• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Suboptimum

Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) merupakan simulasi vigor benih

di lapang yang berhadapan dengan kondisi suboptimum, antara lain cekaman salinitas dan kekeringan.

1. Kondisi Salin

Simulasi vigor benih terhadap kondisi salin dilakukan dengan menguji benih genotipe padi rawa di media yang dilembabkan dengan larutan NaCl. Konsentrasi NaCl yang digunakan adalah 4000 ppm. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan pengujian VKTsalin memberikan pengaruh sangat nyata terhadap

peubah yang diamati kecuali pada peubah panjang akar untuk genotipe padi rawa.

Tabel 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Rawa pada Kondisi Salin (NaCl)

K Sumber Keragaman Db F hitung DB(%) IV(%) BKKN(gr) PT(cm) PA(cm) PK(cm) Rawa Genotipe 9 44.67** 25.66** 17.87** 8.05** 1.57tn 3.65** Ulangan 2 3.88 0.79 1.26 0.21 0.71 0.31

Keterangan : K = Kelompok, db = Derajat Bebas, DB = Daya Berkecambah, IV (Indeks Vigor), BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PT = Panjang Tajuk, PA = Panjang Akar, PK = Panjang Kecambah

Menurut Sunarto (2001) pada tanaman kedelai, percobaan penyiraman larutan garam NaCl sebesar 0.2% sudah sangat menurunkan semua peubah pengamatan seperti tinggi tanaman, luas daun, bobot biji, bobot kering akar dan tajuk. Kondisi ini terlihat pada genotipe padi rawa yang diberi perlakuan 4000 ppm (Tabel 7).

Tabel 7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) Genotipe Padi rawa pada Kondisi Salin dengan Perlakuan NaCl 4000 ppm

Keterangan: DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, T = Tajuk, A = Akar, K = Kecambah, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5% kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Genotipe Padi Rawa DB(%) IV(%) BKKN (gr) Panjang T(cm) A(cm) K(cm) B11844-MR-29-7-1 94.67a 14.67a 0.12a-c 4.88a 8.69 13.57ab BP1019F-PN-6-3-1- KN-3-MR-5-3 66.67de 0.00c 0.09cd 3.27b 8.35 11.62cd B10553E-KN-6-1 78.67c 0.00c 0.09b-d 3.20b 8.78 11.98b-d B11377F-MR-34-2 81.33bc 4.00b 0.14a 4.49a 9.64 14.13a B10217F-TB-38-1-1 90.67ab 10.67a 0.13ab 4.34a 8.84 13.18a-c B11016D-KN-2-1 73.33cd 0.00c 0.11bc 3.59b 8.54 12.14b-d B10868F-MR-15-1 57.33ef 0.00c 0.07de 3.59b 8.57 12.16b-d B10551E-KN-62-2 62.67de 0.00c 0.07de 3.44b 8.26 11.70cd IR70215-17-CPA-6- UBN-8-1-2-1 46.67f 0.00c 0.05e 3.27b 7.99 11.25d PSBRC68 9.33g 0.00c 0.00f 3.24b 7.68 10.93d

Hasil analisis uji lanjut pada Tabel 7 menunjukkan bahwa genotipe padi

B11844-MR-29-7-1 merupakan genotipe yang memiliki daya berkecambah dan

indeks vigor tertinggi dengan berat kering kecambah normal yang tinggi, dengan panjang tajuk, panjang akar, dan panjang kecambah yang tinggi. Genotipe tersebut memiliki ketahanan terhadap simulasi cekaman salinitas dengan NaCl 4000 ppm. Hal ini sesuai dengan Utama et al. (2004) menyatakan bahwa bentuk adaptasi tanaman untuk mempertahankan pertumbuhannya dengan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan akar dibandingkan dengan energi untuk pertumbuhan tajuk. Gambar 5. menunjukkan pertumbuhan panjang akar lebih panjang dibandingkan dengan panjang tajuk dengan perlakuan NaCl 4000 ppm sedangkan pertumbuhan panjang akar sama dengan panjang tajuk tanpa perlakuan NaCl 4000 ppm (kontrol) .

Gambar 5. Pertumbuhan panjang akar dan panjang tajuk pada kecambah benih padi, a: tanpa perlakuan NaCl 4000 ppm (kontrol), b: dengan perlakuan NaCl 4000 ppm

2. Kondisi Kekeringan

Percobaan pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi kekeringan menggunakan Polyethylene Glycol (PEG) 6000 dengan kondisi potensial air -2 bar. Pemilihan konsentrasi ini berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan terhadap varietas padi gogo dan padi sawah. Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan pengujian VKTkekeringan(PEG) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah

yang diamati pada genotipe padi gogo dan padi sawah, kecuali pada peubah indeks vigor untuk genotipe padi gogo.

