• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru."

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP PEMAHAMAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN MOTIVASI KERJA DAN MINAT KERJA GURU

Survei Pada Guru-guru SMA di Kecamatan Wates, Ka-upaten Kulonprogo

Lucia Riski Yeni Nugrahati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru; 2) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan minat kerja guru; 3) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA N 1 Wates dan SMA N 2 Wates. Jumlah populasi dalam penelitian ini se-anyak 74 guru. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasiSpearman dan korelasi -erganda.

(2)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN TEACHER’S PERCEPTION ON THE COMPREHENSION IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM AND TEACHER’S WORKING MOTIVATION AND TEACHER’S WORKING

INTEREST

A survey to High School Teachers at Wates, Kulonprogo Regency

Lucia Riski Yeni Nugrahati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The purposes of this study are to find out:1) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working motivation; 2) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working interest; 3) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working motivation and teacher’s working interest.

This is a correlational research. The population were the teachers of SMA N 1 Wates and SMA N 2 Wates. The num-ers of the research population were 74 teachers. Questioners and interviews were carried out to collect data. The techniques used for the data analysis were Spearman correlation and multiple correlation.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem

pendidikan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan

pendidikan nasional. Kurikulum sendiri adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional (UU No.20 tahun 2003). Di Indonesia, kurikulum selalu

mengalami perubahan. Perubahan kurikulum yang terakhir adalah perubahan dari

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk

meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Kurikulum sebagai seperangkat

rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan

dan perubahan yang terjadi di masyarakat (Turmuzi, 2012:1). Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan periode tahun 2009-2014 Muhammad Nuh dalam artikel Hidayat

(2013:1) menegaskan bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum 2013

merupakan persoalan yang penting dan genting. Alasan perubahan kurikulum

adalah kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena

(25)

bukan lagi hafalan semata. Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil

survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah

survei "Trends in International Math and Science" oleh Global Institute pada

tahun 2007. Menurut survei dari Global Institute ini, hanya 5 persen siswa

Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan

penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya

mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan

soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Indikator lain datang

dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009

menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta

PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa

membaca, matematika, dan sains. Hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma

menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju

maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6.

Kesimpulan dari dua survei itu adalah prestasi siswa Indonesia terbelakang.

Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum

sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, guru juga sebagai faktor kunci

(key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu

kurikulum disusun, pada akhirnya sangat bergantung pada kemampuan guru di

lapangan. Efektifitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat

(26)

proses pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang

kurikulum, tetapi juga pelaksana kurikulum (Arifin, 2011:15). Menurut Sularto

dan Kurniawan dalam Mangunwijaya (2013: 132), rencana perubahan kurikulum

tentu tidak melupakan profesi guru, sebab kunci pembaharuan hakiki pendidikan

adalah perbaikan kualitas guru.

Untuk mensukseskan tercapainya keberhasilan kurikulum 2013 , harus

ada perubahan mindset guru, peserta didik, dan masyarakat. Untuk menghadapi

perubahan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan tentang kurikulum 2013

melalui pelatihan-pelatihan, memiliki motivasi dan konsisten bersedia

menjalankan tugas sebagai guru dengan penuh semangat. Filsuf dan ahli

pendidikan Driyarkara dalam Mangunwijaya (2013:74) mengidentifikasi dua tipe

guru : pertama, guru yang kebetulan dan yang kedua adalah guru yang betul-betul.

Proses pendidikan hanya menyangkut sisi formal dari upaya seseorang menjadi

guru dan tidak menjamin bahwa melalui pelatihan dan pendidikan, seorang calon

guru akan menjadi guru yang betul-betul. Artinya ada aspek selain pendidikan dan

pelatihan yang krusial dalam proses menjadinya seorang guru. Aspek itu adalah

motivasi. Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka ia

secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari

luar dirinya. Motivasi intrinsik akan mendorong guru untuk melaksanakan

(27)

2013, guru juga harus mempunyai minat kerja. Guru yang berminat pada

Kurikulum 2013 akan menyukai dan tertarik pada proses pengimplementasiannya.

