• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Inovasi Teknologi yang

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Halaman 34-71)

BAB 3. KUNTABILITAS KINERJA

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Inovasi Teknologi yang

Pengukuran Capaian Sasaran Program (SP) inovasi teknologi bidang TIRBR yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Rekomendasi di bidang TIRBR yang Dimanfaatkan dengan target 1 rekomendasi termanfaatkan DED pabrik gula.

2. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 rekomendasi desain standar kapal cepat rudal.

3. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 inovasi pilot project sistem transportasi perkotaan ITS.

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

i. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED pabrik gula.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2, Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Pada Tahun 2016, Rekomendasi TIRBR adalah DED FEED pabrik gula yang telah di manfaatkan untuk pembangunan pabrik gula glenmore yang pada athun 2016 telah menyelesaikan proses commissioning seluruh sistemnya. Pada Tahun 2017, pembangunan pabrik gula Glenmore dengan desain 2016 di sesuaikan dengan hasil commissioning dan diselesaikan menjadi desain standard pabrik gula.Pemakaian desain BPPT ini dapat meningkatkan kandungan komponen local sebesar 45%.

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi dapat dilihat pada tabel 3.2.

Sasaran Program:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1 :

Jumlah rekomendasi termanfaatkan di bidang TIRBR yang dimanfaatkan.

Target :

1 (satu) Rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Standar DED pabrik gula

Program Capaian Kinerja

Outcome

Bukti Pendukung

PPT Bidang

Teknologi Permesinan

Standar DED pabrik gula

Surat keterangan dari PTPN XII terkait termanfaatkannya desain BPPT yang dapat meningkatkan TKDN 45%

Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Desain Standar Pabrik Gula Pabrik Gula

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2017 dan hasil yang dicapai Kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2017 ini adalah persiapan dan identifikasi perhitungan Tingkat Kandungan Dalam Negeri terkait daftar Komponen Mekanik, Elektrik, Instrumen & Pekerjaan Sipil per Station. Pengelompokan vendor list, Pengelompokan komponen Impor dan Lokal untuk mengindentifikasi kemampuan industri dalam negeri. Untuk selanjutnya dilakukan Klarifikasi ke Industri Manufaktur dalam negeri terkait serta mengeluarkan perhitungan nilai TKDN PT. IGG ketika menggunakan standar desain BPPT.

(1) Identifikasi komponen dalam negeri

Kegiatan identifikasi dan pengklasifikasian industri pendukung pabrik gula ini, dilakukan melalui serangkaian kegiatan ekplorasi, observasi dan survey industri dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran atau pemetaan kondisi industri manufaktur nasional khususnya pada sektor industri manufaktur yang mendukung pengembangan peralatan industri gula dalam negeri.

Berdasarkan cara kerja dan sistem peralatan pemesinan yang terdapat di pabrik gula dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :

A. Peralatan Mekanik, yang terdiri dari :

Rotating equipment, peralatan yang cara kerjanya berputar (Milling, Turbin, Rotary Equipment and Motors, Pump, Mesin Centrifugal, Gear Box)

Static equipment, peralatan yang cara kerjanya bersifat statis (Boiler, Cane Preparation, Pan, Evaporator, Filter, Clarifier, Tank, Piping)

B. Peralatan Elektric, yang terdiri dari :

 Elektrik arus kuat (Generator, Travo, Switch Gear, Stabilisator, Power Bank dll)

Gambar 3-1 Desain komponen mekanik Intermediate Carrier Assembly

(2) Industri dalam negeri terkait pabrik gula

Struktur industri manufaktur pendukung industri gula nasional dalam negeri saat ini masih perlu diperkokoh mengingat masih terdapat ketergantungan dalam hal bahan baku dan teknologi. Saat ini, industri manufaktur dalam negeri masih mengandalkan pasokan bahan baku dan teknologi dari luar negeri, khususnya untuk produk-produk kelompok rotating equipment.

