juga ada anak yang kurang

berani untuk mengungkapkan pendapatnya serta mengalami kesulitan ketika

menceritakan kembali isi cerita yang sudah di bacakan oleh guru. Hal ini

disebabkan karena selama ini guru menggunakan metode pembelajaran yang

belum tepat didalam menstimulus kemampuan berbicara anak di kelompok B.

Apalagi masa ini, menjadi guru TK itu penuh dengan tantangan baik tantangan

dari luar maupun dari orang tua murid. Sekarang ini orang tua murid senantiasa

menginginkan anaknya setelah menyelesaikan sekolahnya di TK, anak tersebut

harus bisa membaca, menulis dan berhitung. Akhirnya apa yang terjadi? Guru

menjadi dilema.

Di satu sisi gurupun memahami bahwa pendidikan anak usia dini itu

bukanlah salahsatu wadah untuk persiapan anak belajar Calistung (membaca,

menulis dan berhitung) hingga anak tersebut siap melanjutkan sekolahnya ke

SD. Dan disisi lain tuntutan orang tua terlalu tinggi dan kurangnya pemahaman

orang tua terhadap pendidikan anak usia dini, apalagi bagi orang tua yang sibuk

bekerja sehingga tidak ada waktu untuk berbicara dengan anaknya. Semakin maju

(16)

4

pendidik/guru harus memilih metode yang tepat/relevan di dalam proses

pembelajaran di kelas sesuai dengan tumbuhkembang anak sehingga anak mampu

mengembangkan kemampuan berbicaranya sesuai tingkat pencapaian

perkembangannya.

Kemampuan berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan

artikulasi atau kata-kata yang di gunakan untuk menyampaikan maksud. Karena

berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya

paling luas dan paling efektif. Sehingga dengan kemampuan berbicara maka anak

dapat berkomunikasi dengan orang lain yang dapat dipahami pentingnya untuk

menjadi anggota kelompok sehingga dapat diterima dengan baik oleh

teman-temannya, dan anak dapat berkembang secara optimal dan tidak mengalami

hambatan.

Moeslichatoen (2004: 18) mengungkapkan bahwa menurut Vygotsky ada

tiga tahap perkembangan bicara anak yang menentukan tingkat perkembangan

berfikir dengan bahasa, diataranya tahap eksternal, egosentris dan internal. Tahap

ekternal merupakan tahap berfikir dengan bahasa yang datang dari luar dirinya,

sumber utamanya adalah orang dewasa misalnya orang dewasa bertanya kepada

anak: “apa judul cerita yang telah ibu bacakan? Anak menjawab: “serigala dan babi kecil” dan seterusnya. Tahap egosentris merupakan tahap di mana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan, missal “serigalanya

lapar..babinya takut”. Tahap ketiga merupakan tahapan dimana anak menghayati sepenuhnya proses berfikirnya, maksudnya anak memproses pikirannya dengan

pemikirannya sendiri: misalnya “apa yang harus saya gambar? Saya tahu saya menggambar serigala lapar”.

Seperti telah dikemukakan tentang tahapan perkembangan berbicara

menurut Vygotsky di atas maka pada kenyataan di kelas sebagian anak mengalami

kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tentang keterangan yang lebih kompleks

seperti didalam menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana

(17)

5

Hildebrand ( 1990) mengungkapkan bahwa perkembangan bicara anak itu

adalah untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat

bunyi-bunyi verbal merupakan hal paling utama untuk menghasilkan bicara.

Kemampuan berbicara anak juga akan meningkat melalui pengucapan suku kata

yang berbeda-beda dan diucapkan secara jelas. Karena pengucapan merupakan

factor penting didalam berbicara. (Moeslichatoen, 2004:19)

Sehingga masalah yang terjadi di dalam kelas tersebut menjadi bahan

penelitian bagi penulis, Penelitian ini menggunakan metode bercerita

(storytelling), metode ini dilakukan tanpa alat peraga, berawal dari guru sebagai

pencerita di depan anak-anak kelompok B. Namun, sebelum bercerita guru

terlebih dulu menghias kelas menjadi tempat sesuai tema/judul cerita yang akan

dibawakan. Setelah guru bercerita anak-anak ditugaskan untuk menggambarkan

cerita yang telah diceritakan oleh guru di kertas yang sudah disediakan dan setelah

itu anak bercerita di depan kelas sambil menunjukkan hasil gambarnya.

