• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Vigor Daya Simpan Dan Kekuatan Tumbuh Pada Benih Padi Gogo, Padi Sawah, Dan Padi Rawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian Vigor Daya Simpan Dan Kekuatan Tumbuh Pada Benih Padi Gogo, Padi Sawah, Dan Padi Rawa"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SAWAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SAWAH, DAN PADI RAWA

FENI SHINTARIKA

A24070092

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

FENI SHINTARIKA. Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan

Tumbuh pada Benih Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa (Dibimbing

oleh FAIZA C. SUWARNO dan SUWARNO).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pengusangan cepat yang terbaik dan mudah dilakukan pada pengujian vigor daya simpan (VDS) benih

padi gogo, padi sawah dan padi rawa. Tujuan lainnya yaitu untuk mempelajari korelasi antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

benih padi gogo, padi sawah, dan padi rawa. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura pada bulan April hingga Agustus 2011.

Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan terdiri atas penentuan waktu penderaan

dengan metode pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan satu faktor, yaitu waktu deraan (0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180menit). Penentuan metoda pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap kondisi salin dilakukan dengan

menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan satu faktor, yaitu konsentrasi NaCl (0, 3000, 4000, dan 5000 ppm). Pengujian vigor kekuatan tumbuh terhadap kekeringan dilakukan berdasarkan penentuan potensial air PEG 6000, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) faktorial dengan satu faktor, yaitu kondisi potensial air (0, -1.5, -2, dan -2.5 bar); serta berdasarkan penentuan ketinggian posisi benih dari permukaan air menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan satu faktor, yaitu ketingian posisi penanaman benih (kontrol, 17.5, dan 25 cm).

Penelitian utama terdiri dari pengujian vigor daya simpan dengan metode

pengusangan cepat kimia 1.46 jam (87.6 menit ) untuk padi gogo, 2.59 jam (155.4 menit) untuk padi sawah, dan 1.08 jam (64.8 menit) untuk padi rawa, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe. Pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi salin dan

(3)

Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi. Kondisi Kekeringan menggunakan larutan PEG 6000 Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi serta pengaturan ketinggian posisi benih 25 cm dari permukaan air menggunakan

Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi.

Hasil penelitian memunjukkan bahwa waktu yang diperlukan dalam pengusangan benih untuk pengujian vigor daya simpan (VDS) benih dengan

metode pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) adalah 1.46 jam (87.6 menit) untuk padi gogo, 2.59 jam (155.4 menit) untuk padi sawah, 1.08 jam (64.8 menit) untuk padi rawa. Metode pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) dengan

perlakuan PEG 6000 (VKTkekeringan(PEG)) pada potensial air -2 bar dan perlakuan

ketinggian posisi benih 25 cm dari permukaan air (VKTKekeringan(Ketinggian)) dapat

digunakan untuk menguji vigor kekuatan (VKT) benih menghadapi kondisi

kekeringan pada genotipe padi gogo dan padi sawah. Diantara kedua metode tersebut, VKTKekeringan(Ketinggian) merupakan metode terbaik dalam pengujian vigor

kekuatan tumbuh (VKT) karena mudah dan murah. Metode tersebut dilakukan

dengan menggunakan metode UKDd (Uji Kertas Digulung didirikan) tanpa plastik dan menempatkan posisi benih pada ketinggian 25 cm dari permukaan air. Ketinggian permukaan air 2 cm dari dasar kertas harus dijaga selama pengamatan berakhir. Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) untuk simulasi kondisi salin

(VKTsalin) pada genotipe padi rawa dapat dilakukan menggunakan larutan NaCl

4000 ppm.

Hasil analisis korelasi linier dan pengujian kesamaannya dengan menggunakan urutan lima genotipe tertinggi menunjukkan bahwa antara

parameter-parameter vigor tersebut tidak terdapat korelasi dan tidak menunjukkan adanya hubungan atau kesamaan. Genotipe yang memiliki VDStertinggi pada padi

gogo, padi sawah, dan padi rawa berturut-turut adalah B12154D-MR-22-8, Aek Sibundong, dan PSBRC68. Genotipe yang memiliki VKTKekeringan(PEG) dan

VKTKekeringan(Ketinggian)tertinggi , antara lain B12165D-MR-8-1 dan

(4)

sawah, sedangkan genotipe yang memiliki VKTSalin(NaCl) tertinggi adalah

(5)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FENI SHINTARIKA

A24070092

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Nama : FENI SHINTARIKA

NIM : A24070092

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS. Dr. Suwarno

NIP 19521008 198103 2 001 NIP 19520909 198103 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.

NIP. 19611101 198703 1003

(7)

Penulis bernama Feni Shintarika, dilahirkan pada tanggal 7 November 1989 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Rasjid Pranoto dan Ibu Siti Amonah.

Penulis menjalani pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung. Tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Dasar dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Umum

di SMAN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Lalu penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti

(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS. Dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2. Ir. Sofyan Zaman, M.P selaku dosen penguji yang telah menguji dan memberi masukan dalam penulisan skripsi.

3. Dr. Edi Santoso, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberi masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik.

4. Mama dan papa yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materiil serta doa, kasih sayang, dan sabar menunggu penulis menyelesaikan studinya serta ketiga kakakku, Mas heri, mba yeti, dan mba epi atas doa dan kasih sayangnya.

5. Iqbal Imannulloh, terima kasih untuk hati, waktu, doa, kebaikan,

kesabaran, dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Enjim dan Cutrisni, teman seperjuangan selama penelitian hingga skripsi

ini selesai.

7. Kak arif PMT 41, Moyi, Arumi, Mutia, Vira, Asti, Septi, Uki, Bunga,

Tice, Indah, Dona, dan Mute terima kasih untuk masukan dan semangat. 8. Tito, Prima , Lilis, Meli, Rara, Mba Nova, Feby, Neneng, Meyga, Galuh,

Andra, Indah PD, Bloboers, serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura 44 yang telah memberikan semangat kepada penulis dan berbagi keluh kesah.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Oktober 2011

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL………

viii

DAFTAR GAMBAR………

x

DAFTAR LAMPIRAN………

xi

PENDAHULUAN……….

1

Latar Belakang……….

1

Tujuan………...

3

Hipotesis………...

3

TINJAUAN PUSTAKA………

4

Botani dan Morfologi………...

4

Mutu Benih………...

5

Vigor Daya Simpan………..

5

Metode Pengusangan Cepat……….

6

Vigor Kekuatan Tumbuh………..

7

Cekaman Salinitas pada Tanaman………

8

Cekaman Kekeringan pada Tanaman………...

9

BAHAN DAN METODE……….

10

Tempat dan Waktu………...

10

Bahan dan Alat……….

10

Metode Penelitian……….

10

Pelaksanaan Penelitian……….

17

Pengamatan………..

21

HASIL DAN PEMBAHASAN……….

23

Penelitian Pendahuluan………

23

Pengujian Vigor Daya Simpan dengan Pengusangan Benih secara

Kimia………

23

Pengusangan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Suboptimum...

24

Penelitian Utama………..

27

Pengujian Vigor Daya Simpan (V

DS

) menggunakan Metode

Pengusangan Cepat Kimia (Uap Etanol 96%)……….

27

Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (V

KT

) pada Kondisi

Suboptimum……….

30

Korelasi Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh …………...

37

(10)

Kesimpulan………...

41

Saran……….