Berdasarkan pengalaman dan fasilitas industri, kemampuan industri manufaktur peralatan permesinan dalam negeri masih berada di level pembuatan peralatan statis, sedangkan untuk peralatan yang bersifat berputar (rotating equipment) hampir sebagian besar masih

stakeholder industri gula nasional (baik pemerintah, industri dan semua pemangku kepentingan perkembanggan industri manufaktur nasional) dengan memberikan kesempatan dan keberpihakan pada produk-produk nasonal diharapkan dapat mendorong peningkatan level TKDN dalam pembangunan Pabrik GUla (PG) nasional. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa potensi pembangunan PG nasional kedepan sangat tinggi sehingga perlu didorong adanya standarisasi desain yang berpihak pada produk-produk nasional.

(3) Perhitungan TKDN

TKDN didefinisikan sebagai suatu batasan atau nilai yang mereprentasikan berapa tingkat kandungan lokal dalam negeri dalam suatu produk barang/jasa (Permen Perindustrian, 2011). Manfaat dari meningkatkan TKDN, antara lain:

 meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri – hal ini berhubungan dengan kualitas produk atau komponen yang dihasilkan selama proses produksi;

 meningkatnya penyerapan tenaga kerja – apabila kualitas produk atau komponen yang dihasilkan meningkat, dampaknya adalah meningkatnya penggunaan dari produk atau komponen tersebut. Hal ini juga berarti adanya peningkatan produksi yang

pengaruhnya penyerapan tenaga kerja meningkat;

 penghematan devisa –penggunaan produk atau komponen yang memperhatikan penggunaan komponen hasil produksi dalam negeri berarti mengurangi biaya penyediaan komponen luar negeri.

Kajian dan analisis perhitungan TKDN Pabrik Gula Glenmore ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui peran serta dan potensi peningkatan kemampuan industri nasional dalam mendukung pembangunan pabrik gula nasional.

pabrik gula baru juga tidak sesignifikan pertumbuhan pembangkit listrik. Dalam satu dekade ini hanya ada pembangunan beberapa pabrik gula rafinasi dan satu pabrik gula kristal putih baru yaitu PG Glenmore. Sebagai gambaran TKDN pembangunan pabrik gula rafinasi yang telah dilaksanakan dan telah diaudit oleh lembaga yang tersertifikasi resmi (surveyor indonesia dan sucofindo) rata-rata hanya mampu disekitar 32,53%.

Dengan memanfaatkan desain FEED BPPT, TKDN pembangunan pabrik gula Glenmore yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang adalah minimal sebesar 40 % dan berdasarkan pengolahan data komposisi biaya proyek berdasarkan weight factor (import porsion local porsion) diperoleh perkiraan capaian TKDN nilai capai TKDN diatas > 40 %.

Potensi TKDN tersebut masih dapat ditingkatkan lagi pada pembangunan pabrik gula berikutnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk-produk dalam negeri. Misalnya pada stasiun gilingan, nilai TKDN PG Glenmore hanya mencapai 0,335 %. Hal ini dikarenakan mesin gilingan pabrik gula menggunakan produk asing (Allied tek – Thailand). Padahal disisi lain kemampuan dan pengalaman industri dalam negeri telah mampu membuat produk gilingan seperti PT Barata Indonesia, PT Boma Bhisma Indra dan beberapa industri pendukung industri gula lainya yang mempunyai kemampuan untuk mendukung pengerjaan gilingan pabrik gula (PT Tjokro Bersaudara).

