• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pengujian Prayarat Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas suatu data perlu dicek keberadaannya agar langkah selanjutnya dapat dipertanggung jawabkan.

a. Hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru

Berikut ini akan disajikan tabel hasil pengujian normalitas mengenai hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru.

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja Guru

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Chisquare

Equation

Model Summary

Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .711 177.301 1 72 .000 .033 .019

Hasil pengujian normalitas hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru menunjukkan nilai R Square sebesar 0,711, karena nilai R Square < dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.

b. Hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan minat kerja guru

Berikut ini akan disajikan tabel hasil pengujian normalitas mengenai hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru.

Tabel 5.6

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Minat Kerja Guru

Hasil pengujian normalitas hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru menunjukkan nilai R Square sebesar 0,512, karena nilai R

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .512 75.474 1 72 .000 .036 .016

Square < dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.

c. Hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru

Berikut ini akan disajikan tabel hasil pengujian normalitas mengenai hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru.

Tabel 5.7

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja dan Minat Kerja Guru

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 74

Normal Parametersa Mean 152.2027027

Std. Deviation 1.34184632

Most Extreme Differences Absolute .109

Positive .109

Negative -.089

Kolmogorov-Smirnov Z .941

Asymp. Sig. (2-tailed) .339

Hasil pengujian normalitas hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru menunjukkan nilai assymtotic significance (asymp sig.) 0,339 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.

C. Uji Analisis Data

1. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja Guru

Dibawah ini disajikan tabel hasil analisis permasalahan hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru.

Tabel 5.8

Hasil Pengujian untuk Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi

Kerja Guru

Correlations

PERPEPSI MOTIVASI

Spearman's rho PERPEPSI Correlation Coefficient 1,000 ,182

Sig. (1-tailed) . ,061

N 74 74

MOTIVASI Correlation Coefficient ,182 1,000

Sig. (1-tailed) ,061 .

Berdasarkan tabel 5.8 bila dilihat koefisien korelasinya adalah sebesar 0,182. Koefisien korelasi 0,182 ini tergolong dalam korelasi sangat lemah dan korelasinya positif.

2. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Minat Kerja Guru

Di bawah ini disajikan tabel hasil analisis permasalahan hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru.

Tabel 5.9

Hasil Pengujian untuk Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013

dengan Minat Kerja Guru

Correlations

PERPEPSI MINAT

Spearman's rho PERPEPSI Correlation Coefficient 1,000 -,013

Sig. (1-tailed) . ,456

N 74 74

MINAT Correlation Coefficient -,013 1,000

Sig. (1-tailed) ,456 .

N 74 74

Berdasarkan tabel 5.8 bila dilihat koefisien korelasinya adalah sebesar -0,013. Koefisien korelasi -0,013 ini tergolong dalam korelasi sangat lemah dan korelasinya negatif.

3. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja dan Minat Kerja Guru

Di bawah ini disajikan tabel hasil analisis permasalahan hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru.

Tabel 5.10

Hasil Pengujian untuk Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja

dan Minat Kerja Guru

Model R R Squa re Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Chang e 1 ,111(a) ,012 -,016 12,219 ,012 ,440 2 71 ,646

Dari tabel 5.10 bila dilihat koefisien korelasinya adalah sebesar 0,111. Koefisien korelasi 0,111 ini tergolong dalam korelasi sangat lemah dan korelasinya positif.

D. Pembahasan

1. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi

Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja Guru

Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 di SMA yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat positif sebanyak 5 guru,

dikategorikan positif sebanyak 45 guru, dikategorikan netral sebanyak 18 guru, dikategorikan negatif sebanyak 6 guru dan tidak ada guru dengan kategori sangat negatif. Motivasi kerja guru di SMA yang masih mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat tinggi sebanyak 8 guru, dikategorikan tinggi sebanyak 47 guru, dikategorikan cukup tinggi 14 guru, dikategorikan rendah sebanyak 5 guru dan tidak ada guru dengan kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dan motivasi kerja tinggi.