42

(11)

Nomor Halaman 1. Daya Berkecambah Genotipe Padi Rawa pada Beberapa

Konsentrasi NaCl pada Kondisi Salin……….. 24

2. Daya Berkecambah Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan dengan PEG 6000 pada Beberapa Tingkat

Potensial Air………... 25

3. Daya Berkecambah Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Posisi Benih

dari Permukaan Air……… 26

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa pada Pengusangan Cepat Kimia (Uap

Etanol 96%) terhadap Peubah yang Diamati……….. 27

5. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa pada

Pengujian Vigor Daya Simpan………... 28

6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Rawa pada

Kondisi Salin (NaCl) ………. 31

7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) Genotipe Padi rawa pada Kondisi Salin dengan

Perlakuan NaCl 4000 ppm……… 31

8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo dan

Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan (PEG)……… 33

9. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan dengan

Perlakuan PEG -2 Bar……… 33

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah terhadap Viabilitas Benih pada Kondisi Kekeringan Berdasarkan Pengaturan Ketinggian Penanaman Benih dari Permukaan Air ……..……….

35

11. Daya Berkecambah, Berat kering Kecambah Normal (BKKN), Panjang Tajuk, Panjang Akar, dan Panjang Kecambah Genotipe Padi Gogo pada Kondisi Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Penanaman Benih dari Permukaan Air………

(12)

12. Korelasi antara Peubah Daya Berkecambah pada Vigor Daya Simpan dengan Beberapa Peubah Vigor Kekuatan Tumbuh pada

Kondisi Salinitas dan Kekeringan……….. 37

13. Pengelompokkan Lima Genotipe Terbaik antara VDS dan

(13)

Nomor

Halaman

1. Pengujian Vigor Daya Simpan dengan metode pengusangan

cepat kimia menggunakan uap etanol 96%...

19

2. Pengujian Tingkat Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian

Penanaman Benih pada Permukaan Air………

21

3. Kurva Rata-Rata Daya Berkecambah pada Pengusangan Cepat

Kimia (uap etanol 96%) pada Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah,

dan Padi Rawa………

23

4. Kecambah normal benih padi hari ke-7, a: tanpa pengusangan

cepat kimia (kontrol), b: dengan pengusangan cepat kimia (uap

etanol 96%)………

28

5. Pertumbuhan panjang akar dan panjang tajuk pada kecambah

benih padi, a: tanpa perlakuan NaCl 4000 ppm (kontrol), b:

dengan perlakuan NaCl 4000 ppm ………

32

6. Pertumbuhan Akar pada Genotipe Padi Gogo terhadap

Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Posisi Benih dari

(14)

Nomor

Halaman

1. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian

Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada

Penelitian Pendahuluan………..

47

2. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian

Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada

Penelitian Utama………

47

3. Perhitungan Kesetaraan Potensial Air ………

48

4. Hasil Penurunan Daya Berkecambah pada Genotipe Padi Gogo,

Padi Sawah, dan Padi Rawa pada Pengusangan Cepat Kimia

(Uap Etanol 96%) Penelitian Pendahuluan………

48

5. Konsepsi Steinbauer-Sadjad………

49

6. Sidik Ragam Pengaruh Waktu Deraan Uap Etanol 96% terhadap

Daya Berkecambah Benih pada Pengujian Vigor Daya Simpan

pada Penelitian Pendahuluan………..

49

7. Sidik Ragam Pengaruh Pengusangan Cepat Kimia (Uap Etanol

96%) pada Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa

pada Pengujian Vigor Daya Simpan ……….

50

8. Sidik Ragam Pengaruh NaCl 4000 ppm terhadap Genotipe Padi

Rawa pada Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Kondisi Salin….

51

9. Sidik Ragam Pengaruh NaCl 4000 ppm terhadap Panjang Tajuk,

Panjang Akar, dan Panjang Kecambah Genotipe Padi Rawa pada

Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Kondisi Salin………

52

10. Sidik Ragam Pengaruh PEG 6000 -2 bar terhadap Genotipe Padi

Gogo dan Padi Sawah pada Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh

(15)

11. Sidik Ragam Pengaruh PEG 6000 -2 bar terhadap Panjang

Tajuk, Panjang Akar, dan Panjang Kecambah Genotipe Padi

Gogo dan Padi Sawah pada Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh

Kondisi Kekeringan………

53

12. Sidik Ragam Pengaruh Pengaturan Ketinggian Penanaman

Benih Setinggi 25 cm terhadap Genotipe Padi Gogo dan Padi

Sawah pada Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh Kondisi

Kekeringan……….

55

13. Sidik Ragam Pengaruh Pengaturan Ketinggian Penanaman

Benih Setinggi 25 cm terhadap Panjang Tajuk, Panjang Akar,

dan Panjang Kecambah Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah

(16)

Latar Belakang

Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Permintaan terhadap komoditas ini bertambah setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010), produktivitas padi di Indonesia mencapai rata-rata 5,132 ton/ha dengan luas lahan sebesar 13,45 juta hektar. Produksi padi tahun ini mencapai 67,15 juta ton GKG naik 3,08% dari angka produksi tahun lalu.

Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kebutuhan akan bahan pangan menuntut dilakukannya perluasan lahan pertanian. Peningkatan potensi produktivitas padi secara nasional dapat ditingkatkan kembali melalui lahan-lahan pada kondisi suboptimum, antara lain pada kondisi

kekeringan dan wilayah yang memiliki tanah salin dengan curah hujan rendah. Pemanfaatan lahan pada kondisi suboptimum yang belum termanfaatkan tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan padi gogo dan padi sawah untuk kondisi kekeringan dan padi rawa untuk kondisi salin.

Selama ini padi gogo dan padi sawah sulit berkembang meskipun potensi

penggunaan lahan di Indonesia sangat luas. Kurang diminatinya penggunaan padi gogo oleh petani dikarenakan perbedaan produktivitas dan kualitas padi gogo yang di peroleh petani lebih rendah dibandingkan dengan penanaman komoditas lain. Penggunaan varietas berdaya hasil rendah, benih bermutu rendah, dan penerapan teknik budidaya yang belum optimal diduga merupakan penyebab

rendahnya produktivitas padi gogo yang dihasilkan petani.

Luas lahan rawa di Indonesia sekitar 33.4 juta ha yang terdiri dari 20.1 juta ha lahan rawa pasang surut dan 13.3 juta ha lahan rawa lebak (Kustianto et al., 2008). Luas lahan tersebut sangat optimal untuk dimanfaatkan sebagai salah satu upaya peningkatan pengadaan pangan. Kendala pengembangan lahan rawa pasang surut mempunyai keberagaman agrofisik sehingga produktivitas tanaman, terutama tanaman pangan (khususnya padi rawa), serta beragam antar lokasi dan

(17)

varietas padi rawa yang cocok ditanam di lahan tersebut, yaitu varietas yang memiliki produktivitas tinggi dan toleran terhadap salinitas.

Pengembangan padi gogo, padi sawah, dan padi rawa dengan teknik pengelolaan lahan yang intensif dan penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur dalam upaya peningkatan produktivitas padi sehingga pengadaan pangan masa depan dan diharapkan mampu mendukung pendekatan ketahanan

pangan. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila di tanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih dicerminkan oleh kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis

ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama.

Status vigor benih dapat diketahui dengan melakukan beberapa pengujian dengan beberapa parameter di laboratorium. Parameter vigor benih (Vg) terdiri

dari Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya Simpan (VDS). Vigor

kekuatan tumbuh merupakan parameter vigor lot benih yang menunjukkan kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang yang suboptimum,

sedangkan VDSyaitu parameter viabilitas lot benih yang menunjukkan vigor benih

pada kurun waktu periode II atau periode simpan (Sadjad, 1994). Metode pengusangan cepat (accelerated aging atau rapid aging) merupakan salah satu metode pengujian vigor daya simpan benih. Perlakuan metode pengusangan cepat

(MPC) ini terdiri dari perlakuan fisik menggunakan suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi dan perlakuan kimiawi dengan menggunakan uap jenuh etanol. Tingkat deraan dalam MPC akan menghasilkan satu seri data, mulai dari vigor awal (Va) hingga kematiannya.

