• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Oleh:

HENDRIK MULYO. W

H 1306011

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI KABUPATEN KLATEN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Hendrik MulyoWidakda

H 1306011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal: 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Ir. Suprapto

NIP. 19500612 198001 1 001

Anggota II

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001

Surakarta, 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi yang berjudul Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan petunjuk selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

(4)

commit to user

iv

7. Bapeda Kabupaten Klaten, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

8. Orangtuaku Bapak Mulyono SPd.Fis Ibu Sri Kamisih dan Adikku Devi Marganingtyas terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua teman-teman terimakasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh selamanya, serta untuk Yeriana Sarasdewi Pramandya.SP terimakasih karena selalu memberikan doa, semangat, dukungan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Seluruh keluarga besar Agrobisnis angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah terlupakan.

11.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2011

(5)

commit to user

A. Penelitian Terdahulu ...……….. 6

B. Tinjauan Pustaka ………... 7

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah……… 18

1. Estimasi Fungsi Permintaan……….. 18

2. Elastisitas………... 19

D. Hipotesis……….. . 21

E. PembatasanMasalah……….…...……… .. 21

F. Asumsi…..……….………..……….. 21

G. Definisi Operasional Variabel ………..………. 21

III.METODE PENELITIAN ……… 24

A. Metode Dasar Penelitian ………... 24

B. Lokasi Penelitian……….……….. 24

C. Jenis dan Sumber data……… 24

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 25

(6)

commit to user

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 30

A. Keadaan Alam ... 30

B. Keadaan Penduduk ... 34

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 37

D. Keadaan Umum Pertanian ... 38

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Permintaan Beras ... 42

2. HargaBeras ... 43

3. Harga Jagung... ... 45

4. Harga Telur ... 46

5. Pendapatan Penduduk... 48

6. Jumlah Penduduk ... 50

B. Analisis Permintaan Beras Kabupaten Klaten ... 52

1. Estimasi Fungsi Permintaan ... 52

2. Pengujian Model ... 52

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 57

4. Elastisitas Permintaan ... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

1. HargaBeras ... 61

2. Harga Jagung... ... 62

3. Harga Telur ... 62

4. Pendapatan Penduduk ... 63

5. Jumlah Penduduk... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A.Kesimpulan ... 65

B. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008 ...

3

Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten Klaten, 2004-2008 ...

3

Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan... 17

Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang ... 17

Tabel 5. Jumlah Keseluruhan Konsumen untuk Pangan ………... 24

Tabel.6

Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008………..

33

Tabel 7.

Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 – 2008………...

35

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008………...

36

Tabel 9. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten

Klaten Tahun 2003-2007………... 37 Tabel 10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun

2008………... 38

Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008……….

39

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008………..

(8)

commit to user

viii

Tabel 13. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten 2004-2008 ………

41

Tabel 14. Perkembangan Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008………...

42

Tabel 15. Perkembnagan Harga Beras Di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008………...

44

Tabel 16. Perkembnagan Harga Jagung Di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008………...

45

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008……….

47

Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008………...

49

Tabel 19. Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008……….

50

Tabel 20. Banyaknya Penduduk yang Data dan Pindah di Kabupaten

Klaten tahun 2004-2008 ……….. 51 Tabel 21. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel Yang Berpengaruh

Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten………...

53

Tabel 22. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variable Bebas………

54

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Variable-variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten………...

55

Table 24. Nilai Elastisitas Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten………...

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan……….………….. 10

Gambar 2. Kurva Permintaan ………..……….. 13

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan ………... 13

Gambar 4. Efek permintaan ………….………….………. 14

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten…………...

20

Gambar 6. Grafik perkembangan harga beras di kabupaten klaten tahun 1993-2008………...

43

Gambar 7. Grafik perkembangan harga beras di kabupaten klaten tahun 1993-2008………...

45

Gambar 8. Grafik perkembangan harga jagung di kabupaten klaten tahun 1993-2008………...

46

Gambar 9. Grafik perkembangan harga telur di kabupaten klaten tahun 1993-2008………...

48

Gambar 10. Grafik perkembangan pendapatan penduduk kabupaten klaten tahun 1993-2008………...

50

Gambar 11. Grafik perkembangan jumlah penduduk di kabupaten klaten 1993-2008……….