Guru sebagai pelaksana Kurikulum 2013 pasti mempunyai persepsi

tersendiri mengenai kurikulum tersebut. Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013

merupakan proses pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 dengan

menggunakan alat indra yang dimiliki kemudian menafsirkannya. Apa yang guru

pahami mengenai Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada motivasinya dalam

melaksanakan Kurikulum 2013. Pemahaman yang baik akan menimbulkan

dorongan dari dalam diri untuk selalu mempelajari lebih dalam Kurikulum 2013,

mengembangkan Kurikulum 2013 dengan baik, dan melaksanakan Kurikulum

2013 di lapangan dengan efektif. Dalam pengimplementasiannya, Kurikulum

2013 pasti memberikan suatu makna atau kesan dalam diri guru. Kesan yang

positif terhadap implementasi Kurikulum 2013 akan membuat guru mempunyai

persepsi atau pandangan yang positif terhadap Kurikulum 2013. Akibatnya guru

akan menyukai Kurikulum 2013 dan melaksanakannya dengan rasa senang.

Artinya persepsi guru terhadap suatu Kurikulum akan berdampak pada minat guru

dalam melaksanakan Kurikulum tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi

Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi

(28)

Alasan pemilihan tempat di Kecamatan Wates dikarenakan menurut

rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Kulonprogo (Perda Kabupaten

Kulonprogo No. 16 tahun 2007) dinyatakan bahwa sarana dan prasarana sekolah

berupa alat praktik masih kurang dalam hal kuantitas dan tertinggal dari sisi

teknologi. Kurangnya sarana dan prasarana akan membuat kegiatan belajar

mengajar guru terhambat akibatnya guru kurang termotivasi dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar saat ini, sementara guru dituntut mengajar di kelas

sekaligus membekali siswa dengan TIK. Menurut Perda Kabupaten Kulonprogo

No. 16 2007, di Kabupaten Kulonprogo juga masih terdapat 8,2% guru SMA yang

kurang profesional dalam mengajar. Kondisi yang demikian tentu dapat

mempengaruhi implementasi Kurikulum 2013, yang selanjutnya berdampak pada

(29)

B. Batasan Masalah

Persepsi mempunyai banyak faktor diantaranya adalah sikap, motif

kepentingan, minat, pengalaman dan harapan, namun yang menjadi obyek peneliti

dibatasi hanya pada persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum

2013, motivasi guru baik dari segi intrinsik maupun entrinsik dan minat kerja guru

dalam melaksanakan kurikulum 2013 baik dari segi kondisi pekerjaan, sistem

pendukung dan pribadi pekerja.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi

kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru?

2. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi

kurikulum 2013 dengan minat kerja guru?

3. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi

kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang ada di atas, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap

(30)

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap

pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan minat kerja guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap

pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat

kerja guru.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan:

1. Bagi guru

Untuk memberi gambaran kepada guru bahwa persepsi berpengaruh terhadap

motivasi kerja dan minat kerja guru sehingga guru lebih meningkatkan

kemampuannya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

2. Bagi sekolah

Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai hubungan persepsi guru

terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan

minat kerja guru.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca di perpustakaan bahwa

ada hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum

(31)

4. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan bahwa ada hubungan persepsi guru terhadap

pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory

stimuli) (Rakhmat, 1996:64). Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya

sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan

menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan

sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 1989:100).

Jadi bisa disimpulkan bahwa, persepsi adalah pengalaman tentang

obyek peristiwa atau suatu proses pengorganisasian dan penginterprestasian

kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu

kepada lingkungannya.

2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Persepsi

Menurut Walgito (2004: 89-90), ada 3 faktor yang berperan dalam persepsi,

yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

(33)

juga datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian

terbesar datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu

otak sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi dibutuhkan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek aktivitas individu yang

ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek.

B. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Pengertian kurikulum terdapat dalam peraturan pemerintah No. 32

tahun 2013 pasal 1 butir 16 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

(34)

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Dalam buku Implementasi Kurikulum 2013 karangan Fadlilah

(2014:16), dirinya menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014.

Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada

sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada

tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006.

Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya

peningkatan soft kills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,

ketrampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang

semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran

bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian,

dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang

dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft

skills dan hard skills yang berupa sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

2. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud Nomor 69 tahun 2013, Kurikulum 2013

dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan

(35)

Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,

dan standar penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan

penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.

Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih

banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan

orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini

akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya

mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah

bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif

yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui

pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan

berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan

perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi

akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan

(36)

dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of

Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic

Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan

eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,

pengaruh dan imbas tekno sains serta mutu, investasi, dan transformasi

bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan

Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999

juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak

menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS

dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang

ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum

Indonesia.

c. Penyempurnaan pola pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sebagai berikut:

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus

memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk

(37)

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)

menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta

didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara

jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan

dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui

internet);

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan

model pembelajaran pendekatan sains);

5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis

alat multimedia;

7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan

pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi

khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)

menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak

(multidisciplines); dan

(38)

d. Penguatan tata kelola kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum

sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan

kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013

dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata

kerja yang bersifat kolaboratif;

2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan

manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan

(educational leader); dan

3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen

dan proses pembelajaran.

e. Penguatan materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan

materi yang relevan bagi peserta didik.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual

dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan

(39)

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa

yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat

sebagai sumber belajar;

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci

lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti;

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata

pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

4. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi

(40)

5. Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013

Elemen perubahan cakupan kurikulum mulai dari sekolah tingkat

dasar sampai sekolah menengah atas adalah sebagai berikut.

a. Kompetensi lulusan

Mengenai kompetensi lulusan, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun

SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan

hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan

pengetahuan.

b. Kedudukan mata pelajaran

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah

menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Hal ini berlaku

untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA maupun SMK.

c. Pendekatan isi

Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif

dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA dikembangkan

melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara SMK melalui

pendekatan vokal dan keahlian.

d. Struktur kurikulum

1) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains

(alam, sosial, dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi

6; dan jumlah jam bertambah 4 jam mata pelajaran per minggu,

(41)

2) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi: TIK menjadi media

semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler; jumlah mata pelajaran

dari 12 menjadi 10; jumlah jam bertambah 6 jam perminggu, akibat

perubahan pendekatan pembelajaran.

3) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan sistem (ada

mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi

pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa; jumlah jam

bertambah 1 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan

pendekatan pembelajaran.

4) Struktur kurikulum SMK, meliputi: penambahan jenis keahlian

berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang

keahlian, 121 kompetensi keahlian); pengurangan adaptif dan

normatif; penambahan produktif (produktif disesuaikan dengan

tren perkembangan di industri).

e. Proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP,

SMA, dan SMK) standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak

hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan

masyarakat. Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar.

(42)

contoh dan teladan. Dengan kata lain, seorang pendidik tidak hanya

bertugas sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan keteladanan

yang baik terhadap semua peserta didik dalam kehidupan sehari-hari,

baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Adapun dalam penyampaian materi pembelajaran untuk tingkat SD

disampaikan melalui tematik dan terpadu. Untuk tingkat SMP, materi

IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Kemudian, untuk

tingkat SMA adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai bakat dan

minatnya. Sementara untuk tingkat SMK ditekankan pada kompetensi

ketrampilan yang sesuai dengan standar industri.

f. Penilaian hasil belajar

Penilaian adalah sebuah proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Terkait dengan

Kurikulum 2013 ini, kriteria penilaian hasil belajarnya sebagai berikut.

1) Penilaian berbasis kompetensi

Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi

pengetahuan hanya berdasarkan hasil), menuju penilaian otentik,

(mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil).

2) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian

hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya

(43)

3) Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar (KD), tetapi juga

kompetensi inti dan Standar Kompotensi Lulusan (SKL).

4) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai

instrumen utama penilaian.

g. Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar program

tertulis di dalam kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut berada

di luar jam pembelajaran sekolah. Untuk kegiatan ekstrakurikuler pada

Kurikulum 2013 ini antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Untuk tingkat SD, meliputi: Pramuka (wajib), UKS, PMR, dan

Bahasa Inggris.

2) Untuk tingkat SMP, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,

dan lain-lain.

3) Untuk tingkat SMA, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,

dan lain-lain.

4) Untuk tingkat SMK, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,

dan lain-lain.

Terkait kegiatan ekstrakurikuler, sekolah bebas menentukan kegiatan

yang akan diekstrakan. Hanya saja untuk kegiatan pramuka, semua

sekolah harus melaksanakan tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan

esktrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diselenggarakan oleh

(44)

6. Struktur Kurikulum 2013 SMA/MA

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri

atas (a) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B;

(b) Kelompok mata pelajaran C yaitu pilihan kelompok peminatan terdiri

atas Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu-ilmu Bahasa

dan Budaya; dan (c) Khusus untuk MA, selain pilihan ketiga kelompok

peminatan tersebut, dapat ditambah dengan peminatan lainnya yang diatur

lebih lanjut oleh Kementerian Agama.