Contoh lain, peralatan boiler unit dan baggase conveyor system (paket boiler – dari John Thomson - Afsel) yang sebenarnya mampu dikerjakan oleh industri dalam negeri. Industri manufaktur nasional yang mempunyai pengalaman dan kemampuan pada pekerjaan paket boiler ini seperti PT Weltes, PT Indomarine, PT Atmindo, PT DEN dan lebih banyak lagi industri yang mempunyai kemampuan untuk pekerjaan sistem konveyor.

meningkatan TKDN sebesar 11,270%. Sedangkan untuk pekerjaan paket boiler yang meliputi sistem conveyor dan boiler unit mempunyai peluang peningkatan nilai TKDN sebesar 11,537 %. Jadi dari kedua paket pekerjaan tersebut (Stasiun Gilingan dan Boiler ), nilai TKDN pembangunan pabrik gula dapat ditingkatkan menjadi

63,931 %.

a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Industri pabrik gula dapat di tingkatkan keberlanjutannya apabila di dukung oleh industri komponen yang secara continue dapat menjamin sistem peralatan pabrik gula beroperasi optimum. TIRBR BPPT telah melakukan kajian terkait tingkat kandungan komponen dalam negeri untuk industri pabrik gula berkapasitas 6000 TCD pada Tahun 2015. Hasil dari kajian tersebut telah di peroleh mapping dari kemampuan industri local untuk mendukung industry pabrik gula nasional. Pada Tahun 2016, Hasil FEED Pabrik gula 6000 TCD telah di manfaatkan pada pembangunan pabrik gula terpadu PG. Glenmore milik PTPN XII. Dari pembangunan tersebut DED standar BPPT dapat meningkatkan kandungan local berdasarkan hasil evaluasi pembangunan pada Tahun 2016-2017. Ringkasan capaian kinerja ditunjukkan pada Tabel 3-3.

Tabel 3-3 Capaian kinerja desain standar KCR tahun 2015-2017

Capaian Kinerja Tahun 2015 Capaian Kinerja Tahun 2016 Capaian Kinerja Tahun 2017

DED FEED Pabrik gula 6000 TCD

DED FEED BPPT digunakan sebagai dasar Pembangunan pabrik gula Glenmore

Rekomendasi DED standar untuk

pembangunan pabrik gula 6000 TCD

Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada renstra TIRBR 2015-2019 target untuk standar DED pabrik gula adalah rekomendasi yang di manfaatkan oleh industri pada tahun 2016 dan dapat berguna untuk meningkatkan daya saing industry yang diukur pada Tahun 2017. Dengan di manfaatkannya standar DED oleh Pabrik gula Glenmore yang berhasil menaikkan TKDN sebesar 45% berarti sesuai dengan target dan capaian seperti yang dinyatakan dalam Renstra TIRBR revisi 3. Dimana pada Tahun 2017, standar DED pabrik gula menjadi impact untuk BPPT. Adapun target dan capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%. Peningkatan capaian kinerja menuju target akhir sesuai dengan Renstra ditunjukkan pada Gambar 3-1.

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Standar DED untuk pabrik gula belum dimiliki Indonesia sampai dengan saat ini. Desain DED TIRBR BPPT yang telah dimanfaatkan dan telah terbukti dengan suksesnya commissioning pabrik gula glenmore merupakan dasar bahwa DED ini telah proven. Sehingga sangat layak untuk di jadikan standar pembangunan 14 pabrik gula berikutnya yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan peran dan daya saing industri komponen dalam negeri.

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:

 Dukungan komitmen BPPT dalam pencanangan program dan pembiayaan serta kompetensi SDM di lingkungan TIRBR.

 Sistem matrik kerja di lingkungan TIRBR yang melakukan pekerjaan sesuai dengan Tupoksi unit kerja sehingga pekerjaan lebih focus dan konsisten pada kompetensinya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi capaian kegiatan sesuai dengan sasaran program yang di tetapkan.

 Adanya kerjasama dan sinergi dengan industri mitra.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Untuk kegiatan ini alokasi SDM sebanyak 45 orang telah di lakukan dengan berbagai kompetensi untuk di sinergikan dan di fokuskan pada kegiatan ini. SDM ini di tunjang dengan SDF yang tepat untuk kegiatan DED seperti Software Enginnering CATIA, Smartplan 3D, ETAP, HTRI, PV Elite sehingga kombinasi SDM dan SDF ini dapat menghasilkan efisiensi yang baik.