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 67 2. Analisis Regresi Permintaan Beras di Kabupaten Klaten ... 71 3. Peta Kabupaten Klaten ... 76

(11)

commit to user

xi RINGKASAN

Hendrik Mulyo Widakda. H 1306011. 2010. “ Analisis Permintaan Beras

Di Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti

Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan beras di Kabupaten Klaten.

(12)

commit to user

xii SUMMARY

Hendrik Mulyo Widakda. H 1306011. 2010. “The Analysis of The Demand of in Klaten Regency”. Thesis. The Advisors: Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University.

This research is aimed at analyzing and identifying some factors which influence the demand of rice and elasticity level of it in Klaten regency.

The basic method used in this research is analytical description. The location is taken purposively in Klaten regency. The data which analyzed is secondary data (time series) during 16 years (1993-2008). The data is analyzed by OLS (Ordinary Least Square) by using the function of double logarithm in order to know the elasticity of demand. The result of data analysis uses double non linier regression method by statistical analysis model.

(13)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian tanaman pangan dalam pembangunan pertanian mempunyai peran yang strategis, salah satu indikatornya adalah sebagai penghasil makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Peran ini tidak dapat digantikan secara sempurna oleh sub sektor pertanian lainnya. Ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi ketahanan politik dan ketahanan ekonomi, apalagi dihubungkan dengan kondisi perekonomian global maupun nasional yang tidak stabil. Ketahanan pangan yang paling mantap dapat dicapai melalui pencapaian swasembada pangan dimana langkah yang paling tepat adalah dengan meningkatkan produksi pangan nasional.

Peranan sektor pertanian yang tangguh seperti yang diharapkan dalam proses pembangunan, sedikitnya mencakup empat aspek: Pertama, kemampuannya dalam menyediakan pangan bagi rakyat. Kedua, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Ketiga, menghemat dan menghimpun devisa dan yang keempat, sebagai dasar yang memberikan dukungan terhadap sektor yang lain (Laksono, 2002). Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam pembangunan pertanian adalah beras. Beras adalah bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir 90% penduduk Indonesia. Beras mengandung nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan makanan pokok lainnya. Setiap 100 gr beras giling mengandung energi 360 KKal dan menghasilkan 6 gr protein. Hal ini bisa dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti jagung kuning yang mengandung 307 KKal dan 7,9 gr protein ataupun singkong yang mengandung 146 KKal dan 1,2 gr protein. Oleh karena itu, komoditas beras dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat yang umumnya masih kekurangan energi dan protein (Amang, 2002).

(14)

commit to user

Selama 30 tahun terakhir, Indonesia selalu menjadi negara net importir beras, yaitu negara yang mencukupi kekurangan kebutuhan akan beras dengan cara mengimpor dari negara lain. Pertumbuhan konsumsi beras terutama disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan konsumsi per kapita (Siswanto, 2002).

Perkembangan konsumsi beras per kapita di Indonesia tahun 2001- 2009 berfluktuasi tetapi cenderung meningkat. Tahun 2002 rata-rata konsumsi beras 115,5 kg/kapita/tahun. Tahun 2003 turun menjadi 109,7 kg/kapita/tahun. Penurunan ini terjadi karena masyarakat mulai mengkonsumsi pangan hasil diversifikasi pangan. Namun tahun 2004, konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kg/kapita/tahun, dan pada 2005-2007 sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tahun 2007 konsumsi beras nasional sekitar 139 kg/kapita/tahun dan jumlah ini berlangsung sampai tahun 2009 (Sukri, 2009).

Konsumsi beras nasional sebesar 139 kg/kapita/tahun dinilai sangat tinggi bila dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kg dan Malaysia 80 kg per kapita per tahun. Hal ini mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan sehingga untuk menutupi kekurangnya dilakukan impor. Pertumbuhan produksi beras tahun 2001-2006 sebesar 0.9% tetapi kenaikan ini tidak mampu mengimbangi kenaikan konsumsi beras yaitu sebesar 2% per tahun yang mengakibatkan Indonesia harus impor beras rata-rata 2 juta ton per tahun (Anonim, 2007).