Tabel 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan (PEG)

K Sumber Keragaman db F hitung DB(%) IV(%) BKKN(gr) PT(cm) PA(cm) PK(cm) Gogo Genotipe 19 13.79** 1.70tn 3.90** 8.05** 2.21* 2.74** Ulangan 2 7.01 3.23 6.24 4.99 4.22 2.12 Sawah Genotipe 19 61.01** 3.54** 12.84** 4.57** 3.11* 3.52** Ulangan 2 2.89 1.73 9.36 3.42 1.99 1.62

Keterangan : K = Kelompok, db = Derajat Bebas, DB = Daya Berkecambah, IV=Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PT = Panjang Tajuk, PA = Panjang Akar, PK = Panjang Kecambah

Pengujian VKTKekeringan(PEG). Hasil penelitian Widoretno et al. (2001) PEG dapat menghambat proses perkecambahan kedelai yang ditandai dengan menurunnya potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, bobot kering kecambah, panjang akar dan panjang hipokotil. Kondisi ini terlihat pada genotipe padi gogo dan padi sawah yang diberi perlakuan dengan PEG -2 bar (Tabel 9).

Tabel 9. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan dengan Perlakuan PEG -2 Bar

Kelompok DB (%) IV (%) BKKN (gr) Panjang T(cm) A(cm) K(cm) Padi Gogo B11604E-TB-2-4-1-5 30.67b 1.33 0.02 b-d 3.18ab 7.93a 11.11ab B12828E-TB-2-3 40.00 ab 0.00 0.02 cd 2.93ab 9.27a 12.19a SMD9-1D-MR-9 29.33 b 4.00 0.01 cd 3.05ab 6.97ab 10.03ab SMD9-5D-MR-9 37.33 bc 0.00 0.05 a-c 3.19ab 7.43ab 10.62ab SMD9-7D-MR-1 10.67 c 0.00 0.02 b-d 1.09cd 3.75a-c 4.84bc B11930F-TB-3 12.00 c 0.00 0.00 d 1.23c 3.79a-c 5.02a-c B11908F-TB-1-16-3 42.67 ab 2.67 0.04 a-d 2.98ab 8.06a 11.04ab B11592F-MR-16-1-5-6 36.00 ab 0.00 0.04 a-d 3.18ab 9.31a 12.05a B11787E-MR-2-9-4 25.33 b 0.00 0.04a-d 2.83ab 5.91ab 10.43ab

B11787E-MR-2-9-6 33.33 b 0.00 0.05a-c 3.07ab 5.71a-c 10.92ab B11787E-MR-2-9-7 40.00 ab 0.00 0.05a-c 3.03ab 5.86a-c 11.17ab B12844E-MR-24-6 1.33 d 0.00 0.00 d 0.00d 0.99c 3.70c B12492C-MR-21-2-1 2.67 cd 0.00 0.00 d 1.73bc 1.73bc 3.47c B12492C-MR-21-2-4 2.67 cd 0.00 0.00 d 0.00d 0.94c 3.70c B12492C-MR-21-2-5 8.00 cd 0.00 0.00 d 0.93cd 3.68a-c 7.29a-c B12165D-MR-8-1 58.67 a 5.33 0.06 a 3.19ab 6.08 ab 10.91ab B12154D-MR-22-8 41.33 ab 5.33 0.06 a 3.03ab 5.58a-c 11.31ab B12160D-MR-11-3-3 34.67 ab 0.00 0.05 ab 2.98ab 6.68 ab 11.51ab B12161D-MR-1-4-2 38.67 ab 0.00 0.04 a-c 3.55a 5.55a-c 11.62ab B12490C-MR-24-4-4 38.67 ab 0.00 0.20 b-d 2.77ab 5.97a-c 11.05ab Padi Sawah B12653-MR-13-1-PN-3-2 77.33ab 1.33b 0.04b 3.75a 7.90a 11.65ab B12657-MR-10-1-PN-5-1 1.33j 0.00b 0.00f 1.23b 2.60b 3.83c B12657-MR-10-1-PN-5-2 1.33j 0.00b 0.00f 1.12b 2.56b 3.68c B12657-MR-10-1-PN-5-3 14.67hi 0.00b 0.00f 3.07a 8.35a 11.42ab B12661-MR-30-1-PN-2-2 32.00fg 0.00b 0.04c-e 3.08a 7.79a 10.88ab B12661-MR-30-1-PN-2-3 21.33gh 0.00b 0.01ef 3.45a 7.89a 11.35ab B12665-MR-10-3-PN-1-3 29.33g 0.00b 0.01ef 3.03a 8.13a 11.17ab B12665-MR-18-3-PN-1-3 14.67hi 0.00b 0.00f 2.68a 7.98a 10.67ab

