• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Terinci

Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan.

d. Pengembangan Laporan (Report Development)

Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, laporan yang dibuat mirip dengan management letter, karena berisi temuan pemeriksaan (audit findings), mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard), yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, inefektivitas, dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat diperusahaan. Selain itu auditor juga

memberikan saran-saran perbaikan. C. Ekonomisasi, Efisiensi, dan Efektivitas

1. Pengertian Ekonomisasi

Menurut Agoes (2017: 15), “Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. Artinya jika perusahaan mampu memperoleh sumber daya yang akan digunakan dalam operasi dengan pengorbanan yang paling kecil, ini berarti perusahaan telah mampu memperoleh sumber daya tersebut dengan cara yang ekonomis.

Dengan demikian harga pokok per unit input yang digunakan dalam operasi juga menjadi rendah yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga pokok yang relatif lebih rendah dibandingkan para pesaingnya”.

2. Pengertian Efisiensi

Menurut Agoes (2017: 16), “Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasi, sehingga tercapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan input-proses-output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki perusahaan.

Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan”. Menurut Bayangkara (2008: 13), “Efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan“.

3. Pengertian Efektivitas

Menurut Agoes (2017:17), “Secara singkat pengertian efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan ukuran dari output”. Menurut Bayangkara (2008:14), “Efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya”.

4. Menurut Agoes (2017: 17), Hubungan Ekonomisasi, Efisiensi, dan Efektivitas adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan Ekonomisasi, Efisiensi, dan Efektivitas D. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Sumber daya ini meliputi bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan pembantu, dan komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Persediaan tidak hanya sebatas hal-hal diatas karena banyak organisasi juga menyimpan persediaan lain seperti uang, peralatan, tenaga kerja untuk memenuhi permintaan akan produk dan jasa.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.2 s/d 14.2-IAI, 2015), persediaan adalah aset:

a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; dan

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.

Menurut Agoes (2017: 189), “Persediaan adalah: (a) yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau (c) dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

2. Sifat Persediaan

Menurut Agoes (2017: 298), persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Biasanya merupakan aset lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun. b. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang

dan industri.

c. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan perhitungan laba-rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total aset, beban pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan,

d. pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode selanjutnya.

3. Penggolongan Persediaan

Menurut Agoes (2017: 298), contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah:

a. Bahan baku (raw materials)

b. Barang dalam proses (work in process) c. Barang jadi (finished goods)

d. Suku cadang (spare parts)

e. Bahan pembantu : oli, bensin, solar

f. Barang dalam perjalanan (good in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan. g. Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan lain yang

dititip jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.

Menurut Jusup, (2014: 418) persediaan dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Persediaan Barang Jadi

Persediaan barang jadi adalah hasil produksi yang telah selesai dan siap untuk dijual.

b. Persediaan Barang dalam Proses

Persediaan barang dalam proses adalah bagian dari barang yang diproduksi yang telah mulai diproses tetapi belum selesai.

c. Persediaan Bahan Mentah

Persediaan bahan mentah adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam produksi, tetapi belum diproses.

4. Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan

Dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir periode, dapat diklasifikasikan pencatatan persediaannya, yaitu:

a. Sistem Perpetual (Perpetual System)

Dalam metode ini, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Kegiatan pencatatan ini dilakukan pada setiap perpindahan persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan yang sering terjadi, baik kualitas maupun harga pokoknya.

b. Sistem Periodik (Periodic System)

Dalam metode ini, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam pembukuan, maka harga pokok pembelian tidak dapat diketahui sewaktu-waktu dan baru dapat diketahui jika persediaan akhir telah dihitung.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan nilai persediaan yang ada, yaitu:

a. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama/First in, First Out (FIFO) b. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama/Last in, First Out (LIFO) c. Metode Harga Pokok Rata-Rata/Average Cost Method

E. Pengelolaan Persediaan Bahan Baku

1. Tujuan Pengelolaan Persediaan Bahan Baku

Menurut Carter et al (2004: 298), “Pengelolaan bahan baku dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, dan bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut dimulai dari persetujuan anggaran penjualan dan produksi dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang atau pelanggan. Pengelolaan persediaan akan beroperasi dengan berhasil apabila peningkatan atau penurunan dalam persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan atau diperkirakan”.

