• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Model

B. Analisis Permintaan Beras Kabupaten Klaten

2. Pengujian Model

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Uji statistik meliputi uji 2, uji F dan uji t. Sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. a. Uji R2 adjusted (R2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten. Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < R2 ≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut

commit to user

(semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan beras pada tingkat kesalahan (a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis:

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0

Ha : b1≠ b2 ... b5≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥ a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa F hitung ≥ F tabel.

2) Nilai signifikansi < a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti bahwa F hitung < F tabel.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada tingkat signifikansi (a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis :

Ho : bi = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa F hitung ≥ F tabel.

2) Nilai signifikansi < a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti bahwa F hitung < F tabel

commit to user

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan beras, digunakan standard koefisien regresi partial, yang dapat diperoleh dengan rumus :

bi = b x i d d y Keterangan :

bi = Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i b = Koefisien regresi variabel bebas ke-i

dy = Standar deviasi variabel tak bebas di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

3. Uji Asumsi Klasik

Agar hasil koefisien-koefisien regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation), maka beberapa asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model.

a. Multikolinieritas (terjadi hubungan di antara variabel bebas)

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks

PearsonCorrelation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih dari 0,8 maka variabel-variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak dalam model (Soekartawi, 1993).

b. Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Metode Park dan diagram scatterplot. Apabila dari grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan

commit to user

bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997).

c. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik Durbin Watson. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho: tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif

Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi. (Sulaiman, 2002).

commit to user

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten berada antara 7o32’19”LS sampai 7o48’33”LS dan antara 110o26’14”BT sampai 110o47’51”BT yang berjarak + 113 km dari kota Semarang.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 Kecamatan dan 391 desa. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kalikotes dan Kecamatan Kebonarum masing-masing tujuh desa. Luas wilayah Kabupaten Klaten keseluruhan seluas 65.556 ha (655,56 km2) atau seluas 2,104% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang luasnya 3.254.412 ha. 2. Topografi

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah

commit to user

datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo. c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah, maka daerah kabupaten klaten merupakan daerah pertanian yang berpotensi, di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang bersumber dari sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian daerah di Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100- 500 meter diatas permukaan laut, dan sisanya 12,76% terletak diantara ketinggian 500-2500 meter di atas permukaan laut.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari 5 (lima) macam, meliputi: a. Litosol, merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di

daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

b. Regosol Kelabu, merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan Jogonalan.

commit to user

c. Grumusol Kelabu Tua, merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, yaitu bahan induk berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu, bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten Klaten. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu pula. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana tanah ini memiliki potensi untuk produktivitas yang sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Keadaan tanah di Kabupaten Klaten tersebut cocok untuk tanaman padi karena padi menghendaki tanah sawah atau lumpur yang subur dengan kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung tertentu dan cukup air, ketebalan lapisan atas tanah 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7. Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m dpl dengan temperatur 19-270C.

4. Keadaan Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Secara langsung dan tidak langsung iklim di suatu daerah akan mempengaruhi kegiatan di daerah tersebut khususnya kegiatan di bidang pertanian yang masih sangat tergantung dengan kondisi alam.

Wilayah Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, dengan temperatur

commit to user

antara 28-30oC dan kecepatan angin rata-rata berkisar 20-25 km/jam. Kabupaten Klaten mempunyai hari hujan dalam satu tahun dengan rata-rata di bawah 125 hari dengan curah hujan rata-rata di bawah 2.635 mm per tahun. Jadi secara umum wilayah di Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang memiliki banyak ketersediaan air yang digunakan untuk sarana irigasi lahan-lahan pertanian, sehingga akan mendukung untuk usaha dalam bidang pertanian. Iklim yang kondusif menyebabkan usaha pertanian tanaman pangan khususnya padi berkembang dengan baik sehingga mampu menghasilkan beras yang mampu mencukupi kebutuhan pasar.

5. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008 Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan 33.494 19.173 10.455 2.386 1.480 33.467 19.170 10.450 2.633 1.214 33.435 19.670 10.086 2.567 1.112 33.423 19.915 9.778 2.267 1.463 Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain 32.062 19.920 6.312 201 1.450 4.179 32.089 19.938 6312 201 1.450 4.188 32.121 19.995 6.287 202 1.450 4.187 32.133 20.022 6.272 202 1.450 4.187 Jumlah 65.556

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 6 menyatakan bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 33.423 ha, yang terdiri dari sawah dengan irigasi teknis seluas 19.915 ha, irigasi