(15)

commit to user

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten, 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi

Ha Kw/Ha Ton

2004 54.803 56,79 311.224

2005 55.770 56,27 313.817

2006 58.562 59,87 350.613

2007 58.107 59,47 345.561

2008 57.912 62,06 359.389

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

Berdasarkan Tabel 1 luas panen, produktivitas dan produksi padi di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir berfluktuatif. Produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 359.389 ton dari luas panen 57.912 Ha. Selanjutnya produksi padi Pada tahun 2007 produksi padi mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar 345.561 ton. Hal ini karena adanya alih fungsi lahan pertanian.

Rata-rata jumlah konsumsiberas masyarakat di Kabupaten Klaten sebesar 92,87 kg/orang/tahun. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten klaten tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten Klaten, 2004-2008.

Tahun Produksi Padi (ton)

Ketersediaan

Beras (ton)

Konsumsi

(ton)

Surplus

2004 311.224 196.693 168.222 28.471

2005 313.817 198.332 168.782 29.550 2006 350.613 221.587 120.103 101.484 2007 345.561 218.395 120.451 97.944 2008 359.402 223.907 120.723 103.184

(16)

commit to user

Berdasarkan Tabel 2, ketersediaan beras di Kabupaten Klaten berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain permintaan beras di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2006 mengalami penurunan dikarenakan adanya bencana alam gempa bumi dan gunung meletus, setelah mengalami penurunan pada tahun berikutnya permintan beras di kabupaten Klaten cenderung mengalami peningkatan. Semakin meningkatnya permintaan beras di Kabupaten Klaten ini mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten.

B. Perumusan Masalah

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, harga barang komplementer, selera dan keinginan, jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah penduduk dan penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap permintaan barang di pasaran, maka fungsi permintaan terhadap barang juga dipengaruhi oleh variabel ini (Soekartawi, 1993).

Pangan terutama beras merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Oleh karena itu masalah pangan terutama beras yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga, konsumsi, permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji.

(17)

commit to user

beras agar kebutuhan masyarakat akan beras dapat terpenuhi. Dari uraian diatas maka permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Klaten antara lain :

1. Apakah faktor-faktor harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Klaten.

2. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya.

3. Bagi Peneliti

(18)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Endang Wiwin (2006) mengenai Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Pati. Dengan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa harga beras, harga tepung gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga tepung gandum dan jumlah penduduk berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga beras dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten Pati adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar yaitu 0,86710. Berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga tepung gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang subtitusi bagi beras. Sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif dan merupakan barang komplementer.

Penelitian Hendriani (2005) mengenai Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang menggunakan data sekunder yang berupa data time series (runtun waktu) selama 15 tahun (1989 – 2003). Sedangkan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa tingkat permintaan beras di Kabupaten Karawang dipengaruhi oleh harga beras, harga jagung, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dari perhitungan diperoleh besarnya angka elastisitas harga beras

(19)

commit to user

adalah sebesar –0,024 yang berarti bahwa harga beras bersifat inelastis. Pada penelitian ini elastisitas harga silang harga jagung adalah sebesar 0,008 %, artinya jika harga jagung naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga silang yang positif ini menandakan bahwa jagung merupakan barang subtitusi untuk beras. Pada penelitian ini nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar 0,227 %, artinya jika pendapatan

per kapita naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik sebesar 0,227 %.

Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor bebas yang berpengaruh antara lain harga jagung sebagai harga barang substitusi, harga telur sebagai harga komplementer dan pendapatan perkapita. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa melalui uji F, variabel-variabel bebasnya mempengaruhi secara bersama-sama variabel-variabel tak bebasnya. Sedangkan melalui uji t, diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti telah tepat sebagai variabel prediktor dalam memprediksi permintaan beras, sehingga menjadi acuan bagi penelitian permintaan beras dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor yang memberikan pengaruh terbesar serta elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten.

B. Tinjauan Pustaka

1. Beras

(20)

commit to user

tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya adalah pengkonsumsi sagu sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan konsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku, Sulawesi Utara, Madura dan sebagainya (Anonimb, 2010).

Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah konsumsi protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya pendapatan dapat diperkirakan bahwa peranan beras sebagai sumber energi bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas pada kebijakan pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal itu terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki yang cenderung menghambat kegiatan pembanguan ekonomi secara keseluruhan (Mears,1982).