utama dalam penunjang keberhasilan program ini. Dengan adanya akses langsung terhadap data lapangan maka pembangunan pabrik gula Glenmore menjadi sekolah untuk para engineer BPPT untuk mengevaluasi langsung proses pembangunan pabrik gula. Sehingga DED yang dihasilkan dapat di review dan di perbaiki langsung dengan hasil temuan di lapangan. Selain hal tersebut, kebijakan internal sistem matrik kinerja antar unit internal di BPPT yaitu PTIP, B2TMP, BTMEPPO dan PTSEIK juga merupakan penunjang keberhasilan program ini karena fokus pada target, kompetensi dan efisiensi waktu pengerjaan dapat di hasilkan dengan sistem matrik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Rekomendasi DED standar pabrik gula yang di manfaatkan, dengan target 1 (satu) Rekomendasi adalah sebagai berikut: Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target = 1 Rekomendasi x 100% = 100% 1 Rekomendasi

Tabel 3-4 Perbandingan antara target DED FEED Pabrik Gula dengan realisasi kinerja IK 1

Indikator

Kinerja Target Realisasi % Program

Mitra Jumlah Rekomenda si yang di manfaatkan 1 Rekomen dasi 1 Rekomen dasi 100 PPT Bidang Teknologi Permesinan PTPN XII

ii. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 Yaitu Inovasi Desain Kapal Cepat Rudal.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019 revisi 3, Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi bidang Hankam yang dihasilkan adalah desain standar kapal cepat rudal. Kegiatan Inovasi Teknologi Desain Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 m pada tahun 2017 adalah Kegiatan membuat dokumen rekomendasi desain untuk standarisasi kapal cepat rudal 60 m, dan diharapkan hasil dokumen dimaksud dapat dimanfaatkan oleh KKIP dan TNI AL sebagai pengguna utama untuk dijadikan sebagai standar desain dalam pembangunan kapal cepat rudal (KCR) 60 m. Secara ringkas, capaian kinerjaindikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasidapat dilihat pada tabel 3.2.

Sasaran Program:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan

kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 2 :

Rekomendasi desain standar kapal cepat rudal

Target :

1 (satu) rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Rekomendasi Inovasi teknologi desain standar kapal cepat rudal.

Program Capaian Kinerja

Outcome

Bukti Pendukung

Tabel 3-5 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 Penjelasan Capaian Indikator Kinerja:

b. Inovasi Teknologi Desain Standar Kapal Cepat Rudal

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2017 dan hasil yang dicapai Pada Tahun 2017 Inovasi teknologi desain standar kapal cepat rudal 60 m menitikberatkan pada pembuatan dokumen desain untuk standarisasi kapal cepat rudal 60 m meliputi: pembuatan desain platform dan melaksanakan difusi desain kepada TNI AL. Selain hal tersebut, pada Tahun 2017 juga telah dilaksanakan pengujian Model Kapal KCR 60 Meter di Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH). Tujuan dari pengujian model kapal ini adalah untuk mengetahui kinerja powering Kapal KCR 60 Meter. Dengan melihat tujuan serta kemampuan fasilitas yang ada didalam hal ini adalah kecepatan carriage dari towing tank, maka ditetapkan besarnya skala model Kapal KCR 60 Meter dengan skala 15.03. Setelah didapatkan angka skala ini, faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah berat maksimum model dan peralatan dalam model untuk tujuan pengujian. Berdasarkan skala ini, model Kapal KCR 60 Meter dirancang dan dibangun dengan bahan yang memenuhi persyaratan berat.