Disimpulkan bahwa pengelolaan persediaan bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan, yaitu:

a. Menjaga Persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien.

b. Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan. 2. Pentingnya Pengelolaan Persediaan Bahan Baku

Persediaan bahan baku merupakan unsur dari modal kerja yang cukup besar bagi perusahaan industri. Masalah penentuan investasi yang optimal dalam persediaan bahan baku merupakan suatu hal yang sangat penting, karena memberikan pengaruh yang sangat besar dalam penggunaan modal yang tertanam dalam persediaan itu sendiri dan tingkat efesiensi yang akan dicapai oleh perusahaan.

Menurut Carter et al (2004: 299), pengelolaan persediaan bahan baku yang efektif dan efisien akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

a. Pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien tidak terganggu.

b. Tersedianya cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil (musiman, siklus, dan pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga.

c. Penyimpanan bahan baku dengan mutu penanganan dan biaya minimum dapat melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca, dan kerusakan karena penanganan.

d. Meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan, atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.

e. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan.

f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berda di tingkat konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

3. Pengelolaan Persediaan Bahan Baku yang Baik

Menurut Carter et al (2004: 300), pengelolaan persediaan bahan baku yang baik meliputi hal-hal sebagai berikut:

c. Penetapan titik persediaan minimum dan maksimum

Metode minimum-maksimum (min-max method) didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item perediaan berada pada kisaran batas tertentu. Maksimum jumlah untuk setiap item ditetapkan, sedangkan tingkat sudah termasuk margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali.

d. Pemeriksaan siklus pesanan

Metode siklus pesanan (order cycling method) atau metode peninjauan siklus (cycle review method) memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk waktu yang berbeda (misalnya 30, 60, atau 90 hari) antara peninjauan dan dapat menggunakan siklus yang berbeda untuk jenis bahan baku yang berbeda. Pada setiap periode peninjauan dalam sistem siklus pesanan, pesanan dilakukan agar jumlah persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu.

e. Ketepat-waktuan

Metode JIT (Just in Time) diterapkan dalam memperbaiki pemeliharaan rutin. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba dilokasi kerja pada saat yang dibutuhkan. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan, disaat pelanggan menginginkannya. Kebutuhan akan kualitas dan produksi yang seimbang, metode JIT seringkali diidentifikasikan dengan usaha untuk mengeleminasikan pemborosan dalam segala bentuknya, dan merupakan bagian yang penting dalam banyak usaha manajemen unit total (total quality management-TQM).

Menurut Campbell dan Wilson (2003: 428), bahwa pengelolaan persediaan yang paling efektif tidak datang dengan sendirinya, sebaliknya harus direncanakan dan diarahkan. Selain itu, pengalaman telah menunjukkan bahwa ada faktor atau kondisi tertentu yang merupakan prasyarat untuk tercapainya pengelolaan persediaan yang paling berhasil. Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan persediaan yang efektif adalah sebagai berikut:

a. Menekan investasi modal dalam persediaan pada tingkat yang minimum.

b. Mengeliminasi atau mengurangi pemborosan dan biaya yang timbul dari penyelenggaraan persediaan yang berlebihan, kerusakan, penyimpanan, kekunoan, dan jarak serta asuransi persediaan.

c. Mengurangi resiko kecurangan dan kecurian persediaan. d. Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu

menyediakan bahan yang diperlukan .

e. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada pelanggan dengan cara selalu menyediakan bahan atau barang yang diperlukan. Dapat mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan.

f. Memungkinkan pemerataan produksi melalui penyelenggaraan persediaan yang tidak merata sehingga dapat membantu stabilitas pekerjaan.

g. Menghindarkan atau mengurangi kerugian yang timbul karena penurunan harga.

h. Mengurangi biaya opname fisik persediaan tahunan.

i. Melalui pengendalian yang wajar dan informasi yang tersedia untuk persediaan, dimungkinkan adanya pelaksanaan pembelian yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan dari harga khusus dan dari perubahan harga.

j. Mengurangi penjualan dan biaya administrasi melalui pemberian jasa/pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan.

F. Sistem Pengendalian Internal 1. Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Boynton dkk., (2002:373), pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi,

manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa: a. Pengendalian intern merupakan suatu proses

Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan, yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

b. Pengendalian intern dijalankan oleh manusia

Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasinya, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.

c. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.

2. Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Menurut Boynton (2002: 379-400), unsur-unsur pengendalian intern adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendali merupakan dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor membentuk lingkungan pengendali dalam suatu entitas diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Integritas dan nilai etika

2) Komitmen terhadap kompentensi 3) Dewan direksi dan komite audit 4) Filosofi dan gaya operasi manajemen 5) Struktur organisasi

b. Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Penilaian resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penilaian resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendali yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat.

Penilaian resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi, seperti:

1) Perubahan dalam lingkungan operasi 2) Personel baru

3) Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi 4) Pertumbuhan yang cepat

5) Teknologi baru

6) Lini, produk, atau aktivitas baru 7) Restrukturisasi perusahaan 8) Operasi di luar negeri 9) Pernyataan akuntansi

c. Informasi dan Komunikasi ( Information and Communication) Informasi yang digunakan sebagai fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian intern berkaitan dengan sistem akuntansi, yaitu bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen dalam laporan keuangan.

Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Komunikasi

ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.

d. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian yang relevan dapat digolongkan ke dalam berbagai kelompok sebagai berikut:

1) Pemisahan Tugas

2) Pengendalian Pemrosesan Informasi 3) Pengendalian Fisik

4) Review Kinerja

e. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

3. Hubungan Antara Pengendalian Intern dengan Audit Operasional Berdasarkan definisi pengendalian intern menurut Boynton dkk., (2002:373), pengendalian internal dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi

Ketiga hal diatas dapat menjadi bagian audit operasional jika tujuannya adalah kegiatan operasional perusahaan yang efektif dan efisien. Tujuan utama evaluasi atas pengendalian intern pada audit operasional adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi struktur pengendalian intern dan membuat rekomendasi kepada manajemen.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Rika Yustinus (2014) dengan judul “ Audit Operasional Terhadap Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Persediaan Bahan Baku pada PT. Panca Usaha Palopo Plywood”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kegiatan pengelolaan persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Panca Usaha Palopo Plywood belum berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh sistem perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian manajemen dibidang pengelolaan persediaan bahan baku yang belum berjalan sebagaimana mestinya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis memberikan rekomendasi yaitu sebaiknya perusahaan mempunyai kebijakan dan prosedur pengelolaan persediaan bahan baku secara tertulis, sehinga pelaksana pengelolaan persediaan bahan baku dapat melaksanakan aktivitas mereka dengan jelas. Dalam melakukan pemesanan pembelian bahan baku disarankan agar perusahaan menggunakan suatu perhitungan ekonomis dalam upaya meminimalkan biaya pengendalian persediaan dan menghindari terjadinya keterlambatan pengiriman bahan baku. Sebaiknya perusahaan menggunakan formulir yang bernomor urut cetak. Hal ini akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pengendalian intern yang efektif sehingga dapat menjamin ketelitian dan keandalan catatan akuntansi perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lia sutanti Purwa (2003) dengan judul “Audit Operasional Atas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku pada PT Nusahadi Citraharmonis” dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki perusahaan, antara lain adanya pemisahan tugas-tugas atau fungsi, perusahaan selalu memperhatikan kemajuan pegawainya, penggunaan konsep persediaaan pengaman untuk mencegah kehabisan bahan baku, sistem otorisasi yang telah dilakukan dengan baik, bagian penerimaan bahan baku yang bekerja dengan baik dan teliti saat menerima bahan baku, keamanan 24 jam,

penyediaan fasilitas yang memadai, dilakukannya perhitungan fisik setiap satu bulan sekali, plat yang ada dalam gudang disusun dengan rapi, dan operator yang mengambil bahan baku sesuai dengan perintah dari bagian Production Control Division. Tetapi juga ditemukan beberapa kelemahan,

antara lain adanya perangkapan fungsi keuangan dengan fungsi pembelian, tidak adanya tembusan surat order pembelian untuk bagian penerimaan, tidak dibuatnya laporan penerimaan barang, surat order pembelian tidak diberi nomor urut tercetak, gudang yang kurang memadai untuk perlindungan persediaan terhadap pencurian dan karat, setiap bahan baku tidak mempunai identitas yang jelas, tidak tersedianya catatan atau laporan keluar masuknya bahan baku dari/ke gudang, kebijakan atas waktu pembelian yang belum efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis memberikan rekomendasi khusus di bagian pembelian dan keuangan, untuk menjamin praktik yang sehat harus terpisah antara fungsi pembelian dan keuangan. Juga sebaiknya perusahaan membuat catatan atau laporan yang jelas untuk setiap keluar masuknya bahan baku dari/ke gudang. Dan sebaiknya surat order pembelian diberi nomor urut tercetak serta membuat laporan penerimaan barang setiap bahan baku datang dan membuat tembusan surat order pembelian untuk bagian penerimaan.