Penelitian dengan menggunakan metode bercerita (storytelling) ini

melatih daya pikir anak usia dini untuk terlatih memahami proses cerita, melatih

anak untuk dapat menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dan

juga melatih anak-anak untuk memilih kata-kata sehingga mampu berbicara

dengan jelas. Berbicara mengenai storytelling sungguh banyak manfaatnya. Tak

hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya. Dari

proses storytelling kepada anak ini banyak manfaat yang dapat dipetik. Menurut

Josette Frank yang dikutip oleh (Asfandiyar 2007: 98), seperti halnya orang

dewasa, anak-anak memperoleh pelepasan emosional melalui pengalaman fiktif

yang tidak pernah mereka alami dalam kehidupan nyata. Storytelling ternyata

merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan aspek-aspek

bahasa, kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif

(penghayatan) anak-anak.

(18)

6

dalam kelas dengan pembelajaran yang lebih tepat dan menyenangkan. Menurut

Froebel di ungkapkan bahwa pembelajaran di Taman Kanak-Kanak adalah

bermain. Karena kekuatan permainan merupakan kendaraan bagi perkembangan

social, emosi dan pikiran maupun sebagai cerminan perkembangan mereka. (Carol

Seefeldt, 2008:23). Teori Piaget (1952) menunjukkan bahwa permainan adalah

proses berfikir. Permainan adalah jalan bagi anak-anak mengembangkan

kemampuan menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka. (Carol

Seefeldt, 2008:24). Sedangkan menurut Mulyasa (2012:166) di ungkapkan bahwa

bermain merupakan cara belajar yang paling penting bagi anak usia dini, karena

bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat

mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, tolenransi,

kerjasama dan menjunjung tunggi sportivitas.

Berangkat dari hal tersebut di atas menegaskan bahwa pembelajaran di

Taman Kanak-Kanak tidak terlepas dari bermain sambil belajar. Karena bermain

dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan,

mengungkapkan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. (Isjoni,

2011:59).

Berkenaan dengan masalah yang berkaitan dengan perkembangan

berbicara pada anak usia dini diatas, maka hal itu perlu mendapat perhatian dari

para pendidik/guru di dalam kelas sehingga dapat memperkecil kesalahpahaman

antara anak yang satu dengan anak lainnya. Dengan demikian, dalam pendidikan

anak usia dini guru harus pandai memilih permainan yang dibutuhkan dan paling

tepat menjadi sarana pembelajaran, terutama didalam memilih metode

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak usia dini.

Dalam membantu mengembangkan keterampilan berbicara pada anak

usia dini, guru TK banyak menggunakan metode bercerita, penugasan, praktek

langsung, bercakap-cakap, tanya jawab, menyanyi, deklarasi, karya wisata,

(19)

7

detik ini, bercerita (storytelling) masih menjadi salah satu pilihan orang tua dan

guru dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini.

Moeslichatoen (2004: 157) mengungkapkan bahwa: “metode bercerita

(storytelling) merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia

dini secara lisan, sehingga kegiatan bercerita (storytelling) dapat memberikan

pengalaman belajar anak untuk berlatih mendengarkan informasi tentang

pengetahuan,nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkandalam kehidupan

sehari-hari. Isjoni (2011:90) mengungkapkan bahwa: bercerita (storytelling)

merupakan media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat

sehingga akan memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman

yang unik bagi anak.

Itadz (2008:48) juga mengungkapkan bahwa bercerita (storytelling) dapat

meningkatkan aspek perkembangan bahasa anak usia dini, cerita dalam kontelasi

ini dimaksudkan sebagai stimulus perkembangan bahasa anak secara

komprehensif, karena bahasa merupakan aspek yang cukup penting untuk melihat

perkembangan lain. Selain itu juga, bercerita dapat meningkatkan perkembangan

kosakata, perkembangan struktur (ujaran kata) dan perkembangan pragmatif

(bertutur kata) bahasa anak usia dini.

Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh para ahli di atas tentang betapa

pentingnya metode bercerita (storytelling) terhadap kemampuan berbicara anak

usia dini, maka hal itu menjadikan bahan penelitian bagi penulis.