Gambar 3-3 Model KCR 60 meter

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan tahun sebelumnya

Gambar 3-3 menunjukkan proses inovasi teknologi untuk kegiatan kerekayasaan kapal cepat rudal. Pada Tahun 2016 kegiatan Kapal Cepat Rudal menghasilkan output terkait Standar desain Kapal Cepat Rudal 60 yang terapprove class dengan kegiatan utamanya adalah Review hull performance hasil modifikasi, Melakukan optimasi desain (Berbasis L/R Class Rule), melakukan approval design KCR 60 ke LR class, melakukan Review kondisi suhu kamar mesin dan ruangan-ruangan (existing) saat operasional, Review hasil uji model hidrodinamika KCR 60, Membuat desain pengembangan model, pembuatan model dan pengujian propeller dalam rangka engine matching. Kegiatan ini berdasarkan hasil kajian terkait kebutuhan teknis kapal cepat rudal yang dilakukan dan review desain KCR pada Tahun 2015. Sedangkan pada Tahun 2017, output pada Tahun 2016 ditingkatkan menjadi outcome, Desain Standar Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 tersebut direkomendasikan sebagai acuan dalam standarisasi pembangunan desain Kapal Cepat Rudal 60 TNI AL. Perbandingan ringkas capaian kinerja untuk kegiatan desain KCR dari Tahun 2015 sampai Tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 3-6.

Capaian Kinerja Tahun 2015 Capaian Kinerja Tahun 2016 Capaian Kinerja Tahun 2017

Review desain kapal cepat rudal

Perbaikan desain kapal cepat rudal yang terapprove class

Rekomendasi desain standar untuk

pembangunan KCR kepada TNI AL Tabel 3-6 Capaian kinerja desain standar KCR tahun 2015-2017

Gambar 3-4 Inovasi Teknologi Kapal Cepat Rudal (KCR)

b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Dari hasil capaian kegiatan pada tahun 2017 outcome yang ditargetkan adalah rekomendasi Desain Standar Kapal Cepat Rudal 60 m. Target akhir kegiatan tersebut sesuai dengan dokumen rencana strategis BPPT 2015-2019 berupa Standar Desain Kapal Cepat Rudal 60 m pada kegiatan inovasi teknologi desain standar kapal cepat rudal yang direkomendasikan sebagai acuan dalam standarisasi pembangunan desain Kapal Cepat Rudal 60 TNI AL.

Gambar 3-5 Kegiatan inovasi desain kapal cepat rudal 60

b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Standar desain kapal cepat rudal 60 belum ada sampai dengan Tahun 2017, sehingga desain standar yang dihasilkan BPPT akan menjadi standar desain nasional pertama yang diharapkan dapat membantu dalam peningkatan daya saing industry melalui peningkatan tingkat kandungan dalam negeri dalam pembangunan kapal cepat rudal 60.

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:

 Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program dan pembiayaan khususnya dalam melaksanakan kegiatan serta fokus pada proses pencapaian target akhir.

 Konsistensi pada pelaksanaan kegiatan sesuai road map yang telah direncanakan.

 Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi teknis, pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa lebih efektif dlm pencapaian target.

 Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra, berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

 Membentuk satuan STKK yang khusus menangani kegiatan inovasi desain kapal cepat rudal 60.

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

 BPPT memiliki sarana laboratorium uji hidrodinamika dan uji aerodinamika yang digunakan untuk melakukan Uji Model.  Dukungan Kementerian Pertahanan dan Komite Kebijakan

Industri Pertahanan (KKIP) serta TNI AL dalam kebijakan mendorong kemandirian penyediaan alat peralatan pertahanan nasional matra laut dengan salah satunya merancang kapal permukaan (kapal cepat rudal 60 m).

 BPPT memiliki kompetensi SDM dalam bidang teknologi rancang bangun Kapal Permukaan (Kapal Cepat Rudal 60 m).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Inovasi yang Dihasilkan, dengan target 1 Inovasi adalah sebagai berikut :

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target 1 Inovasi

Tabel 3-7 Perbandingan antara target Desain KCR 60 dengan realisasi kinerja

iii. Pengukuran capaian Indikator kinerja 3 yaitu 1 (satu) inovasi pilot project sistem transportasi ITS.