(21)

commit to user

sebelumnya, sehingga lebih banyak beras yang disisihkan untuk konsumsi keluarga mereka. Bagi golongan non produsen, jika pendapatannya tidak mengalami kenaikan, penurunan pendapatan riil karena kenaikan harga beras menyebabkan mereka mengurangi konsumsi berasnya untuk membatasi pengurangan kebutuhan non beras (Mubyarto, 1975).

2. Pembudidayaan Padi

Pembudidayaan padi dapat dilakukan dengan cara penanaman, pemanenan, perontokan dan pengeringan gabah. Di Jawa dan Bali pemanenan dilakukan dengan memotong malai padi satu persatu dengan ani-ani. Dengan cara ini dapat dipilih padi yang masak dan meninggalkan padi yang belum masak untuk dipanen kemudian. Waktu panen yang jatuh pada akhir musim hujan memungkinkan butir-butir padi menjadi agak kering (dengan kadar air 20 sampai 21 persen) sebelum dipanen, sehingga kemungkinan tercecernya sedikit karena tidak mudah rontok. Karena tangkai malai ini dipotong panjang, maka ia dapat diikat dan dibawa pulang atau diangkut ke penggilingan untuk dikeringkan dalam keadaan masih terikat. Sirkulasi udara yang dimungkinkan oleh longgarnya tumpukan ikatan dapat memperkecil kemungkinan tumbuhnya jamur atau pemanasan akibat fermentasi. Hal ini juga dibutuhkan untuk mempercepat pengeringan (Mears, 1982).

(22)

commit to user

3. Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lain menimbulkan biaya (Kotler, 1998).

Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium

dalam suatu pasar. Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut : (Sukirno, 2005 ).

Harga (Rp) D S 500

400 300

200 100

Q (Jumlah barang) 400 600 800 1000

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan

(23)

commit to user

terpaksa harga diturunkan. Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit daripada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera menipis dan harga akan naik lagi (Mubyarto, 1989).

Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan konsumen disamping harga pedagang. Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto, 1989).

4. Permintaan

Inti teori permintaan adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Jika harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah yang diminta. Jika harga berada di bawah harga keseimbangan, maka jumlah yang diminta lebih besar dari jumlah yang ditawarkan (Boediono, 2005).

Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

(24)

commit to user

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti (substitusi), barang penggenap atau pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun.

2) Barang pelengkap

Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3) Barang Netral

Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya adalah permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah berikut: permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno, 2005).

(25)

commit to user

kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang diminta.

P (Harga)

P1

P2

Q

Q1 Q2

Gambar 2. Kurva Permintaan

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan atau ke kiri.

Harga

P D2 D D1

A2 A A1

0 Q2 Q Q1 Kuantitas

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan

(26)

commit to user

kuantitas yang diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Kuantitas yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah efek substitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan, apabila harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan turun.

Gambar 4. Efek permintaan

5. Elastisitas

Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Persamaan untuk menghitung elastisitas adalah sebagai berikut:

(27)

commit to user

Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002).

Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai berikut:

a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka permintaannya cenderung elastis (ED>1)

b. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Semakin besar pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok, maka permintaan semakin elastis.

c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubaan yang terjadi di pasar belum diketahui konsumen.

d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka permintaan cenderung inelastis atau elastis sempurna.

(Putong, 2002).

Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga b. Elastisitas pendapatan c. Elastisitas silang

Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Elastisitas Harga (Ep)

Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara:

(28)

commit to user suatu barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

4) Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta tetap.

5) Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana kurvanya berbentuk horizontal .

b. Elastisitas Pendapatan (EI)

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (Income) sebesar 1 persen.