Kelompok DB (%) IV (%) BKKN (gr) Panjang T(cm) A(cm) K(cm) B12668-MR-22-1-PN-3-1 1.33j 0.00b 0.00 f 3.29a 2.54b 5.84bc Aek Sibundong 82.67a 0.00b 0.09ab 3.71a 8.07a 11.77ab B12668-MR-22-1-PN-3-2 8.00ji 0.00b 0.00f 3.20a 8.95a 12.15a B12668-MR-22-1-PN-3-3 1.33j 0.00b 0.00f 0.86b 2.67b 11.29ab B12672-MR-19-2-PN-1-1 24.00gh 0.00b 0.03d-f 3.33a 5.31ab 8.65ab B12672-MR-19-2-PN-1-3 62.67c-e 18.67a 0.12a 4.38a 7.98a 12.36a B12680-MR-1-4-PN-1-2 58.67de 0.00b 0.05b-d 3.21a 8.49a 11.70ab B12680-MR-1-4-PN-3-3 41.33f 0.00b 0.06b-d 3.26a 8.39a 11.66ab B12689-MR-6-1-PN-2-1 69.33b-d 1.33b 0.07bc 3.78a 8.35a 12.13a B12689-MR-6-1-PN-2-3 60.00de 0.00b 0.07bc 3.02a 7.87a 10.89ab B12689-MR-6-1-PN-3-3 56.00e 0.00b 0.05b-d 3.34a 8.79a 12.14a Ciherang 72.00a-c 0.00b 0.08b 3.46a 8.48a 11.94ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Hasil analisis uji lanjut pada Tabel 9 menunjukkan bahwa daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal tertinggi serta panjang akar, panjang tajuk, dan panjang kecambah yang tinggi terdapat pada genotipe B12165D-MR-8-1 untuk padi gogo dan genotipe B12672-MR-19-2-PN- 1-3 untuk padi sawah. Genotipe padi gogo dan sawah tersebut memiliki ketahanan terhadap simulasi kekeringan dengan menggunakan PEG 6000 pada kondisi potensial air -2 bar.

Pengujian VKTKekeringan(Ketinggian). Percobaaan toleransi kekeringan selain menggunakan larutan PEG 6000 pada potensial air -2 bar juga dengan mengatur ketinggian penanaman benih dari permukaan air pada kertas merang. Ketinggian yang dipakai adalah 25 cm dari permukaan air. Tinggi permukaan air tetap terkontrol setinggi 2 cm.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan genotipe padi gogo pada pengujian menggunakan pengaturan ketinggian penanaman benih dari permukaan air memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah peubah daya berkecambah, berat kering kecambah normal, dan panjang akar kecuali pada peubah panjang tajuk dan panjang kecambah tidak berpengaruh nyata. Genotipe padi sawah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering kecambah normal, panjang akar, panjang tajuk dan panjang kecambah.

Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah terhadap Viabilitas Benih pada Kondisi Kekeringan Berdasarkan Pengaturan Ketinggian Penanaman Benih dari Permukaan Air

Kelompok Sumber

Keragaman Db

F hitung

DB(cm) BKKN(gr) PT(cm) PA(cm) PK(cm)

Padi Gogo Genotipe 19 4.28** 3.89** 1.76tn 1.93* 1.16tn

Ulangan 2 1.89tn 6.43** 0.82tn 2.51tn 3.15tn

Padi Sawah Genotipe 19 6.87** 1.27tn 1.06tn 1.86tn 1.30tn

Ulangan 2 6.06** 0.18tn 1.38tn 3.23tn 2.69tn

Keterangan : Db = Derajat bebas, DB = Daya Berkecambah, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PT = Panjang Tajuk, PA = Panjang Akar, PK = Panjang Kecambah, ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

Menurut Efendi (2009) pada kondisi cekaman kekeringan, genotipe toleran cekaman kekeringan mampu mempertahankan pertumbuhan akar yang lebih baik dibanding genotipe peka. Hal ini terlihat pada genotipe padi gogo dan padi sawah yang diberi perlakuan dengan pengaturan ketinggian posisi benih 25 cm dari permukaan air (Tabel 11).