½

teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Luasnya lahan untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa tanah pertanian di Klaten

commit to user

subur dan banyak mengembangkan budidaya tanaman bahan makanan yang berupa padi.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Klaten terdiri dari lahan pekarangan, lahan tegalan, kolam/rawa, hutan negara dan lainnya. Berdasarkan jumlah lahan kering yang ada, penggunaan untuk lahan pekarangan memiliki adalah yang paling luas dan terlihat adanya kecenderungan meningkat dari tahun 2004-2008, hal ini terjadi akibat semakin meningkatnya kebutuhan tempat tinggal seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Klaten. Sedangkan lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dilakukan pada lahan tegalan. Berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung, ubi kayu dan kacang tanah cocok untuk lahan tegalan diusahakan oleh sebagian besar petani di Kabupaten Klaten. Pengembangan budidaya tanaman pangan tersebut diusahakan terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di daerah Kabupaten Klaten dan apabila ada kelebihan produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat di luar daerah Kabupaten Klaten.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Berdasarkan data BPS tahun 2008 kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 671 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

commit to user

Tabel 7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 – 2008 Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Pertumbuhan penduduk (jiwa) Persentase Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494 4.489 4.272 7.184 3.745 3.507 0,35 0,33 0,56 0,29 0,27 Rata-rata 1.291.713 4.639 0,36

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 7 menyatakan bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004 – 2008 adalah sebesar 1.300.494 jiwa. Sedangkan rata- rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004 sampai tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan- kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia produktif, dan jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur penduduk dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif (> 65 tahun). Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 adalah sebesar 1.300.494 jiwa yang terdiri dari laki-laki 635.528 jiwa dan perempuan 664.966 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8.

commit to user

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Kelompok Umur (th) Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%) Laki-laki Perempuan 0-14 161.744 154.343 316.087 24,30 15-64 422.827 447.570 870.397 66,93 > 65 50.957 63.053 114.010 8,77 Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 8 menyatakan bahwa prosentase penduduk usia produktif adalah 66,93% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar 33,07%. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif.

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten yang sebagian besar merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

commit to user 3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 9. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

Tahun SD SLTP SMU / SMK Sarjana Muda Sarjana (S1) 2003 2004 2005 2006 2007 6 3 12 1 17 348 116 66 130 147 9.677 10.178 14.357 11.685 10.921 1.522 2.492 2.252 1.482 1.456 3.363 8.331 4.156 2.464 2.969 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007

Tabel 9 menyatakan bahwa jumlah penduduk pencari kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Klaten dari tahun 2003-2007 sebagian besar merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan SMU/SMK, Sarjana dan Sarjana Muda. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Klaten.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang terdapat di wilayah tersebut apakah sudah memadai atau belum. Sarana-sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan pemerintah atau pihak swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat menunjang jalannya perekonomian di suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jual beli barang dan atau jasa. Banyaknya pasar di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 10 :

commit to user

Tabel 10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain /burung 1 5 1 55 12 1 7 0 12 Jumlah 94

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Klaten sangat memadai. Berbagai jenis pasar ada di Kabupaten Klaten mulai dari departement store sampai pasar tradisional yang menjual berbagai jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia dapat berpengaruh terhadap pemasaran beras karena akan memudahkan produsen untuk menjual hasil produksinya. Selain itu pada umumnya harga barang- barang di pasar umum lebih murah dibandingkan di pasar swalayan atau pusat- pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan khususnya bahan pangan lebih memilih untuk membeli di pasar umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan permintaan beras di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Komoditas tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Klaten diantaranya adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, dan kacang hijau. Produksi komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 11.

commit to user

Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen

(Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (ton) Padi sawah 57.912 62.06 359.389 Padi ladang 341 31,45 1.072 Jagung 9.839 80,82 79.518 Kedelai 4.128 16,47 6.797 Ubi kayu 1.873 276,47 51.783 Kacang tanah 2.520 9,76 2.460 Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 11, menyatakan bahwa padi sawah memiliki produksi terbesar di ikuti dengan jagung, kedelai, kacang tanah, padi ladang dan yang terakhir adalah kacang hijau. Oleh karena itu Kabupaten Klaten memiliki produksi beras yang cukup besar untuk mencukupi kebutuhan penduduk. Produksi kacang hijau paling rendah karena tidak semua wilayah di Kabupaten Klaten menghasilkan kacang hijau, dari 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten hanya 4 Kecamatan yang menghasilkan kacang hijau, hal ini di karenakan permintaan akan kacang hijau di Kabupaten Klaten relatif sedikit. Produksi tanaman pangan terbesar kedua adalah jagung. Sedangkan tanaman pangan diamati dalam penelitian ini adalah beras. Produksi beras di Kabupaten Klaten relatif mencukupi kebutuhan penduduk Kabupaten sendiri, hal ini dikarenakan padi ditanam secara rutin setiap tahunnya, karena padi sawah sesuai jika di tanam di iklim tropis. Sehingga lebih jelasnya Luas panen, produktivitas, dan produksi padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 16.