Pengujian vigor kekuatan benih dilakukan berdasarkan pertumbuhan benih

(18)

penyerapan air yang sangat dibutuhkan dalam perkecambahan. Tanpa adanya air maka perkecambahan tidak dapat berlangsung karena air merupakan pelarut dan

pereaksi. Wirawan (2004) menyatakan bahwa pengendali proses perkecambahan benih adalah air, oksigen, unsur, cahaya, dan media.

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan metode pengujian vigor

yang terbaik dan mudah dilakukan pada benih padi gogo, padi sawah, dan padi

rawa. Pengujian vigor daya simpan benih padi gogo, padi sawah, dan padi rawa

dengan metode pengusangan cepat kimia masih belum banyak dilakukan,

demikian pula dengan pengujian vigor kekuatan tumbuh benih pada kondisi

suboptimum.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pengusangan cepat yang terbaik dan mudah dilakukan pada pengujian vigor daya simpan (VDS) benih

padi gogo, padi sawah, dan padi rawa. Tujuan lainnya yaitu untuk mempelajari korelasi antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT)

benih padi gogo, padi sawah, dan padi rawa.

Hipotesis

1. Terdapat metode pengusangan cepat yang terbaik dan mudah dilakukan untuk pengujian vigor dasa simpan (VDS) benih padi gogo, padi sawah,

dan padi rawa.

2. Terdapat korelasi antara Vigor Daya Simpan (VDS) dan Vigor Kekuatan

Tumbuh (VKT) benih padi gogo, padi sawah dan padi rawa pada tiap

(19)

Botani dan Morfologi Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput yang termasuk ke dalam tanaman serealia. Tanaman ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Tanaman padi termasuk tanaman berakar serabut. Akar primer tumbuh

pada saat perkecambahan yang kemudian digantikan dengan akar adventif. Batang tanaman padi tersusun dari beberapa ruas. Setiap ruas batang padi dimulai dan diakhiri dengan buku. Tanaman padi memiliki daun yang berbentuk lanset (sempit memanjang) dengan urat daun sejajar. Bunga padi tersusun sebagai bunga

majemuk dengan satuan bunga berupa floret. Floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, perhiasan bunga, dan daun mahkota. Daun mahkota yang terbesar disebut palea dan daun mahkota yang terkecil disebut lemma. Bagian dalam dari bunga padi terdiri dari bakal buah (kariopsis). Bagian atas kariopsis

terdapat dua kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya dan enam benang sari tumbuh dari bagian bawah kariopsis.

Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri.

Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperma. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengandung pati di bagian endosperma.

Berdasarkan keanekaragaman, budidaya padi terdiri dari padi gogo, padi

(20)

Mutu Benih

Benih merupakan bahan tanaman yang memiliki daya hidup yang membedakannya dengan biji. Kelangsungan daya hidup benih (viabilitas) dapat

ditunjukkan oleh daya kecambah (germination capacity) dan kekuatan tumbuh benih (vigor). Daya kecambah dan vigor memberikan informasi tentang kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi optimum dan suboptimum. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap

serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimum. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan

mikrobia (Sutopo, 2002).

Pengujian mutu benih sangat perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan benih bermutu yang semakin meningkat. Mutu benih dibedakan menjadi tiga, yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetik. Mutu fisik adalah hasil kinerja fisik seperti kebersihan, kesegaran butiran, serta utuhnya kulit benih. Sedangkan

mutu fisiologis menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh atau disimpan lama (Hasanah dalam Iriantonoet al., 2000). Benih bermutu fisiologi yang tinggi juga mampu untuk disimpan, meski melalui periode simpan dengan keadaan simpan yang suboptimum. Mutu genetik menunjukkan benih mempunyai

keseragaman genetik yang tinggi, tidak tercampur dengan varietas lain (Sadjad, 1993).

Vigor Daya Simpan

Sadjad et al. (1999) menyatakan bahwa vigor daya simpan adalah suatu parameter vigor benih yang ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk dapat

(21)

disimpan untuk periode simpan yang normal dalam keadaan suboptimum dan lebih panjang daya simpannya apabila ruang simpan dalam keadaan optimum.

Secara emperikal, daya simpan dipengaruhi oleh (1) faktor genetik atau

innnate factor, (2) faktor lapangan mulai benih ditanam, pertumbuhan tanaman, pemasakan, pemanenan, pengolahan, sampai benih siap disimpan disebut induced factordan (3) kondisi penyimpanan termasuk lamanya disimpan disebut enforced factor (Sadjad et al., 1999).

Menurut Justice and Bass (2002), vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya. Beberapa peneliti meunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat,

mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih vigor. Keragaman vigor menyebabkan keragaman daya simpan walaupun kondisi penyimpanan sama, oleh karena itu pengujian vigor daya simpan sangat diperlukan untuk menduga berapa lama sekelompok benih dapat disimpan dalam kondisi simpan

tertentu.

Devigorasi benih merupakan proses penurunan atau kemunduran viabilitas benih akibat perlakuan yang diberikan pada benih. Salah satu perlakuan devigorasi adalah pengusangan cepat (secara fisik dan kimia), metode ini dapat

digunakan untuk menguji vigor daya simpan. Pengusangan cepat kimia dilakukan dengan menginkubasi benih dalam mesin pengusangan cepat (MPC) IPB 77-1 dengan menggunakan uap etil alkohol 96%.

Metode Pengusangan Cepat

Metode pengusangan cepat merupakan salah satu pengujian daya simpan benih. Metode ini bermanfaat untuk menduga lamanya benih dapat disimpan.

Metode uji pengusangan cepat telah ditemukan oleh Delouche dan Baskin (Asiedu

et al., 2000 ) untuk mengevaluasi daya simpan benih.

Perlakuan metode pengusangan cepat terdiri dari perlakuan fisik menggunakan suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi dan perlakuan kimiawi

(22)

Pengusangan cepat secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan etanol, uap etanol jenuh maupun larutan methanol. Etanol merupakan

senyawa yang bersifat non polar, dapat mendenaturasi protein pada konsentrasi tertentu. Denaturasi protein menimbulkan pengaruh pada benih sehingga kehilangan fungsi biologisnya antara lain karena enzim menjadi tidak aktif (Saenong, 1986).

Widajati (1999) menyatakan bahwa proses deteriorasi dan devigorasi yang semakin meningkat akan menurunkan aktivitas enzim peroksidase, daya berkecambah, dan keserempakan tumbuh. Semakin lama tingkat devigorasi semakin tinggi kandungan etanol dalam benih sehingga menurunkan vigor benih

(Kartika, 1994). Menurut Sadjad dalam Pian (1981) benih jagung, tembakau dan kedelai yang diperlakukan dalam larutan etil alkohol mengalami kemunduran. Pian (1981) menyatakan bahwa pada benih jagung yang dimundurkan secara artifisial dan cepat dengan deraan uap etanol menunjukkan peningkatan kadar

alkohol dalam benih.

Vigor Kekuatan Tumbuh

Konsumen benih menginginkan benih yang dapat menghasilkan tanaman normal dan berproduksi normal, karena kondisi lapang produksi tidak selalu optimum. Vigor Keuatan Tumbuh (VKT) merupakan parameter yang menunjukkan

bahwa benih tersebut kuat atau tidak apabila ditanam dalam kondisi suboptimum.

Benih yang memiliki vigor kekuatan tumbuh tinggi dapat menghasilkan tanaman kuat di lapang walaupun kondisi lapang atau lingkungan tumbuhnya sub optimum.

Vigor kekuatan tumbuh dapat diungkapkan oleh tiga tolok ukur, yaitu Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan Tumbuh (KST) dan Vigor

Spesifik(VKTSpesifik ). Parameter KCT dapat diungkapkan dengan tolok ukur waktu

yang diperlukan untuk mencapai perkecambahan normal. Tolok ukur KST

merupakan tolok ukur untuk parameter VKT yang unitnya berupa persentase

kecambah yang tumbuh kuat dan memperlihatkan keserempakan pada media

pengujian. Tolok ukur VKTSpesifik diuji validitas dan implementasinya untuk

(23)

Contoh cekaman spesifik, yaitu cekaman benih terhadap kekeringan dan salinitas (Sadjad et al., 1999). Cekaman kekeringan dan salinitas di lapang dapat disimulasikan dengan larutan Polyethylene Glycol (PEG) dan NaCl. Melalui pengujian ini diharapkan dapat diketahui lot atau genotipe mana yang tahan terhadap cekaman kekeringan dan salinitas.

