viii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP PEMAHAMAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN MOTIVASI KERJA DAN MINAT KERJA GURU
Survei Pada Guru-guru SMA di Kecamatan Wates, Ka-upaten Kulonprogo
Lucia Riski Yeni Nugrahati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru; 2) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan minat kerja guru; 3) hu-ungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA N 1 Wates dan SMA N 2 Wates. Jumlah populasi dalam penelitian ini se-anyak 74 guru. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasiSpearman dan korelasi -erganda.
ix ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN TEACHER’S PERCEPTION ON THE COMPREHENSION IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM AND TEACHER’S WORKING MOTIVATION AND TEACHER’S WORKING
INTEREST
A survey to High School Teachers at Wates, Kulonprogo Regency
Lucia Riski Yeni Nugrahati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
The purposes of this study are to find out:1) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working motivation; 2) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working interest; 3) positive correlation -etween the teacher’s perception on the comprehension implementation of 2013 curriculum and teacher’s working motivation and teacher’s working interest.
This is a correlational research. The population were the teachers of SMA N 1 Wates and SMA N 2 Wates. The num-ers of the research population were 74 teachers. Questioners and interviews were carried out to collect data. The techniques used for the data analysis were Spearman correlation and multiple correlation.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional. Kurikulum sendiri adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional (UU No.20 tahun 2003). Di Indonesia, kurikulum selalu
mengalami perubahan. Perubahan kurikulum yang terakhir adalah perubahan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi di masyarakat (Turmuzi, 2012:1). Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan periode tahun 2009-2014 Muhammad Nuh dalam artikel Hidayat
(2013:1) menegaskan bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum 2013
merupakan persoalan yang penting dan genting. Alasan perubahan kurikulum
adalah kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena
bukan lagi hafalan semata. Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil
survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah
survei "Trends in International Math and Science" oleh Global Institute pada
tahun 2007. Menurut survei dari Global Institute ini, hanya 5 persen siswa
Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan
penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya
mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan
soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Indikator lain datang
dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009
menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta
PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa
membaca, matematika, dan sains. Hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma
menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju
maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6.
Kesimpulan dari dua survei itu adalah prestasi siswa Indonesia terbelakang.
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum
sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, guru juga sebagai faktor kunci
(key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu
kurikulum disusun, pada akhirnya sangat bergantung pada kemampuan guru di
lapangan. Efektifitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat
proses pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang
kurikulum, tetapi juga pelaksana kurikulum (Arifin, 2011:15). Menurut Sularto
dan Kurniawan dalam Mangunwijaya (2013: 132), rencana perubahan kurikulum
tentu tidak melupakan profesi guru, sebab kunci pembaharuan hakiki pendidikan
adalah perbaikan kualitas guru.
Untuk mensukseskan tercapainya keberhasilan kurikulum 2013 , harus
ada perubahan mindset guru, peserta didik, dan masyarakat. Untuk menghadapi
perubahan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan tentang kurikulum 2013
melalui pelatihan-pelatihan, memiliki motivasi dan konsisten bersedia
menjalankan tugas sebagai guru dengan penuh semangat. Filsuf dan ahli
pendidikan Driyarkara dalam Mangunwijaya (2013:74) mengidentifikasi dua tipe
guru : pertama, guru yang kebetulan dan yang kedua adalah guru yang betul-betul.
Proses pendidikan hanya menyangkut sisi formal dari upaya seseorang menjadi
guru dan tidak menjamin bahwa melalui pelatihan dan pendidikan, seorang calon
guru akan menjadi guru yang betul-betul. Artinya ada aspek selain pendidikan dan
pelatihan yang krusial dalam proses menjadinya seorang guru. Aspek itu adalah
motivasi. Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya. Motivasi intrinsik akan mendorong guru untuk melaksanakan
2013, guru juga harus mempunyai minat kerja. Guru yang berminat pada
Kurikulum 2013 akan menyukai dan tertarik pada proses pengimplementasiannya.