Berdasarkan hasil observasi dan latar belakang masalah di atas, maka

penulis akan mencoba menelaah dan menelitinya dalam sebuah skripsi yang

berjudul: “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Bercerita (Storytelling).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(20)

8

Mulia Al-Mabrur Baleendah. Dari hasil observasi di TK tersebut penulis

menemukan permasalahan sebagai berikut, diantaranya:

1. Tidak semua anak pada kelompok B dapat menguasai perbendaharaan kata

dan belum mampu untuk bertutur kata sesuai dengan tahap perkembangan

berbicaranya.

2. Kemampuan berbicara anak pada kelompok B belum tercapai secara

maksimal (belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan).

3. Guru belum mengetahui strategi/metode pembelajaran yang tepat didalam

menstimulus kemampuan berbicara anak di kelompok B.

4. Orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga tidak ada cukup waktu untuk

berbicara dengan anak-anaknya, apalagi ditunjang dengan semakin maju

teknologi yang mengakibatkan anak untuk memilih bermain game di

depan computer/Ipad dibanding bermain dengan teman sebayanya.

5. Guru TK penuh dengan tantangan baik tantangan dari luar maupun dari

orang tua murid. Sekarang ini orang tua murid senantiasa menginginkan

anaknya setelah menyelesaikan sekolahnya di TK, anak tersebut harus bisa

membaca, menulis dan berhitung (Calistung).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan latar belakang di atas maka penelitian

skripsi ini akan difokuskan pada masalah-masalah berikut:

1. Bagaimana kondisi obyektif kemampuan berbicara anak di TK Tresna Bhakti

Mulia Al-Mabrur ?

2. Bagaimana penerapan metode bercerita (Storytelling) dalam meningkatkan

kemampuan berbicara di TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak di TK Tresna Bhakti

(21)

9

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini secara umumnya adalah untuk mengetahui

apakah metode bercerita (Storytelling) itu dapat meningkatkan perkembangan

bahasa anak usia dini. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh informasi tentang kondisi obyektif kemampuan berbicara

anak di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur.

2. Untuk mengetahui penerapan metode bercerita (storytelling) dalam

meningkatkan kemampuan berbicara di TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak di TK Tresna

Bhakti Mulia Al-Mabrur setelah menggunakan metode bercerita (storytelling).

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi bidang keilmuan: Penelitian ini dapat menambah referensi mengenai

penelitian khususnya tentang bercerita.

b. Bagi guru: menjadi tolak ukur di dalam menggunakan metode yang tepat

untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini yaitu

salahsatunya dengan bercerita (storytelling).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti: untuk menambah wawasan tentang metode yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini dengan metode

bercerita (Storytelling).

b. Bagi guru, dapat menambah pengalaman baru mengenai kegiatan bercerita

(Storytelling) sebagai metode di dalam pengembangan kemampuan

berbicara anak usia dini.

c. Bagi peneliti selanjutnya: penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam upaya mengembangkan kegiatan

(22)

10

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah” yang di tentukan oleh UPI tahun 2013 dan melalui

bimbingan dengan Dosen Pembimbing. Skripsi ini terdiri dari:

1. Bab 1 yaitu Pendahuluan diantaranya: latar belakang penelitian, identifikasi

masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi.

2. Bab II yaitu kajian pustaka diantaranya: konsep perkembangan bahasa pada

anak usia dini, kemampuan berbicara, pengertian dan karakteristik anak usia

dini, pengertian bercerita (storytelling) , metode-metode bercerita.

3. Bab II yaitu metode penelitian diantaranya: subyek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, instrument penelitian,

prosedur penelitian, tekhnik pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan diantaranya: hasil penelitian

dan pembahasan hasil analisis data.

5. Bab V yaitu: kesimpulan dan saran diantaranya: kesimpulan, saran, daftar

(23)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Metode yang akan dikembangkan pada penelitian di TK Tresna Bhakti

Mulia Al Mabrur adalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Adapun tekhnik di dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

praktek langsung, observasi dan dokumentasi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) termasuk penelitian kualitatif walaupun

data yang terkumpul bisa berupa kuantitatif. Menurut Hidayah (2013:6)

diungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dikenal dengan istilah Classroom

Research (CAR). Kemmis (1983) dalam Hidayah (2013:6) juga mengungkapkan

bahwa PTK adalah sebuah bentuk penelitian inkuiri reflektif yang dilakukan

untuk meneliti masalah sosial termasuk pembelajaran.

