• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

D. Teknik Analisis

5. Pengujian Signifikas

a. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji T)

Uji T merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel penduga atau variabel bebas koefisien penduga perlu berbeda dari nol secara signifikasi atau p-value sangat kecil. Uji T dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai hasil uji T statistik dengan uji T tabel. Cara relatif lebih mudah dilakukan karena

tersedia pada menu Eviews. Konsep ini membandingkan α dengan

nilai p-value (Shochrul,dkk, 2011:34).

Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing- masing variabel indenpenden secara persial terhadap variabel dependen.

Nilai T hitung dapat dicari dengan formula: ̂

̂

Dimana merupakan nilai pada hipotesis nol, ̂ merupakan std.error danse merupakan t tabel.

- 53 -

Menentukan nilai t tabel sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (n-k) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep. Kriteria uji yang dilakukan adalah:

Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima

Jika menolak H0 atau menerima Ha berarti secara statistik variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen dan jika menerima H0 atau menolak Ha berarti secara statistik variabel independen tidak signifikasi mempengaruhi variabel dependen (Widarjono,2010).

b. Uji Goodness of Fit (Uji F)

Uji F ataun model secara keseluruhan dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima. Uji F dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai hasil uji F statistik dengan uji F tabel. Cara relatif lebih mudah dilakukan karena tersedia pada menu Eviews.

Konsep ini membandingkan α dengan nilai p-value (Shochrul,dkk,

2011:34).

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk mempengaruhi variabel bebas secara simultan atau tidak.

- 54 -

Menentukan nilai f tabel sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang dilakukan adalah:

Jika F-hitung > F-tabel ( α; n-k; k-1 ), maka H0 ditolak Jika F-hitung < F-tabel ( α; n-k; k-1 ), maka H0 diterima

Dalam pengambilan keputusan apakah menerima H0 atau menolak H0 bisa dilihat dari besarnya probabilitas yang

menunjukan besarnya α. Dari perhitungan Eviews dapat dilihat

bahwa probabilitasnya sangat kecil yaitu 0,0000% sehingga keputusan adalah menolak H0 atau menerima Ha(Widarjono, 2009:70).

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 menunjukan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2 atau adjusteted R-squared berkisar antara 0 sampai 1, semakin endekati 1 maka semakin baik (Shochrul,dkk, 2011:34).

Dalam penelitian determinasi (R2) dari hasil regresi berganda menunjukan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya.

- 55 -

Koefisien determinasi (R2 ) untuk menjelaskan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen. Salah satu persoalan besar penggunaan koefisien determinasi R2 yaitu R2 selalu menaik ketika menambah independen. Para ahli ekonometrika telah mengembangkan alternatif lain agar nilai R2 tidak merupakan fungsi dari variabel independen. Rumus sebagai berikut (Widarjono, 2009:66):

̅ ∑ ̅ ∑ ̂

Dimana k = jumlah parameter, termasuk intersep, n = jumlah observasi. Terminologi koefisien derminasi yang disesuaikan ini karena disesuaikan dengan derajat kebebasan, ∑ ̂ mempunyai df sebesar n-k dan ̅ mempunyai df sebesar n-1.

Menurut Henry Theil, untuk mengatasi kelemahan R2 mengubah persamaan menjadi persamaan adjusted R2. ̅ ≤ R2 menunjukan dengan bertambahnya variabel-variabel independen, akan semakin memperkecil nilai ̅ . Nilai ̅ masih bisa diambah apabila nilai t absolut variabel yang ditambahkan lebih besar daripada 1. Semakin besar nilai ̅ semakin baik pula modelnya (Winarno,2007:4.21).

- 56 - E. Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian yang dilalukan penulis ada beberapa variabel yang digunakan diantaranya:

1. Variabel bebas (Indefenden Variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah:

a) Efesiensi Operasional (X1)

1) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO, yaitu Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil berarti kinerja keuangannya pun baik (Henry, 2012).

b) Risiko Pasar (X2)

- 57 -

Menurut Mawardi (2005) salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman di mana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM). Semakin tinggi NIM maka pendapatan bunga atas aktiva produktif meningkat maka laba perusahaan pun akan meningkat, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat.

c) Risiko Kredit (X3)

1) Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL), yaitu indikator yang menunjukan bagaimana posisi kredit bermasalah bank tersebut terhadap total kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar bahkan bank tersebut dapat mengalami collapse bisa dikatakan kinerja keuangan bank tersebut dalam keadaan buruk. Berikut ini rumus Non Performing Loan (NPL):

- 58 -

2) Loan To Deposito Ratio (LDR)

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya,2000:118). Saat kemampuan likuiditas bank tersebut rendah maka kinerja bank tersebut juga rendah. Berikut rumus Loan to Deposito Ratio

(LDR):

d) Return On Equity (ROE) (X4)

Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank (Selamet Riyadi,2006:155). Semakin tinggi ROE maka pendapatan aktiva produktif tinggi, lalu laba juga akan tinggi maka kinerja bank semakin baik. Berikut rumus Return On Equity (ROE):

- 59 -

e) Capital Adequacy Ratio (CAR) (X5)

Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Berikut rumus

Capital Adequacy Ratio (CAR):

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan bank yang dikontribusikan dengan huruf (Y). Return On Asset

(ROA), merupakan indikator rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar juga tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik

- 60 -

pula kinerja keuangan bank tersebut dalam penggunaan aset. Rumus

return on assets (ROA) sebagai berikut :

- 61 - BAB IV

Dokumen terkait