Guru sebagai pelaksana Kurikulum 2013 pasti mempunyai persepsi
tersendiri mengenai kurikulum tersebut. Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
merupakan proses pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 dengan
menggunakan alat indra yang dimiliki kemudian menafsirkannya. Apa yang guru
pahami mengenai Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada motivasinya dalam
melaksanakan Kurikulum 2013. Pemahaman yang baik akan menimbulkan
dorongan dari dalam diri untuk selalu mempelajari lebih dalam Kurikulum 2013,
mengembangkan Kurikulum 2013 dengan baik, dan melaksanakan Kurikulum
2013 di lapangan dengan efektif. Dalam pengimplementasiannya, Kurikulum
2013 pasti memberikan suatu makna atau kesan dalam diri guru. Kesan yang
positif terhadap implementasi Kurikulum 2013 akan membuat guru mempunyai
persepsi atau pandangan yang positif terhadap Kurikulum 2013. Akibatnya guru
akan menyukai Kurikulum 2013 dan melaksanakannya dengan rasa senang.
Artinya persepsi guru terhadap suatu Kurikulum akan berdampak pada minat guru
dalam melaksanakan Kurikulum tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi
Guru terhadap Pemahaman Implementasi Kurikulum 2013 dengan Motivasi
Alasan pemilihan tempat di Kecamatan Wates dikarenakan menurut
rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Kulonprogo (Perda Kabupaten
Kulonprogo No. 16 tahun 2007) dinyatakan bahwa sarana dan prasarana sekolah
berupa alat praktik masih kurang dalam hal kuantitas dan tertinggal dari sisi
teknologi. Kurangnya sarana dan prasarana akan membuat kegiatan belajar
mengajar guru terhambat akibatnya guru kurang termotivasi dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar saat ini, sementara guru dituntut mengajar di kelas
sekaligus membekali siswa dengan TIK. Menurut Perda Kabupaten Kulonprogo
No. 16 2007, di Kabupaten Kulonprogo juga masih terdapat 8,2% guru SMA yang
kurang profesional dalam mengajar. Kondisi yang demikian tentu dapat
mempengaruhi implementasi Kurikulum 2013, yang selanjutnya berdampak pada
B. Batasan Masalah
Persepsi mempunyai banyak faktor diantaranya adalah sikap, motif
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan, namun yang menjadi obyek peneliti
dibatasi hanya pada persepsi guru terhadap pemahaman implementasi kurikulum
2013, motivasi guru baik dari segi intrinsik maupun entrinsik dan minat kerja guru
dalam melaksanakan kurikulum 2013 baik dari segi kondisi pekerjaan, sistem
pendukung dan pribadi pekerja.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi
kurikulum 2013 dengan motivasi kerja guru?
2. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi
kurikulum 2013 dengan minat kerja guru?
3. Apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap pemahaman implementasi
kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru?
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ada di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap
pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan minat kerja guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif persepsi guru terhadap
pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat
kerja guru.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan:
1. Bagi guru
Untuk memberi gambaran kepada guru bahwa persepsi berpengaruh terhadap
motivasi kerja dan minat kerja guru sehingga guru lebih meningkatkan
kemampuannya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
2. Bagi sekolah
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai hubungan persepsi guru
terhadap pemahaman implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan
minat kerja guru.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca di perpustakaan bahwa
ada hubungan persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum
4. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan bahwa ada hubungan persepsi guru terhadap
pemahaman implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory
stimuli) (Rakhmat, 1996:64). Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya
sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan
menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan
sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 1989:100).
Jadi bisa disimpulkan bahwa, persepsi adalah pengalaman tentang
obyek peristiwa atau suatu proses pengorganisasian dan penginterprestasian
kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu
kepada lingkungannya.
2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Persepsi
Menurut Walgito (2004: 89-90), ada 3 faktor yang berperan dalam persepsi,
yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
juga datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian
terbesar datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi dibutuhkan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek aktivitas individu yang
ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek.
B. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Pengertian kurikulum terdapat dalam peraturan pemerintah No. 32
tahun 2013 pasal 1 butir 16 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Dalam buku Implementasi Kurikulum 2013 karangan Fadlilah
(2014:16), dirinya menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014.
Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada
sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006.
Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya
peningkatan soft kills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang
semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang
dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft
skills dan hard skills yang berupa sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
2. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum 2013
Menurut Permendikbud Nomor 69 tahun 2013, Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih
banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan
orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini
akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif
yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas tekno sains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999
juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS
dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia.
c. Penyempurnaan pola pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
sebagai berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet);
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains);
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia;
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan
d. Penguatan tata kelola kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata
kerja yang bersifat kolaboratif;
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen
dan proses pembelajaran.
e. Penguatan materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
3. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar;
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
4. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
5. Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013
Elemen perubahan cakupan kurikulum mulai dari sekolah tingkat
dasar sampai sekolah menengah atas adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi lulusan
Mengenai kompetensi lulusan, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun
SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan
hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan.
b. Kedudukan mata pelajaran
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah
menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Hal ini berlaku
untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA maupun SMK.
c. Pendekatan isi
Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif
dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA dikembangkan
melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara SMK melalui
pendekatan vokal dan keahlian.
d. Struktur kurikulum
1) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains
(alam, sosial, dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi
6; dan jumlah jam bertambah 4 jam mata pelajaran per minggu,
2) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi: TIK menjadi media
semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler; jumlah mata pelajaran
dari 12 menjadi 10; jumlah jam bertambah 6 jam perminggu, akibat
perubahan pendekatan pembelajaran.
3) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan sistem (ada
mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi
pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa; jumlah jam
bertambah 1 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan
pendekatan pembelajaran.
4) Struktur kurikulum SMK, meliputi: penambahan jenis keahlian
berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang
keahlian, 121 kompetensi keahlian); pengurangan adaptif dan
normatif; penambahan produktif (produktif disesuaikan dengan
tren perkembangan di industri).
e. Proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP,
SMA, dan SMK) standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak
hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar.
contoh dan teladan. Dengan kata lain, seorang pendidik tidak hanya
bertugas sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan keteladanan
yang baik terhadap semua peserta didik dalam kehidupan sehari-hari,
baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Adapun dalam penyampaian materi pembelajaran untuk tingkat SD
disampaikan melalui tematik dan terpadu. Untuk tingkat SMP, materi
IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Kemudian, untuk
tingkat SMA adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai bakat dan
minatnya. Sementara untuk tingkat SMK ditekankan pada kompetensi
ketrampilan yang sesuai dengan standar industri.
f. Penilaian hasil belajar
Penilaian adalah sebuah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Terkait dengan
Kurikulum 2013 ini, kriteria penilaian hasil belajarnya sebagai berikut.
1) Penilaian berbasis kompetensi
Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi
pengetahuan hanya berdasarkan hasil), menuju penilaian otentik,
(mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil).
2) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian
hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya
3) Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar (KD), tetapi juga
kompetensi inti dan Standar Kompotensi Lulusan (SKL).
4) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian.
g. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar program
tertulis di dalam kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut berada
di luar jam pembelajaran sekolah. Untuk kegiatan ekstrakurikuler pada
Kurikulum 2013 ini antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Untuk tingkat SD, meliputi: Pramuka (wajib), UKS, PMR, dan
Bahasa Inggris.
2) Untuk tingkat SMP, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,
dan lain-lain.
3) Untuk tingkat SMA, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,
dan lain-lain.
4) Untuk tingkat SMK, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR,
dan lain-lain.
Terkait kegiatan ekstrakurikuler, sekolah bebas menentukan kegiatan
yang akan diekstrakan. Hanya saja untuk kegiatan pramuka, semua
sekolah harus melaksanakan tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan
esktrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diselenggarakan oleh
6. Struktur Kurikulum 2013 SMA/MA
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri
atas (a) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B;
(b) Kelompok mata pelajaran C yaitu pilihan kelompok peminatan terdiri
atas Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu-ilmu Bahasa
dan Budaya; dan (c) Khusus untuk MA, selain pilihan ketiga kelompok
peminatan tersebut, dapat ditambah dengan peminatan lainnya yang diatur
lebih lanjut oleh Kementerian Agama.
