• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

LKIP

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

2017

(2)

LKIP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

TAHUN ANGGARAN 2017

Penanggungjawab

Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun :

Adhi Dharma Permana

Hari Setiapraja

Fadilah Hasim

Cuk Supriyadi Ali Nandar

Mulyadi Sinung Harjono

Abdul Kadir

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Rahmat-Nya,

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi (TIRBR-BPPT) telah menyelesaikan penyusunan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Tingkat Kedeputian periode tahun kerja 2017. Laporan

Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu dari komponen Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang harus dilakukan dan diwajibkan kepada

seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat

(Kementerian dan Lembaga) atau Daerah.

Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat pemerintah

melalui Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan aturan tersebut dan merujuk kepada

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan

Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan ini disusunlah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) unit organisasi Kedeputian Teknologi

Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) untuk tahun kerja 2017.

Sasaran strategis BPPT menurut Renstra revisi 3 yaitu terwujudnya inovasi untuk

mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa serta

terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri

dan kemandirian bangsa. Pada Tahun 2017, Sasaran Program TIRBR yang

merupakan penjabaran detail dari Sasaran Strategis BPPT adalah Produk bidang

TIRBR yang mendukung Kemandirian Bangsa dengan indikator kinerja sebagai

berikut :

 1 Rekomendasi desain standar pabrik gula yang menjadi impact untuk BPPT.

 1 Rekomendasi desain standar kapal cepat rudal .

 1 Inovasi pilot project sistem transportasi perkotaan

(4)
(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, Undang-undang Nomor 28 Tahun

1999, dan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP), maka Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan

Rekayasa (TIRBR) sebagai salah satu bagian organisasi dari BPPT ikut berupaya

mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu bentuk upaya tersebut

adalah dengan membuat pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas

sesuai tupoksinya dengan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA)

Kedeputian TIRBR Tahun 2015 – 2019 revisi 3.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kedeputian TIRBR Tahun 2017 ini

berisi rencana, target capaian, dan realisasi capaian atas target kinerja Kedeputian

TIRBR tahun 2017 sesuai dengan Peraturan Menteri Penertiban Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) nomor 53 tahun 2014.

Pada Tahun 2017, TIRBR telah menghasilkan 1 rekomendasi yang dimanfaatkan

dalam bidang Permesinan, 1 rekomendasi yang di hasilkan dalam bidang Hankam, 1

inovasi dalam bidang Transportasi dan 4 layanan teknologi yang terdiri dari 2 layanan

bidang maritim, 1 bidang Transportasi dan 1 bidang Permesinan.

Pelaksanaan program dan pelayanan teknologi tersebut dilakukan secara sinergi

oleh Pusat-Pusat dan Unit Kerja di Kedeputian TIRBR dengan mengedepankan

pencapaian hasil seoptimal mungkin. Dalam hal anggaran, capaian akhir tahun 2017

menunjukkan bahwa realisasi anggaran adalah sebesar 96,97% yang mengalami

perbaikan dari realisasi Tahun 2016 yaitu sebesar 93.24%. Sedangkan untuk

capaian kinerja adalah 100% baik untuk 1 rekomendasi yang dimanfaatkan maupun

2 inovasi yang dihasilkan. Pada Tahun 2017 capaian layanan teknologi dalam bentuk

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Penjelasan Umum Organisasi ... 1

a. Gambaran Umum ... 1

b. Kedudukan, Tugas dan Fungsi ... 3

c. Struktur Organisasi ... 4

d. Profil SDM ... 7

1.2 Aspek strategis organisasi ... 9

1.3 Permasalahan utama (strategic issued) ... 10

1.4 Sistematika Penyajian ... 13

BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA ... 15

2.1 Rencana Strategis ... 15

a. Visi dan Misi ... 16

b. Tujuan ... 16

c. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program ... 17

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2017... 19

2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2017... 20

BAB 3. KUNTABILITAS KINERJA ... 23

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Inovasi Teknologi yang termanfaatkan di Bidang TIRBR ... 25

i. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED pabrik gula. ... 25

(7)