a. Kelompok mata pelajaran wajib

Kelompok mata pelajaran wajib merupakan bagian dari

pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara

bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai

bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan

pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa. Struktur kelompok mata

pelajaran wajib dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah adalah sebagai berikut

Tabel 2.1

Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib

Mata Pelajaran Alokasi Waktu

Belajar Per Minggu

Kelompok A (Wajib) X XI XII

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. PPKn 2 2 2

(45)

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

Kelompok A (Wajib) X XI XII

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)

3 3 3

9. Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan lokal)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20 Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per

Minggu

42 44 44

Keterangan:

1) Mata pelajaran kelompok A dan C adalah kelompok mata

pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata

pelajaran kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang

kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan

konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

2) Satu jam pelajaran tatap muka 45 menit per minggu dan mata

pelajaran yang memiliki alokasi waktu belajar 2 jp/minggu berarti

memiliki beban belajar tatap muka 2 X 45 menit per minggu; mata

(46)

memiliki beban belajar tatap muka 3 X 45 menit per minggu; dan

seterusnya.

3) Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah.

4) Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu dari

yang telah ditetapkan dalam struktur di atas.

5) Kegiatan ekstra kurikulum terdiri atas pramuka (wajib), UKS,

PMR, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik di

masing-masing satuan.

6) Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan

jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.

7) Khusus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama di Madrasah

Aliyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang

ditetapkan oleh Kementerian Agama.

b. Kelompok mata pelajaran peminatan

Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan

minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat

keilmuannya di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan

(47)

Tabel 2.2

Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Peminatan

Mata Pelajaran Kelas

X XI XII

Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Peminatan Matematika dan Sains

I 1. Matematika 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman

Pilihan lintas minat dan atau pendalaman minat

6 4 4

Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia Per Minggu 66 76 76

Jumlah Jam yang Harus Ditempuh Per Minggu 42 44 44

Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam

belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah

(48)

bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sementara lama belajar

untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.

c. Pilihan kelompok peminatan dan pilihan mata pelajaran lintas

kelompok peminatan

Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah

(MA) dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum

memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk

pilihan kelompok peminatan dan pilihan mata pelajaran antar

kelompok peminatan. Kelompok peminatan yang dipilih peserta didik

terdiri atas kelompok Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial,

dan Ilmu Budaya dan Bahasa. Sejak mendaftar ke SMA, di Kelas X

seseorang peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan

mana yang akan dimasuki. Pemilihan kelompok peminatan

berdasarkan nilai rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs,

rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes

penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat

minat oleh psikolog. Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta

didik masih mungkin mengubah kelompok peminatan, berdasarkan

hasil pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru

bimbingan dan konseling. Semua mata pelajaran yang terdapat pada

(49)

mengikuti seluruh mata pelajaran di kelompok peminatan, setiap

peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas

minat dan/atau pendalaman minat sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X

dan 4 jam pelajaran di Kelas XI dan XII. Mata pelajaran lintas minat

yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.

Di Kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan antar kelompok

peminatan per minggu 6 jam pelajaran, dapat diambil dengan pilihan

sebagai berikut:

1) Dua mata pelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari satu

kelompok peminatan yang sama di luar kelompok peminatan pilihan,

atau

2) Satu mata pelajaran di masing-masing kelompok peminatan di luar

kelompok peminatan pilihan.

Khusus bagi kelompok peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya,

selain pola pilihan yang di atas, di Kelas X, peserta didik dapat

melakukan pilihan sebagai berikut:

1) Satu pilihan wajib mata pelajaran dalam kelompok Bahasa Asing

Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis) sebagai

bagian dari mata pelajaran wajib kelompok peminatan Ilmu Bahasa

dan Budaya.

2) Dua mata pelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari mata

(50)

3) Satu mata pelajaran Bahasa Asing Lainnya (3 jam pelajaran) dan

satu mata pelajaran dari kelompok peminatan Ilmu Alam dan

Matematika atau kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau

4) Satu mata pelajaran di kelompok peminatan Matematika dan Ilmu

Alam dan satu mata pelajaran di kelompok Ilmu-ilmu Sosial, atau

5) Dua mata pelajaran di salah satu kelompok peminatan Matematika

dan Ilmu Alam atau di kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial.