Tabel 11. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Tajuk, Panjang Akar, dan Panjang Kecambah Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Penanaman Benih dari Permukaan Air

Kelompok DB (%) BKKN (gr) Panjang T(cm) A(cm) K(cm) Padi Gogo B11604E-TB-2-4-1-5 31.11a-c 0.02bc 3.07 9.94ab 13.01 B12828E-TB-2-3 15.56a-e 0.00c 2.50 9.59ab 12.09 SMD9-1D-MR-9 40.00ab 0.00c 2.81 8.33a-c 11.14 SMD9-5D-MR-9 4.44de 0.00c 1.55 13.75a 12.68 SMD9-7D-MR-1 15.56a-e 0.00c 2.51 9.06ab 11.57 B11930F-TB-3 2.22e 0.00c 0.90 3.20ab 12.64 B11908F-TB-1-16-3 35.56a-c 0.01bc 2.89 9.54ab 12.43 B11592F-MR-16-1-5-6 33.33a-c 0.02b 2.79 8.67a-c 11.46 B11787E-MR-2-9-4 20.00a-d 0.00c 2.72 7.59a-c 10.31 B11787E-MR-2-9-6 11.11c-e 0.00c 1.59 14.32a 11.19 B11787E-MR-2-9-7 15.56b-e 0.00c 1.86 5.60b-d 10.44 B12844E-MR-24-6 6.67de 0.00c 0.76 3.77cd 11.80 B12492C-MR-21-2-1 4.44de 0.00c 1.43 7.83a-c 12.54 B12492C-MR-21-2-4 8.89de 0.00c 1.54 8.58a-c 13.16 B12492C-MR-21-2-5 2.22e 0.00c 0.73 3.27d 11.74 B12165D-MR-8-1 35.56ab 0.00c 3.19 7.67a-c 10.87 B12154D-MR-22-8 33.33a-c 0.01bc 2.87 9.18ab 12.06 B12160D-MR-11-3-3 28.89a-d 0.05a 2.20 7.83a-c 12.77 B12161D-MR-1-4-2 44.44a 0.01bc 3.31 9.77ab 13.08 B12490C-MR-24-4-4 37.78ab 0.01bc 2.79 8.17a-c 10.97

Kelompok DB(%) BKKN(gr) Panjang T(cm) A(cm) K(cm) Padi Sawah B12653-MR-13-1-PN-3-2 46.6ab 0.03ab 3.36 9.53 12.89 B12657-MR-10-1-PN-5-1 2.22ij 0.00c 2.58 9.19 11.77 B12657-MR-10-1-PN-5-2 0.00j 0.00c 2.55 8.13 10.68 B12657-MR-10-1-PN-5-3 6.67g-j 0.00c 1.77 5.05 6.82 B12661-MR-30-1-PN-2-2 26.67a-f 0.01b 2.98 8.03 11.00 B12661-MR-30-1-PN-2-3 11.11e-j 0.00c 0.98 2.52 3.50 B12665-MR-10-3-PN-1-3 24.44b-g 0.01b 2.63 8.67 12.19 B12665-MR-18-3-PN-1-3 31.11a-e 0.01b 2.73 6.72 9.45 B12668-MR-22-1-PN-3-1 8.89h-j 0.01b 2.80 8.87 11.67 Aek Sibundong 57.78a 0.04a 2.03 5.65 7.68 B12668-MR-22-1-PN-3-2 2.22ij 0.00c 1.91 6.01 7.92 B12668-MR-22-1-PN-3-3 0.00j 0.00c 1.97 1.71 5.75 B12672-MR-19-2-PN-1-1 15.56c-i 0.01b 1.18 7.65 8.83 B12672-MR-19-2-PN-1-3 42.22a-c 0.03ab 1.78 7.39 9.18 B12680-MR-1-4-PN-1-2 8.89f-j 0.00c 1.84 2.90 8.28 B12680-MR-1-4-PN-3-3 11.11d-j 0.00c 0.98 8.75 9.73 B12689-MR-6-1-PN-2-1 31.11a-e 0.02b 2.84 8.13 10.97 B12689-MR-6-1-PN-2-3 26.67a-f 0.01bc 2.00 5.61 7.61 B12689-MR-6-1-PN-3-3 28.89b-h 0.02b 3.34 7.32 12.23 Ciherang 37.78a-d 0.02b 3.04a 8.16 13.17

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 11 menunjukkan genotipe padi gogo dan padi sawah yang memiliki daya berkecambah tertinggi dengan berat kering kecambah normal (BKKN), panjang tajuk, panjang akar, dan panjang kecambah tinggi terdapat genotipe B12161D-MR-1-4-2 untuk padi gogo dan Aek Sibundong untuk padi sawah, genotipe padi tersebut memiliki ketahanan terhadap simulasi kondisi kekeringan dengan posisi ketinggian benih 25 cm dari permukaan air.