Sedangkan menurut Hasley (1972) dalam Sanjaya (2009:24)

mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah intervensi dalam dunia nyata

serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi tersebut.

Kemudian Burns (1999) yang dikutip oleh Sanjaya (2009: 25) mengungkapkan

bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan

untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas

tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para

peneliti dan praktisi.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diketahui bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan intervensi dalam

dunia nyata dengan berbagai perlakuan tertentu dan fakta yang ditemukan untuk

(24)

41

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK sangat berbeda dengan penelitian umumnya yang bertujuan menguji

hipotesis dan membangun teori secara umum (general). PTK lebih menekankan

pada perbaikan kinerja, bersifat kontekstual dan hasilnya tidak bisa digenaralisir.

Menurut Sanjaya (2009:33) tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses

hasil belajar, meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga

kadang pelaksanaannya sangat situasional dan kondisional yang

kadang-kadang kurang memerhatikan kaidah-kaidah ilmiah.

Sedangkan menurut Ardiana dan Kisyani-Laksono (2006) yang dikutip

oleh Hidayah (2013:7) mengungkapkan bahwa tujuan dari PTK adalah untuk

menemukan masalah yang dihadapi oleh guru di kelas. Sehingga dengan

melakukan PTK maka guru dapat memperoleh model-model pembelajaran yang

tepat, menarik dan menyenangkan, kreatif dan efektif.

Dari beberapa tujuan penelitian tindakan kelas di atas, maka dapat

diketahui bahwa dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) maka guru

dapat menemukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi didalam kelas dan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis dengan model

pembelajaran yang tepat, menarik dan menyenangkan, kreatif dan efektif.

3. Alasan Penulis Menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Sanjaya (2009: 32) diungkapkan bahwa “PTK adalah salah satu

cara yang dapat dilakukan guru untuk menguji dan sekaligus memanfaatkan

berbagai rekayasa teknologi untuk meningkatkan kualitas mengajar.

Dari paparan diatas, maka hal itu menjadikan inspirasi bagi penulis untuk

melakukan penelitian dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Karena

dengan alasan sebagai berikut:

a) Untuk mengembangkan keterampilan mengajar penulis di dalam kelas

b) Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ada didalam kelas

c) Untuk menyelesaikan masalah secara praktis yang dihadapi dalam proses

(25)

42

meningkatkan perkembangan anak usia dini. Terutaman untuk meningkatkan

kemampuan berbicara anak usia dini, yang merupakan bahan penelitian

penulis.

4. Langkah-Langkah Tindakan Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) ada

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, ada beberapa pendapat, namun

penulis menggunakan tahapan penelitian menurut Hidayah (2013:18), tahapan-

tahapan penelitian tindakan kelas diantara lain:

a) Tahap 1 adalah perencanaan

b) Tahap 2 adalah pelaksanaan tindakan

c) Tahap 3 adalah pengamatan

d) Tahap 4 adalah refleksi

Senada dengan tahapan-tahapan atau siklus menurut pendapat Kemmis,

Mc. Taggart (1988), sebagai berikut:

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN SIKLUS -I

SIKLUS -II

(26)

43

Dari tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas di atas, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

a. Studi Pendahuluan

Melakukan tindakan persiapan awal sebagai langkah untuk melakukan

wawancara dan observasi dan sebagai dasar untuk mengembangkan

pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I selanjutnya siklus II.

b. Rencana Tindakan

Rencan tindakan ini diharapkan anak dapat menceritakan kembali cerita yang

telah diceritakan oleh gurunya di depan kelas. Dengan metode ini guru dapat

mengukur sejauhmana kemampuan anak-anak setelah mendengar cerita.

Menurut Hidayah (2013:21) kegiatan didalam rencana tindakan diantaranya:

menyusun RKH, merancang pengorganisasian kelas, menyusun dan

mempersiapkan instrument, dan membuat kesepakatan terhadap persepsi

tindakan yang akan dilakukan dalam tindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Menurut Sanjaya (2009:79) mengungkapkan bahwa pelaksanaan tindakan

merupakan perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang

telah disusun.

Kegiatan pokoknya diantaranya: melaksanakan sesuai dengan rencana,

selama berlangsung peneliti melakukan observasi, merekam proses pembelajaran

berlangsung dan melakukan analisis data dan evaluasi (hidayah, 2013:21).