Cekaman Salinitas pada Tanaman

Salinitas pada umumnya bersumber pada air dan tanah. Salinitas

berhubungan dengan kadar garam di daerah pesisir dengan masalah utama konsentrasi garam tinggi karena sering tergenangnya oleh air laut, iklim kering dengan curah hujan rendah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa adanya garam-garam terutama kalsium, magnesium, dan natrium karbonat menyebabkan ion

hidroksi dijumpai dalam jumlah banyak dalam larutan tanah. Salinitas menyebabkan tanaman mengalami stress garam.

Menurut Harjadi et al. dalam Sipayung (2003) stress garam merupakan salah satu dari enam bentuk stress tanaman, antara lain suhu, air, bahan kimia, radiasi, angin, dan tekanan. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau

konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Garam-garam yang menimbulkan stress tanaman, antara lain NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, dan MgCl2 yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah, garam-garam ini mempengaruhi pH dan daya

hantar listrik. Menurut Follen et al. dalam Sipayung (2003) menyatakan bahwa tanah salin memiliki pH<8.5 dengan daya hantar listrik > 4 mmhos/cm. Salinitas di lapang dianalogikan dengan larutan NaCl dengan pengujian ini diharapkan dapat mengetahui lot atau galur yang tahan terhadap salinitas. Ferdianti (2010)

menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaCl, viabilitas benih semakin menurun. Selanjutnya Suwarno (1983) menyatakan bahwa salinitas dapat menyebabkan kerusakan daun, memperpendek tanaman, menurunkan jumlah anakan, bobot 1000 butir gabah, bobot kering akar, tajuk, dan total tanaman serta

(24)

Cekaman Kekeringan pada Tanaman

Kekeringan merupakan salah satu cekaman lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penurunan hasil pertanian dan perkebunan. Cekaman

kekeringan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang mencakup aspek morfologi dan anatomi, fisiologi dan biokimia tanaman. Cekaman kekeringan dapat berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan kandungan prolin, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering

rimpang. Mekanisme toleransi tanaman terhadap kekeringan pada saat mengalami stres kekeringan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) escape, tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stres berat, dengan pembungaan atau pematangan buah lebih awal, (2) tolerance, tanaman tetap tumbuh dalam kondisi cekaman kekeringan dan potensial air rendah, dengan

osmotic adjustment dan (3) avoidance, tanaman menghindar dari cekaman kekeringan, dengan mengembangkan sistem perakaran dan efisiensi membuka menutupnya stomata. Karakter akar yang berhubungan dengan kemampuan

tanaman untuk beradaptasi secara avoidance dapat ditandai secara visual, yaitu akar tebal, lebih panjang dan lebih banyak (Lestariet al., 2005).

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium teknologi Benih IPB Darmaga

Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April dan berakhir bulan Agustus 2011. Benih diperoleh dari BB Penelitian Tanaman Padi Instalasi Muara, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah benih genotipe

padi gogo, padi sawah, padi rawa masing-masing 5 genotipe untuk uji pendahuluan (Lampiran 1), 50 genotipe padi yang berasal dari Balai Penelitian Padi di Muara Bogor (Lampiran 2). Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan etanol jenuh 96%, larutan NaCl 3000 ppm setara 3 g/L, 4000

ppm setara 4 g/L, dan 5000 ppm setara 5 g/L serta larutan PEG 6000 (Polyethylene Glycol) -1.5 bar setara 106.731 g/L, -2 bar setara 126.064 g/L, dan -2.5 bar setara 143.143 g/L (Lampiran 3).

Alat-alat yang digunakan adalah alat pengepres benih tipe IPB 75-1, alat

pengecambah benih (APB) tipe IPB 72-A/B, magnetic stirerdan gelas piala untuk melarutkan PEG, oven, toples plastik, kain kassa, timbangan analitik, cawan,

hand sprayer,kertas label, bak rendam, pinset, amplop dan penggaris.

Metode Penelitian

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan ini terdiri dari penentuan waktu deraan dalam pengujian vigor daya simpan dengan metode pengusangan cepat secara kimia

(dengan uap etanol jenuh 96%), penentuan konsentrasi NaCl dalam pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) terhadap kondisi salin (VKTsalin(NaCl)) dan penentuan

konsentrasi PEG dalam pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) terhadap kondisi

(26)

permukaan air dalam pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) terhadap kondisi

kekeringan (VKTKekeringan(ketinggian)) .

1. Penentuan Waktu Penderaan dalam Metode Pengusangan Cepat Kimiawi

Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan satu faktor yaitu waktu pengusangan cepat (0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit). Tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali untuk masing-masing kelompok padi gogo, padi sawah, dan padi rawa sehingga tiap

kelompok padi terdapat 28 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

waktu pengusangan

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i waktu pengusangan (i =0, 30, 60, . . . .180 menit )

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i waktu pengusangan dalam

kelompok ke-j

Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

2. Penentuan Konsentrasi NaCl untuk Pengujian Toleransi terhadap Kondisi Salin

Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan satu faktor yaitu konsentrasi NaCl (0 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm). Tiap perlakuan diulang empat kali, sehingga terdapat 16

satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

(27)

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

konsentrasi NaCl

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i konsentrasi NaCl (i = 0, 3000, 4000, 5000 ppm)

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i konsentrasi NaCl dalam

kelompok ke-j

Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

3. Penentuan konsentrasi PEG 6000 dan ketinggian posisi benih dari permukaan air untuk Pengujian Kekeringan

Percobaan untuk pengujian kekeringan dengan PEG 6000 (VKTKekeringan(PEG)) menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)

faktorial dengan satu faktor yaitu potensial air PEG (0 bar, 1.5 bar, 2 bar, dan -2.5 bar). Tiap perlakuan diulang empat kali untuk masing-masing kelompok padi

gogo dan padi sawah sehingga tiap kelompok padi terdapat 16 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

potensial air PEG

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i potensial air PEG (i =0, -1.5, -2, -2.5 bar)

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i konsentrasi PEG dalam

(28)

Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata pada penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Percobaan untuk pengujian kekeringan dengan pengaturan posisi ketinggian penanaman benih dari permukaan air (VKTKekeringan(Ketinggian))

menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan

satu faktor yaitu ketinggian posisi benih (kontrol, 17.5 cm, dan 25 cm). Tiap perlakuan diulang empat kali untuk masing-masing kelompok padi gogo dan padi sawah sehingga tiap kelompok padi terdapat 12 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya

berkecambah.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

ketinggian penanaman benih

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i ketinggian penanaman benih (i=0, 17.5, 25 cm)

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i ketinggian penanaman benih

dalam kelompok ke- j

Uji lanjut yang akan digunakan terhadap hasil yang berpengaruh nyata

pada penelitian ini adalah Duncans Multiple Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Percobaan Utama

Penelitian utama terdiri dari pengujian vigor daya simpan benih pada genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa dengan menggunakan metode pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%), pengujian vigor kekuatan tumbuh

(29)

Percobaan I. Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan Cepat Kimia (Uap Etanol 96%)

Percobaan ini menggunakan satu waktu pengusangan terbaik untuk masing-masing genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa berturut-turut adalah 1.46 jam (87.6 menit), 2.59 jam (155.4 menit), dan 1.08 jam (64.8 menit). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi. Genotipe padi yang digunakan sebanyak 20 genotipe padi gogo, 20 genotipe padi sawah, dan 10 genotipe padi rawa. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga masing-masing genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa terdapat 60, 60, dan 30 satuan percobaan.

Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + Pc i + Kj + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

genotipe padi

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i genotipe padi gogo/padi sawah (i =1, 2, 3, . . . .20)

Pc i = Pengaruh taraf ke-i genotipe padi rawa (i =1, 2, 3, . . . .10)

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i genotipe dalam kelompok

ke-j

Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Suboptimum

(30)

1. Kondisi Salin

Percobaan ini menggunakan larutan NaCl dengan satu konsentrasi terbaik yaitu 4000 ppm untuk pengujian vigor kekuatan tumbuh pada genotipe padi rawa.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi. Genotipe padi yang digunakan sebanyak 10 genotipe padi rawa. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Satu satuan

percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal, panjang tajuk, panjang akar, dan panjang kecambah.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

genotipe padi

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i genotipe padi (i =1, 2, 3, . . . .10 )

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i genotipe dalam kelompok

ke-j

Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

2. Kondisi Kekeringan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi. Genotipe padi yang digunakan sebanyak 20 genotipe padi gogo dan 20 genotipe padi sawah. VKTKekeringan(PEG)

menggunakan potensial air -2 bar. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali

(31)

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

genotipe padi

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i genotipe padi (i =1, 2, 3, . . . .20 )

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i genotipe dalam kelompok

ke-j

Percobaan VKTKekeringan(Ketinggian) ini menggunakan Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi. Genotipe padi yang digunakan sebanyak 20 genotipe padi gogo dan padi sawah.

VKTKekeringan(ketinggian) menggunakan ketinggian 25 cm dari permukaan air. Tiap

perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga masing-masing genotipe padi gogo dan padi sawah terdapat 60 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas 25 butir benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal, panjang tajuk, panjang akar, dan panjang

kecambah.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + Pc i + K j + δ ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-j, yang memperoleh taraf ke-i

genotipe padi

µ = Nilai tengah umum

Pc i = Pengaruh taraf ke-i genotipe padi (i =1, 2, 3, . . . .20 )

K j = Pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)

δ ij = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i genotipe dalam kelompok

ke-j

(32)

Pelaksanaan Penelitian

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan terdiri dari dua percobaan. Pengujian viabilitas awal benih dilakukan dengan menyeleksi lot benih dengan viabilitas awal di atas

80% sebelum dilakukan pengujian vigor selanjutnya yaitu uji vigor daya simpan dan uji vigor kekuatan tumbuh pada masing-masing kelompok padi gogo, padi sawah, dan padi rawa. Benih sebanyak 25 butir/ulangan dari masing-masing genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi salin. Pengujian viabilitas awal benih ini

dilakukan dengan metode pengecambahan UKDdp dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan.

Percobaan I. Pengujian Vigor Daya Simpan dengan Pengusangan Benih secara Kimia

Percobaan ini menggunakan 5 genotipe padi gogo, 5 genotipe padi sawah, dan 5 genotipe padi rawa. Benih sebanyak 25 butir/ulangan dari masing-masing

genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa dimasukan ke dalam tiga kotak plastik (diameter 27 cm dan tinggi 27 cm) yang masing-masing telah berisi gelas kecil yang berisi etanol jenuh 96% sebanyak 200 ml. Waktu penderaan dilakukan dengan interval waktu 30 menit, yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, dan 210 menit.

Pengujian dilakukan dengan metode UKDdp dengan setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan. Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Suboptimum

1. Kondisi Salin

Pengujian vigor kekuatan tumbuh menggunakan larutan NaCl sebagai

(33)

butir/ulangan dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam Plastik (UKDdp). Setiap perlakuan dikecambahkan sebanyak empat

ulangan . Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

2. Kondisi Kekeringan

Kondisi kekeringan disimulasikan menggunakan Polyethylen Glycol6000 untuk genotipe padi gogo dan padi sawah. Hasil penelitian Pirdashti (2003) menunjukkan PEG 6000 dengan potensial air -3 bar menurunkan daya berkecambah dari 95.48% (kontrol) menjadi 54.30%. Sesuai dengan hasil

penelitian tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap potensial air dari 1.5 bar, -2 bar, dan --2.5 bar.

Pengujian dengan PEG 6000 dilakukan dengan kertas merang dilembabkan menggunakan larutan PEG 6000 pada kondisi potensial air -1.5 bar

(setara 106.731 g/L), -2 bar (setara 126.064 g/L), dan -2.5 bar (setara 143.143 g/L). Perlakuan diulang sebanyak empat kali ulangan. Benih sebanyak 25 butir/ulangan dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam Plastik (UKDdp). Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang

yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B.

Pengaturan ketinggian penanaman benih dilakukan dengan cara mengatur posisi ketinggian benih dengan jarak antar benih 1.5 dan pada posisi ketinggian 17.5 cm dan 25 cm dari permukaan air. Benih sebanyak 15 butir /ulangan dikecambahkan pada kertas merang yang tidak dilembabkan dengan metode Uji

Kertas Digulung didirikan (UKDd) tanpa plastik dan ditaruh dalam bak berukuran 38 cm x 31 cm x 12 cm yang digenangani air setinggi 2 cm. Ketinggian air selama seminggu harus konstan. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

Percobaan Utama

(34)

padi gogo, 20 genotipe padi sawah, dan 10 genotipe padi rawa. Percobaan ini terdiri dari dua percobaan yaitu pengujian vigor daya simpan dan pengujian vigor

kekuatan tumbuh pada kondisi suboptimum (salin dan kekeringan).

Percobaan I. Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan Cepat Kimia (Uap Etanol 96%)

Pada percobaan ini, benih dari masing-masing genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa yang diusangkan, dimasukan ke dalam tiga kotak plastik (diameter 27 cm dan tinggi 27 cm) yang telah berisi gelas kecil yang berisi etanol jenuh 96% (Gambar 1). Gelas yang berisi etanol jenuh diatasnya diberi lapisan

kassa sehingga uap etanol dapat mengenai benih yang akan diusangkan. Benih yang diusangkan masing-masing 25 butir benih padi baik genotipe padi gogo, sawah, dan rawa. Pada percobaan utama ini telah didapatkan waktu pengusangan yang tepat untuk pengujian vigor daya simpan (VDS) tiap genotipe padi. Waktu

pengusangan cepat kimia yang tepat untuk genotipe padi gogo selama 1.46 jam (87.6 menit), untuk genotipe padi sawah selama 2.59 jam (155.4 menit), dan untuk genotipe padi rawa selama 1.08 jam (64.8 menit). Setelah periode pengusangan cepat kimia dilakukan, benih dikeluarkan dari kotak plastik kemudian diuji

dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam Plastik (UKDdp). Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B. Peubah yang diamati, antara lain daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah normal.

(35)

Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Suboptimum

1. Kondisi Salin

Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) terhadap kondisi salin pada

genotipe padi rawa dilakukan berdasarkan metode terpilih dari percobaan pendahuluan yaitu dengan kertas merang dilembabkan menggunakan larutan larutan NaCl dengan konsentrasi 4000 ppm. Benih yang dikecambahkan terdiri dari 25 butir benih per ulangan. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan

dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam Plastik (UKDdp). Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B.

2. Kondisi Kekeringan

Pengujian VKTKekeringandilakukan pada genotipe padi gogo dan padi sawah.

Pengujian VKTKekeringan(PEG) berdasarkan metode terpilih dari percobaan

pendahuluan yaitu pada kondisi potensial -2 bar. Pada pengujian VKTKekeringan(PEG)

dilakukan dengan kertas merang yang dilembabkan dengan kondisi potensial -2

bar setara dengan 126.064 g/L. Benih sebanyak 25 butir/ulangan dikecambahkan dengan metode dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam Plastik (UKDdp). Benih yang sudah dikecambahkan pada kertas merang yang telah dilembabkan tersebut dimasukkan dalam APB 72-A/B.