Gambar 6. Pertumbuhan Akar pada Genotipe Padi Gogo terhadap Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Posisi Benih dari Permukaan Air

Haryani (2011) menyatakan bahwa posisi ketinggian benih berpengaruh terhadap panjang akar karena semakin tinggi posisi benih, maka semakin kering substrat atau akar sulit memperoleh air. Gambar 6. Menunjukkan bahwa pada genotipe padi gogo kecambah normal yang dihasilkan pada VKTKekeringan(Ketinggian)

memiliki panjang akar yang lebih panjang dari panjang tajuk

Korelasi Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

Korelasi menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran nilai koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi hanya menggambarkan keterkaitan linier antar peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Penelitian ini mencari hubungan korelasi antara VDS dan VKTSalin(NaCl), VKTKekeringan (PEG), dan

VKTKekeringan (Ketinggian).

Salin. Hasil perhitungan korelasi Tabel 12 menunjukkan bahwa secara linier, keeratan hubungan antara peubah daya berkecambah pada pengujian vigor daya simpan dan vigor kekuatan tumbuh bernilai positif . Semua peubah yang diamati pada pengujian salinitas tidak berhubungan nyata dengan pengujian pengusangan cepat kimia. Peubah yang memiliki nilai korelasi tertinggi terdapat pada panjang tajuk pada pengujian vigor kekuatan tumbuh kondisi salinitas dengan nilai korelasi sebesar 0.22.

Tabel 12. Korelasi antara Peubah Daya Berkecambah pada Vigor Daya Simpan dengan Beberapa Peubah Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Salin dan Kekeringan

Peubah Vigor Daya Simpan (VDS)

Peubah Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

DB(%) IV(%) BKKN(gr) PT(cm) PA(cm) PK(cm) DB (%) Padi Gogo -0.19tnA -0.01tnB 0.19tnA 0.04tnA 0.16 B -0.32*A -0.14tnB -0.23tnA 0.32*B -0.29*A 0.14tnB Padi Sawah 0.22tnA 0.00tnB 0.20tnA 0.36tnA -0.33tnB 0.006tnA 0.17tnB -0.08tnA -0.18tnB -0.13tnA 0.35tnB Padi Rawa 0.17tnC 0.14tnC 0.20 tnC 0.22tnC 0.14tnC 0.20tnC Keterangan: A = Kondisi kekeringan dengan perlakuan PEG 6000 -2 Bar, B = Kondisi kekeringan

dengan perlakuan pngaturan ketinggian penanaman benih dari permukaan air, C= Kondisi salin dengan perlakuan NaCl 4000 ppm, DB = Daya Berkecambah, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PT = Panjang Tajuk, PA = Panjang Akar, PK = Panjang Kecambah

Kekeringan. Berdasarkan data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa secara linier, Korelasi antara peubah pada pengujian VDS dan VKTKekeringan(PEG) genotipe

padi gogo dan padi sawah memiliki keeratan yang sangat rendah. Korelasi linier pada genotipe padi gogo yang nyata hanya terdapat pada panjang tajuk pada VKTKekeringan(PEG) dengan koefisien korelasi tertinggi sebesar 0.32. Pada genotipe

padi sawah, hubungan korelasi linier tidak nyata pada semua peubah yang diamati. Genotipe padi sawah yang memiliki koefisien korelasi terbesar pada peubah BKKN pada pengujian VKTKekeringan(PEG)dengan nilai korelasi sebesar 0.36.

Hasil analisis korelasi pada Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa secara linier, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) pada genotipe padi gogo. Korelasi yang

nyata hanya terdapat pada peubah panjang akar pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian)dan peubah daya berkecambah pada pengujian VDS dengan

nilai korelasi sebesar 0.32. Pada genotipe padi sawah, korelasi linier tidak memiliki pengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Korelasi terbesar terdapat pada peubah panjang kecambah pada pengujian VKTKekeringan(Ketinggian)

sebesar 0.35.

