Proses pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan data asli milik nasabah PT BPR X dengan rincian sebagai berikut:
4 15 Data nasabah lama, performa Nasabah Lancar : diterima
5 15 Data nasabah lama, performa Nasabah Tidak Lancar : ditolak
6 4 Data nasabah lama, performa Nasabah Tidak Lancar: diterima
Proses pengujian sistem diawali dengan memasukkan semua data nasabah ke dalam sistem berupa identitas nasabah maupun track record angsuran nasabah. Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot
PT. BPR X. Berikut bobot kriteria 5C dan bobot sub kriteria yang telah ditentukan.
Bobot Kriteria 5C
Nama Kriteria Bobot Kriteria
Karakter 10 Jaminan 7.5 Kapasitas 5 Modal 5 Kondisi Ekonomi 7.5
Tabel 5.1 Bobot Kriteria 5C Bobot Sub Kriteria Karakter
Nama Kriteria Bobot Kriteria
Ketulusan 10
Kerendahan Hati 7.5 Keterbukaan 7.5 Tanggung jawab 10
Bobot Sub Kriteria Jaminan
Nama Kriteria Bobot Kriteria
Tahun agunan 7.5 Bentuk agunan 7.5 Besar nilai agunan 10 Kondisi agunan 10
Tabel 5.3 Bobot Sub Kriteria Jaminan Bobot Sub Kriteria Kapasitas
Nama Kriteria Bobot Kriteria
Pendidikan 10 Pengalaman usaha 10 Sejarah usaha 7.5
Omset 7.5
Tabel 5.4 Bobot Sub Kriteria Kapasitas Bobot Sub Kriteria Modal
Keahlian dagang 7.5
Hutang 10
Modal awal usaha 10
Tabel 5.5 Bobot Sub Kriteria Modal Bobot Sub Kriteria Kondisi Ekonomi
Nama Kriteria Bobot Kriteria
Tanggungan anak 7.5 Kepemilikan rumah 10
Lingkungan hunian 7.5 Perkembangan Teknologi 10
Tabel 5.6 Bobot Sub Kriteria Kondisi Ekonomi
Langkah selanjutnya adalah proses simulasi. Nilai survey nasabah dimasukkan ke dalam sistem untuk dibandingkan dan dihitung total skor tiap nasabah dengan metode SAW. Dalam data asli milik PT. BPR X, nilai survey nasabah yang diketahui hanyalah nilai kriteria 5C, sehingga untuk nilai sub kriteria dari masing-masing kriteria 5C
metode SAW sehingga menghasilkan nilai yang sama dengan nilai survey masing-masing kriteria 5C pada data asli. Berikut adalah nilai survey nasabah untuk masing-masing sub kriteria.
Gambar 5.5 Nilai Survey Nasabah Sub Kriteria Kondisi Ekonomi
Setiap sub kriteria dari masing-masing kriteria 5C akan dihitung total skornya, jika total skor dari masing-masing kriteria sudah diketahui maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan SAW kembali untuk mendapatkan total skor akhir dari setiap nasabah.
Gambar 5.6 Total Skor Sub Kriteria
Ketika total skor akhir setiap nasabah sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengecekan penerimaan nasabah berdasarkan patokan skor yang ditentukan oleh manajer kredit dan performa angsuran kredit milik nasabah.