Maka, kegiatan pelaksanaan tindakan ini diharapkan guru dapat

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana, tentunya dibarengi

dengan kegiatan observasi sehingga pelaksanaan tindakan ini dapat dianalisis dan

dievaluasi.

3. Pengamatan

(27)

44

Dengan adanya kegiatan pengamatan ini, secara langsung dapat

membantu guru untuk merekam semua proses pembelajaran yang berlangsung.

4. Refleksi

Hidayah (2013:22) mengungkapkan bahwa kegiatan refleksi adalah

kegiatan analisis interpretasi, penjelasan informasi dari selama proses kegiatan

pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat dari Sonjaya (2009:80)

mengungkapkan bahwa refleksi merupakan aktifitas melihat berbagai kekurangan

yang dilakukan guru selama tindakan.

Maka dari itu, dengan adanya kegiatan refleksi maka guru dapat

menemukan berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki didalam melaksanakan

rencana kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kekurangan-kekurangan yang

terjadi dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyususnan rencana /siklus ulang

sehingga peneliti (dalam hal ini guru sebagai peneliti) dapat melakukan kegiatan

pembelajaran/siklus II dengan lebih baik lagi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur yang

beralamat di Jln. Patrol II No 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Adapun subjek dari penelitian ini adalah anak-anak Kelompok B TK

Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

C. Penjelasan Istilah dalam Judul

1. Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk mengekspresikan apa yang dialami

dan dipikirkan anak untuk menangkap pesan dari lawan bicara. Dengan berbahasa

anak dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan anak lainnya dan mampu

berkreativitas melalui kegiatan bercerita, menceritakan kembali cerita yang telah

diperdengarkan, berbagi pengalaman ataupun bersajak/puisi.

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,

(28)

45

mengungkapkan pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, isyarat, bilangan,

lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

Maka dapat diketahui bahwa bahasa merupakan hal yang penting bagi

anak, karena dengan bahasa anak dapat mengekspresikan keinginannya dan

mampu berkomunikasi dengan orang lain sehingga kesalahpahaman diantara

teman sebayanya dapat diminimalisir.

2. Berbicara

Berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau

kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Bicara juga merupakan

keterampilan mental- motorik yang tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan

otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni

kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.

Ada dua criteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak

berbicara dengan artian yang benar atau hanya “membeo”. Pertama anak harus

mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang

diwakilinya. Sebagai contoh, kata “bola” harus mengacu pada bola, bukan pada mainan umumnya. Kedua anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang

memahaminya dengan mudah.

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi dengan individu lainnya yang

dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa-tulis, lisan, isyarat tangan, ungkapan

musik dan artistik. Namun, bahasa lisan merupakan bahasa yang paling efektif

dan efisien karena kemungkinan terjadinya salah paham sangat kecil. (Rochmah,

128:2005).

Berangkat dari pengertian berbicara diatas, maka dengan berbicara anak

akan mampu mengeluarkan pendapat dengan mudah, efektif dan efisien.

3. Metode Bercerita

Metode bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan dari satu

(29)

46

berkomunikasi, mengembangkan fantasi anak, sebagai dimensi kognitif dan

bahasa anak usia dini.

D. Instrument Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Nasution (1987) mengungkapkan bahwa metode observasi

merupakan metode yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Sedangkan menurut Sanjaya (2009:86)

diungkapkan bahwa observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung.

Dalam observasi ini hal yang akan diamati adalah:

1) Kondisi obyektif kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Tresna

Bhakti Mulia Al Mabrur

2) Proses pembelajaran di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur

3) Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita

(storytelling) di kelompok B

4) Proses peningkatan kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Tresna

Bhakti Mulia Al Mabrur setelah menggunakan metode bercerita (storytelling).

Maka dengan observasi maka penulis dapat memperoleh gambaran yang

lebih jelas tentang kemampuan anak usia dini di dalam berbicara.

(Adapun Kisi-Kisi Instrument Observasi lebih jelas lihat lampiran 3.1)

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. (Nasution 1987).

Sedangkan menurut Sanjaya (2009:96) diungkapkan bahwa wawancara

atau interviu dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan

menggunakan bahasa lisan secara tatap muka ataupun melalui saluran media

(30)

47

Dalam hal ini wawancara yang dilakukan termasuk kedalam wawancara

bebas, yakni pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi mengingat data apa

yang akan dikumpulkan. Pihak yang diwawancara adalah guru kelompok B di TK

Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur.