Di Kelas XI dan XII peserta didik kelompok peminatan Ilmu

Bahasa dan Budaya dapat memilih satu mata pelajaran (4 jam

pelajaran) dari Bahasa Asing Lainnya atau satu mata pelajaran di

kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau Ilmu-ilmu

Sosial.

Catatan:

1) Mata pelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain ditentukan oleh

SMA/MA masing-masing sesuai dengan ketersediaan guru dan

fasilitas belajar.

2) Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang tidak memiliki

kelompok peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan

pilihan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan

Sastra Inggris, Antropologi atau salah satu mata pelajaran dalam

(51)

dapat diambil peserta didik dari kelompok peminatan Matematika

dan Ilmu Alam atau kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial.

3) Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk menguasai satu

bahasa asing tertentu atau mata pelajaran tertentu, dianjurkan untuk

memilih mata pelajaran yang sama sejak tahun X sampai tahun XII.

4) Sangat dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga kelompok

peminatan.

5) Peserta didik di SMA/MA Kelas XII dapat mengambil mata kuliah

pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam

kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia

bagi peserta didik SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan

perguruan tinggi terkait.

Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam Kelompok

Peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui

kerja sama dengan perguruan tinggi.

7. Kompetensi Inti

Dalam peraturan pemerintah No. 32 tahun 2013 menyebutkan bahwa

kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar

Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap

tingkat kelas atau program. Menurut Fadlilah (2014:48), kompetensi inti

adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang

(52)

dan menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti

merupakan bentuk perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum

sebelumnya (KTSP).

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian

(orzanizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasian

kompetensi ini merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi

horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah

keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang

pendidikan ke kelas/jenjang diatasnya sehingga memenuhi prinsip belajar,

yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang

dipelajari siswa. Sementara organisasi horizontal adalah keterkaitan antara

kompetensi mata pelajaran dengan konten kompetensi mata pelajaran yang

berada dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga

terjadi proses saling memperkuat. Selain itu, kompetensi inti harus

menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skill dan

soft skill.

Dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti mencakup beberapa aspek,

diantaranya sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan yang

berfungsi sebagai pengintergrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau

(53)

8. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi

inti yang harus diperoleh peseta didik melalui pembelajaran. Dalam PP No.

32 Tahun 2013 disebutkan bahwa yang dimaksud kompetensi dasar ialah

tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman

belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada kompetensi inti.

Kompetensi dasar ini mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan,

dan ketrampilan dalam muatan pembelajaran, mata pelajaran, atau mata

kuliah.

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka

untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Maksud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dalam Kurikulum 2013, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran untuk

setiap muatan pembelajaran. Mengacu pada Permendikbud No. 81A Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci

dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP

(54)

alokasi waktu; tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian

kompetensi; materi pembelajaran, metode pembelajaran; media, alat, dan

sumber belajar; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; penilaian.

10. Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013

menurut Permendikbud No. 103 tahun 2014 ialah pendekatan scientific

dan thematic-integrative. Pendekatan scientific ialah pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses

ilmiah.

Tabel 2.3

Tabel Pendekatan Scientific

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar

Mengamati (observing) Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/

mendengar suatu

penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang

digunakan untuk

mengamati Menanya (questioning) Membuat dan mengajukan

pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami ,

informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai

klarifikasi.

(55)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara dan memodifikasi/

Menalar (associating) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan , menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau

menghubungkan fenomena / informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan keterkaitan lebih dari dua fakta/ kosnep / teori,

menyintesis dan

argumentasi serta

kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat;

mengembangkan

interprestasi, struktur baru, argumentasi, dan

kesimpulan yang

menunjukkan hubungan fakta / konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan

(56)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar

Mengkomunikasikan (communicating)

Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil dan kesimpulan secara lisan.

Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain.

11. Pendekatan Penilaian Kurikulum 2013

1. Acuan patokan

Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan

patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan

acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Acuan patokan

ini dikenal pula dengan istilah PAK. PAK merupakan penilaian

pencapaian kompetensi yang didasarkan pada Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), yaitu kriteria ketuntasan belajar minimal yang

ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan

karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan

karakteristik peserta didik.

2. Ketuntasan belajar

Ketuntasan belajar untuk Kurikulum 2013 berbeda dengan

kurikulum sebelumnya. Sebagai gambarannya dapat diperhatikan melalui

(57)

Tabel 2.4

Tabel Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal

Predikat Nilai Kompetensi

Pengetahuan Ketrampilan Sikap

A 4 4 SB

tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila

menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.

b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan

tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila

menunjukkan indikator nilai > 1.66 dari hasil tes formatif.

c. Untuk KD Pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan peserta didik dilakukan

dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk

seluruh mata pelajaran, yakni profil peserta didik secara umum

pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan

pendidikan yang bersangkutan.