Dari hasil analisis permasalahan menyatakan bahwa korelasi persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru sebesar 0,182 tergolong sangat lemah dan positif. Tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat kecil dalam menentukan baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013. Begitu pula, baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 sangat kecil dalam menentukan tinggi rendahnya motivasi kerja guru.

Berdasarkan hasil analisis permasalahan ditemukan bahwa ada hubungan yang sangat lemah dan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 bukan merupakan faktor yang dominan

dalam menentukan motivasi kerja guru. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fatimah (2009:41) bahwa persepsi terhadap profesi bidan mempunyai hubungan yang bermakna (signifikan) dan positif terhadap motivasi belajar mahasiswa pendidikan Diploma III kebidanan.

Hasil penelitian yang bertentangan dengan kajian teori dan bukti empiris tentu perlu diketahui penyebabnya. Persepsi sendiri adalah suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 1989:100). Persepsi guru mengenai implementasi Kurikulum 2013 adalah penginterprestasian guru terhadap kesan-kesan sensorinya dalam usaha guru tersebut memberikan makna tertentu kepada implementasi Kurikulum 2013. Adanya kebutuhan guru untuk dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di lapangan membuat guru mencurahkan perhatiannya pada Kurikulum 2013 dan pengimplementasiannya. Kebutuhan adalah salah satu faktor penyebab perhatian. Guru yang telah memperhatikan Kurikulum 2013 maka telah mempunyai persepsi terhadap implementasi Kurikulum 2013 dikarenakan syarat psikologis terjadinya persepsi adalah perhatian. Di saat guru merasa bahwa dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik itu adalah kebutuhan maka timbul motif dari dalam diri yang memotivasi guru untuk

mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannya. Secara logis persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru seharusnya berhubungan.

Dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 memiliki hubungan yang sangat lemah dan positif dengan motivasi kerja guru, maka dapat dijelaskan bahwa baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dan tinggi rendahnya motivasi kerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih dominan dan berperan di dalamnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi menurut Handoko (1992; 9) adalah

a. Pengalaman

Semakin guru mempunyai pengalaman kerja lebih lama maka guru tersebut akan memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi.

b. Situasi Lingkungan

Situasi lingkungan turut berpengaruh dalam timbulnya motivasi kerja. Lingkungan kerja yang kondusif akan menimbulkan motivasi seseorang untuk bekerja dengan baik.

c. Cita-cita Hidup

Seorang guru pasti mempunyai cita-cita menjadi guru yang profesional. Cita-cita tersebut mendorong guru untuk bekerja dengan giat. Bekerja dengan penuh tanggung jawab, mengembangkan diri dan mandiri dalam melakukan pekerjaan.

2. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Minat Kerja Guru

Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 di SMA yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat positif sebanyak 5 guru, dikategorikan positif sebanyak 45 guru, dikategorikan netral sebanyak 18 guru, dikategorikan negatif sebanyak 6 guru dan tidak ada guru dengan kategori sangat negatif. Minat kerja guru di SMA yang masih mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat tinggi sebanyak 19 guru, dikategorikan tinggi sebanyak 41 guru, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 14 guru dan tidak ada guru dengan kategori rendah dan sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dan minat kerja tinggi.

Dari hasil menyatakan bahwa korelasi persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru sebesar -0,013 tergolong lemah dan negatif. Semakin tinggi minat kerja guru maka semakin buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013. Begitu pula, semakin baik

persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 maka semakin rendah minat kerja guru.

Berdasarkan hasil analisis permasalahan ditemukan bahwa ada hubungan yang sangat lemah dan negatif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 bukan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan minat kerja guru. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dalam jurnal yang disusun oleh Aryani (2010:160) bahwa persepsi mahasiswa terhadap organisasi mempunyai hubungan positif dengan minat mahasiswa berorganisasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUKA.