(29)

commit to user Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan

Elastisitas Golongan

Persentase jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik Persentase jumlah yang diminta lebih besar dari proporsi kenaikan pendapatan

Persentase jumlah yang diminta lebih kecil dari prosentase proporsi kenaikan pendapatan

Persentase jumlah barang yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Sumber : Lipsey, 1990 dan Gilarso, 2003

c. Elastisitas silang (Ec)

Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan persentase perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka besarnya elastisitas silang dapat dihitung dengan rumus:

Ec = tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang Elastisitas Golongan

Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang)

Kenaikan harga barang komplementer berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya)

(30)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa barang substitusi mempunyai nilai positif > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif menunjukkan barang tersebut adalah barang komplementer sehingga dalam penggunaannya secara bersama-sama dengan produk lain.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi permintaan seseorang antara lain :

1. Harga barang itu sendiri 2. Harga barang lain 3. Pendapatan konsumen 4. Jumlah penduduk

Untuk mengetahui elastisitas permintaan beras terhadap harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan perkapita, jumlah penduduk, dan konsumsi beras, maka di gunakan model analisis yaitu model analisis statis.

a. Model Analisis

Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak study empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinannya, yang dirumuskan sebagai berikut : Qd = bo. Hxb1 . Hkb2 . Hsb3. Hsb4. Yb5. JPb5. e

Dimana :

(31)

commit to user Hk = Harga barang komplementer Hs = Harga barang substitusi Y = Pendapatan riil

JP = Jumlah Penduduk b1-b5 = koefisien regresi

e = error

Dalam penelitian ini variabel yang dianggap dispesifikasi permintaan beras di Kabupaten Klaten adalah harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Sehingga fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Qd = bo. X1b1 . X2b2 . X3b3. X4b4 .X5b5.e

Fungsi tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut :

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1+ b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4

+ b5 Ln X5 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan Beras bo = Konstanta

X1 = Harga beras tahun t (Rp/kg)

X2 = Harga jagung tahun t (Rp/kg)

X3 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X4 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X5 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b1 – b5 = Koefisien regresi

e = error 2. Elastisitas

(32)

commit to user

lain), elastisitas pendapatan (terhadap perubahan pendapatan atau anggaran belanja).

Kerangka berpikir Analisis Permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada gambar 4 berikut :

Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Faktor-faktor Permintaan Beras

Variabel: Harga Beras

Variabel Harga Jagung

Faktor Harga Barang Lain

Faktor Penduduk

Variabel: Pendapatan

Penduduk

Analisis Permintaan

Estimasi Fungsi Permintaan Beras

Elastisitas Permintaan Beras

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Harga Barang Komplementer Harga Barang

Subtitusi

Faktor Jumlah Penduduk

Variabel Jumlah Penduduk Kab

Klaten Variabel Harga

(33)

commit to user D. Hipotesis

1. Diduga bahwa harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa beras bersifat inelastis, telur merupakan barang komplementer beras jagung merupakan barang substitusi beras dan beras merupakan barang normal.

E. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1993 sampai tahun 2008.

2. Permintaan yang ingin dijelaskan adalah permintaan beras yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Klaten.

3. Variabel yang berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten yang di teliti terbatas pada harga beras pada tahun t, harga rata-rata jagung pada tahun t, harga telur pada tahun t, jumlah penduduk pada tahun t, dan pendapatan perkapita penduduk pada tahun t.

4. Harga beras yang diteliti adalah jenis beras IR 64. 5. Harga telur yang diteliti adalah jenis telur ayam ras. 6. Harga jagung yang diteliti adalah jenis jagung hibrida

7. Elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah elastisitas harga, elastisitas pendapatan, serta elastisitas silang permintaan.

F. Asumsi-asumsi

1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dianggap tetap.

2. Selera dan preferensi konsumen dianggap tetap selama periode penelitian.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan beras adalah jumlah beras yang dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Permintaan beras dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Permintaan Beras = Jumlah Penduduk ´ Jumlah Konsumsi Beras 2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten

(34)

commit to user

3. Harga beras adalah harga rata-rata beras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

3. Harga jagung adalah harga rata-rata jagung pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

4. Indeks harga konsumen adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan rata-rata dari harga-harga kelompok atau sekumpulan barang dari satu waktu ke waktu lainnya.

5. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang bersangkutan.

6.Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku jika dibandingkan dengan tahun dasar.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus berikut ini :

Hx = Ht

IHKt IHKd

´

Keterangan :

Hx = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

(35)

commit to user Yt = Yabt

IHt IRd

´

Keterangan :

Yt = pendapatan penduduk tahun t

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

(36)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1998), metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual sedangkan analitis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1993 sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk di kabupaten Klaten.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten memiliki tingkat konsumsi beras yang selalu bertambah tiap tahunnya (lihat tabel 2). Adapun tingkat konsumsi padi-padian di Kabupaten Klaten tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Proporsi Penegeluaran Konsumsi padi-padian dan jumlah keseluruhan pengeluaran konsumsi untuk pangan.