(58)

sebagai berikut.

a. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remidi individual sesuai

dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai

kurang dari 2.66.

b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk

melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik

yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66.

c. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai

dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik

memperoleh nilai kurang dari 2.66.

d. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2: pembinaan terhadap peserta didik

yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik

dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran,

guru BK, dan orang tua).

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi

dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun pada intinya

sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri

seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

(59)

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk aktivitas nyata

atau kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari

aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk

mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk

mencapainya (Djamarah, 2000 : 148).

Maslow dalam Djamarah (2000 :149), menyatakan bahwa dirinya

sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan

oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman,

rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan

kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang

mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang

seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang

ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Menurut Walgito (2004: 220), motivasi merupakan keadaan dalam

diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3

aspek, yaitu:

a. Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu

kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan misalnya

kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan

(60)

b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.

c. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

2. Motivasi Kerja

Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tentang motivasi, maka

dikemukakan inti dari pandangan tersebut sebagai berikut (Uno , 2006:67) .

a. Para ahli teori menyajikan penafsiran yang sedikit berbeda dan

menekankan pada faktor yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat suatu rumusan yang baku tentang motivasi,

dimana terdapat perbedaan pada faktor yang bervariasi.

b. Motivasi erat hubungannya dengan perilaku dan prestasi kerja. Hal ini

memberikan arti bahwa makin baik motivasi seseorang dalam

melakukan pekerjaannya maka makin baik pula prestasi kerjanya atau

sebaliknya.

c. Motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Pemberian motivasi

haruslah diarahkan untuk pencapaian tujuan. Itulah sebabnya

perumusan tujuan dalam suatu organisasi haruslah jelas dan rasional.

Hanya dengan kejelasan tujuan maka semua organisasi dapat dengan

mudah memahami dan melaksanakannya.

d. Perbedaan fisiologis, psikologis, dan lingkungan merupakan faktor

penting yang perlu diperhatikan pimpinan dalam memotivasi karyawan

(61)

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja

seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang

diberikan.

Motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan

untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada

upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi kerja guru tampak melalui: (1) tanggung jawab dalam melakukan

kerja,(2) prestasi yang dicapainya,(3) pengembangan diri, serta kemandirian

dalam bertindak. Sedangkan definisi oiperasional dari motivasi kerja sendiri

adalah dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan

sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal (Uno ,

2006: 67-72).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

a. Motivasi instrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu (Djamarah, 2000 : 149).

Menurut Brewster & Fager dalam jurnal penelitian Asif

(62)

engage in learning activities out of curiosity, interest, enjoyment, or in

order to achieve their own intellectual and personal goals.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari instrinsik. Motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar (Djamarah, 2000 : 151).

4. Teori Motivasi

Hierarki Kebutuhan Maslow

Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow pasti

disebut-sebut. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu

orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin

bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkat

kebutuhan seperti terlihat pada gambar di bawah ini (Uno, 2006: 40-42) .

Gambar 2.1

Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan cinta kasih

Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan fisiologis

(63)

a. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk

makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan rasa aman

Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat

diarahkan kepada kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu,

termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan,

serta merasa terjamin. pada waktu seseorang telah mempunyai

pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan kejiwaan, seperti

membeli makanan dan perumahan, perhatian diarahkan kepada

menyediakan jaminan melalui pengambilan polis asuransi,

mendaftarkan diri masuk perserikatan pekerja, dan sebagainya.

c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial

Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa

aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antar manusia. Cinta

kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin

disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam,

tetapi juga yang mencerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi

bagian berbagai kelompok sosial. Dalam kaitannya dengan pekerjaan

sementara, orang mungkin melakukan pekerjaan tertentu karena

(64)

Akan tetapi, mereka juga menilai pekerjaan dengan dasar hubungan

kemitraan sosial yang ditimbulkannya.

d. Kebutuhan akan penghargaan (aktualisasi diri)

Kebutuhan tersebut ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan

berkaitan dengan keinginan pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan

lain sudah dipuaskan, seseorang ingin mencapai secara penuh

potensinya. Tahap akhir itu mungkin tercapai oleh beberapa orang.