Gambar 5.7 Total Skor Akhir Kriteria 5C
Berikut rentang nilai yang menjadi patokan skornya:
Rentang Nilai Nilai
0-7,9 Sangat Rendah
8-14,9 Rendah
15-21,9 Cukup
22-28,9 Tinggi
29-35 Sangat Tinggi
berarti ada di kategori nilai tinggi, sehingga nasabah yang akan diterima total skornya akan lebih besar atau sama dengan 28 baik untuk performa angsurannya adalah nasabah lancar maupun tidak lancar. Berikut hasil simulasinya:
Untuk mempermudah manajer kredit melihat hasil keputusan penerimaan, maka sistem ini menampilkan perangkingan berdasarkan total skor akhir tertinggi. Berikut hasil perangkingan bersadarkan perhitungan simulasi yang telah dilakukan:
Gambar 5.9 Peringkat Hasil Rekomendasi Penerimaan Kredit
keputusan yang didapatkan secara manual( hasil keputusan PT. BPR X) dan sistem adalah sebagai berikut:
Nama Nasabah
Performa Angsuran Hasil Keputusan Manual
Hasil Keputusan Sistem
Nasabah1 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah2 Nasabah Lancar Diterima Diterima
Nasabah3 Nasabah Lancar Diterima Diterima
Nasabah4 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah5 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah6 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah7 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah8 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah9 Nasabah Lancar Diterima Diterima
Nasabah10 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah11 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah12 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah13 Nasabah Lancar Diterima Diterima
Nasabah14 Nasabah Lancar Diterima Diterima
Nasabah15 Nasabah Lancar Diterima Ditolak
Nasabah16 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Diterima
Nasabah19 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah20 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah21 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah22 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah23 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah24 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah25 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah26 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah27 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah28 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah29 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak Nasabah30 Nasabah Tidak Lancar Ditolak Ditolak
Nasabah31 Nasabah Tidak Lancar Diterima Ditolak
Nasabah32 Nasabah Tidak Lancar Diterima Ditolak
Nasabah33 Nasabah Tidak Lancar Diterima Ditolak
Nasabah34 Nasabah Tidak Lancar Diterima Ditolak
Perbedaan hasil keputusan sistem dan manual:
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
7
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 2
Ditolak 15
Lancar 0
27
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 17
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Kondisi Hasil
Diterima dan lancar
manual 15
19 *100% = 79%
SPK 5
7* 100% = 71%
Diterima dan tidak lancar
manual 194* 100% =21%
SPK 27* 100% = 29%
Ditolak dan lancar SPK
10
27* 100%= 37%
Ditolak dan tidak lancar SPK
17
27* 100% = 63%
Berdasarkan hasil perhitungan efektifitas di atas, maka efektifitas penggunaan metode SAW dalam SPK ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
keputusan manual yang diterima sebanyak 79% dan pada keputusan SPK yang diterima sebanyak 71%. Hasil ini belum dapat menunjukkan efektifitas keputusan mana yang lebih baik antara manual dengan sistem pada kondisi ini, karena perbandingan nilai yang didapatkan belum signifikan.
b. Pada kondisi kredit diterima dan performa angsuran kredit tidak lancar dalam keputusan manual yang diterima sebanyak 21% dan pada keputusan SPK yang diterima sebanyak 29%. Hasil ini belum dapat menunjukkan efektifitas keputusan mana yang lebih baik antara manual dengan sistem pada kondisi ini, karena perbandingan nilai yang didapatkan juga belum signifikan.
c. Pada kondisi kredit ditolak dan performa angsuran kredit lancar berdasarkan hasil keputusan SPK adalah sebanyak 37%. Sedangkan pada kondisi kredit ditolak dan performa angsuran tidak lancar berdasarkan hasil keputusan SPK adalah sebanyak 63%.
d. Sistem Pendukung Keputusan ini menunjukkan bahwa hasil keputusan yang diperoleh terbukti lebih efektif dibandingkan dengan keputusan manual. Hal ini ditunjukkan pada kondisi nasabah yang diterima kreditnya dan performa angsuran lancar diperoleh hasil 71%. Dalam kondisi ini pada keputusan manual nasabah yang diterima sebanyak 15
menerima 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi 10 orang yang memang seharusnya ditolak karena tidak memenuhi ketentuan kredit, namun justru diterima pada keputusan manual. Demikian pula pada kondisi nasabah ditolak kreditnya dan performa angsuran tidak lancar sistem ini mampu mendeteksi sebanyak 63% nasabah yang ditolak. Sistem ini memiliki aturan yang ketat sehingga mampu menyaring lagi jumlah nasabah yang ditolak dari 15 nasabah pada keputusan manual menjadi 27 nasabah yang terdiri dari 10 nasabah lancar dan 17 nasabah tidak lancar, padahal pada hasil keputusan manual 10 nasabah dengan performa lancar dan 2 nasabah dengan performa tidak lancar yang ditolak pada keputusan sistem ini sebenarnya diterima dan mendapatkan kredit.
Selain pengujian utama, dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian dengan menggunakan perkiraan bobot kriteria utama yang berbeda dengan aturan PT. BPR X. Hal ini dilakukan karena jika hasil keputusan dari hasil percobaan mampu menunjukkan nilai efektifitas yang lebih tinggi dapat menjadi saran pembobotan kriteria utama bagi PT. BPR X. Berikut hasil pengujian dan penjelasannya.