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Sekaran (2006:46), “Penelitian studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi yang lain dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini”.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dari penelitian ini adalah manajer atau karyawan bagian gudang pada PT Marel Sukses Pratama

2. Objek dari penelitian ini adalah pengelolaan persediaaan bahan baku yang dimiliki perusahaan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Marel Sukses Pratama yang berlokasi di Jalan Baru Mulungan Gondang Penen, RT.05 / RW.28 Sendangdadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu Penelitian dimulai dari awal bulan Februari 2018 sampai dengan akhir bulan Maret 2018.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan strategi pengamatan langsung (direct observation) untuk mendapatkan data kasus, dengan teknik pengumpulan

data meliputi:

a. Observasi

Metode observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat secara langsung kejadian di lapangan dan kemudian menarik kesimpulan lewat realita yang terjadi dilapangan.

b. Wawancara

Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data dengan melakukan wawancara langsung pada pimpinan atau karyawan perusahaan sehingga dapat diperoleh data yang valid dan dapat dipercaya.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan atas dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen yang akan dikumpulkan adalah laporan dan catatan yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan bahan baku dan digunakan sebagai dasar dalam menganalisa pengendalian internal atas pengelolaan persediaan bahan baku perusahaan.

d. Checklist

Checklist adalah pengumpulan data dengan cara membuat sebuah

daftar, dimana responden hanya membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Arikunto, 2006). Checklist dalam pelaksanaan kegiatan audit berdasar pada standar profesi audit operasional dan juga berdasar pada SOP yang dimiliki perusahaan. Checklist akan membantu auditor untuk mengetahui sebaik apa pengendalian internal yang dimiliki perusahaan pada pengelolaan persediaan bahan baku.

E. Teknik Analisis Data

Untuk dapat mengetahui jawaban dari rumusan masalah mengenai bagaimana hasil audit operasional atas pengelolaan persediaan bahan baku pada PT Marel Sukses Pratama, peneliti harus melakukan beberapa tahap pelaksanaan audit operasional. Menurut Agoes (2017:14-15), ada empat tahapan dalam melakukan suatu audit operasional, yaitu:

1. Melaksanakan Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Pelaksanaan audit operasional dimulai dengan melaksanakan survei pendahuluan mengenai karakteristik, struktur, dan pengelolaan persediaan bahan baku PT Marel melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff perusahaan untuk memberikan pemahaman awal kepada penulis. Selain itu, penulis akan melihat potensi-potensi kelemahan yang dimiliki perusahaan pada bagian pengelolaan persediaan bahan baku. Potensi-potensi kelemahan tersebut dapat digunakan dalam penyusunan perencanaan audit.

2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian manajemen (Review and Testing of Management Control System)

Pada tahap ini penulis akan melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen perusahaan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, penulis dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku dalam objek audit sehingga lebih mudah diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan dalam fungsi pengelolaaan persediaan bahan baku perusahaan. Biasanya dilakukan wawancara dan pengetesan atas beberapa transaksi (walk through the documents).

3. Pengujian Terinci (Detailed Examination)

Pada tahap ini penulis akan melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini penulis harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi pengelolaan persediaan bahan baku di perusahaan. Analisis data pada bagian ini dilakukan dengan tahap:

a. Membandingkan kegiatan pengelolaan persediaan bahan baku dengan SOP yang sudah ditetapkan

Penulis pada tahap ini membuat checklist untuk mencocokkan kesesuaian antara SOP perusahaan dengan kejadian riil setiap kegiatan pada bagian pengelolaan persediaan bahan baku.

Analisis data didasarkan pada pelaksanaan SOP untuk menentukan seberapa baik hasil temuan yang didapat oleh penulis. Jawaban “YA” untuk pernyataan SOP yang dilaksanakan dan “TIDAK” untuk pernyataan SOP yang tidak dilaksanakan. data akan disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan membandingkan antara SOP dengan kejadian riil sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Perbandingan SOP dan Kegiatan Pengelolaan Persediaan Bahan Baku

Nama Perusahaan: Periode Audit: Program yang diaudit:

Dokumen terkait