3.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Layanan Teknologi

Bidang TIRBR ... 50

iv. Penjelasan Capaian Kinerja Pelayanan Teknologi. ... 52

3.3 Pengukuran capaian Indeks Kepuasan Masyarakat ... 62

3.4 Realisasi Anggaran Tahun 2017 ... 65

3.5 Capaian kinerja lainnya ... 67

BAB 4. Penutup ... 72

4.1 Kesimpulan ... 72

4.2 Rekomendasi ... 73

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR. ... 7

Gambar 1-2 Presentase umur pegawai di TIRBR ... 9

Gambar 3-1 Desain komponen mekanik Intermediate Carrier Assembly ... 28

Gambar 3-2 Kegiatan DED standar Pabrik Gula ... 32

Gambar 3-3 Model KCR 60 meter ... 37

Gambar 3-4 Inovasi Teknologi Kapal Cepat Rudal (KCR) ... 38

Gambar 3-5 Kegiatan inovasi desain kapal cepat rudal 60 ... 39

Gambar 3-6 Konsep Sistem Informasi Quick Response ... 43

Gambar 3-7 Konsep Sistem Informasi Quick Response ... 44

Gambar 3-8 Kegiatan inovasi sistem transportasi perkotaan ... 47

Gambar 3-9 Layout pelabuhan Patimban dan Potongan melintang bagian A & B ... 53

Gambar 3-10 General arrangement kapal feeder 500 DWT ... 56

Gambar 3-11 Pengujian model pesawat R80 di low speed tunnel ... 58

Gambar 3-12 Layanan Jasa Teknologi Pengembangan Central Tire Inflation System (CTIS) ... 59

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2017. ... 8

Tabel 1-2 Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional pada masing-masing Unit Kerja ... 8

Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR ... 19

Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2017 ... 20

Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR ... 24

Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 ... 26

Tabel 3-3 Capaian kinerja desain standar KCR tahun 2015-2017 ... 31

Tabel 3-4 Perbandingan antara target DED FEED Pabrik Gula dengan realisasi kinerja IK 1 ... 34

Tabel 3-5 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 ... 36

Tabel 3-6 Capaian kinerja desain standar KCR tahun 2015-2017 ... 37

Tabel 3-7 Perbandingan antara target Desain KCR 60 dengan realisasi kinerja ... 41

Tabel 3-8 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 ... 42

Tabel 3-9 Capaian kinerja pilot project sistem transportasi perkotaan ... 46

Tabel 3-10 Perbandingan antara target inovasi teknologi sistem perkotaan dengan realisasi kinerja ... 50

Tabel 3-11 Capaian Kinerja Indikator Kinerja SP4 ... 51

Tabel 3-12 Layanan Teknologi Kepelabuhanan Tahun 2017 ... 52

Tabel 3-13 Capain Pelayanan Teknologi TIRBR untuk bidang Maritim, Transportasi dan Permesinan Tahun 2017 ... 60

Tabel 3-14 Realisasi Anggaran TIRBR Tahun 2017 ... 66

(10)

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum Organisasi

a.

Gambaran Umum

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN)

2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan

global menuju ekonomi berbasis Iptek. Dalam rangka meningkatkan

kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah

perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup

bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar,

energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan

sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat;

meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi

degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana

alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik

Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, maupun pembiayaan

Iptek.

Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan

sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang

perlu menjadi perhatian.Titik berat peningkatan daya saing perekonomian

perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi,

peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang

lebih efisien.Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh

kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente

(11)

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan

tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala.

Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global

(Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic

Forum pada tahun 2014-2015 dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010

menjadi peringkat 37 pada tahun 2015-2016.

Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar,

yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan

Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang,

Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran

Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.

Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan

langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2)

Kecanggihan Bisnis, dan (3) Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut

relatif rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi

Pasar Tenaga Kerja).

Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam

meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional

dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai

untuk meningkatkan daya saing bangsa.Oleh karena itu Indonesia sangat

memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan

berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa.

Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang

membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan

sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit

teknologi dan technology clearing house (TCH),Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung

pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan

kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran

(12)

berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: Kesiapapan

Teknologi, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)

merupakan unit organisasi eselon I kedeputian di BPPT yang berperan

sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house (TCH), pengkajian

teknologi, audit teknologi, dan solusi teknologi dalam meningkatkan

kemampuan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa untuk

mendukung pembangunan nasional sehingga mampu meningkatkan standard

kehidupan bangsa, kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia. Pada

Tahun 2017, kedeputian TIRBR memiliki target outcome untuk pengkajian dan

penerapan teknologi dalam bidang Transportasi yaitu inovasi dalam sistem

transportasi perkotaan ‘Intelligent Transportation Systems’ di Pekalongan serta inovasi teknologi dalam bidang Hankam yaitu design standard kapal

cepat rudal untuk keperluan pemenuhan pembuatan Kapal perang Tentara

Nasional Indonesia. Selanjutnya, rekomendasi dalam bidang Permesinan yaitu

DED pabrik gula yang telah di terapkan pada pembangunan industri gula

Glenmore merupakan impact BPPT pada Tahun 2017. Selain 2 inovasi dan 1

rekomendasi tersebut, kedeputian TIRBR juga melaksanakan layanan

teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

dalam bidang Hankam, Transportasi, Permesinan dan Maritim.

b.

Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan

TeknologiNomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kedeputian Industri Rancang Bangun dan Rekayasa:

1) Kedudukan

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa adalah

unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang teknologi industri

rancang bangun dan rekayasa, yang berada di bawah dan bertanggung jawab

(13)

2) Tugas BPPT

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa mempunyai

tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

teknologi industri rancang bangun dan rekayasa..

3) Fungsi TIRBR

Dalam melaksanakan tugasnya, TIRBR menyelenggarakan fungsi :

(1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;

(2) pelaksanaan kegiatan teknologi industri pertahanan dan keamanan,

teknologi industri permesinan, sistem dan prasarana transportasi serta

teknologi rekayasa industri maritim;

(3) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;

(4) pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; dan

(5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

c.

Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan

TeknologiNomor 009 Tahun 2015Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kepala BPPT mempunyai tugas :

1) Memimpin BPPT sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan

tugas BPPT;

3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPPT yang menjadi

tanggungjawabnya; dan

4) Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan

organisasi lain.

Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri

(14)

1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan

tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri

pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah:

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat

peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat

peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat

peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri

pertahanan dan keamanan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan

anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan

dan Keamanan.

2. PUSAT Teknologi INDUSTRI PERMESINAN (PTIP) dengan tugas

melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri permesinan

dan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat

peralatan konstruksi dan pertambangan;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

mesin dan alat peralatan kelistrikan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri

permesinan; dan;

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan

anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.

3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan

tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan

sarana transportasi dengan fungsinya adalah :

(15)

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

moda sarana transportasi darat.

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan

prasarana transportasi darat; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan

anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana

Transportasi.

4. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas

melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi

rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

rekayasa industri kapal niaga;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

bangunan lepas pantai;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi

infrastruktur galangan dan pelabuhan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri

maritim; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan

anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Rekayasa Industri

Maritim.

Di samping ke empat Pusat tersebut, Deputi Bidang TIRBR juga

mengkoordina-sikan6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari :

1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;

2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan

Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;

3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong;

4. Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH), di Surabaya;

5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai

(BTIPDP), di Jogyakarta; dan

6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi

(16)

Adapun Struktur Organisasi TIRBR sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT

Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi ditunjukkan dalam Gambar 1-1.

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.

d.

Profil SDM

Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31

Desember 2017 secara keseluruhan berjumlah 656 orang dengan komposisi

berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1-1. Untuk tingkat

Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendikikan, TIRBR mempunya

SDM dengan tingkat S0 berjumlah 91 orang, tingkat S1 sejumlah 291 orang,

(17)

No. UNIT KERJA S3 S2 S1 S0 JUMLAH

Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2017.