Dengan demikian, teknik wawancara ini diharapkan peneliti dapat

mengetahui sejauhmana kemampuan anak usia dini didalam kemampuan

berbicara.

(Adapun Kisi-Kisi Instrument Wawancara lihat pada lampiran 3.2)

c. Study Dokumentasi

Menurut Arikunto (1998:149) diungkapkan bahwa dokumentasi, dari asal

katanya dokumentasi, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan

metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notula rapat, catatan harian dan

sebagainya.

Dalam hal ini yang dilakukan oleh penulis adalah memotret seluruh

keadaan dan proses pembelajaran pada kelompok B di TK Tresna Bhakti Mulia

Al Mabrur.

Kegiatan studi dokumentasi ini dilakukan untuk mendokumentasikan

seluruh kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan sampai kepada kegiatan

refleksi. Sehingga kegiatan ini menjadi bukti fisik didalam melakukan kegiatan

penelitian.

(Untuk lebih jelas Dokumentasi Kegiatan Penelitian lihat lampiran 3.3)

d. Catatan Anekdot

Catatan anekdot adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang bersifat

pengamatan (observasi), karena guru sebagai pengamat hanya mencatat berbagai

peristiwa yang terjadi selama proses kegiatan belajar berlangsung. (Agustin,

2010:54)

Catatan anekdot akan menjadi bukti fisik kejadian yang terjadi pada saat

(31)

48

kepada kegiatan refleksi. Dengan demikian, catatan anekdot didalam penelitian

tindakan kelas penting dilakukan sebagai bahan evaluasi peneliti.

e. Alat Tes Kemampuan Berbicara

Di dalam proses pengumpulan data peneliti membuat alat tes kemampuan

berbicara atau sering disebut dengan instrument penelitian. Dibawah ini

merupakan bagan kisi-kisi instrument penelitian kemampuan berbicara anak usia

dini yang diambil dari Kurikulum 2004, Program Kegiatan Belajar (PKB) Taman

(32)

49

Table 3.1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian Kemampuan Berbicara Anak

Variable Sub Variable Deskripsi Indicator Item

(33)

50

9. Anak dapat mengungkapkan pendapat secara sederhana

10.Anak mampu menyebutkan sebanyak-banyaknya nama

tokoh dalam cerita yang sudah diceritakan guru

11.Anak mampu menyebutkan sebanyak-banyaknya

nama benda

12.Anak dapat menyebutkan kata-kata sifat yang

(34)

51

13.Anak dapat menyebutkan kata-kata sifat yang

berhubungan dengan ukuran

14.Anak dapat menyebutkan kata-kata sifat yang

berhubungan dengan rasa

17.Anak dapat memberi keterangan tentang suatu hal

18.Anak mau mengungkapkan pendapat secara sederhana

19. Anak dapat mengikuti perintah secara berurutan

dengan benar.

20.Anak dapat Mendengarkan dan menceritakan kembali

cerita secara utuh.

21.Anak mampu melanjutkan cerita yang telah didengar

(35)

52

(untuk lebih jelas lihat lampiran 3.4)

guru..

Bercerita tentang

gambar yang

dibuat sendiri

22.Anak dapat mengulang kalimat yang telah didengarnya

(36)

53

2. Analisis Data

Menurut Sanjaya (2009:106) mengungkapkan bahwa menganalisis data

adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki

makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis data didalam PTK dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan

proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru, maksudnya

peneliti sebagai instrument penelitian, peneliti mengadakan penelitian sendiri

dengan teknik yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu wawancara, observasi dan

lainnya.

Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan

peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang

dilakukan guru. Data penelitian kuantitatif ini dianalisis dengan tekhnik

persentase. Maksudnya untuk mengetahui tingkat perkembangan berbicarara anak

setelah mendengarkan cerita dan menceritakan kembali cerita yang telah didengar.

Rumus yang digunakan untuk mencari persentase adalah:

P ,

dimana :

P = persentase

F = jumlah anak yang mencapai tingkat perkembangan tertentu

n = jumlah anak yang di jadikan sampel penelitian

100 = konstanta

Analisis data menurut Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Penelitian

(37)

54

a. Reduksi Data

Yakni kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Pada tahap ini

peneliti mengumpulkan instrument yang digunakan untuk mengumpulkan

data kemudian dikumpulkan berdasarkan focus masalah.

b. Mendeskripsikan Data

Maksudnya agar data yang telah terorganisir menjadi bermakna.