No Tahun Proporsi Pengeluaran Konsumsi

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi padi-padian untuk Kabupaten Klaten paling tinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 19,11%; sedangkan untuk konsumsi yang paling rendah adalah sebesar 14,37% pada tahun 2005.

(37)

commit to user

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten dan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 1993 sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras, harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk, data pendapatan per kapita penduduk serta data pendukung lainnya .

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lembaga-lembaga pemerintahan Kabupaten Klaten

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu wawancara dengan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Kabupaten Klaten dan BPS Kabupaten Klaten.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

(38)

commit to user

kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE) (Arsyad, 2008).

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Hubungan antara permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan analisis regresi linier berganda dengan model perpangkatan atau eksponensial. Secara matematis model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +

b5 Ln X5 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan beras bo = Konstanta

X1 = Harga beras tahun t (Rp/kg)

X2 = Harga jagung tahun t (Rp/kg)

X3 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X4 = Pendapatan perkapita penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X5 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b1 – b5 = Koefisien regresi

e = error

2. Pengujian Model

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Uji statistik meliputi uji 2, uji F dan uji t. Sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji R2 adjusted (R2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < R2 ≤ 1).

(39)

commit to user

(semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan beras

pada tingkat kesalahan (a) = 1%, 5%, atau 10%. Hipotesis:

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0

Ha : b1≠ b2 ... b5≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥ a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa F hitung ≥ F tabel.

2) Nilai signifikansi < a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti bahwa F hitung < F tabel.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada tingkat signifikansi

(a) = 1%, 5%, atau 10%. Hipotesis :

Ho : bi = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa F hitung ≥ F tabel.

(40)

commit to user

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan beras, digunakan standard koefisien regresi partial, yang dapat diperoleh dengan rumus :

bi = b x i d d

y

Keterangan :

bi = Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i b = Koefisien regresi variabel bebas ke-i

dy = Standar deviasi variabel tak bebas

di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

3. Uji Asumsi Klasik

Agar hasil koefisien-koefisien regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation), maka beberapa asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model.

a. Multikolinieritas (terjadi hubungan di antara variabel bebas)

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks

PearsonCorrelation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih dari 0,8 maka variabel-variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak dalam model (Soekartawi, 1993).

b. Heteroskedatisitas

(41)

commit to user

bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997).

c. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik Durbin Watson. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho: tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif

Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat disimpulkan.

(42)

commit to user

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten berada antara 7o32’19”LS sampai 7o48’33”LS dan antara 110o26’14”BT sampai 110o47’51”BT yang berjarak + 113 km dari kota Semarang.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 Kecamatan dan 391 desa. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kalikotes dan Kecamatan Kebonarum masing-masing tujuh desa. Luas wilayah Kabupaten Klaten keseluruhan seluas 65.556 ha (655,56 km2) atau seluas 2,104% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang luasnya 3.254.412 ha. 2. Topografi

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah

(43)

commit to user

datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo. c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah, maka daerah kabupaten klaten merupakan daerah pertanian yang berpotensi, di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang bersumber dari sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian daerah di Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut, dan sisanya 12,76% terletak diantara ketinggian 500-2500 meter di atas permukaan laut.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari 5 (lima) macam, meliputi: a. Litosol, merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di

daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

(44)

commit to user

c. Grumusol Kelabu Tua, merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, yaitu bahan induk berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu, bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten Klaten. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu pula. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana tanah ini memiliki potensi untuk produktivitas yang sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Keadaan tanah di Kabupaten Klaten tersebut cocok untuk tanaman padi karena padi menghendaki tanah sawah atau lumpur yang subur dengan kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung tertentu dan cukup air, ketebalan lapisan atas tanah 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7. Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m dpl dengan temperatur 19-270C.

4. Keadaan Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Secara langsung dan tidak langsung iklim di suatu daerah akan mempengaruhi kegiatan di daerah tersebut khususnya kegiatan di bidang pertanian yang masih sangat tergantung dengan kondisi alam.