Pada Tahun 2017 Inovasi teknologi untuk peningkatan kemandirian bangsa sesuai dengan Renstra revisi ketiga TIRBR dalam bidang transportasi adalah pilot project sistem transportasi perkotaan Intelligent Transportation System (ITS) yang di manfaatkan di kota Pekalongan. Sistem konektivitas pulau Jawa yang mengembangkan sistem jaringan transportasi darat kota yang mempertimbangkan perkembangan sistem transportasi lokal, regional dan nasional dan juga mengembangkan jalan lingkar utara untuk menghubungkan dan mengintegrasikan kota Pekalongan dengan daerah sekitarnya merupakan salah satu tujuan pada kegiatan ini.

Perbaikan sistem transportasi di Pekalongan adalah untuk mengatasi permasalahan seperti beban kemacetan di jalan Pantura yang melewati tengah kota semakin tinggi, karena semua jenis kendaraan termasuk truk melewati tengah kota, dampak negatif jalan tol yang tidak melalui Kota

Indikator

Kinerja Target Realisasi % Program Mitra

Jumlah Inovasi yang Dihasilkan 1 Inovasi 1 Inovasi 100 PPT Bidang Teknologi Pertahana n dan Keamanan Kementerian Pertahanan

juga adanya 10 perlintasan sebidang dengan jalur ganda rel menambah lama waktu penutupan perlintasan sebidang, yang berdampak pada kemacetan, kemacetan pada persimpangan sebidang, penggunaan angkutan umum yang masih rendah, kurangnya jalur bagi pejalan kaki dan tidak tertibnya parkir di ruang milik jalan adalah merupakan permasalahan inti sistem perkotaan Pekalongan.

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 3 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi pilot project ITS dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Sasaran Program 1:

Terwujudnya inovasi di bidang Industry Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 3 :

Jumlah Inovasi teknologi

Target :

1 (satu) inovasi Pilot project

Penjelasan Target Indikator Kinerja 3 :

Inovasi pilot project sistem perkotaan ITS

Program Capaian Kinerja

Outcome

Bukti Pendukung

PPT Bidang

Teknologi Transportasi

Pilot Project sistem transportasi Intelligent Transportation System Surat Dinas Perhubungan Kota Pekalongan No 551.2/34 Tanggal 8 Januari 2018

Tabel 3-8 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

c. Pilot Project Sistem Perkotaan ITS

teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah merambah kesemua sektor kehidupan dalam masyarakat modern dewasa ini. Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang banyak menggunakan peralatan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mengurangi persoalan-persoalan dalam sektor transportasi seperti halnya sistem informasi perjalanan, sistem informasi perparkiran, sistem informasi angkutan umum dan sebagainya.

Kajian sistem transportasi dan pengembangan perangkat keras/ lunak merupakan bagian dalam kegiatan teknologi transportasi di perkotaan tahun 2017, diharapkan dengan dilakukan sub kegiatan-sub kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat buat kota Pekalongan khususnya dalam melakukan penataan sistem transportasinya serta memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses informasi atau pelaporan kepada instansi terkait berkaitan dengan transportasi.

a) SiQupon (Sistem Informasi Quick Response (2016)

Sistem Informasi Quick Response (SiQupon) merupakan sistem informasi yang disampaikan oleh masyarakat apabila mengetahui terjadi adanya kecelakaan/ banjir/ kejadian lainnya yang menyebabkan adanya gangguan di Jalan. Informasi tersebut dari masyarakat disampaikan ke operator Si Qupon, di mana dari operator Si Qupon informasi tersebut dilanjutkan ke instansi terkait seperti ditunjukkan pada Gambar 3-6.

b) Sistem Monitoring Pengelolaan Parkir

Sistem monitoring pengelolaan parkir merupakan sistem monitoring pengelolaan parkir dengan menggunakan smart kamera berbasis image processing yang diaplikasikan untuk kendaraan roda empat atau lebih. Gambar 3-7 menunjukkan konsep dari sistem informasi quick response untuk monitoring pengelolaan parkir. Secara umum sistem monitoring dan pengelolaan parkir mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :

• Objek kendaraan parkir yang ditangkap smart kamera merupakan data yang akan dikirim ke server

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Halaman 34-71)

Dokumen terkait