Pengujian VKTKekeringan(Ketinggian) dilakukan dengan kertas merang yang

(36)

Gambar 2. Pengujian Tingkat Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Penanaman Benih pada Permukaan Air

Ketinggian air sampai pengamatan terakhir harus konstan. Peubah yang

diamati, antara lain daya berkecambah, indeks vigor, berat kering kecambah normal, panjang tajuk, panjang akar, dan panjang kecambah.

Pengamatan

1. Daya Berkecambah (DB)

Pengamatan DB dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-5) dan hitungan kedua (hari ke-7), DB dihitung

berdasarkan rumus (Sadjad, 1994):

DB (%)= ΣKN I+ΣKN II

Σbenih yang ditanamx 100%

Keterangan:

DB = Daya berkecambah

KN I = Kecambah Normal pada pengamatan pertama, yaitu hari kelima

KN II = Kecambah Normal pada pengamatan kedua, yaitu hari ketujuh

2. Indeks Vigor (IV)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan

pertama (Hari ke-5), dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IV (%)=ΣKecambah normal hitungan I

Σbenih yang ditanam x 100%

3. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

[image:36.612.237.405.80.209.2]
(37)

KN dimasukkan dalam amplop kertas, kemudian dioven pada suhu 600C selama 3x24 jam. Kecambah kemudian dikeluarkan dari amplop dan

ditimbang.

4. Panjang Kecambah (PK)

Merupakan panjang rata-rata kecambah yang diukur mulai dari ujung akar hingga ujung plumula.

5. Panjang Akar (PA)

Panjang diukur dari ujung akar hingga pangkal akar dengan satuan centimeter.

6. Panjang Tajuk (PT)

(38)

Percobaan 1. Pengujian secara Kimia

Metode pengusangan menggunakan uap etanol 96%.

30 menit, yaitu 0, 30, menyatakan bahwa penderaan tinggi (konsentrasi makin gradual. Hal ini sesuai dengan

genotipe padi gogo, padi (Lampiran 5) menunjukkan berpengaruh nyata terhadap padi sawah, dan padi rawa.

Melalui percobaan dipakai untuk pengujian pengusangan cepat kimia gogo, padi sawah, dan

mencapai 60% (Gambar

[image:38.612.114.506.79.791.2]

Keterangan : = garis y (uap etan

Gambar 3. Kurva Rata Kimia (uap etanol Sawah, dan Padi 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

0 1 2

D a y a B e r k e c a m b a h (% )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan

Pengujian Vigor Daya Simpan dengan Pengusangan secara Kimia

pengusangan cepat kimia dilakukan dengan mengusangkan etanol 96%. Waktu penderaan dilakukan dengan interval

30, 60, 90, 120, 160, dan 180 menit. Pramono bahwa penderaan benih dengan uap etanol dengan intensitas (konsentrasi makin tinggi) menurunkan viabilitas benih kedelai

sesuai dengan hasil penurunan daya berkecambah masing

adi rawa, dan padi sawah (Lampiran 4). Hasil si menunjukkan bahwa perlakuan waktu penderaan uap etanol

terhadap peubah daya berkecambah pada genotipe n padi rawa.

percobaan ini akan ditentukan satu waktu penderaan yang pengujian vigor daya simpan (VDS). Waktu yang tepa

cepat kimia (uap etanol 96%) pada masing-masing genotipe sawah, dan padi rawa adalah pada saat daya berkecambah

ai 60% (Gambar 3).

garis yang digunakan untuk menentukan waktu pengusangan (uap etanol 96%) hingga DB mencapai 60%

. Kurva Rata-Rata Daya Berkecambah pada Pengusangan Cepat Kimia (uap etanol 96%) pada Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa

y = -21,41x + 91,19 R² = 0,947 ** y = -21,41x + 83,97

R² = 0,951 ** y = -17,39x + 105,2

R² = 0,937 **

3 4 5 6 7 8

Waktu (jam)

Padi Gogo

Padi Rawa

Padi Sawah

Pengusangan Benih

mengusangkan benih ngan interval waktu

Pramono (2000) intensitas makin kedelai secara berkecambah masing-masing

asil sidik ragam uap etanol 96% padi gogo,

penderaan yang akan yang tepat untuk genotipe padi berkecambah benih

pengusangan cepat kimia

mbah pada Pengusangan Cepat Padi Gogo, Padi

91,19

21,41x + 83,97 R² = 0,951 **

(39)

Sadjad (1999) menyatakan bahwa batas penurunan viabilitas benih yang diberi perlakuan pengusangan adalah 40% (P40) sehingga viabilitas benih

mencapai 60%. Berdasarkan Gambar 3 dan persamaan regresinya, waktu penderaan untuk pengujian VDS benih padi gogo, padi sawah, dan padi rawa

berturut-turut selama 1.46 jam (87.6 menit), 2.59 jam (155.4 menit), dan 1.08 jam (64.8 menit). Perbedaan kecepatan penurunan daya berkecambah benih tersebut

diduga karena faktor genetik.

Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh pada Kondisi Suboptimum

Kondisi suboptimum pada pengujian ini meliputi kondisi salin dan kekeringan.

1. Kondisi Salin

Pada pengujian kondisi salin untuk genotipe padi rawa dilakukan dengan larutan NaCl pada konsentrasi 0 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, dan 5000 ppm.

Ferdianti (2007) menyatakan semakin tinggi konsentrasi NaCl, viabilitas benih semakin menurun berarti kandungan garam makin tinggi pada lingkungan perkecambahan benih, akibatnya menghambat masuknya air ke dalam benih. Hal ini terlihat pada genotipe padi rawa yang diberi perlakuan NaCl dengan

konsentrasi NaCl yang semakin meningkat (Tabel 1).

Tabel 1. Daya Berkecambah Genotipe Padi Rawa pada Beberapa Konsentrasi NaCl pada Kondisi Salin

Konsentrasi NaCl (ppm) DB (%)

0 89.40a

3000 88.20a

4000 79.60b

5000 69.60c

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Berdasarkan hasil analisis uji lanjut pada Tabel 1 pengujian VKT(Salin)padi

(40)

perlakuan NaCl 3000 ppm tetapi berbeda nyata dengan NaCl 4000 ppm dan 5000 ppm. Hasil penelitian Suwarno dan Solahuddin (1983) menunjukkan NaCl pada

konsentrasi rendah sampai dengan 0.50% hanya menghambat perkecambahan, tetapi tidak atau sangat sedikit mengurangi jumlah benih berkecambah sedangkan konsentrasi 1% mulai terlihat penurunan jumlah benih berkecambah dan pada konsentrasi 4% tidak ada benih yang mampu berkecambah. Kondisi ini sesuai

dengan hasil percobaan pada varietas padi rawa. Pada percobaan ini terpilih satu konsentrasi terbaik yaitu 4000 ppm karena konsentrasi tersebut dapat mewakili penurunan fisiologi benih.

2. Kondisi Kekeringan

Kondisi kekeringan dilakukan dengan menggunakan larutan PEG 6000 dan pengaturan ketinggian penanaman benih dari permukaan air untuk genotipe

padi gogo dan padi sawah. Tingkat potensial air pada larutan PEG 6000, terdiri dari 0 bar, -1.5 bar, -2 bar, dan -2.5 bar. Michel dan Kaufman (1973) menyatakan bahwa penggunaan larutan PEG untuk seleksi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dijadikan alternatif karena mampu menahan air sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Daya berkecambah genotipe padi gogo dan padi sawah

pada kondisi kekeringan dengan PEG 6000 pada beberapa tingkat potensial air dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Berkecambah Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan dengan PEG 6000 pada Beberapa Tingkat Potensial Air

Potensial air PEG (bar) DB (%)

Padi Gogo Padi Sawah

0 94.20a 94.80a

-1.5 86.40a 73.50a

-2 60.78b 39.80b

-2.5 40.68c 26.70c

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

(41)

padi sawah. Persentase daya berkecambah benih pada perlakuan potensial air 0 bar (kontrol) dan -1.5 bar sebesar 94.20 % dan 86.40% untuk padi gogo serta

94.80% dan 73.50% untuk padi sawah. Daya berkecambah mulai mengalami penurunan pada potensial air -2 bar menjadi 60.78% untuk padi gogo dan 39.80% untuk padi sawah, bahkan pada kondisi potensial air -2.5 bar menurun secara signifikan menjadi 40.68% untuk padi gogo dan 26.70% untuk padi sawah.