Hasil penelitian yang bertentangan dengan kajian teori dan bukti empiris tentu perlu diketahui penyebabnya. Persepsi sendiri adalah suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 1989:100). Persepsi guru mengenai implementasi Kurikulum 2013 adalah penginterprestasian guru terhadap kesan-kesan sensorinya dalam usaha guru tersebut memberikan makna tertentu kepada implementasi Kurikulum 2013. Adanya kebutuhan guru untuk dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di lapangan membuat guru mencurahkan perhatiannya pada Kurikulum

2013 dan pengimplementasiannya. Kebutuhan adalah salah satu faktor penyebab perhatian. Kemauan guru untuk mencurahkan perhatiannya pada pengimplementasian Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa guru mempunyai minat terhadap Kurikulum 2013 karena apabila seseorang memiliki minat kerja maka akan timbul perhatian yang spontan. Guru yang telah memperhatikan Kurikulum 2013 maka telah mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dikarenakan syarat psikologis terjadinya persepsi adalah perhatian. Secara logis dapat dikatakan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan minat kerja guru seharusnya berhubungan. Namun pada kenyataannya, guru banyak mengalami kesulitan dalam implementasinya, sehingga persepsi positif terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 justru menurunkan minat kerja mereka.

Menurut Crow dan Crow (1963), minat bukan bawaan tetapi muncul dan berubah seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu dalam perkembangannya, minat terbentuk melalui proses belajar. Sebagian besar guru mempunyai persepsi positif terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013. Guru berpendapat bahwa Kurikulum 2013 sangat bagus diterapkan dalam pembelajaran akan tetapi ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru sehingga minat kerja guru saat mengimplementasikan Kurikulum 2013 menurun. Dalam aspek-aspek minat terdapat beberapa aspek yaitu, 1) Sikap

umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity) sikap umum disini maksudnya adalah sikap yang dimiliki oleh individu, yaitu perasaan suka atau tidak suka terhadap aktivitas. Guru yang mempunyai pandangan baik terhadap implementasi Kurikulum 2013 bisa memiliki perasaan tidak suka apabila harus bekerja menggunakan acuan Kurikulum 2013 dikarenakan melalui ingatan atau pengalamannya guru tersebut lebih menyukai Kurikulum yang sebelumnya, 2) Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu perasaan senang individu terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitasnya. Meskipun guru mempunyai kesan baik terhadap penerapan Kurikulum 2013 bisa jadi guru tidak senang melakukan aktivitas bekerja menggunakan Kurikulum 2013 misal dalam bidang administratif saat membuat penilaian. Guru tidak senang melakukan penilaian karena merasa kesulitan dalam prosesnya. Penilaian dirasakan rumit dan terlalu banyak aspeknya. Penilaian yang mencakup 3 ranah dianggap rumit oleh guru, terlebih jika pada penilaian akhir. Guru sangat kesulitan memberikan nilai pada tiap tiap peserta didik. Hal ini yang dirasa berat oleh guru.

Pada intinya kurikulum 2013 ini menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam proses pengajaran, seperti biasa hal yang baru akan mendapat penolakan karena sudah nyaman dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya, selain itu masih banyak sekali sekolah yang belum menggunakan kurikulum 2013

dengan alasan masih belum mampu, terutama sekolah yang berada di daerah.

Persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 memiliki hubungan yang sangat lemah dan negatif dengan minat kerja guru dapat pulsa dijelaskan bahwa baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dan tinggi rendahnya minat kerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih dominan dan berperan di dalamnya. Menurut Crow dalam Putra (2012: 11), faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah

a. Emosional factor

Dalam perjalanan seseorang pasti akan ada kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan seorang guru akan membangkitkan rasa senang dan dapat menambah semangatnya dalam bekerja. Sebaliknya, kegagalan yang dialami guru akan mengembangkan minatnya.

b. The factor of social motive

Dalam bekerja pasti seseorang menginginkan status sosial di lingkungan pekerjaannya. Begitu pula dengan seorang guru, guru pasti menginginkan status sosial di sekolahnya. Status sosial ini menimbulkan minat guru untuk bekerja dengan giat.

3. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja dan Minat Kerja Guru

Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 di SMA yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat positif sebanyak 5 guru, dikategorikan positif sebanyak 45 guru, dikategorikan netral sebanyak 18 guru, dikategorikan negatif sebanyak 6 guru dan tidak ada guru dengan kategori sangat negatif. Motivasi kerja guru di SMA yang masih mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat tinggi sebanyak 8 guru, dikategorikan tinggi sebanyak 47 guru, dikategorikan cukup tinggi 14 guru, dikategorikan rendah sebanyak 5 guru dan tidak ada guru dengan kategori sangat rendah.

Minat kerja guru di SMA yang masih mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo dikategorikan sangat tinggi sebanyak 19 guru, dikategorikan tinggi sebanyak 41 guru, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 14 guru dan tidak ada guru dengan kategori rendah dan sangat rendah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013, motivasi kerja tinggi dan minat kerja tinggi.

Dari hasil analisis permasalahan ditemukan bahwa korelasi persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru sebesar 0,111 tergolong sangat lemah dan positif. Tinggi rendahnya motivasi kerja guru dan tinggi rendahnya minat kerja guru sangat kecil dalam menentukan baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013. Begitu pula, baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 sangat kecil dalam menentukan tinggi rendahnya motivasi kerja guru dan tinggi rendahnya minat kerja guru. Jadi motivasi kerja dan minat kerja guru bukan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan baik buruknya persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013.

Hasil penelitian yang bertentangan dengan kajian teori yang ada tentu perlu diketahui penyebabnya. Persepsi sendiri adalah suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 1989:100). Persepsi guru mengenai implementasi Kurikulum 2013 adalah penginterprestasian guru terhadap kesan-kesan sensorinya dalam usaha guru tersebut memberikan makna tertentu kepada implementasi Kurikulum 2013. Adanya kebutuhan guru untuk dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di

lapangan membuat guru mencurahkan perhatiannya pada Kurikulum 2013 dan pengimplementasiannya. Kebutuhan adalah salah satu faktor penyebab perhatian. Guru yang telah memperhatikan Kurikulum 2013 maka telah mempunyai persepsi terhadap implementasi Kurikulum 2013 dikarenakan syarat psikologis terjadinya persepsi adalah perhatian. Kemauan guru untuk mencurahkan perhatiannya pada pengimplementasian Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa guru mempunyai minat terhadap Kurikulum 2013 karena apabila seseorang telah berminat terhadap sesuatu maka akan timbul perhatian yang spontan. Di saat guru merasa bahwa dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik itu adalah kebutuhan maka timbul motif dari dalam diri yang memotivasi guru untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannya. Secara logis dapat dikatakan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru seharusnya berhubungan.

Dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas bahwa persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013 memiliki hubungan yang sangat lemah dan positif dengan motivasi kerja dan minat kerja guru, maka dapat dikatakan bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih dominan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi menurut Handoko (1992; 9) adalah

Semakin guru mempunyai pengalaman kerja lebih lama maka guru tersebut akan memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi.

b. Situasi Lingkungan

Situasi lingkungan turut berpengaruh dalam timbulnya motivasi kerja. Lingkungan kerja yang kondusif akan menimbulkan motivasi seseorang untuk bekerja dengan baik.

c. Cita-cita Hidup

Seorang guru pasti mempunyai cita-cita menjadi guru yang profesional. Cita-cita tersebut mendorong guru untuk bekerja dengan giat. Bekerja dengan penuh tanggung jawab, mengembangkan diri dan mandiri dalam melakukan pekerjaan. Menurut Crow dalam Putra (2012: 11), faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah

a. Emosional factor

Dalam perjalanan seseorang pasti akan ada kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan seorang guru akan membangkitkan rasa senang dan dapat menambah semangatnya dalam bekerja. Sebaliknya, kegagalan yang dialami guru akan mengembangkan minatnya.

d. The factor of social motive

Dalam bekerja pasti seseorang menginginkan status sosial di lingkungan pekerjaannya. Begitu pula dengan seorang guru, guru

pasti menginginkan status sosial di sekolahnya. Status sosial ini menimbulkan minat guru untuk bekerja dengan giat.

BAB VI

Dokumen terkait