D. Minat

1. Pengertian Minat

Menurut Djamarah (2000 : 166), minat adalah kecenderungan yang

menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas.

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan

aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat

adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin

kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Kerja

Menurut Yuwono dalam Supriyanto (2013: 47) menyatakan bahwa

faktor-faktor utama yang mempengaruhi minat kerja seseorang adalah sebagai

(65)

a. Kondisi pekerjaan

Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan

didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu dapat

meningkatkan produksi.

b. Sistem pendukung

Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi

para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal,

misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai,

kesempatan promosi kenaikan pangkat/ kedudukan.

c. Pribadi pekerja

Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggaan

memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.

E. Kerangka berpikir

1. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi

Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja Guru

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak

pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di

lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak

dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,

(66)

lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus

terpenuhi. Disaat guru menyadari bahwa ia harus dapat mencapai

kebutuhannya sebagai pelaksana Kurikulum 2013 yang baik maka disaat itu

timbul motif-motif dalam dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Menurut Handoko (1992 : 9), motif adalah suatu alasan atau dorongan yang

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau

bersikap tertentu. Dalam motif umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu

dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Motif-motif yang timbul dari

dalam diri guru memotivasi atau mendorong dirinya untuk berperilaku ke

arah tujuan tersebut agar tujuan atau kebutuhannya sebagai guru bisa

tercapai. Menurut Walgito (2004:220), motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu

(1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan

bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan

lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan;(2)

perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) tujuan yang

dituju oleh perilaku tersebut.

Dikarenakan ada dorongan dalam diri guru untuk dapat memenuhi

kebutuhannya yaitu memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan

baik maka guru memperhatikan Kurikulum 2013 dan pelaksanaannya.

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek aktivitas

individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek. Jadi, seluruh

(67)

tersebut. Guru akan mempelajari dan melaksanakan kegiatan belajar

mengajar dengan acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi perhatian, adanya kebutuhan tentang

sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap obyek tersebut

(Ahmadi, 2003: 150). Dalam proses tersebut guru telah menginterprestasi

dan mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan

makna dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru

telah mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum

2013 karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat

psikologis dalam individu mengadakan persepsi.

Pernyataan-pernyataan tersebut dikuatkan dengan pernyataan Siagian

(1989:100), bahwa apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha

memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan

dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti

sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya. Pernyataan

ini diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fatimah

(2009:41) bahwa persepsi terhadap profesi bidan mempunyai hubungan yang

bermakna (signifikan) dan positif terhadap motivasi belajar mahasiswa

(68)

2. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi

Kurikulum 2013 dengan Minat Kerja Guru

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak

pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di

lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak

dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,

dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di

lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus

terpenuhi. Didasari oleh kebutuhan seorang guru untuk dapat memahami dan

melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik maka guru akan memusatkan,

mencurahkan, mengkonsentrasikan aktifitasnya kepada Kurikulum 2013

tersebut. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek

aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek. Guru

akan mempelajari dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan

acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perhatian, adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan

timbulnya perhatian terhadap obyek tersebut (Ahmadi, 2003: 150).

Guru yang mempunyai kemauan untuk mencurahkan perhatiannya pada

Kurikulum 2013 berarti memiliki minat terhadap Kurikulum 2013. Karena menurut

Walgito (2004:100), apabila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek,

(69)

perhatian itu akan timbul. Pernyataan lain juga disampaikan oleh Ahmadi

(2003:152), antara minat dan perhatian selalu berhubungan dalam praktik.

Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian dan apa yang

menyebabkan adanya perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan

minat.

Dalam proses tersebut guru telah menginterprestasi dan

mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan makna

dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru telah

mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013

karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat psikologis

dalam individu mengadakan persepsi. Pernyataan- pernyataan tersebut

dikuatkan dengan pernyataan Siagian (1989:100), bahwa apabila seseorang

melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang

dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut

berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan

harapannya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dalam jurnal yang

disusun oleh Aryani (2010:160) bahwa persepsi mahasiswa terhadap

organisasi mempunyai hubungan positif dengan minat mahasiswa

(70)

3. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi

Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja dan Minat Kerja Guru

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak

pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di

lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak

dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,

dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di

lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus

terpenuhi. Disaat guru menyadari bahwa ia harus dapat mencapai

kebutuhannya sebagai pelaksana Kurikulum 2013 yang baik maka disaat itu

timbul motif-motif dalam dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Menurut Handoko (1992 : 9), motif adalah suatu alasan atau dorongan yang

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau

bersikap tertentu. Dalam motif umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu

dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Motif-motif yang timbul dari

dalam diri guru memotivasi atau mendorong dirinya untuk berperilaku ke

arah tujuan tersebut agar tujuan atau kebutuhannya sebagai guru bisa

tercapai. Menurut Walgito (2004:220), motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu

(1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan

bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan

(71)

perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) tujuan yang

dituju oleh perilaku tersebut. Dikarenakan ada dorongan dalam diri guru

untuk dapat memenuhi kebutuhannya yaitu memahami dan melaksanakan

Kurikulum 2013 dengan baik maka guru memperhatikan Kurikulum 2013

dan pelaksanaannya. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari

seluruh objek aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan

obyek. Jadi, seluruh aktifitas guru dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada

Kurikulum 2013 tersebut. Guru akan mempelajari dan melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dengan acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perhatian, adanya

kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap

obyek tersebut (Ahmadi, 2003: 150). Guru yang mempunyai kemauan untuk

mencurahkan perhatiannya pada Kurikulum 2013 berarti memiliki minat

terhadap Kurikulum 2013. Karena menurut Walgito (2004:100), apabila

individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek

itu biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis perhatian itu

akan timbul. yang spontan, secara otomatis perhatian itu akan timbul.

Pernyataan lain juga disampaikan oleh Ahmadi (2003:152), antara minat dan

perhatian selalu berhubungan dalam praktek. Apa yang menarik minat dapat

menyebabkan adanya perhatian dan apa yang menyebabkan adanya

perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan minat. Dalam proses

(72)

mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan makna

dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru telah

mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013

karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat psikologis

dalam individu mengadakan persepsi.

Pernyataan tersebut dikuatkan dengan pernyataan Siagian

(1989:100), bahwa apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha

memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan

dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti

sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

F. Model Penelitian

Gambar 2.2

Model penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Keterangan :

Y : Persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013

X1 : Motivasi kerja

X2 : Minat kerja

X1

(73)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2010:

247). Peneliti ingin mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap

implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei

adalah penelitian yang pengumpulan datanya dari seluruh populasi dan

dapat pula hanya dilakukan pada sebagian dari populasi (Arikunto, 2003:

312).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA yang mengimplementasikan

Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo yaitu

SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates.

2. Waktu Penelitian

(74)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru

SMA di Kecamatan Wates.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap implementasi

Kurikulum 2013, motivasi kerja guru dan minat kerja guru.

D. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012:119). Dalam penelitian ini populasinya adalah guru-guru SMA di

Kecamatan Wates yang berjumlah 74 guru.

E. Variabel penelitian

Variabel yang akan diteliti adalah persepsi guru terhadap

implementasi Kurikulum 2013, motivasi kerja dan minat kerja.

F. Operasional Variabel dan Pengukurannya

a. Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013

Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 adalah proses

pengorganisasian dan penginterprestasian kesan-kesan sensori terhadap

Kurikulum 2013 melalui panca indera dalam usahanya untuk

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Peminatan
Tabel Pendekatan ScientificTabel 2.3
grafik; menyusun laporan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Through this game, I have learnt more about “how to make and accept apologies”.. (Tick any box that corresponds to

Tujuan penelitian ini adalah untuk hubungan umur, jenis kelamin, BBLR, status gizi, imunisasi dasar, vitamin A, merokok dan pendiikan ibu dengan penyakit pneumonia pada balita

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh bahwa terdapat hubungan antara persentase kendaraan berat dengan Leq memiliki hubungan polinom dengan R 2 = 0,2995 yang berarti

PENINGKATAN JALAN PAYAKUMBUH-SULIKI-KOTOTINGGI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA

Kendala dalam Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh PT Pertamina (Persero) RU II Kota Dumai (Riau).. Upaya untuk Mengatasi Kendala

MATLAB adalah sebuah bahasa pemrograman dengan kemampuan tinggi untuk komputasi teknis yang menggabungkan komputasi, visualisasi, dan pemrograman dalam satu kesatuan

Mengenai hal ini, maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan atau indikator dalam merekrut guru-guru di Indonesia. Yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas tentang

Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat ber-perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat