• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.2 Pengujian Sistem

Pengujian sistem penting dilakukan untuk menguji dan memastikan bahwa komponen-komponen yang terdapat pada sistem telah berjalan dan sesuai dengan fungsi yang diharapkan.

Metode pengujian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode black box atau functional testing. Pada metode black box, pengujian tidak dilakukan pada source code, tetapi hanya berfokus pada kebutuhan fungsional sistem berdasarkan input dan output dari sistem tersebut (Sommerville, 2004).

4.2.1 Rencana Pengujian Sistem

Rancangan pengujian sistem yang akan diuji dengan teknik black box dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Rencana Pengujian Sistem

No. Komponen sistem yang diuji Butir uji

1 Halaman awal Loading bar, tap to continue

2 Halaman input data pasien Form data pasien 3 Halaman login dokter Form login

Tombol login

4 5

Halaman data pasien Halaman visualisasi

Informasi verifikasi dalam melakukan login

Menampilkan seluruh data pasien Menampilkan visualisasi suara yang diputar

Menampilkan informasi file suara yang digunakan

Tombol Play

Tombol Pause

Tombol Rewind

Tombol Next

Tombol Zoom out

Tombol Zoom in

4.2.2 Kasus dan hasil pengujian sistem

Adapun kasus dan hasil pengujian aplikasi dengan menggunakan teknik black box pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut:

a. Pengujian halaman awal

Pada tabel 4.2, dilakukan pengujian sistem untuk halaman awal dari aplikasi yang dibuat.

Tabel 4.2 Pengujian Halaman Awal

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil

Pengujian

1. Tampilan loading bar Akan menampilkan loading bar yang menandakan aplikasi sedang melakukan copy file .

Berhasil

2. Tap to continue Setalah menekan sembarang pada halaman awal, maka aplikasi akan mengarah ke halaman selanjutnya

Berhasil

b. Pengujian login dokter

Pada tabel 4.3, dilakukan pengujian sistem untuk dapat login ke dalam aplikasi. Adapun user yang melakukan login pada aplikasi ini adalah dokter.

Tabel 4.3 Pengujian Login Dokter

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil

Pengujian

1. Mengisi username dan password user dokter : data benar

Akan muncul angka 1, kemudian mengarah pada halaman data pasien berupa tabel data pasien

Berhasil

2. Mengisi username dan password user dokter : data salah

Akan muncul angka 0, menandakan data yang diisi tidak tersimpan didalam database.

c. Pengujian input data pasien

Pada tabel 4.4, akan dilakukan pengujian untuk input data pasien. Input data pasien dilakukan oleh dokter untuk menambah daftar pasien :

Tabel 4.4 Pengujian Input Data Pasien

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian

1. Pada halaman data pasien pilih menu , kemudian pilih tombol tambah pasien

Sistem akan mengarahkan user ke halaman form input pasien

Berhasil

2.

3.

Masukkan data dengan mengisi semua form yang tersedia

Tidak mengisi beberapa data pada form yang tersedia

Ketika tombol simpan data dipilih, maka sistem akan masuk kehalaman tabel data pasien Ketika tombol simpan data ditekan, maka sistem tidak akan menampilkan data yang diisi tidak lengkap ke halaman tabel data pasien

Berhasil

Berhasil

d. Pengujian pilih data pasien

Pada tabel 4.5 berikut, akan dilakukan pengujian untuk input data pasien. Input data pasien dilakukan oleh dokter untuk menambah daftar pasien :

Tabel 4.5 Pengujian Pilih Data Pasien

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian

1. Pada halaman data pasien , user memilih nama pasien yang suara jantungnya akan visualisasi

Sistem akan mengalihkan user ke halaman visualisasi suara jantung. Halaman ini akan menampilkan hasil visualisasi suara yang diputar beserta menampilkan informasi yang terdapat dari suara tersebut

Berhasil

e. Pengujian halaman visualisasi

Pada tabel 4.6 berikut, akan dilakukan pengujian terhadap seluruh tombol yang berada pada halaman visualisasi:

Tabel 4.6 Pengujian Halaman Visualisasi

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian 1. 2. 3. User menekan tombol pause User menekan tombol play User menekan tombol Zoom out

Ketika tombol pause ditekan, sistem akan memberhentikan sementara suara jantung yang sedang diputar

Ketika tombol play ditekan, maka sistem akan memutar file Suara yang dipilih

Ketika tombol Zoom out ditekan, maka sistem akan memperbesar tampilan grafik

Berhasil

Berhasil

Tabel 4.6 Pengujian Halaman Visualisasi (lanjutan)

No. Skenario uji Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian

4.

5.

User menekan tombol Zoom out

User menekan Tombol Rewind

dari visualisasi suara jantung yang sedang diputar

Ketika tombol Zoom out ditekan, maka sistem akan memperkecil tampilan grafik dari visualisasi suara jantung yang sedang diputar

Ketika tombol Rewind ditekan, maka sistem akan memutar ulang suara jantung dari awal

Berhasil

Berhasil

4.2.3 Pengujian kinerja sistem

Pada bagian ini penulis akan menampilkan seluruh hasil visualisasi dari data suara jantung yang digunakan. Adapun hasil pengujian kinerja sistem yang didapatkan yaitu :

a. Normal heart sound

Suara jantung normal (Normal Heart Sound) menghasilkan dua suara yang sering dinyatakan dengan lub-dub atau disebut suara jantung pertama (S1) dan suara jantung kedua (S2). Suara lub (S1) muncul akibat dua penyebab yaitu : penutupan katub atrioventrikular (katub mitral dan trikuspidalis) dan kontraksi otot-otot jantung. Sedangkan suara dub (S2) disebabkan dari penutupan katub semilunaris (katub aorta dan pulmonal). Diantara suara jantung pertama dan suara jantung kedua terdapat dua interval yaitu sistole dan diastole. Sistole adalah tekanan darah yang dialirkan dari jantung ke arteri dan nadi, sedangkan diastole merupakan tekanan darah balik dari arteri dan nadi ke jantung. Sistole ialah interval antara suara jantung S1 dan S2 ,

sedangkan diastole interval antara suara jantung S2 dan S1. Hasil proses visualisasi suara jantung normal dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.9 Normal Heart Sound

Dari hasil visualisasi suara jantung normal pada gambar 4.9 dapat dilihat bahwa grafik pertama merupakan hasil dari suara jantung pertama . Setelah suara jantung pertama maka grafik mulai menurun yang menandakan adanya interval menuju suara jantung kedua yang disebut dengan systole. Setelah kejadian systole maka grafik mulai menaik yang menandakan terdengarnya suara jantung yang kedua. Setelah terdengar suara jantung yang kedua maka grafik mulai kembali menurun dalam waktu yang sedikit lebih lama. Hal ini disebut dengan diastole, yang merupakan interval dari suara jantung kedua menuju ke suara jantung pertama pada grafik berikutnya. Adpaun informasi yang diperoleh dari proses visualisasi suara jantung normal, yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 0,640 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,520 detik

Systole : 0,120 detik

b. Mitral Stenosis

Kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan katup mitral. Katup ini membantu untuk meregulasi aliran darah dari atrium ke ventrikel dengan cara membuka ketika atrium berkontraksi dan menutup ketika ventrikel berkontraksi untuk mencegah darah mengalir kembali kedalam atrium. S1 pada mitral stenosis organik sangat mengeras, S2 dapat normal atau terpecah keras bila sudah terjadi hipertensi pulmonal. Bising yang khas ialah bising mid-diastolik dengan aksentuasi presistolik (bising presistolik) bernada rendah, berkualitas rumbling seperti suara guntur, dan terdengar paling baik di apeks. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Mitral Stenosis

Dari hasil visualisasi suara jantung mitral stenosis pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa grafik sedikit lebih rapat dibandingkan dengan suara jantung yang normal. Suara jantung dengan keadaan mitral stenosis terdengar lebih cepat. Pada hasil grafik yang pertama merupakan hasil dari suara jantung pertama . Setelah suara jantung

pertama maka grafik mulai menurun yang menandakan adanya interval menuju suara jantung kedua yang disebut dengan systole. Setelah kejadian systole maka grafik mulai menaik yang menandakan terdengarnya suara jantung yang kedua. Setelah terdengar suara jantung yang kedua maka grafik mulai kembali menurun dalam waktu yang sedikit lebih lama. Hal ini disebut dengan diastole , yang merupakan interval dari suara jantung kedua menuju ke suara jantung pertama pada grafik berikutnya. Adpaun hasil yang diperoleh dari proses visualisasi suara jantung mitral stenosis, yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 0,520 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,320 detik

Systole : 0,160 detik

Diastole : 0,320 detik

c. Aortic Stenosis

Penyempitan pada lubang katup aorta yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Faktor yang menyebabkan menyempitnya katup aorta pada seseorang seperti; jantung reumatik, kelainan katup bawaan, termasuk di dalamnya ketidakteraturan metabolisme, hiperkolesterolemia, dan penumpukan kalsium pada katup. Bising yang terdengar ialah bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2 tepi kanan atau tepi sternum dan menjalar dengan baik ke apeks dan daerah karotis, biasanya disertai getaran bising. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.11.

Gambar 4.11 Aortic Stenosis

Dari hasil visualisasi yang didapat pada jantung keadaan aortic stenosis, interval antara S1 dan S2 atau disebut dengan systole tidak dapat terlihat. Hal ini dikarenakan pada saat systole terdengar banyak bising jantung atau disebut dengan murmur. Sehingga sulit didapatkan secara pasti durasi dari S1, S2, dan systole. Informasi yang diperoleh dari proses visualisasi aortic stenosis yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 1,280 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,840 detik

Systole : 0,400 detik

Diastole : 0,600 detik

d. Mitral Regurgitation

Kerusakan katup jantung yang ditandai dengan adanya aliran balik darah dari ruang jantung kiri bawah (ventrikel kiri) ke ruang jantung kiri atas (atrium kiri) dikarenakan penutupan katup mitral yang salah. Ada dua jenis regurgitasi katup mitral tergantung

lamanya kondisi ini berlangsung, yaitu regurgitasi katup mitral akut dan regurgitasi katup mitral kronis. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12 Mitral Regurgitation

Sesuai dengan hasil visualisasi dari suara jantung mitral regurgitation yang terdengar, maka dari S1 menuju S2 suara lub-dub jantung terdengar seperti datar . Dan pada saat systole ada terdengar bising jantung, sedangkan pada saat diastole tidar terlalu terdengar bising jantung. Hasil informasi yang diperoleh dari proses visualisasi suara jantung mitral regurgitation yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 1,12 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,720 detik

Systole : 0,400 detik

e. Aortic Regurgitation

Kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penutupan yang salah dari katup aorta sehingga menyebabkan terjadinya aliran balik darah dari aorta (pembuluh arteri terbesar yang menerima darah dari ventrikel kiri dan mengalirkannya keseluruh tubuh) masuk ke ruang jantung kiri bawah (ventrikel kiri). Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.13.

Gambar 4.13 Aortic Regurgitation

Dari hasil visualisasi suara jantung aortic regurgitation pada gambar 4.13 dapat dilihat bahwa grafik terlihat sangat rapat. Hal ini menandakan bahwa suara jantung yang diputar mengandung banyak murmur atau bising jantung. Dalam proses mendapatkan informasi penulis mengalami kesulitan, dikarenakan tidak terdengarnya interval antara suara jantung pertama dengan suara jantung kedua. Begitu juga dalam mencari interval antara suara jantung kedua dengan suara jantung pertama berikutnya. Sehingga hasil yang didapatkan masih kurang maksimal. Adpaun hasil informasi yang diperoleh dari proses visualisasi suara jantung aortic regurgitation, yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 10,2 detik  Suara jantung kedua (S2) : 9,76 detik

Systole : 4,20 detik

Diastole : 5,48 detik

f. Ventricular Septal Defect

Pada defek septum ventrikel terdapat komplikasi antara suara jantung pertama dan suara jantung kedua. Bising yang khas aialah bising pansistolik di sela iga ke-3 dan ke-4 tepi kiri sternum yang menjalar ke sepanjang tepi kiri sternum. Biasanya makin kecil defek makin keras bising yang terdengar karena arus turbulen. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Ventricular Septal Defect

Hasil visualiasi dari suara jantung ventricular septal defect yang didengar kebanyakan bising bersifat meniup, bernada tinggi. Pada defek septum muskular yang kecil, bising mungkin hanya terdengar pada awal fase akhir systole dikarenakan kontraksi miokardium akan menutup defek. Dapat dilihat juga pada suara jantung kedua grafik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suara jantung yang pertama. Hasil informasi

dari suara jantung ventricular septal defect yang diperoleh dari proses visualisasi yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 0,120 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,840 detik

Systole : 0,440 detik

Diastole : 0,640 detik

g. Midsystolic Click

Suara frekuensi yang tinggi pada pertengahan systole yang dihasilkan dari penghentian mendadak katup prolaps mitral ke atrium oleh korda. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Midsystolic Click

Dari hasil visualisasi suara jantung midsystolic click pada gambar 4.15 dapat dilihat bahwa grafik hampir menyerupai dengan suara jantung yang normal. Namun suara jantung dengan keadaan midsystolic click terdengar sedikit lebih lambat dibandingkan

dengan suara jantung normal. Pada hasil grafik yang pertama merupakan hasil dari suara jantung pertama. Suara jantung pertama dalam keadaan normal berlangsung 0,64 detik, sedangkan pada midsystolic click berlangsung selama 0,68 detik. Setelah suara jantung pertama maka grafik mulai menurun yang menandakan adanya interval menuju suara jantung kedua yang disebut dengan systole. Setelah kejadian systole maka grafik mulai menaik yang menandakan terdengarnya suara jantung yang kedua. Setelah terdengar suara jantung yang kedua maka grafik mulai kembali menurun dalam waktu yang sedikit lebih lama. Hal ini disebut dengan diastole , yang merupakan interval dari suara jantung kedua menuju ke suara jantung pertama pada grafik berikutnya. Pada dasarnya durasi diastole lebih lama dibandingkan dengan systole. Adpaun hasil informasi yang diperoleh dari proses visualisasi, yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 0,680 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,560 detik

 Systole : 0,120 detik

 Diastole : 0,360 detik

h. Atrial Septal Defect

Pada defek septum atrium suara jantung II terdengar terpecah lebar dan menetap (wide and fixed split). Beban volume jantung kanan akibat pirau dari atrium kiri ke atrium kanan menyebabkan waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang, sehingga bunyi jantung II terpecah lebar. Variasi akibat pernafasan tidak terjadi, karena setiap perubahan volume di atrium kanan akan diimbangi oleh perubahan besarnya pirau dari atrium kiri ke atrium kanan. Hasil proses visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.16.

Gambar 4.16 Atrial Septal Defect

Dari hasil visualisasi yang didapat menunjukkan bahwa pada saat systole terdapat banyak bising jantung. Hal ini ditandai dengan tidak terlihatnya jarak atau interval antara suara jantung yang pertama dengan suara jantung yang kedua. Untuk hasil visualisasi diastole cukup jelas terlihat, dan pada diastole juga terdapat sedikit bising jantung. Hasil informasi yang diperoleh dari suara jantung atrial septal defect dari proses visualisasi yaitu :

 Suara jantung pertama (S1) : 1,32 detik  Suara jantung kedua (S2) : 0,880 detik

 Systole : 0,440 detik

 Diastole : 0,600 detik

4.2.4 Hasil Pengujian Data

Dari seluruh data suara yang digunakan maka dari hasil visualisasi yang ditampilkan, secara ringkas didapatkan informasi seperti pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Data

No Nama suara S1(detik) S2(detik) Systole(detik) Diastole(detik)

1 Normal Heart Sound 0,64 0,52 0,12 0,36

2 Mitral Stenosis 0,52 0,32 0,16 0,32

3 Aortic Stenosis 1,28 0,84 0.40 0,60

4 Mitral Regurgitation 1,12 0,72 0,40 0,56

5 Midsystolic Click 0,68 0,56 0,12 0,36

6 Ventricural Septal Defect 1,20 0,84 0,44 0,64

7 Atrial Septal Defect 1,32 0.88 0,44 0,60

8 Aortic Regurgitation 1,39 0,89 0,14 0,21

Dari tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa durasi suara jantung pertama terlihat sedikit lebih lama dibandingkan dengan suara jantung yang kedua. Dan durasi systole lebih cepat dibandingkan dengan durasi diastole.

BAB 5

Dokumen terkait