Mendeskripsikan data bisa dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik

atau table.

c. Kesimpulan

Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data. Pada tahap ini peneliti

menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci dan pada

tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan

dan kesamaan antar kategori serta menemukan hubungan antara satu kategori

(38)

124

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kemampuan berbicara anak usia dini melalui penggunaan metode

bercerita (storytelling) pada kelompok B di TK Tresna Bhakti Mulia Al-Mabrur,

setelah dilaksanakannya penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengalami

peningkatan. Maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Tresna Bhakti

Mulia Al-Mabrur peneliti menemukan bahwa kemampuan berbicara anak

pada kelompok B belum tercapai secara maksimal (belum sesuai dengan

tingkat pencapaian perkembangan). Berdasarkan pada observasi awal pada

umumnya kemampuan anak di dalam berbicara sebelum dilakukan penerapan

metode bercerita (storytelling) masih rendah.

2. Penerapan metode bercerita (storytelling) untuk meningkatkan kemampuan

berbicara anak usia dini kelompok B di TK Tresna bhakti Mulia Al Mabrur

dilakukan dengan 2 siklus. Siklus I peneliti bercerita tentang fabel (cerita

binatang) yaitu cerita “Kancil dan Buaya”dan siklus II peneliti juga bercerita

tentang fabel (cerita binatang) yang berisi tentang cerita legenda. Metode

bercerita (storytelling) yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah bercerita secara langsung sehingga guru sangat mengandalkan kualitas

suara, ekspresi wajah, serta gerak tangan dan tubuh. Sehingga kegiatan

bercerita (storytelling) ini lebih fleksibel dan sangat menarik membuat anak

bebas berimajinasi dan menemukan pendapat/gagasan sendiri tentang cerita

yang telah didengar dan disampaikan.

(39)

125

kemampuan berbicara. Terlihat dari hasil yang ditunjukkan oleh anak dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara sederhana, dapat

mengungkapkan pendapat/gagasan, pikiran, perasaan melalui serangkaian

kalimat secara lisan dan dapat menceritakan cerita secara utuh.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kasimpulan dalam penelitian ini, dapat disampaikan

saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan untuk perbaikan kegiatan

bercerita (storytelling), antara lain:

1. Pihak Sekolah

Kemampuan berbicara pada anak usia dini (PAUD) hendaknya

ditanamkan sejak mereka lahir dan mulai berkembang dalam keluarga lalu lebih

berkembang lagi ketika mereka masuk sekolah, khususnya mulai dari Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK), sebelum mereka

memasuki sekolah-sekolah yang lebih tinggi lagi tingkatnya.

Sekolah hendaknya memfasilitasi kelengkapan sarana prasarana sebagai

penunjang proses pembelajaran, kelengkapan dan ketersediaannya fasilitas sarana

prasarana, buku-buku sumber lainnya yang tersedia dan juga tidak lepas dari guru

dan peserta didik itu sendiri yang sangat mendukung demi proses kegiatan

bercerita (storytelling) yang berjalan dengan baik.

2. Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Penerapan metode bercerita (storytelling) sebaiknya direncanakan oleh

guru sematang mungkin, mulai dari strategi, bagaimana menggunakan media

maupun sumber yang baik, pola belajar, sehingga dalam pelaksanaannya tidak

mendapatkan hambatan yang berarti.

Guru senantiasa meningkatkan wawasan profesionalisme, sehingga dapat

(40)

126

sesuai tahap perkembangannya. Keadaan itu tidak terlepas dari pada peran serta

guru itu sendiri dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

3. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

Bagi prodi pendidikan pendidikan anak usia dini perlu memperhatikan

pembelajaran yang memberikan arahan kepada mahasiswanya dalam menanggapi

siswanya. Lebih menanamkan pembelajaran yang mampu membantu mahasiswa

untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini, kelak nanti sudah

menjadi guru PAUD.

