• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Validitas Konstruk

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 30-37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengujian Validitas Konstruk

Tabel 4.3

Uji Validitas Konvergen, Reliabilitas, dan R Square

Uji validitas konvergen dilihat dari model pengukuran dengan menggunakan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor, dan (Average Variance Extracted) AVE. Nilai (Average Variance Extracted) direkomendasikan nilai masing-masing harus di atas 0,50. Artinya probabilitas indikator di suatu konstruk masuk ke variabel lain lebih rendah (kurang 0,5) sehingga probabilitas indikator tersebut konvergen dan masuk di konstruk yang di maksud lebih besar, yaitu di atas 50 persen. Dalam penelitian ini terdapat 4 konstruk dengan jumlah indikator antara 3 sampai dengan 11 indikator dengan menggunakan skala 1 sampai 5. Berdasarkan hasil pengujian model pengukuran yang terlihat pada gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut, hasil yang terlihat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil pengujian AVE untuk konstruk kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, persepsi nilai informasi, dan minat

Average Variance Extracted (AVE)

Composite

Reliability R Square

Kepuasan

Pengguna 0.664 0.887

Minat

Menggunakan 0.564 0.721 0.081

Persepsi

Kegunaan 0.607 0.860 0.484

Persepsi

Kemudahan 0.666 0.923 0.403

untuk menggunakan masing-masing adalah 0,664; 0,564; 0,607; 0,666. Semua indikator memiliki loading factor di atas 0,70, AVE > 0,50. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi uji validitas konvergen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut dinyatakan valid dan dapat diterima sebagai pengukur variabel laten penelitian.

Pengukuran validitas diskriman dari model pengukuran dinilai berdasarkan dengan membandingkan akar dari AVE suatu konstruk harus lebih tinggi dibandingkan dengan loading factor sebesar 0,70. Pada tabel outer loading (Lampiran 1) terlihat bahwa masing-masing indikator di suatu konstruk sudah lebih tinggi dari dari nilai standar loading factor. Nilai outer loading menunjukkan adanya validitas diskriman yang baik karena nilai korelasi indikator terhadap konstruknya lebih tinggi dibandingkan nilai loading factornya. Sebagai contoh outer loading x11 sebesar 0,758 berada di atas loading factor standart yang sudah ditetapkan sebesar 0,70. Begitu pun dengan x12 sebesar 0,781 dan seterusnya.

Uji kekonsistenan indikator-indikator dalam satu variabel laten dilakukan dengan dengan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dapat diukur dari nilai composite reliability. Untuk dapat dikatakan suatu konstruk reliable, maka nilai composite reliability harus lebih dari 0,70. Meskipun nilai 0,60 masih dapat diterima. Dari output SmartPLS dalam tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa konstruk kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, persepsi nilai informasi, dan minat untuk menggunakan memiliki nilai composite reliability di atas 0,70 sehingga dapat dinyatakan bahwa pengukur yang dipakai dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik.

Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model sktruktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen,. Hasil R-square yang dijelaskan pada variabel dependen sebaiknya diatas 0,10 sehingga dapat dinyatakan bahwa konstruk dependennya baik. Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai

R-square konstruk persepsi kegunaan adalah sebesar 0,403 Hal ini berarti bahwa persepsi kemudahan penggunaan mampu menjelaskan konstruk persepsi kegunaan sebesar 40,3%. Konstruk kepuasan pengguna mampu di jelaskan oleh persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan sebesar 0,484 dan berarti bahwa kosntruk persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan mampu menjelaskan konstruk kepuasan pengguna sebesar 48,4%. Untuk konstruk minat menggunakan kepuasan pengguna dan persepsi kegunaan hanya mampu menjelaskan minat menggunakan sebesar 0,081 atau hanya sebesar 8,1%.