a. Kelompok mata pelajaran wajib
Kelompok mata pelajaran wajib merupakan bagian dari
pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara
bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai
bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan
pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa. Struktur kelompok mata
pelajaran wajib dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah adalah sebagai berikut
Tabel 2.1
Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Belajar Per Minggu
Kelompok A (Wajib) X XI XII
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. PPKn 2 2 2
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
Kelompok A (Wajib) X XI XII
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)
3 3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan lokal)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20 Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per
Minggu
42 44 44
Keterangan:
1) Mata pelajaran kelompok A dan C adalah kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata
pelajaran kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan
konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
2) Satu jam pelajaran tatap muka 45 menit per minggu dan mata
pelajaran yang memiliki alokasi waktu belajar 2 jp/minggu berarti
memiliki beban belajar tatap muka 2 X 45 menit per minggu; mata
memiliki beban belajar tatap muka 3 X 45 menit per minggu; dan
seterusnya.
3) Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
4) Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu dari
yang telah ditetapkan dalam struktur di atas.
5) Kegiatan ekstra kurikulum terdiri atas pramuka (wajib), UKS,
PMR, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik di
masing-masing satuan.
6) Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan
jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
7) Khusus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama di Madrasah
Aliyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan oleh Kementerian Agama.
b. Kelompok mata pelajaran peminatan
Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan
minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat
keilmuannya di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan
Tabel 2.2
Tabel Struktur Kelompok Mata Pelajaran Peminatan
Mata Pelajaran Kelas
X XI XII
Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Matematika dan Sains
I 1. Matematika 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan lintas minat dan atau pendalaman minat
6 4 4
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia Per Minggu 66 76 76
Jumlah Jam yang Harus Ditempuh Per Minggu 42 44 44
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam
belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah
bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sementara lama belajar
untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.
c. Pilihan kelompok peminatan dan pilihan mata pelajaran lintas
kelompok peminatan
Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah
(MA) dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum
memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk
pilihan kelompok peminatan dan pilihan mata pelajaran antar
kelompok peminatan. Kelompok peminatan yang dipilih peserta didik
terdiri atas kelompok Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial,
dan Ilmu Budaya dan Bahasa. Sejak mendaftar ke SMA, di Kelas X
seseorang peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan
mana yang akan dimasuki. Pemilihan kelompok peminatan
berdasarkan nilai rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs,
rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes
penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat
minat oleh psikolog. Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta
didik masih mungkin mengubah kelompok peminatan, berdasarkan
hasil pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru
bimbingan dan konseling. Semua mata pelajaran yang terdapat pada
mengikuti seluruh mata pelajaran di kelompok peminatan, setiap
peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas
minat dan/atau pendalaman minat sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X
dan 4 jam pelajaran di Kelas XI dan XII. Mata pelajaran lintas minat
yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.
Di Kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan antar kelompok
peminatan per minggu 6 jam pelajaran, dapat diambil dengan pilihan
sebagai berikut:
1) Dua mata pelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari satu
kelompok peminatan yang sama di luar kelompok peminatan pilihan,
atau
2) Satu mata pelajaran di masing-masing kelompok peminatan di luar
kelompok peminatan pilihan.
Khusus bagi kelompok peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya,
selain pola pilihan yang di atas, di Kelas X, peserta didik dapat
melakukan pilihan sebagai berikut:
1) Satu pilihan wajib mata pelajaran dalam kelompok Bahasa Asing
Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis) sebagai
bagian dari mata pelajaran wajib kelompok peminatan Ilmu Bahasa
dan Budaya.
2) Dua mata pelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari mata
3) Satu mata pelajaran Bahasa Asing Lainnya (3 jam pelajaran) dan
satu mata pelajaran dari kelompok peminatan Ilmu Alam dan
Matematika atau kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau
4) Satu mata pelajaran di kelompok peminatan Matematika dan Ilmu
Alam dan satu mata pelajaran di kelompok Ilmu-ilmu Sosial, atau
5) Dua mata pelajaran di salah satu kelompok peminatan Matematika
dan Ilmu Alam atau di kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial.