(45)

commit to user

antara 28-30oC dan kecepatan angin rata-rata berkisar 20-25 km/jam. Kabupaten Klaten mempunyai hari hujan dalam satu tahun dengan rata-rata di bawah 125 hari dengan curah hujan rata-rata di bawah 2.635 mm per tahun. Jadi secara umum wilayah di Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang memiliki banyak ketersediaan air yang digunakan untuk sarana irigasi lahan-lahan pertanian, sehingga akan mendukung untuk usaha dalam bidang pertanian. Iklim yang kondusif menyebabkan usaha pertanian tanaman pangan khususnya padi berkembang dengan baik sehingga mampu menghasilkan beras yang mampu mencukupi kebutuhan pasar.

5. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 6 menyatakan bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 33.423 ha, yang terdiri dari sawah dengan irigasi

teknis seluas 19.915 ha, irigasi

½

teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana

(46)

commit to user

subur dan banyak mengembangkan budidaya tanaman bahan makanan yang berupa padi.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Klaten terdiri dari lahan pekarangan, lahan tegalan, kolam/rawa, hutan negara dan lainnya. Berdasarkan jumlah lahan kering yang ada, penggunaan untuk lahan pekarangan memiliki adalah yang paling luas dan terlihat adanya kecenderungan meningkat dari tahun 2004-2008, hal ini terjadi akibat semakin meningkatnya kebutuhan tempat tinggal seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Klaten. Sedangkan lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dilakukan pada lahan tegalan. Berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung, ubi kayu dan kacang tanah cocok untuk lahan tegalan diusahakan oleh sebagian besar petani di Kabupaten Klaten. Pengembangan budidaya tanaman pangan tersebut diusahakan terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di daerah Kabupaten Klaten dan apabila ada kelebihan produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat di luar daerah Kabupaten Klaten.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

(47)

commit to user

Tabel 7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Penduduk

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 7 menyatakan bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004 – 2008 adalah sebesar 1.300.494 jiwa. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004 sampai tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan-kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

(48)

commit to user

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Kelompok Umur (th)

Jenis Kelamin

Jumlah Prosentase (%) Laki-laki Perempuan

0-14 161.744 154.343 316.087 24,30

15-64 422.827 447.570 870.397 66,93

> 65 50.957 63.053 114.010 8,77

Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 8 menyatakan bahwa prosentase penduduk usia produktif adalah 66,93% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar 33,07%. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif.

(49)

commit to user 3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 9. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007

Tabel 9 menyatakan bahwa jumlah penduduk pencari kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Klaten dari tahun 2003-2007 sebagian besar merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan SMU/SMK, Sarjana dan Sarjana Muda. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Klaten.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

(50)

commit to user

Tabel 10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit)

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Klaten sangat memadai. Berbagai jenis pasar ada di Kabupaten Klaten mulai dari departement store sampai pasar tradisional yang menjual berbagai jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia dapat berpengaruh terhadap pemasaran beras karena akan memudahkan produsen untuk menjual hasil produksinya. Selain itu pada umumnya harga barang-barang di pasar umum lebih murah dibandingkan di pasar swalayan atau pusat-pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya bahan pangan lebih memilih untuk membeli di pasar umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan permintaan beras di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

(51)

commit to user

Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi sawah 57.912 62.06 359.389

Padi ladang 341 31,45 1.072

Jagung 9.839 80,82 79.518

Kedelai 4.128 16,47 6.797

Ubi kayu 1.873 276,47 51.783

Kacang tanah 2.520 9,76 2.460

Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2008

(52)

commit to user

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas

(Kw/Ha)

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

(53)

commit to user

Tabel 13. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten, 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi

Ha Kw/Ha Ton

2004 54.803 56,79 311.224

2005 55.770 56,27 313.817

2006 58.562 59,87 350.613

2007 58.107 59,47 345.561

2008 57.912 62,06 359.389

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten.