karakter jaminan kapasitas modal kondisi ekonomi
7.5 10.0 7.5 2.5 7.5
Perbedaan hasil keputusan sistem dan manual:
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
6
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 1
Ditolak 15
Lancar 0
28
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 18
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Kondisi Hasil
Diterima dan lancar
manual 79%
SPPK 83%
Diterima dan tidak lancar
manual 21%
SPPK 17%
Ditolak dan lancar SPPK 36% Ditolak dan tidak lancar SPPK 64%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba ini, bobot yang disarankan masih tidak terlalu signifikan nilai efektifitasnya. Hal ini dikarenakan hasil keputusan keseluruhan nasabah diterima pada SPK mengalami penurunan, yaitu dari 7 orang pada pengujian utama dan pada kondisi ini turun menjadi 6 orang. Dalam kondisi diterima dan lancar
diterima dan tidak lancar mengalami penurunan menjadi 17% dengan jumlah 1 nasabah diterima. Demikian untuk kondisi ditolak dan lancar mengalami peningkatan 1%, dari 63% pada pengujian utama dan 64% pada uji coba 1 ini. Tentunya peningkatan yang tidak signifikan ini belum mampu menunjukkan bahwa bobot yang disarankan ini lebih efektif dibanding bobot milik PT. BPR X.
b. Uji Coba 2
Dalam uji coba 2 ini nilai bobot kriteria utama ditentukan sebagai berikut:
karakter jaminan kapasitas modal kondisi ekonomi
10.0 10.0 5.0 2.5 7.5
Perbedaan hasil keputusan sistem dan manual:
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
8
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 3
Ditolak 15
Lancar 0
26
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 16
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Kondisi Hasil
Diterima dan tidak lancar
manual 21%
SPPK 38%
Ditolak dan lancar SPPK 38% Ditolak dan tidak lancar SPPK 62%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba ini, bobot yang disarankan justru menurunkan nilai efektifitas pada pengujian utama. Hal ini dikarenakan hasil keputusan keseluruhan nasabah diterima pada SPK mengalami peningkatan, yaitu dari 7 orang pada pengujian utama dan pada kondisi ini naik menjadi 8 orang. Dalam kondisi diterima dan lancar efektifitasnya turun menjadi 63% dengan jumlah 5 nasabah diterima, pada kondisi diterima dan tidak lancar mengalami peningkatan menjadi 38% dengan jumlah 3 nasabah diterima. Untuk kondisi ditolak dan lancar mengalami penurunan 1%, dari 63% pada pengujian utama dan 62% pada uji coba 2 ini. Tentunya peningkatan jumlah nasabah yang diterima justru menurunkan nilai efektifitasnya dibanding pengujian utama, sehingga belum mampu menunjukkan bahwa bobot yang disarankan ini lebih efektif dibanding bobot milik PT. BPR X.
c. Uji Coba 3
Perbedaan hasil keputusan sistem dan manual:
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
9
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 4
Ditolak 15
Lancar 0
25
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 15
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Kondisi Hasil
Diterima dan lancar
manual 79% SPPK 56%
Diterima dan tidak lancar
manual 21% SPPK 44% Ditolak dan lancar SPPK 40%
Ditolak dan tidak
lancar SPPK 60%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba ini, bobot yang disarankan justru menurunkan nilai efektifitas pada pengujian utama. Hal ini dikarenakan pengaruh hasil keputusan nasabah diterima pada SPK bertambah, yaitu dari 7 orang pada pengujian utama dan pada kondisi ini naik menjadi 9
dengan jumlah 5 nasabah diterima, pada kondisi diterima dan tidak lancar mengalami peningkatan menjadi 44% dengan jumlah 4 nasabah diterima. Untuk kondisi ditolak dan lancar mengalami penurunan 3%, dari 63% pada pengujian utama dan 60% pada uji coba 2 ini. Tentunya peningkatan jumlah nasabah yang diterima justru menurunkan nilai efektifitasnya dibanding pengujian utama, sehingga belum mampu menunjukkan bahwa bobot yang disarankan ini lebih efektif dibanding bobot milik PT. BPR X.
d. Uji Coba 4
Dalam uji coba 4 ini nilai bobot kriteria utama ditentukan sebagai berikut:
karakter jaminan kapasitas modal kondisi ekonomi
7.5 10.0 5.0 5.0 7.5
Perbedaan hasil keputusan sistem dan manual:
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
9
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 4
Ditolak 15
Lancar 0
25
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 15
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Diterima dan lancar
manual 79%
SPPK 56%
Diterima dan tidak lancar
manual 21%
SPPK 44%
Ditolak dan lancar SPPK 40% Ditolak dan tidak lancar SPPK 60%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba ini, bobot yang disarankan justru menurunkan nilai efektifitas pada pengujian utama. Peningkatan jumlah nasabah yang diterima dan nilai efektifitas yang diperoleh hasilnya sama dengan uji coba 3, meskipun bobot yang ditentukan berbeda. Tentunya peningkatan jumlah nasabah yang diterima justru menurunkan nilai efektifitasnya dibanding pengujian utama, sehingga belum mampu menunjukkan bahwa bobot yang disarankan ini lebih efektif dibanding bobot milik PT. BPR X.
e. Uji Coba 5
Dalam uji coba 3 ini nilai bobot kriteria utama ditentukan sebagai berikut:
karakter jaminan kapasitas modal kondisi ekonomi
Hasil Keputusan Manual Sistem Pendukung Keputusan
Diterima 19
Lancar 15
11
Lancar 5
Tidak Lancar 4 Tidak Lancar 6
Ditolak 15
Lancar 0
23
Lancar 10
Tidak Lancar 15 Tidak Lancar 13
Untuk mengetahui nilai efektifitas penggunaan metode SAW maka perhitungannya sebagai berikut:
Kondisi Hasil
Diterima dan lancar
manual 79%
SPPK 45%
Diterima dan tidak lancar
manual 21%
SPPK 55%
Ditolak dan lancar SPPK 43% Ditolak dan tidak
lancar SPPK 57%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji coba ini, bobot yang disarankan juga menurunkan nilai efektifitas pada pengujian utama sebelumnya. Hal ini dikarenakan hasil keputusan keseluruhan nasabah diterima pada SPK bertambah, yaitu dari 7 orang pada pengujian utama dan pada kondisi ini naik menjadi 11 orang. Dalam kondisi diterima dan
diterima, pada kondisi diterima dan tidak lancar mengalami peningkatan menjadi 55% dengan jumlah 6 nasabah diterima. Untuk kondisi ditolak dan lancar mengalami penurunan 6%, dari 63% pada pengujian utama menjadi 57% pada uji coba 2 ini. Tentunya peningkatan jumlah nasabah yang diterima justru menurunkan nilai efektifitasnya dibanding pengujian utama, sehingga belum mampu menunjukkan bahwa bobot yang disarankan ini lebih efektif dibanding bobot milik PT. BPR X.
165 BAB VI PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan dan saran yang membangun berkaitan dengan keterbatasan sistem ini.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem yang dibangun memberikan keuntungan antara lain:
a. Proses perhitungan keputusan dapat dilakukan dengan lebih cepat, karena dalam perhitungan pengecekan terhadap performa angsuran kredit nasabah sekaligus dilakukan.
b. Simulasi yang fleksibel sehingga dapat digunakan tanpa batasan jumlah nasabah.
c. Sistem ini dilengkapi dengan fitur laporan penerimaan kredit sebagai dokumentasi.
d. Perangkingan hasil keputusan berdasarkan total skor akhir dapat memudahkan manajer kredit melihat rekomendasi penerimaan nasabah.
sistematis.
2. Dari hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Metode SAW lebih efektif digunakan dalam pengambilan keputusan penentuan kredit. Hal ini ditunjukkan pada hasil pengujian dengan kondisi nasabah diterima kredit dan performa kredit efektifitasnya diperoleh 71%, serta pada kondisi nasabah ditolak kreditnya dan performa angsuran tidak lancar sistem ini mampu mendeteksi efektifitasnya sebanyak 63% nasabah yang ditolak.
3. Sistem ini masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
a. Kesulitan dalam pengumpulan data asli nasabah PT. BPR X, membuat pengujian kurang maksimal karena jumlah data yang kurang banyak.
b. Sistem ini tidak mendukung penambahan dan pengurangan sub kriteria, fleksibilitas hanya terbatas untuk mengubah nama sub kriteria dan bobot kriteria saja.
c. Sistem ini hanya terbatas untuk penentuan penerimaan kredit bagi nasabah lama, bukan nasabah baru karena terdapat pengecekan performa angsuran kredit.
Terkait dengan keterbatasan yang ada pada sistem maka penulis memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat memperbaiki sistem ini.
1. Sistem dikembangkan dengan lebih fleksibel yaitu dapat menambah maupun mengurangi kriteria.
2. Data uji ditambah lagi minimum 30 data nasabah untuk masing- masing performa angsuran kredit nasabah.
1. Hermawan, Julius. 2005. Membangun Decision Support System. Yogyakarta: Andi.
2. Kusumadewi,Sri dkk. 2006. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy
MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Kusumadewi. 2005. Pencarian bobot atribut pada Multi-Attribute Decision
Making dengan pendekatan objektif menggunakan algoritma genetika.
http://cicie.files. wordpress. com/2008/06/sri-kusumadewi-jurnal- genetika.pdf. diakses 20 Agustus 2010
4. Turban dkk. 2005. Decision Support System and Intelligent System (Sistem