Di Kelas XI dan XII peserta didik kelompok peminatan Ilmu
Bahasa dan Budaya dapat memilih satu mata pelajaran (4 jam
pelajaran) dari Bahasa Asing Lainnya atau satu mata pelajaran di
kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau Ilmu-ilmu
Sosial.
Catatan:
1) Mata pelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain ditentukan oleh
SMA/MA masing-masing sesuai dengan ketersediaan guru dan
fasilitas belajar.
2) Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang tidak memiliki
kelompok peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan
pilihan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan
Sastra Inggris, Antropologi atau salah satu mata pelajaran dalam
dapat diambil peserta didik dari kelompok peminatan Matematika
dan Ilmu Alam atau kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial.
3) Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk menguasai satu
bahasa asing tertentu atau mata pelajaran tertentu, dianjurkan untuk
memilih mata pelajaran yang sama sejak tahun X sampai tahun XII.
4) Sangat dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga kelompok
peminatan.
5) Peserta didik di SMA/MA Kelas XII dapat mengambil mata kuliah
pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam
kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia
bagi peserta didik SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan
perguruan tinggi terkait.
Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam Kelompok
Peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui
kerja sama dengan perguruan tinggi.
7. Kompetensi Inti
Dalam peraturan pemerintah No. 32 tahun 2013 menyebutkan bahwa
kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap
tingkat kelas atau program. Menurut Fadlilah (2014:48), kompetensi inti
adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
dan menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti
merupakan bentuk perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum
sebelumnya (KTSP).
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian
(orzanizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasian
kompetensi ini merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi
horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah
keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas/jenjang diatasnya sehingga memenuhi prinsip belajar,
yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang
dipelajari siswa. Sementara organisasi horizontal adalah keterkaitan antara
kompetensi mata pelajaran dengan konten kompetensi mata pelajaran yang
berada dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga
terjadi proses saling memperkuat. Selain itu, kompetensi inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skill dan
soft skill.
Dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti mencakup beberapa aspek,
diantaranya sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan yang
berfungsi sebagai pengintergrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau
8. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi
inti yang harus diperoleh peseta didik melalui pembelajaran. Dalam PP No.
32 Tahun 2013 disebutkan bahwa yang dimaksud kompetensi dasar ialah
tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman
belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi dasar ini mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan,
dan ketrampilan dalam muatan pembelajaran, mata pelajaran, atau mata
kuliah.
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Maksud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dalam Kurikulum 2013, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran untuk
setiap muatan pembelajaran. Mengacu pada Permendikbud No. 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci
dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP
alokasi waktu; tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian
kompetensi; materi pembelajaran, metode pembelajaran; media, alat, dan
sumber belajar; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; penilaian.
10. Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013
a. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013
menurut Permendikbud No. 103 tahun 2014 ialah pendekatan scientific
dan thematic-integrative. Pendekatan scientific ialah pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses
ilmiah.
Tabel 2.3
Tabel Pendekatan Scientific
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati (observing) Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/
mendengar suatu
penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang
digunakan untuk
mengamati Menanya (questioning) Membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami ,
informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai
klarifikasi.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara dan memodifikasi/
Menalar (associating) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan , menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan fenomena / informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan keterkaitan lebih dari dua fakta/ kosnep / teori,
menyintesis dan
argumentasi serta
kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat;
mengembangkan
interprestasi, struktur baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan hubungan fakta / konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengkomunikasikan (communicating)
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil dan kesimpulan secara lisan.
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain.
11. Pendekatan Penilaian Kurikulum 2013
1. Acuan patokan
Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan
patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan
acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Acuan patokan
ini dikenal pula dengan istilah PAK. PAK merupakan penilaian
pencapaian kompetensi yang didasarkan pada Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), yaitu kriteria ketuntasan belajar minimal yang
ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan
karakteristik peserta didik.
2. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar untuk Kurikulum 2013 berbeda dengan
kurikulum sebelumnya. Sebagai gambarannya dapat diperhatikan melalui
Tabel 2.4
Tabel Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
Predikat Nilai Kompetensi
Pengetahuan Ketrampilan Sikap
A 4 4 SB
tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila
menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.
b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan
tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila
menunjukkan indikator nilai > 1.66 dari hasil tes formatif.
c. Untuk KD Pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan peserta didik dilakukan
dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk
seluruh mata pelajaran, yakni profil peserta didik secara umum
pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
sebagai berikut.
a. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remidi individual sesuai
dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai
kurang dari 2.66.
b. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk
melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik
yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66.
c. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai
dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik
memperoleh nilai kurang dari 2.66.
d. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2: pembinaan terhadap peserta didik
yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik
dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran,
guru BK, dan orang tua).
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi
dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun pada intinya
sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk aktivitas nyata
atau kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari
aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk
mencapainya (Djamarah, 2000 : 148).
Maslow dalam Djamarah (2000 :149), menyatakan bahwa dirinya
sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan
oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman,
rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan
kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang
mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang
seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang
ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Menurut Walgito (2004: 220), motivasi merupakan keadaan dalam
diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3
aspek, yaitu:
a. Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu
kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan
b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
c. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
2. Motivasi Kerja
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tentang motivasi, maka
dikemukakan inti dari pandangan tersebut sebagai berikut (Uno , 2006:67) .
a. Para ahli teori menyajikan penafsiran yang sedikit berbeda dan
menekankan pada faktor yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat suatu rumusan yang baku tentang motivasi,
dimana terdapat perbedaan pada faktor yang bervariasi.
b. Motivasi erat hubungannya dengan perilaku dan prestasi kerja. Hal ini
memberikan arti bahwa makin baik motivasi seseorang dalam
melakukan pekerjaannya maka makin baik pula prestasi kerjanya atau
sebaliknya.
c. Motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Pemberian motivasi
haruslah diarahkan untuk pencapaian tujuan. Itulah sebabnya
perumusan tujuan dalam suatu organisasi haruslah jelas dan rasional.
Hanya dengan kejelasan tujuan maka semua organisasi dapat dengan
mudah memahami dan melaksanakannya.
d. Perbedaan fisiologis, psikologis, dan lingkungan merupakan faktor
penting yang perlu diperhatikan pimpinan dalam memotivasi karyawan
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja
seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang
diberikan.
Motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan
untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada
upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi kerja guru tampak melalui: (1) tanggung jawab dalam melakukan
kerja,(2) prestasi yang dicapainya,(3) pengembangan diri, serta kemandirian
dalam bertindak. Sedangkan definisi oiperasional dari motivasi kerja sendiri
adalah dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan
sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal (Uno ,
2006: 67-72).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
a. Motivasi instrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu (Djamarah, 2000 : 149).
Menurut Brewster & Fager dalam jurnal penelitian Asif
engage in learning activities out of curiosity, interest, enjoyment, or in
order to achieve their own intellectual and personal goals.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari instrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar (Djamarah, 2000 : 151).
4. Teori Motivasi
Hierarki Kebutuhan Maslow
Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow pasti
disebut-sebut. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu
orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin
bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkat
kebutuhan seperti terlihat pada gambar di bawah ini (Uno, 2006: 40-42) .
Gambar 2.1
Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan cinta kasih
Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan fisiologis
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk
makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan rasa aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat
diarahkan kepada kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu,
termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan,
serta merasa terjamin. pada waktu seseorang telah mempunyai
pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan kejiwaan, seperti
membeli makanan dan perumahan, perhatian diarahkan kepada
menyediakan jaminan melalui pengambilan polis asuransi,
mendaftarkan diri masuk perserikatan pekerja, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial
Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa
aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antar manusia. Cinta
kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin
disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam,
tetapi juga yang mencerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi
bagian berbagai kelompok sosial. Dalam kaitannya dengan pekerjaan
sementara, orang mungkin melakukan pekerjaan tertentu karena
Akan tetapi, mereka juga menilai pekerjaan dengan dasar hubungan
kemitraan sosial yang ditimbulkannya.
d. Kebutuhan akan penghargaan (aktualisasi diri)
Kebutuhan tersebut ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan
berkaitan dengan keinginan pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan
lain sudah dipuaskan, seseorang ingin mencapai secara penuh
potensinya. Tahap akhir itu mungkin tercapai oleh beberapa orang.
D. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut Djamarah (2000 : 166), minat adalah kecenderungan yang
menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas.
Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan
aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Kerja
Menurut Yuwono dalam Supriyanto (2013: 47) menyatakan bahwa
faktor-faktor utama yang mempengaruhi minat kerja seseorang adalah sebagai
a. Kondisi pekerjaan
Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan
didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu dapat
meningkatkan produksi.
b. Sistem pendukung
Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi
para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal,
misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai,
kesempatan promosi kenaikan pangkat/ kedudukan.
c. Pribadi pekerja
Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggaan
memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.
E. Kerangka berpikir
1. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi
Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja Guru
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak
pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di
lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak
dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,
lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus
terpenuhi. Disaat guru menyadari bahwa ia harus dapat mencapai
kebutuhannya sebagai pelaksana Kurikulum 2013 yang baik maka disaat itu
timbul motif-motif dalam dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Menurut Handoko (1992 : 9), motif adalah suatu alasan atau dorongan yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau
bersikap tertentu. Dalam motif umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu
dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Motif-motif yang timbul dari
dalam diri guru memotivasi atau mendorong dirinya untuk berperilaku ke
arah tujuan tersebut agar tujuan atau kebutuhannya sebagai guru bisa
tercapai. Menurut Walgito (2004:220), motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu
(1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan
bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan
lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan;(2)
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) tujuan yang
dituju oleh perilaku tersebut.
Dikarenakan ada dorongan dalam diri guru untuk dapat memenuhi
kebutuhannya yaitu memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan
baik maka guru memperhatikan Kurikulum 2013 dan pelaksanaannya.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek aktivitas
individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek. Jadi, seluruh
tersebut. Guru akan mempelajari dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perhatian, adanya kebutuhan tentang
sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap obyek tersebut
(Ahmadi, 2003: 150). Dalam proses tersebut guru telah menginterprestasi
dan mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan
makna dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru
telah mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum
2013 karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat
psikologis dalam individu mengadakan persepsi.
Pernyataan-pernyataan tersebut dikuatkan dengan pernyataan Siagian
(1989:100), bahwa apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha
memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan
dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti
sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya. Pernyataan
ini diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fatimah
(2009:41) bahwa persepsi terhadap profesi bidan mempunyai hubungan yang
bermakna (signifikan) dan positif terhadap motivasi belajar mahasiswa
2. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi
Kurikulum 2013 dengan Minat Kerja Guru
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak
pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di
lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak
dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,
dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di
lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus
terpenuhi. Didasari oleh kebutuhan seorang guru untuk dapat memahami dan
melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik maka guru akan memusatkan,
mencurahkan, mengkonsentrasikan aktifitasnya kepada Kurikulum 2013
tersebut. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh objek
aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan obyek. Guru
akan mempelajari dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perhatian, adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan
timbulnya perhatian terhadap obyek tersebut (Ahmadi, 2003: 150).
Guru yang mempunyai kemauan untuk mencurahkan perhatiannya pada
Kurikulum 2013 berarti memiliki minat terhadap Kurikulum 2013. Karena menurut
Walgito (2004:100), apabila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek,
perhatian itu akan timbul. Pernyataan lain juga disampaikan oleh Ahmadi
(2003:152), antara minat dan perhatian selalu berhubungan dalam praktik.
Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian dan apa yang
menyebabkan adanya perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan
minat.