commit to user

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas

(Kw/Ha) Produksi (ton) Prambanan 1.974 62.23 12.284 Gantiwarno 2.945 62.06 15.484 Wedi 1.171 56.67 6.636 Bayat 1.271 61.99 7.879 Cawas 4.546 62.24 28.294 Trucuk 3.883 61.99 24.071 Kalikotes 1.432 62.02 8.881 Kebonarum 1.740 61.38 10.680 Jogonalan 2.115 61.08 12.918 Manisrenggo 2.659 62.29 16.563 Karang nongko 1.435 62.61 8.984 Ngawen 1.875 62.33 11.687 Ceper 2.016 62.69 12.638 Pedan 1.337 62.04 8.295 Karang dowo 4.375 62.39 29.542 Juwiring 3.996 62.47 24.776 Wonosari 4.342 62.38 27.085 Delanggu 3.472 61.79 21.453 Polanharjo 4.003 62.30 24.939 karanganom 2.216 62.29 13.803 Tulung 1.557 63.13 9.829 Jatinom 995 62.63 6.232 Kemalang -116 52.87 613 Klaten selatan 1.422 63.09 8.971 Klaten tengah 588 60.30 3.549 Klaten utara 551 59.94 3.303 Total 57.912 62,06 359.389

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 12 wilayah yang menghasilkan produksi beras terbesar adalah Kecamatan Karangdowo. Hal ini karena Kecamatan Karangdowo merupakan daerah dengan jenis tanah regosol kelabu, merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning- kuningan, coklat atau kelabu. Oleh karena itu kecamatan Karangdowo baik untuk budidaya tanaman pertanian seperti Padi sawah. Selain itu di daerah tersebut juga terdapat sumber air yang bermanfaat untuk mengairi lahan pertanian. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 13.

commit to user

Tabel 13. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten, 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi

Ha Kw/Ha Ton 2004 54.803 56,79 311.224 2005 55.770 56,27 313.817 2006 58.562 59,87 350.613 2007 58.107 59,47 345.561 2008 57.912 62,06 359.389

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten.

Berdasarkan Tabel 13 produksi padi di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir berfluktuatif. Produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 359.389 ton dari luas panen 57.912 Ha. Selanjutnya produksi padi Pada tahun 2007 produksi padi mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar 345.561 ton. Hal ini karena adanya alih fungsi lahan pertanian.

commit to user

42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing dari variabel yang di teliti dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah

jumlah beras yang diminta untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya

permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008 Tahun Jumlah Penduduk Permintaan Konsumsi Perkembangan (%) 1993 1,196,501 111,119,047.90 - 1994 1,202,742 111,698,649.54 0.52 1995 1,216,009 112,930,755.83 1.10 1996 1,223,439 113,620,779.93 0.61 1997 1,228,640 114,103,796.80 0.43 1998 1,234,113 114,612,074.31 0.45 1999 1,242,711 115,410,570.57 0.70 2000 1,257,682 116,800,927.34 1.20 2001 1,265,295 117,507,946.65 0.61 2002 1,271,530 118,086,991.10 0.49 2003 1,277,297 118,622,572.39 0.45 2004 1,281,786 119,039,465.82 0.35 2005 1,286,058 119,436,206.46 0.33 2006 1,293,242 120,103,384.54 0.56 2007 1,296,987 120,451,182.69 0.29 2008 1,300,494 120,776,877.78 0.27 Rata-rata 1,254,886 116,541,257.36 0.56 Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

Tabel 14 menyatakan bahwa permintaan beras di Kabupaten Klaten dari tahun 1993-2008 rata-rata adalah 116.541.257,36 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan permintaan beras di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 643.885,33 kg/tahun atau 0,56%. Pada tahun 2000 terjadi peningkatan permintaan beras yang cukup besar yaitu

commit to user

1,20 atau sebesar 1.390.356,77 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2000 kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik. Pada tahun ini merupakan abad dimulainya masa milenium yang menyebabkan meningkatnya psikologis masyarakat untuk menjalani hidup baru yang lebih baik, semangat yang ada dalam diri masyarakat berdampak pada tingkat banyaknya energi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Selain itu perubahan kehidupan yang lebih baik membutuhkan barang-barang konsumsi yang baru, sehingga menyebabkan permintaan akan beras dalam negeri mengalami peningkatan.

Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi mempengaruhi peningkatan permintaan beras di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan beras merupakan sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan olahan beras seperti tempe, tahu, susu beras dan sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Perkembangan permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 6.

100000000.00 110000000.00 120000000.00 130000000.00 140000000.00 150000000.00 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 Tahun K g Permintaan Beras

Gambar 6. Grafik Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

2. Harga Beras

Harga beras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Harga beras yang diteliti dalam penelitian adalah beras varietas IR 64. Data mengenai

commit to user

perkembangan harga beras sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

Tahun Harga Sebelum

Terdeflasi

Dokumen terkait