Penelitian ini menunjukkan pada potensial air -2 bar benih padi masih mampu berkecambah normal terhadap cekaman kekeringan pada media perkecambahan.

Pada pengujian VKTKekeringan tidak hanya dilakukan dengan PEG 6000

tetapi menggunakan pengaturan ketinggian posisi benih saat penanaman pada

kertas merang dengan ketinggian kontrol, 17.5 cm dan 25 cm dari permukaan air (Tabel 3).

Tabel 3. Daya Berkecambah Genotipe Padi Gogo dan Padi Sawah pada Kondisi Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian Posisi Benih dari Permukaan Air

Ketinggian Posisi Benih (cm) DB (%)

Padi Gogo Padi Sawah

Kontrol 94.20a 94.80a

17.5 76.00a 68.10a

25 49.33b 42.56b

Keterangan : DB = Daya Berkecambah, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Haryani (2011) menyatakan bahwa metode kertas merang dengan posisi benih pada ketinggian 17.5 cm dari permukaan air merupakan metode terpilih

yang digunakan untuk seleksi awal toleransi kekeringan genotipe padi gogo. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian karena berdasarkan Tabel 3, ketinggian posisi benih dari permukaan air pada kontrol dan ketinggian 17.5 cm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya berkecambah genotipe padi gogo dan

padi sawah. Daya berkecambah pada kontrol dan ketinggian 17.5 cm berturut-turut sebesar 94.20% dan 76% untuk padi gogo serta 94.80% dan 68.10% untuk padi sawah. Pada ketinggian 25 cm dari permukaan air terjadi penurunan daya berkecambah menjadi 49.33% untuk padi gogo dan 42.56% untuk padi sawah.

(42)

25 cm dari permukaan air karena pada ketinggian tersebut dapat dibedakan genotipe padi gogo yang memiliki ketahanan pada kondisi kekeringan.

Penelitian Utama

Penelitian utama dilakukan setelah didapat metode terbaik pada penelitian pendahuluan. Genotipe padi yang digunakan terdiri dari 20 genotipe padi gogo, 20

genotipe padi sawah, dan 10 genotipe padi rawa. Penelitian ini meliputi pengujian vigor daya simpan dan pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi suboptimum.

Percobaan I. Pengujian Vigor Daya Simpan (VDS) menggunakan Metode Pengusangan Cepat Kimia (Uap Etanol 96%)

Pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) genotipe padi gogo dan padi

sawah yang disajikan pada Tabel 4 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah dan indeks vigor, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering kecambah normal. Pada genotipe padi rawa pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua peubah.

Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Rawa pada Pengaruh Pengusangan Cepat Kimia (Uap etanol 96%) terhadap Peubah yang diamati

Kelompok Sumber

Keragaman Db

F hitung

DB(%) IV(%) BKKN(gr)

Gogo Genotipe 19 45.36** 35.20** 1.74tn

Ulangan 2 4.24 11.86 0.21

Sawah Genotipe 19 5.17** 3.51** 0.89tn

Ulangan 2 5.69 2.30 0.16

Rawa Genotipe 9 9.24** 12.21** 4.85*

Ulangan 2 5.17 7.09 8.13

Keterangan: ** = sangat nyata, *= nyata, tn = tidak nyata

(43)

pengusangan cepat kimia menggunakan uap etanol 96% dibandingkan dengan

kontrol.

Gambar 4. Kecambah normal benih padi hari ke-7, a: tanpa pengusangan cepat kimia (kontrol), b: dengan pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%)

Sadjad (1993) menyatakan bahwa penderaan dengan etanol merupakan faktor eksternal yang dapat menyebabkan aberasi kromosom yang menghasilkan mutan seperti pada proses radiasi sehingga benih dapat menurun kualitasnya.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan perlakuan pengusangan dengan uap etanol jenuh 96% pada genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa (Tabel 5).

Tabel 5. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal Genotipe Padi Gogo, Padi Sawah, dan Padi Rawa pada Pengujian Vigor Daya Simpan

Kelompok DB (%) IV (%) BKKN (gr)

Padi Gogo

B11604E-TB-2-4-1-5 49.33ef 20.00c-e 0.06

B12828E-TB-2-3 42.67f 4.00fg 0.06

SMD9-1D-MR-9 41.33f 14.67de 0.04

SMD9-5D-MR-9 68.00b 28.00cd 0.09

SMD9-7D-MR-1 41.33f 13.33e 0.06

B11930F-TB-3 54.67de 2.67fg 0.08

B11908F-TB-1-16-3 60.00b-d 28.00cd 0.03

B11592F-MR-16-1-5-6 49.33ef 26.67cd 0.08

B11787E-MR-2-9-4 16.00h 1.33fg 0.01

B11787E-MR-2-9-6 16.00h 2.67fg 0.00

B11787E-MR-2-9-7 28.00g 1.33fg 0.01

B12844E-MR-24-6 78.67a 5.33f 0.10

B12492C-MR-21-2-1 78.67a 0.00g 0.10

B12492C-MR-21-2-4 80.00a 0.00g 0.09

B12492C-MR-21-2-5 66.67bc 0.00g 0.37

B12165D-MR-8-1 65.33bc 45.33ab 0.09

B12154D-MR-22-8 85.33a 54.67a 0.11

[image:43.612.101.508.85.752.2] [image:43.612.129.506.465.703.2]
(44)

Kelompok DB (%) IV (%) BKKN (gr)

B12160D-MR-11-3-3 64.00bc 24.00cd 0.09

B12161D-MR-1-4-2 57.33de 32.00bc 0.07

B12490C-MR-24-4-4 68.00b 45.33ab 0.11

Padi Sawah

B12653-MR-13-1-PN-3-2 12.00a-c 5.33a-c 0.01

B12657-MR-10-1-PN-5-1 14.67ab 4.00a-c 0.00

B12657-MR-10-1-PN-5-2 8.00b-e 2.67bc 0.01

B12657-MR-10-1-PN-5-3 6.67b-e 1.33c 0.00

B12661-MR-30-1-PN-2-2 10.67b-d 4.00a-c 0.00

B12661-MR-30-1-PN-2-3 13.33a-c 9.33a 0.01

B12665-MR-10-3-PN-1-3 1.33e 0.00c 0.00

B12665-MR-18-3-PN-1-3 1.33e 0.00c 0.00

B12668-MR-22-1-PN-3-1 0.00e 0.00c 0.00

Aek Sibundong 24.00a 9.33a 0.02

B12668-MR-22-1-PN-3-2 1.33e 1.33c 0.00

B12668-MR-22-1-PN-3-3 1.33e 0.00c 0.00

B12672-MR-19-2-PN-1-1 1.33e 0.00c 0.00

B12672-MR-19-2-PN-1-3 16.00ab 6.67ab 0.01

B12680-MR-1-4-PN-1-2 1.33e 0.00c 0.00

B12680-MR-1-4-PN-3-3 2.67e 1.33c 0.00

B12689-MR-6-1-PN-2-1 4.00c-e 1.33c 0.00

B12689-MR-6-1-PN-2-3 2.67de 1.33c 0.00

B12689-MR-6-1-PN-3-3 4.00c-e 1.33c 0.00

Ciherang 1.33e 0.00c 0.00

Padi Rawa

B11844-MR-29-7-1 90.67a 8.00d 0.16a-c

BP1019F-PN-6-3-1-KN-3-MR-5-3 50.67b 32.00bc 0.11de

B10553E-KN-6-1 92.00a 13.33d 0.19a

B11377F-MR-34-2 88.00a 41.33b 0.14b-e

B10217F-TB-38-1-1 86.67a 10.67d 0.12c-e

B11016D-KN-2-1 92.00a 13.33d 0.14b-e

B10868F-MR-15-1 90.67a 37.33b 0.17ab

B10551E-KN-62-2 93.33a 34.67b 0.16a-d

IR70215-17-CPA-6-UBN-8-1-2-1 61.33b 17.33cd 0.09e

PSBRC68 84.00a 74.67a 0.11e

Keterangan: DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Vigor daya simpan antar genotipe padi gogo, padi sawah, dan padi rawa berbeda-beda. Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe padi yang memiliki daya berkecambah diatas 60% setelah pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%) pada