Dalam proses tersebut guru telah menginterprestasi dan
mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan makna
dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru telah
mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013
karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat psikologis
dalam individu mengadakan persepsi. Pernyataan- pernyataan tersebut
dikuatkan dengan pernyataan Siagian (1989:100), bahwa apabila seseorang
melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang
dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut
berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan
harapannya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dalam jurnal yang
disusun oleh Aryani (2010:160) bahwa persepsi mahasiswa terhadap
organisasi mempunyai hubungan positif dengan minat mahasiswa
3. Hubungan Persepsi Guru terhadap Pemahaman Implementasi
Kurikulum 2013 dengan Motivasi Kerja dan Minat Kerja Guru
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru merupakan ujung tombak
pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di
lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak
dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:15). Oleh karena itu,
dapat memahami dan melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik di
lapangan adalah suatu tujuan atau kebutuhan seorang guru yang harus
terpenuhi. Disaat guru menyadari bahwa ia harus dapat mencapai
kebutuhannya sebagai pelaksana Kurikulum 2013 yang baik maka disaat itu
timbul motif-motif dalam dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Menurut Handoko (1992 : 9), motif adalah suatu alasan atau dorongan yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau
bersikap tertentu. Dalam motif umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu
dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Motif-motif yang timbul dari
dalam diri guru memotivasi atau mendorong dirinya untuk berperilaku ke
arah tujuan tersebut agar tujuan atau kebutuhannya sebagai guru bisa
tercapai. Menurut Walgito (2004:220), motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu
(1) keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan
bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan (3) tujuan yang
dituju oleh perilaku tersebut. Dikarenakan ada dorongan dalam diri guru
untuk dapat memenuhi kebutuhannya yaitu memahami dan melaksanakan
Kurikulum 2013 dengan baik maka guru memperhatikan Kurikulum 2013
dan pelaksanaannya. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh objek aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan
obyek. Jadi, seluruh aktifitas guru dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada
Kurikulum 2013 tersebut. Guru akan mempelajari dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan acuan Kurikulum 2013. Kebutuhan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perhatian, adanya
kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap
obyek tersebut (Ahmadi, 2003: 150). Guru yang mempunyai kemauan untuk
mencurahkan perhatiannya pada Kurikulum 2013 berarti memiliki minat
terhadap Kurikulum 2013. Karena menurut Walgito (2004:100), apabila
individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek
itu biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis perhatian itu
akan timbul. yang spontan, secara otomatis perhatian itu akan timbul.
Pernyataan lain juga disampaikan oleh Ahmadi (2003:152), antara minat dan
perhatian selalu berhubungan dalam praktek. Apa yang menarik minat dapat
menyebabkan adanya perhatian dan apa yang menyebabkan adanya
perhatian kita terhadap sesuatu tentu disertai dengan minat. Dalam proses
mengorganisaikan implementasi Kurikulum 2013 dan memberikan makna
dalam dirinya mengenai implementasi Kurikulum 2013 atau guru telah
mempunyai persepsi terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013
karena menurut Walgito (2004: 98) perhatian merupakan syarat psikologis
dalam individu mengadakan persepsi.
Pernyataan tersebut dikuatkan dengan pernyataan Siagian
(1989:100), bahwa apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha
memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan
dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti
sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.
F. Model Penelitian
Gambar 2.2
Model penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
Keterangan :
Y : Persepsi guru terhadap pemahaman implementasi Kurikulum 2013
X1 : Motivasi kerja
X2 : Minat kerja
X1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2010:
247). Peneliti ingin mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap
implementasi Kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei
adalah penelitian yang pengumpulan datanya dari seluruh populasi dan
dapat pula hanya dilakukan pada sebagian dari populasi (Arikunto, 2003:
312).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA yang mengimplementasikan
Kurikulum 2013 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo yaitu
SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates.
2. Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru
SMA di Kecamatan Wates.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap implementasi
Kurikulum 2013, motivasi kerja guru dan minat kerja guru.
D. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2012:119). Dalam penelitian ini populasinya adalah guru-guru SMA di
Kecamatan Wates yang berjumlah 74 guru.
E. Variabel penelitian
Variabel yang akan diteliti adalah persepsi guru terhadap
implementasi Kurikulum 2013, motivasi kerja dan minat kerja.
F. Operasional Variabel dan Pengukurannya
a. Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 adalah proses
pengorganisasian dan penginterprestasian kesan-kesan sensori terhadap
Kurikulum 2013 melalui panca indera dalam usahanya untuk