(54)

commit to user

42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing dari variabel yang di teliti dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah

jumlah beras yang diminta untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya

permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun

1994 1,202,742 111,698,649.54 0.52

1995 1,216,009 112,930,755.83 1.10

1996 1,223,439 113,620,779.93 0.61

1997 1,228,640 114,103,796.80 0.43

1998 1,234,113 114,612,074.31 0.45

1999 1,242,711 115,410,570.57 0.70

2000 1,257,682 116,800,927.34 1.20

2001 1,265,295 117,507,946.65 0.61

2002 1,271,530 118,086,991.10 0.49

2003 1,277,297 118,622,572.39 0.45

2004 1,281,786 119,039,465.82 0.35

2005 1,286,058 119,436,206.46 0.33

2006 1,293,242 120,103,384.54 0.56

2007 1,296,987 120,451,182.69 0.29

2008 1,300,494 120,776,877.78 0.27

Rata-rata 1,254,886 116,541,257.36 0.56 Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

(55)

commit to user

1,20 atau sebesar 1.390.356,77 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2000 kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik. Pada tahun ini merupakan abad dimulainya masa milenium yang menyebabkan meningkatnya psikologis masyarakat untuk menjalani hidup baru yang lebih baik, semangat yang ada dalam diri masyarakat berdampak pada tingkat banyaknya energi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Selain itu perubahan kehidupan yang lebih baik membutuhkan barang-barang konsumsi yang baru, sehingga menyebabkan permintaan akan beras dalam negeri mengalami peningkatan.

Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi mempengaruhi peningkatan permintaan beras di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan beras merupakan sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan olahan beras seperti tempe, tahu, susu beras dan sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Perkembangan permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 6.

100000000.00

Gambar 6. Grafik Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

2. Harga Beras

(56)

commit to user

perkembangan harga beras sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 15.

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa harga beras setelah terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 7,72% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 2.538,07 per kg.

(57)

commit to user

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

3. Harga Jagung

Harga jagung dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram jagung. Data mengenai perkembangan harga jagung dari tahun 1993-2008 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

(58)

commit to user

Harga jagung yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga jagung setelah terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 4,99% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 1.156,80 per kg.

Selain itu harga jagung yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan karena perubahan permintaan, perubahan produksi dan pasokan jagung dari daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga di tingkat distributor. Perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 8.

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

4. Harga Telur

(59)

commit to user

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 1993-2008

Harga telur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa harga telur setelah terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 6,09% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 6.122,66 per kg.

Harga telur yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 1998 yaitu meningkat sebesar 49,59%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Sedangkan harga terendah dari telur terjadi pada tahun 1999 dengan penurunan sebesar -21,31%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur menurun.

(60)

commit to user 0

1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

R

p/

K

g

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

5. Pendapatan Penduduk Kabupaten Klaten

(61)

commit to user

Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Klaten, 1994-2008

2001 2,755,295.68 89.12 3,091,669.30 163.60

2002 2,848,384.33 100.00 2,848,384.33 -7.87

2003 1,053,576.56 105.96 994,334.13 -65.09

2004 3,107,333.54 111.72 2,781,457.93 179.73

2005 3,240,821.00 117.01 2,769,695.75 -0.42

2006 3,290,470.00 102.25 3,218,063.57 16.19

2007 3,392,004.66 91.35 3,713,196.12 15.39

2008 3,516,704.93 82.34 4,270,955.71 15.02

Rata-rata 1,927,564.96 78.92 2,521,649.03 16.51

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pendapatan perkapita di

Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 16,51% atau Rp 2.521.649,03 per tahun. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten,  2004-2008
Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 4. Efek permintaan
Tabel 4.    Interpretasi Elastisitas Silang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Romaulina Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras Raskin Di Palembang ( Studi Kasus: Bulog Sumsel), 2004... Romaulina Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras Raskin

Pada uji-t diperoleh bahwa variabel harga beras, harga jagung, harga mi instan, dan pendapatan perkapita penduduk berpengaruh secara nyata terhadap permintaan

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik secara signifikan adalah harga, pendapatan dan jumlah tanggungan, sedangkan

Metode analisis yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian beras organik di Kabupaten Jember digunakan

Hasil analisis uji R 2 menunjukan bahwa 94.8% permintaan beras di Kota Mataram dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga beras, harga roti

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik secara signifikan adalah harga, pendapatan dan jumlah tanggungan, sedangkan

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Permintaan Komoditas beras di Kabupaten Gowa ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap permintaan Komoditas Beras

Menurut Widya (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di Indonesia, yaitu (1) permintaan beras secara nyata dipengaruhi oleh harga