4. Universitas Pendidikan Indonesia

Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan universitas

dengan begitu banyak jurusan yang ditujukan untuk menjadi guru. Sehingga

diharapkan dapat menanamkan pembelajaran yang menjadikan guru lebih kreatif

dan inovatif didalam mendidik anak-anak bangsa sehingga mereka dapat

meningkatkan aspek perkembangannya terutama perkembangan bahasa anak yang

sangat perlu untuk di kaji lebih dalam lagi. Karena dengan berkomunikasi yang

baik dapat membantu anak-anak bangsa untuk menjelajahi dunia.

5. Peneliti Selanjutnya

Peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai

penggunaan metode bercerita (storytelling) serta dampaknya pada kemampuan

berbahasa yang lain, seperti kemampuan menyimak, membaca dini atau

(41)

127

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, A.A. (2008). Mendidik dengan Dongeng. Bandung: PT ROSDA KARYA.

Asmani, et al. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Purwakarta: Alma Pustaka Sejahtera.

Asfandiyar, Andi Yudha, 2007. Cara Pintar Mendongeng, Jakarta: Mizan.

Boltman, A. (2001). Childrens storytelling technologies: Differences in elaboration and recall [Online]. Tersedia: http://1stitiseer.1psu.edo 1563253.html [18 Agustus 2013].

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2010). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Tentang Pendidikan Anak Usia Dini.

Hurlock, E.B. (1997). Perkembangan Anak. Jakarta: PT ERLANGGA.

Isjoni, H. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: ALFABETA

Itadz. (2008). Memilih, Menyusun Dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarata: TIARAWACANA.

Masitoh. (2010). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Malika, A. (2008). Memilih Buku untuk Mendongeng. [online]. Tersedia:

http://www.kompas.com. [10 januari 2009].

MariyanA, Rita. Nugraha, Ali. dan Rachmawati, Y. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: KENCANA.

(42)

128

Moeleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT ROSDA KARYA.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung: TARSITO.

Nasution, S (1987). Metode Riset. Bandung: JEMMARS.

Patmonodewo, S. (1995). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Purboyo, Kunto. (2004). Bermain dan Kreatifitas. Jakarta: PAPAS SINAR

SINANTI.

Papalia, D.E. Wendoks, S. dan Feldman, R.D. (2008). Human Development. Jakarta: KENCANA

Rachmawati, Y. dan kurniati, Euis.(2010) Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak. Jakarta: KENCANA.

R, Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Rahayu, Y.A,. (2013). Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan

Bercerita. Jakarta. PT Indeks.

Rokayah, S. (2003). Bermain, Bernyanyi dan Bercerita. Bandung: BKPRMI

Rochmah, YR. (2015). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:

Seefeldt, C. dan Wasik, B.A. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT INDEKS.

Serrat, O. (2008). Storytelling. United States of America: Reed Elsevier.

(43)

129

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Yuliani, E. (2005). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: TERAS

Yusuf, S. (2000). Psikologi perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: ROSDAKARYA.

Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: KENCANA

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Siklus PTK  Hidayah  (2013:19)
Table 3.1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian Kemampuan Berbicara Anak
gambar yang

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya rumah susun yang dimiliki oleh orang asing adalah rumah. susun yang tergolong sebagai rumah susun mewah / condominium

dikuasai oleh orang asing yaitu hak pakai dan hak milik atas satuan rumah susun. sedangkan Warga Negara Indonesia dapat menguasai seluruh jenis hak

Pengaruh Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Fasilitas Pembelajaran Terhadap Mutu Sekolah SMP di Kabupaten Bandung Barat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menimbang : bahwa demi menjaga ketertiban/keamanan serta suasana ketenangan pada umumnya, dan kelancaran tugas pelaksanaan Landreform pada khususnya, dipandang perlu

ةﺮﺷﺎﺒﻣ , ةدﻮﺟ ﺔﻴﻗﺮﺗ ﻰﻠﻋ رﺪﻘﻳ نأ ﻲﻌﺴﻟا اﺬﻫ ﻦﻣ ﻰﺟﺮﻳو ﺔﻴﻠﻤﻋ. ﺒﺴﻴﺳو ﻢﻴﻠﻌﺘﻟا

H.M.N Purwosujtipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Djambatan, Jakarta Marmosudjono Sukarton, Penegakan Hukum Di Negara Pancasila, Pustaka Kartini, Jakarta,

“Proses pemberian bantuan ( process of helping ) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif

Thanks to my Motorcycle Kawasaki ZX 130 (H2933YA) that always be my best ride in Yogyakarta, to my Mac Book that help me a lot to completed all my task and also my thesis, thanks