(45)

gogo cenderung memiliki daya simpan dan vigor daya simpan yang lebih tinggi dibandingkan padi sawah karena budidaya padi gogo umumnya dilakukan setahun

sekali sehingga penyimpanan benih di petani lebih lama dibandingkan padi sawah. Dari faktor status viabilitas benih, padi sawah yang awalnya (percobaan pendahuluan) memiliki ketahanan yang paling besar terhadap perlakuan pengusangan, saat diaplikasikan ke 20 genotipe lain ternyata menunjukkan hasil

yang terendah. Hal ini diduga terjadi karena status viabilitas benih 20 genotipe padi sawah tersebut pada saat akan diusangkan sudah mulai memasuki periode kritikal, meskipun menunjukkan daya berkecambah awal ≥ 80 %, sebagaimana dikemukakan oleh Sadjad dalan konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993).

Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Lampiran 5.), terdapat 3 periode viabilitas benih yaitu periode pembentukan benih, periode simpan dan periode kritikal. Pada saat mencapai masak fisiologi (awal periode II), viabilitas benih maksimum dan bertahan terus sampai akhir periode II. Pada awal perode III

(periode kritikal) viabilitas benih masih tinggi (sekitar 80 %) namun penurunan viabilitasnya sangat cepat dan vigornya menurun drastis. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut, diduga 20 genotipe padi sawah yang diuji vigor daya simpan berada pada awal periode III dan menurun drastis setelah diusangkan

sehingga tidak ada satupun yang menunjukkan daya berkecambah ≥ 60%.

Benih padi yang memiliki vigor daya simpan tinggi merupakan benih yang berdaya kecambah tinggi dan menunjukkan indeks vigor yang tinggi setelah di usangkan. Berdasarkan data Tabel 5 benih yang memiliki vigor daya simpan

tinggi pada perlakuan pengusangan cepat kimia (uap etanol 96%), antara lain genotipe B12154D-MR-22-8 untuk padi gogo, varietas Aek Sibundong untuk padi sawah, dan genotipe PSBRC68 untuk padi rawa.

Percobaan II. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) pada Kondisi Suboptimum

Pengujian vigor kekuatan tumbuh (VKT) merupakan simulasi vigor benih

(46)

1. Kondisi Salin

Simulasi vigor benih terhadap kondisi salin dilakukan dengan menguji benih genotipe padi rawa di media yang dilembabkan dengan larutan NaCl.

Konsentrasi NaCl yang digunakan adalah 4000 ppm. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan pengujian VKTsalin memberikan pengaruh sangat nyata terhadap

peubah yang diamati kecuali pada peubah panjang akar untuk genotipe padi rawa.

Tabel 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi Rawa pada Kondisi Salin (NaCl)

K Sumber Keragaman Db

F hitung

DB(%) IV(%) BKKN(gr) PT(cm) PA(cm) PK(cm) Rawa Genotipe 9 44.67** 25.66** 17.87** 8.05** 1.57tn 3.65**

Ulangan 2 3.88 0.79 1.26 0.21 0.71 0.31

Keterangan : K = Kelompok, db = Derajat Bebas, DB = Daya Berkecambah, IV (Indeks Vigor), BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, PT = Panjang Tajuk, PA = Panjang Akar, PK = Panjang Kecambah

Menurut Sunarto (2001) pada tanaman kedelai, percobaan penyiraman larutan garam NaCl sebesar 0.2% sudah sangat menurunkan semua peubah pengamatan seperti tinggi tanaman, luas daun, bobot biji, bobot kering akar dan tajuk. Kondisi ini terlihat pada genotipe padi rawa yang diberi perlakuan 4000 ppm (Tabel 7).

Tabel 7. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) Genotipe Padi rawa pada Kondisi Salin dengan Perlakuan NaCl 4000 ppm

Keterangan: DB = Daya Berkecambah, IV = Indeks Vigor, BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, T = Tajuk, A = Akar, K = Kecambah, Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5% kata yang di “Bold” menunjukkan urutan genotipe tertinggi berdasarkan peubah yang diamati.

Genotipe Padi Rawa DB(%) IV(%) BKKN (gr)

Panjang T(cm) A(cm) K(cm) B11844-MR-29-7-1 94.67a 14.67a 0.12a-c 4.88a 8.69 13.57ab

BP1019F-PN-6-3-1-KN-3-MR-5-3

66.67de 0.00c 0.09cd 3.27b 8.35 11.62cd

B10553E-KN-6-1 78.67c 0.00c 0.09b-d 3.20b 8.78 11.98b-d B11377F-MR-34-2 81.33bc 4.00b 0.14a 4.49a 9.64 14.13a B10217F-TB-38-1-1 90.67ab 10.67a 0.13ab 4.34a 8.84 13.18a-c B11016D-KN-2-1 73.33cd 0.00c 0.11bc 3.59b 8.54 12.14b-d B10868F-MR-15-1 57.33ef 0.00c 0.07de 3.59b 8.57 12.16b-d B10551E-KN-62-2 62.67de 0.00c 0.07de 3.44b 8.26 11.70cd

IR70215-17-CPA-6-UBN-8-1-2-1

46.67f 0.00c 0.05e 3.27b 7.99 11.25d

(47)

Hasil analisis uji lanjut pada Tabel 7 menunjukkan bahwa genotipe padi

B11844-MR-29-7-1 merupakan genotipe yang memiliki daya berkecambah dan

indeks vigor tertinggi dengan berat kering kecambah normal yang tinggi, dengan panjang tajuk, panjang akar, dan panjang kecambah yang tinggi. Genotipe tersebut memiliki ketahanan terhadap simulasi cekaman salinitas dengan NaCl 4000 ppm.

Hal ini sesuai dengan Utama et al. (2004) menyatakan bahwa bentuk

Gambar

Gambar 2. Pengujian Tingkat Kekeringan dengan Pengaturan Ketinggian
Gambar 3. Kurva Rata. Kurva Rata-Rata Daya Berkecambah pada Pengusangan Cepat
Gambar 4. Kecambah normal benih padi hari ke-7, a: tanpa pengusangan
Tabel 9. Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Berat Kering Kecambah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44 , hal ini terjadi karena laju indeks

Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan di lingkungan Kantor Pusat Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Problem Based Learning dengan Konteks Mempertahankan Kesegaran Jus S

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt

Kota Semarang merupakan salah satu Kota di Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata yang cukup tinggi dan salah satu destinasi yang dapat dikunjung di Kota Semarang yaitu Museum

penyemprotan pestisida, dan pengangkutan hasil panen. Uji statistik menunjukkan curahan waktu tenaga kerja petani PTT dan petani bukan PTT berbeda nyata pada taraf

The integer abstract data type group consists of four abstract data types used to reserve memory to store whole numbers : byte , short , int , and long , as described in

Oleh karena itu, Tim Pengabdian pada Masyarakat menyelenggarakan pelatihan akuntansi dan keuangan dasar ini untuk para anggota BMT BISS dengan harapan dapat memberikan ilmu