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, nilai t-statistic yang dihasilkan dari output PLS dibandingkan dengan nilai t-tabel, output PLS merupakan estimasi variabel laten yang merupakan linier agrerat dari indikator. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut

-> Persepsi Kegunaan 0.635 0.646 0.071 8.894 Diterima H2 Persepsi Kegunaan ->

Kepuasan Pengguna 0.325 0.319 0.122 2.664 Diterima H3 Persepsi Kemudahan

-> Kepuasan Pengguna 0.443 0.454 0.120 3.682 Ditermia H4 Kepuasan Pengguna ->

Minat Menggunakan -0.163 -0.197 0.231 0.706 Ditolak H5 Persepsi Kegunaan ->

Minat Menggunakan -0.155 -0.132 0.250 0.621 Ditolak

Persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan dengan nilai original sample sebesar 0,635. Hipotesis (H1) terdukung karena nilai T-statistic sebesar 8,89 lebih besar dari nilai t-tabel (tingkat signifikansi 5% = 1,96) sehingga menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak atas kemudahan penggunaan aplikasi e-Faktur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kegunaan aplikasi e-Faktur pada proses pelaporan perpajakan. Dengan demikian, Hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.

Hubungan antara persepsi kegunaan dan persepsi kepuasan pengguna pada hipotesis kedua (H-2) mempunyai nilai original sample sebesar 0,325 dengan nilai T-statistic sebesar 2,66 yang berarti lebih besar dari nilai T-table (tingkat signifikansi 5% = 1,96) sehingga persepsi kegunaan atas penggunaan e-Faktur mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Kepuasan Pengguna e-Faktur dalam kegiatan pelaporan perpajakannya. Maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.

Hubungan antara persepsi kemudahan dan persepsi kepuasan pengguna pada hipotesis ketiga (H-3) mempunyai nilai original sample sebesar 0,443 dengan nilai T-statistic sebesar 3,68 yang berarti lebih besar dari nilai T-table (tingkat signifikansi 5% = 1,96) sehingga persepsi kemudahan atas penggunaan e-Faktur mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Kepuasan Pengguna e-Faktur dalam kegiatan pelaporan perpajakannya. Maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima.

Hipotesis keempat (H-4) yang menguji hubungan antara Kepuasan Pengguna dan minat menggunakan, menunjukkan nilai original sample sebesar -0,163 dan nilai T-statistic sebesar 0,706. Karena nilai T- statistic tersebut lebih kecil dari T-table (tingkat signifikansi 5% = 1,96) maka Hipotesis ke empat dalam penelitian ini ditolak. Dengan kata lain, kepuasan pengguna dalam proses pelaporan perpajakan tidak signifikan terhadap minat menggunakan e-Faktur dalam melakukan pelaporan kegiatan perpajakannya dan hipotesis keempat ditolak.

Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap minat perilaku dengan nilai original sample sebesar -0,155 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis kelima (H-5) tidak terdukung karena skor T-statistic sebesar 0,621 kurang dari nilai T-table (tingkat signifikansi 5% = 1,96) artinya, persepsi kemudahan penggunaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat menggunakan aplikasi e-Faktur pada proses pelaporan kegiatan perpajakan.

Dengan demikian, hipotesis kelima ditolak.

Pembahasan

Sesuai dengan hasil uji hipotesis pertama, Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis (2000) dan Tangke (2010) yang juga menyatakan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi kegunaan sehingga, sehingga hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa semakin mudah suatu sistem informasi dapat digunakan maka akan semakin besar kegunaan sistem informasi tersebut menurut pengguna sistem informasi tersebut. Hal ini berarti kemudahan dalam menggunakan e-Faktur akan mempengaruhi pengguna (Pengusaha Kena Pajak) untuk menggunakan teknologi tersebut karena dianggap akan meningkatkan kinerjanya dalam melaporkan kewajiban perpajakannya, khususnya faktur pajak.