Berdasarkan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada korelasi linier yang nyata antara VDS dengan berbagai peubah VKTSalin(NaCl), VKTKekeringan (PEG)

, dan VKTKekeringan (Ketinggian). Untuk mengetahui hubungan lebih lanjut antara

VDS dan VKT maka dilakukan uji kesamaan antara VDS dan VKT dengan

pelompokkan lima genotipe padi yang memiliki nilai tertinggi pada setiap peubah (Tabel 13)

Tabel 13. Pengelompokkan Lima Genotipe Terbaik antara VDS dan

VKTSalin(NaCl), VKTKekeringan(PEG), dan VKTKekeringan(Ketinggian)

Genotipe Padi Rawa VDS VKT

Salin(NaCl) DB DB IV BKKN PT PA PK B10551E-KN-62-2 93.33 62.67 0.00 0.07 3.44 8.27 11.704 B10553E-KN-6-1 92.00 78.67 0.00 0.09 3.20 8.78 11.98 B11016D-KN-2-1 92.00 73.33 0.00 0.11 3.59 8.54 12.14 B11844-MR-29-7-1 90.67 94.67 14.67 0.12 4.88 8.69 13.57 B10868F-MR-15-1 90.67 57.33 0.00 0.07 3.59 8.57 12.17

Genotipe Padi Gogo VDS VKTKekeringan(PEG)

DB DB IV BKKN PT PA PK B12154D-MR-22-8 85.33 41.33 5.33 0.06 Tidak ada 5.58 Tidak ada B12492C-MR-21-2-4 80.00 2.67 0.00 0.00 0.94 B12844E-MR-24-6 78.67 1.33 0.00 0.00 0.99 B12492C-MR-21-2-1 78.67 2.67 0.00 0.00 1.73 SMD9-5D-MR-9 68.00 37.33 0.00 0.05 7.43 Genotipe Padi Sawah VDS VKTKekeringan(PEG)

DB DB IV BKKN PT PA PK Aek Sibundong 24.00 82.67 0.00 0.09 3.07 5.71 10.92 B12672-MR-19-2-PN-1-3 16.00 62.67 18.67 0.12 0.00 0.94 3.70 B12657-MR-10-1-PN-5-1 14.67 1.33 0.00 0.00 2.93 9.27 12.19 B12661-MR-30-1-PN-2-3 13.33 21.33 0.00 0.01 1.23 3.79 5.02 B12653-MR-13-1-PN-3-2 12.00 77.33 1.33 0.04 3.18 7.92 11.11 Genotipe Padi Gogo VDS VKTKekeringan(Ketinggian)

DB DB IV BKKN PT PA PK B12154D-MR-22-8 85.33 31.11 Tidak ada 0.02 3.07 9.94 13.01 B12492C-MR-21-2-4 80.00 15.56 0.00 2.50 9.59 12.09 B12844E-MR-24-6 78.67 40.00 0.00 2.80 8.33 11.14 B12492C-MR-21-2-1 78.67 4.44 0.00 1.55 13.75 12.68 SMD9-5D-MR-9 68.00 15.56 0.00 2.51 9.06 11.57 Aek Sibundong 24.00 46.6 0.03 3.36 9.53 12.89 B12672-MR-19-2-PN-1-3 16.00 2.22 0.00 2.58 9.19 11.77 B12657-MR-10-1-PN-5-1 14.67 0.00 - 2.55 8.13 10.68 B12661-MR-30-1-PN-2-3 13.33 6.67 0.00 1.77 5.05 6.82 B12653-MR-13-1-PN-3-2 12.00 26.67 0.01 2.98 8.03 11.00 Keterangan:VDS=Vigor Daya Simpan, VKT=Vigor Kekuatan Tumbuh, DB=Daya Berkecambah,

BKKN=Berat Kering Kecambah Normal, PT=Panjang Tajuk, PA=Panjang Akar, PK=Panjang Kecambah, kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Lima genotipe padi yang memiliki urutan VDS tertinggi dipasangkan

dengan lima genotipe yang memiliki urutan VKT tertinggi. Ternyata dari semua

peubah yang diamati pada Tabel 13 tidak ada satupun peubah yang menunjukkan kesamaan antara VDS dan VKT. Hal ini menunjukkan mekanisme pertahanan

(vigor) benih di penyimpanan (VDS) berkaitan dengan kemampuan benih

mengatur cadangan makanan agar tetap tinggi dan enzim-enzim tidak mengalami kerusakan (degradasi). Widajati (1999) menyatakan bahwa proses deteriorasi dan devigorasi yang semakin meningkat akan menurunkan aktivitas enzim peroksidase, P. Teresterifikasi, daya berkecambah, dan keserempakan tumbuh.

Mekanisme terbentuknya kekuatan tumbuh benih dalam menghadapi kondisi suboptimum adalah mengatur proses metabolisme di dalam benih, antara lain membentuk senyawa pelindung, seperti prolin pada kondisi kekeringan. Menurut Ronde dan Styen dalam Kusmarwiyah (2006) menyatakan bahwa prolin sebagai osmoregulator yang dapat memelihara keutuhan membran dan sebagai adaptasi pada kondisi kurangnya ketersediaan air. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusmarwiyah et. al (2006) menunjukkan cekaman kekeringan meningkatkan kadar prolin pada semua fase pertumbuhan, meskipun demikian bila tanaman mengalami cekaman terus-menerus selama hidupnya, pengamatan pada fase pengisian biji menunjukkan tidak terjadi peningkatan kadar prolin. Dengan demikian VDS tidak memiliki korelasi dan kesamaan dengan semua

Kesimpulan

Hasil penelitian memunjukkan bahwa waktu yang diperlukan dalam pengusangan benih untuk pengujian vigor daya simpan (VDS) benih dengan

metode pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) adalah 1.46 jam (87.6 menit) untuk padi gogo, 2.59 jam (155.4 menit) untuk padi sawah, 1.08 jam (64.8 menit) untuk padi rawa. Metode pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) dengan

perlakuan PEG 6000 (VKTkekeringan(PEG)) pada potensial air -2 bar dan perlakuan

ketinggian posisi benih 25 cm dari permukaan air (VKTKekeringan(Ketinggian)) dapat

digunakan untuk menguji vigor kekuatan (VKT) benih menghadapi kondisi

kekeringan pada genotipe padi gogo dan padi sawah. Diantara kedua metode tersebut, VKTKekeringan(Ketinggian) merupakan metode terbaik dalam pengujian vigor

kekuatan tumbuh (VKT) karena mudah dan murah. Metode tersebut dilakukan

dengan menggunakan metode UKDd (Uji Kertas Digulung didirikan) tanpa plastik dan menempatkan posisi benih pada ketinggian 25 cm dari permukaan air. Ketinggian permukaan air 2 cm dari dasar kertas harus dijaga selama pengamatan berakhir. Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) untuk simulasi kondisi salin

(VKTsalin) pada genotipe padi rawa dapat dilakukan menggunakan larutan NaCl 4000 ppm.

Hasil analisis korelasi linier dan pengujian kesamaannya dengan menggunakan urutan lima genotipe tertinggi menunjukkan bahwa antara parameter-parameter vigor tersebut tidak terdapat korelasi dan tidak menunjukkan adanya hubungan atau kesamaan. Genotipe yang memiliki VDStertinggi pada padi

gogo, padi sawah, dan padi rawa berturut-turut adalah B12154D-MR-22-8, Aek Sibundong, dan PSBRC68. Genotipe yang memiliki VKTKekeringan(PEG) dan

VKTKekeringan(Ketinggian)tertinggi , antara lain B12165D-MR-8-1 dan B12161D-MR-

1-4-2 untuk padi gogo, B12672-MR-19-2-PN-1-3 dan Aek Sibundong untuk padi sawah, sedangkan genotipe yang memiliki VKTSalin(NaCl) tertinggi adalah B11844-

Saran

Pengujian VDSdan VKTdi lapangan perlu dilakukan sebagai tindak lanjut

dari penelitian di laboratorium. Penelitian mengenai toleransi yang spesifik dari genotipe/varietas yang digunakan perlu dikembangkan oleh pemulia tanaman sehingga dapat diperoleh informasi mengenai metode dan toleransi genotipe/varietas yang lebih lengkap dan akurat melalui penemuan metode baru yang cepat, mudah, dan murah.

Asiedu, E.A., A.A Powell, and T. Stuchburry. 2000. Cowpea seed coat chemical analysis in relation to storage seed quality. African Crop Science Journal 8(3): 283-294

Badan Pusat Statistik. 2010. Data Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id [ 20 November 2010 ].

Efendi, R. 2009. Tanggap Genotipe Jagung Toleran dan Peka Terhadap Cekaman Kekeringan pada Fase Perkecambahan. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Vol (1): 89-90.

Ferdianti, H. 2007. Uji Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Beberapa Galur Gandum (Triticum aestivum L.). Skripsi. Program Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 38 hal.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari : Statistical Prosedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.

Haryani, Y. D. 2011. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kekeringan pada Stadia Perkecambahan. Skripsi. Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 53 hal.