Kemudahan dari penggunaan e-Faktur yang dirasakan akan memuaskan pengguna yang akhirnya akan meningkatkan kegunaan e-Faktur pada Pengusaha Kena Pajak khususnya di kota Bandar Lampung. Kegiatan pelaporan e-faktur yang selama ini dilakukan oleh wajib pajak mencerminkan bahwa kemudahan dalam menggunakan aplikasi e-faktur secara tidak disadari memberikan persepsi kepada pengguna bahwa e-faktur benar-benar berguna dalam kegiatan pelaporan perpajakan wajib pajak dalam segi efektivitas dan efisiensi dibandingkan dengan sistem pelaporan secara manual yang dilakukan sebelumnya.

Seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Iyeh (2012) yang mengatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pengguna, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian tersebut. Menurut hasil hipotesis kedua persepsi kegunaan sangat berkaitan erat dengan kepuasan pengguna e-Faktur, pengguna aplikasi e-faktur yang memiliki persepsi bahwa e-faktur memang memiliki kegunaan atau manfaat akan merasa puas karena aplikasi e-faktur dapat meningkatkan prestasi kerja mereka dan itu memang dapat mereka rasakan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi manfaat yang didapatkan maka pengguna (Pengusaha Kena Pajak) semakin puas dalam menggunakan e-Faktur.

Amanda dan Arfhan (2016) mengatakan dalam penelitiannya persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna . Sesuai dengan hipotesis ketiga Kemudahan pengoperasian e-Faktur membuat aplikasi ini menjadi sering digunakan oleh wajib pajak dan dianggap mampu memenuhi kegiatan pelaporan pajak mereka, dengan terpenuhinya harapan mereka dengan kemudahan penggunaan e-faktur maka kepuasan wajib pajak menjadi terpenuhi dan hal tersebut membuktikan bahwa persepsi kemudahan memang mempengaruh kepuasan wajib pajak dalam mengunakan aplikasi e-faktur.

. Raza, Siddiqquei, Awan, & Bukhari, (2012) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa kepuasan pengguna memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat menggunakan sehingga tidak sesuai dengan hasil penelitian ini.

Menurut hasil uji hipotesis keempat kepuasan pengguna tidak dapat dijadikan sebagai acuan minat menggunakan karena kedua kosntruk tersebut memiliki korelasi negatif. Penggunaan e-Faktur yang telah diwajibkan oleh pemerintah membuat seluruh wajib pajak harus menggunakan aplikasi ini, hal ini menyebabkan persepsi kepuasan pengguna menjadi penghubung apakah aplikasi ini sebenarnya benar-benar mau digunakan oleh wajib pajak. Kepuasan dalam menggunakan sesuatu yang diwajibkan (mandatory to use) belum tentu membuat pengguna sebenarnya mau menggunakan sistem informasi tersebut, jadi kepuasan disini hanya sekedar puas dengan apa yang sudah tersedia akan tetapi sebenarnya pengguna berharap sistem informasi tersebut dalam hal ini aplikasi e-Faktur dapat lebih ditingkatkan lagi.

Sesuai dengan hasil uji hipotesis kelima, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dyanrosi (2015). Dalam hasil penelitiannya diakatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap minat menggunakan. Persepsi kegunaan sama halnya dengan kepuasan pengguna, persepsi ini tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk menetukan minat menggunakan dalam situasi dimana sistem informasi diwajibkan digunakan oleh pengguna sistem. Aplikasi e-Faktur yang wajib digunakan meskipun memiliki kegunaan dan manfaat sesuai dengan persepsi pengguna tidak menunjukan bahwa pengguna memiliki minat menggunakan aplikasi tersebut. Tidak memiliki minat menggunakan suatu sistem informasi bukan berarti sepenuhnya tidak mau menggunakan, dalam menggunakan e-Faktur jika melihat dari persepsi kemudahan dan kegunaan mungkin sudah merasa puas dengan aplikasi yang ada sekarang, akan tetapi ada banyak faktor di luar kegunaan dan kemudahan yang mungkin membuat

kepuasan pengguna e-Faktur tidak mempengaruhi minat menggunakan aplikasi e-Faktur.

BAB V

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 30-37)

Dokumen terkait