Iriantono, D., Nurhasybi, Bramasto, Y., Buharman, Suhariyanto, dan Sudrajat. 2000. Pedoman standarisasi pengujian mutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Justice, O. L., N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (diterjemahkan dari: Principles and Practices of Seed Storage, penerjemah: Rennie Roesli). Penerbit. Rajawali Press. Jakarta. 446 hal.

Kartika, E. 1994. Penentuan Kriteria Vigor Bibit serta Pengaruh Tingkat Devigorasi dan Densitas Benih terhadap Keberhasilan Persemaian

Paraserlanthes falcataria (L.) Nielson dan Accacia mangium Wild. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusmarwiyah, R., D. Indradewa, dan Suyadi. 2006. Kajian fisiologis cekaman kekeringan pada jagung manis. Agrosains 19(3): 232-233.

Kustianto, B., A. Hairmansis, Supartopo, dan Sowarno. 2008. Galur harapan padi rawa lebak berpotensi hasil tinggi. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan. Bogor. Jilid 2:297-311 hal.

Lestari, E.G., E. Guharja, S. Harran, dan I. Mariska. 2005. Uji daya tembus akar untuk seleksi somaklon toleran kekeringan pada padi Gajahmungkur, Towuti dan IR 64. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 24(2):97-103.

Mattjik, A.A dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1. IPB Press. Bogor. 276 hal.

Michel B.E., MR. Kaufmann. 1973. The osmotic potential of polyethylene glycol 6000. Plant Physiol 57:914-916.

Noor, S. dan K. Anwar. 2008. Keragaman karakteristik lahan dan produktivitas di lahan rawa pasang surut. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan. Bogor. Jilid 2:398-408 hal.

Pian, Z. A. 1981. Pengaruh Uap Etil Alkohol terhadap Viabilitas Benih Jagung (Zea mays (L.) dan Pemanfaatannya untuk Menduga Daya Simpan. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 279 hal.

Pirdashti, H., Z. T. Sarvestani, GH. Nematzadeh and A. Ismail. 2003. Effect of water on seed germination and seedling growth of rice (Oryza sativa L.) Genotypes. Pakistan Journal of Agronomy 2(4):217-222

Pramono, E. 2000. Efektivitas desikan arang kayu dalam mempertahankan vigor daya simpan benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Prosiding Seminar hasil-Hasil Penelitian Dosen Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hlm. 85-94.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia widiasarana Indonesia. Jakarta. 133 hal.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 145 hal.

Sadjad, S., E. Murniati, S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. 185 hal.

Saenong, S. 1986. Kontribusi Vigor Awal terhadap Daya Simpan Benih Jagung (Zea mays (L.) dan Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sipayung, R. 2003. Stress garam dan mekanisme toleransi tanaman. http://library.usu.ac.id. [ 28 Agustus 2011 ]

Suardi, D. dan Sunarto. 2001. Kajian metode skrining padi tahan kekeringan. Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian 3(2):19- 29.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. 289 hal.

Suwarno. 1983. Pengaruh Larutan NaCl, KCl, dan K2SO4 Isoosmotik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi. Penelitian Masalah Khusus. Jurusan Ilmu Tanaman. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal.

Suwarno dan S. Solahuddin. 1983. Toleransi varietas padi terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Bul. Agron. 14(3):1-16.

Utama, M. Z. H., Y.M. Zen, dan W. Haryoko. 2004. Mekanisme fisiologi toleransi terhadap cekaman Al pada spesies legum penutup tanah. Jurnal Stigma XII (2): 186-191.

Widajati, E. 1999. Deteksi Vigor Biokimiawi dan Vigor Fisiologi untuk Fenomena Pemulihan Vigor pada Tingkat Awal Deteriorasi dan Devigorasi Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) melalui Proses Invigorasi. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 100 hal.

Widoretno, W., E. Guhardja, S. Ilyas, dan Sudarsono. 2002. Efektivitas polietilena glikol untuk mengevaluasi tanggapan genotipe kedelai terhadap cekaman kekeringan pada fase perkecambahan. Hayati 9:33-36.

Wirawan, B. 2004. Analisis Mutu Benih. Dept. Agronomi. Institut Pertanian Bogor. 61 hal.

Lampiran 1. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Penelitian Pendahuluan

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah

Batu Tegi B11586F-MR-11-2-1 Aek Sibundong

Jati Luhur Inpara 2 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-

Si-1-2-1-1

Inpago 5 IR-42 B11844-7-17-3

Limboto B10553E-KN-6-1 BP-1002E-MR-2

Situpatenggang B10891B-MR-3-KN-4-

1-1-MR-1 Ciherang

Lampiran 2. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada

Dokumen terkait