Dalam mengelola program/kegiatan, Kedeputian TIRBR membina Pejabat

Fungsional (Perekayasa, Peneliti, Teknisi Litkayasa, Analisis Kepegawaian,

Perencana dan fungsional lainnya). Distribusi SDM TIRBR berdasarkan

Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1-2. Jumlah fungsional umum

yang berada di Kedeputian TIRBR Tahun 2017 masih cukup tinggi yaitu 104

orang yang berarti pada kisaran 17%.

No Unit Kerja

(18)

Gambar 1-1 menunjukkan presentase usia pegawai di lingkungan TIRBR.

Presentase usia pegawai di TIRBR mempunyai prosentase merata untuk

usia kisaran 31-40, 41-50 dan 51-60 yaitu sekitar 30%.

Gambar 1-2 Presentase umur pegawai di TIRBR

1.2 Aspek strategis organisasi

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)

memiliki peran merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknologi industri

rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung program BPPT dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

TIRBR juga menjadi menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya

penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi BPPT ke

dunia industri ataupun kemasyarakat umum yang memiliki kepentingan

terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang

dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia. Kebutuhan akan

teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya

(19)

Untuk mendukung peran BPPT dalam merealisasikan berbagai programnya,

Kedeputian TIRBR mempunyai permasalahan utama (strategic issued) yang

di jabarkan sebagai berikut :

1.3 Permasalahan utama (strategic issued)

1. Bidang Teknologi Industri Hankam: Industri pertahanan dan produk

peralatan utama sistem persenjataaan (alutsista) merupakan nilai strategis

bagi Indonesia. Penguasaan teknologi pada industri pertahanan dan

kemandirian pengembangan produk alutsista menjadi kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh seluruh komponen institusi terkait di bidang

hankam, baik institusi riset, industri, pengguna maupun institusi pemangku

kebijakan.

Permasalahan keterbatasan kemampuan penguasaan teknologi,

keterbatasan sumberdaya fasilitas riset, kompetensi SDM serta finansial,

hal ini merupakan potensi bagi TIRBR BPPT dan institusi terkait untuk

bekerjasama berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional

tersebut. Melalui rencana strategis BPPT diturunkan program kegiatan

yang harus dilaksanakan unit kerja terkait BPPT termasuk salah satu unit di

TIRBR yaitu Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan (PTIPK)

untuk ikut berkontribusi dalam menunjang program nasional dalam

penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional. Sesuai

Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah

berkomitmen memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap

program prioritas industri pertahanan. Disisi lain pemerintah juga

menyediakan anggaran belanja pengadaan alat peralatan pertahanan dan

keamanan (alpahankankam), pemerintah menyediakan alokasi dana cukup

besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN) serta

alokasi PDN yang disediakan untuk mendorong percepatan penguasaan

teknologi dan pengembangan produk alutsista prioritas yang dalam kurun

waktu 5 tahun dapat diproduksi di dalam negeri sesuai opreq Kemenhan /

TNI- POLRI. Melalui Komite Kebijakan Industri Strategis (KKIP) pemerintah

(20)

1. Propelan 2. Rudal 3. Radar

4. Pesawat tempur 5. Roket

6. Medium tank 7. Kapal Selam

Tantangan yang dialami Sejalan dengan pelaksanaan program kegiatan

nasional pengembangan industri hankam dan produk alutsista nasional,

BPPT secara umum dan PTIPK secara khusus berkewajiban meningkatkan

kemampuan sumber daya fasilitas, riset dan SDM di bidang kompetensi

teknologi hankam disamping menyiapkan anggaran program kegiatan dan

melalui anggaran tahunan BPPT serta bekerjasama dengan institusi badan

litbang Kemhan, TNI, BUMN, Perusahaan swasta, lembaga negara dan

universitas. Melalui sinergi bersama ini diharapkan permasalahan utama

penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional dapat

diatasi.

2. Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan

peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia

pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin

tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional).

Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya

titik-titik kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada

gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat

penggunaan jalur rel untuk angkutan barang merupakan bukti belum

optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel

(21)

permasalahan utama dalam transportasi darat khususnya kereta api adalah

keselamatan. Hasil laporan Kementerian Perhubungan menunjukkan

bahwa hampir 66% kecelakaan kereta api disebabkan oleh peralatan

sarana maupun prasarana yang merupakan produk teknologi. Untuk itu

sesuai dengan tupoksi BPPT pada umumnya dan Kedeputian TIRBR pada

khususnya, pengkajian dan penerapan produk teknologi keselamatan

kereta apidilakukan guna mendapatkan layanan transportasi yang aman

dan nyaman.

3. Bidang Teknologi Industri Permesinan: Berdasarkan data dari

Kementrian Perdagangan neraca ekspor-impor barang modal

menunjukkan defisit yang cukup besar. Jumlah impor barang modal dan

kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar merupakan kesempatan

sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa

pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi impor perlu

didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur

peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri,

penyiapan industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa

purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam membiayai seluruh

aktifitas industri terkait.

Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik,

pompa, smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan

angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering

produk tersebut. Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan

produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan

kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program

di bidang teknologi permesinan ditujukan/difokuskan pada inovasi design

dan engineering, peningkatan kemampuan/penguasaan teknologi produksi

dan dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri

permesinan dalam negeri.

(22)

tingkatan global belum mampu bersaing karena tidak adanya standard

dalam pembuatan kapal baru, kandungan komponen impor yang mencapai

70% dan fasilitas peralatan galangan untuk perawatan kapal yang obsolete.

Biaya pembuatan kapal yang mahal di Indonesia membuat perusahaan

pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan kapal baru atau membeli

kapal bekas dari luar negeri. Kebijakan pemerintah telah diupayakan

melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan

pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya adalah PP 69 Th 2015,

yang diikuti dengan KepmenKEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya

mengatur perihal tax allowance untuk impor komponen bangunan kapal.

Namun semua kebijakan tersebut belum dapat berjalan secara optimal.

Selanjutnya, Bappenas merencanakan pembangunan sektor

kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan pembangunan

pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor

berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub.

Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan

hub minimal 12m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder

minimal 7m, Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan

feeder Tol Laut), Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan

program pengkajian teknologi maritimnya pada Inovasi dan layanan

Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri Perkapalan melalui

penyediaan desain standard kapal 100 TEU’s serta desain infrastruktur pelabuhan untuk Mendukung program Poros Maritim.

1.4 Sistematika Penyajian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian TIRBR

ini terdiri dari 4 bab yang terdiri dari :

Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, sumber

daya manusia, dan sistematika penyajian.

(23)

2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2017, Penetapan Kinerja

Tahun 2017.

Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

Terdiri atas : Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, Akuntabilitas Keuangan

dan Capaian Kinerja Lainnya.

Bab 4 Penutup

Bagian penutup dari LAKIP ini menjelaskan kesimpulan dari hasil pengukuran

kinerja kegiatan dan keuangan, evaluasi kerja, dan capaian sasaran strategis

dengan indikator kinerja utama. Di samping itu, berdasarkan hasil pengukuran

dan evaluasi kinerja TIRBR, disampaikan rekomendasi untuk meningkatkan

kinerja pada tahun-tahun yang akan datang dan perlunya dilakukan beberapa

(24)

BAB 2.

PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis

Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2015

BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen

perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian

Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan

Rencana Kinerja Tahunan (RKT), RencanaKerja BPPT (Renja), dan Rencana

Kerja dan Anggaran BPPT (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan

terhadap program dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan

targetnya.Terkait dengan perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini

menjadi acuan dalam membuat Perjanjian Kinerja (PK), dan kemudian

Perjanjian Kinerja ini yang akan dijadikan acuan dalam melakukan

pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja.

Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditindaklanjuti dengan perubahan

struktur organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan

PenerapanTeknologi,maka dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta

Sasaran Strategis BPPT, dilakukan perbaikan dan penyempurnaan(revisi)

Renstra BPPT 2015-2019,yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 012 Tahun 2016

ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1.

Sesuai perkembangan yang terjadi, dan setelah diadakan penajaman

terhadap Renstra BPPT Revisi 1, dipandang perlu mengadakan penggantian

(25)

menselaraskan Renstra kedeputiannya sesuai dengan revisi renstra yang

telah dilakukan oleh lembaga melalui penyelarasan renstra I dengan

keputusan Deputi TIRBR Nomor 04 Tahun 2016 dan Renstra revisi 2 melalui

keputusan Deputi Nomor 06 Tahun 2016 kemudian, adanya refocussing

program BPPT maka Renstra revisi ketiga telah diterbitkan melalui keputusan

Deputi TIRBR Nomor 04 Tahun 2017.

Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) TIRBR - BPPT tahun

2017 ini dokumen rencana strategis yang digunakan adalah dokumen

Rencana Strategis TIRBR Tahun 2015-1019 Revisi 3, yang ditetapkan

berdasarkan keputusan Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang

Bangun dan Rekayasa

a.

Visi dan Misi

Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan

yang akan dihadapi kedepan, sebagaimana dijelaskan dalam Dokumen

Rencana Strategis BPPT 2015-2019 revisi ke dua, BPPT telah

menetapkan visi dan misi yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan

dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Dalam hal

Visi, Kedeputian TIRBR mengacu tehadap Visi BPPT yaitu :

“Pusat UnggulanTeknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan LayananTeknologi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian

Bangsa”

Misi

TIRBR berupaya untuk mewujudkan visi BPPT dengan melaksanakan

Misi nomor 5 dari 6 Misi yang telah di tetapkan BPPT yaitu Melaksanakan

pengkajian & penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi & layanan

teknologi dibidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.

b.

Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi ke 5 BPPT

yaitu melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang

(26)

pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan

dilaksanakan, maka di tetapkan tujuan TIRBR tahun 2015-2019 sebagai

berikut:

Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung

peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Tujuan ini memiliki indikator yang terukur yang di jabarkan menjadi tiga

hal pokok yaitu:

a) jumlah Produk yg memiliki Daya Saing;

b) jumlah Produk yg mendukung Kemandirian;

c) Indeks Kepuasan Masyarakat.

c.

Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program

Sasaran Program TIRBR Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih

detail dari Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT dengan indikator dan

target yang terukur. Formulasi penjabaran Tujuan BPPT menjadi Sasaran

Program dan Indikator Kinerja Program di ringkas pada Tabel 2.1.

Penjabaran Target Kinerja kedeputian TIRBR 2015-2019 yang meliputi

inovasi yang dihasilkan, rekomendasi yang di manfaatkan, layanan

teknologi dan indek kepuasan masyarakat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sasaran Program 1.1 yaitu Terwujudnya inovasi di bidang TIRBR yang

memiliki daya saing di ukur dengan indikator kinerja Jumlah produk

bidang TIRBR yang memiliki daya saing sebanyak 2 produk yang

terdiri dari:

1.1 1 Inovasi Produk drone wulung yang tersertifikasi dan sudah

diproduksi oleh PT. DI yang di hasilkan Tahun 2016

1.2 1 Inovasi Produk Drone alap-alap yang di hasilkan pada Tahun

2019

2. Sasaran Program 1.2 yaitu Termanfaatkannya inovasi di bidang

TIRBR yang memiliki daya saing di ukur dengan indikator kinerja

(27)

3. Sasaran Program 2.1 yaitu Terwujudnya hasil inovasi di bidang TIRBR

untuk mendukung Kemandirian Bangsa yang di ukur dengan indikator

kinerja Jumlah produk bidang TIRBR yang mendukung Kemandirian

Bangsa sebanyak 5 Produk yaitu:

3.1 1 Rekomendasi teknis pembangunan Train V yang dihasilkan

Tahun 2015

3.2 1 Rekomendasi desain standar pabrik gula yang dihasilkan Tahun

2017

3.3 2 rekomendasi teknis yang terdiri dari 1 rekomendasi design

standar kapal cepat rudal dan 1 rekomendasi pilot project sistem

transportasi perkotaan yang dihasilkan pada tahun 2018

3.4 1 rekomendasi teknis desain standar kapal niaga yang di hasilkan

pada Tahun 2019

4. Sasaran Program 2.2 yaitu Termanfaatkannya hasil inovasi di bidang

TIRBR untuk mendukung Kemandirian Bangsa yang diukur dengan

indikator kinerja Jumlah inovasi yang mendukung kemandirian bangsa

bidang TIRBR dan sudah dimanfaatkan sebanyak 7 inovasi yaitu:

4.1 1 inovasi desain standar pabrik gula yang dihasilkan Tahun 2016

4.2 2 inovasi yang di hasilkan pada Tahun 2017, terdiri dari 1 inovasi

desain standar kapal cepat rudal dan 1 inovasi pilot project sistem

transportasi perkotaan

4.3 2 inovasi yang terdiri dari 1 inovasi desain standar kapal niaga dan

1 rekomendasi sistem transportasi missal berbasis rel yang

dihasilkan pada tahun 2018

4.4 2 inovasi yang di hasilkan pada Tahun 2019 untuk 1 desain

standar infrastruktur kepelabuhanan dan 1 desain standar

jembatan teknis desain standar kapal niaga yang di hasilkan pada

Tahun 2019

5. Sasaran Program 4 yaitu Meningkatnya kualitas layanan teknologi

bidang TIRBR yang di ukur dengan Indek Kepuasan Masyarakat yang

berdasarkan hasil survey terhadap pengguna empat bidang teknologi

(28)

No

Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2017

Merujuk kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

2014 dan tentang Petunjuk Teknis Perjanjian kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 tahun 2010 tentang

(29)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan teknologi desain standar pabrik gula

1 rekomen dasi

2 Jumlah rekomendasi desain

standar kapal cepat rudal 1

rekomen dasi

3

Jumlah pilot project teknologi transportasi

Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2017

2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2017

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan

kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan

bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber

daya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja

selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang

bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk mengkaitkan pengukuran

kinerja dengan strategi organisasi.

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa telah

menetapkan Perjanjian Kinerja tingkat Lembaga tahun 2017 sebagaimana

tercantum dalam Dokumen Perjanjian KinerjaTahun 2017 Revisi 2, sebagai

(30)
(31)
(32)

BAB 3.

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja dapat dilakukan melakui pengukuran terhadap kinerja

yang dihasilkan dan realisasi anggaran yang dipergunakan. Pengukuran

Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program

ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini

berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan

gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan TIRBR-BPPT dalam

pencapaian tujuan.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja

khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana

atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan

(Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum

Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).

Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT diturunkan menjadi Sasaran

Program TIRBR, Pada Tahun 2017 indikatornya adalah:

1. Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa

untuk mendukung peningkatan kemandirian bangsa dengan indikator

kinerja yaitu Jumlah inovasi di bidang TIRBR berupa rekomendasi di

bidang TIRBR yang di manfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula,

rekomendasi desain kapal cepat rudal dan inovasi sistem transportasi

perkotaan Intelligent Transportation Systems (ITS).

2. Terwujudnya layanan teknologi di bidang Industri Rancang Bangun dan

Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian

bangsa dengan indicator kinerja jumlah layanan teknologi di bidang Maritim,

Transportasi dan Permesinan.

Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis dan

(33)

Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR

Kedeputian : Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa

Tahun Anggaran : 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %

1 2 3 4 5 6

1

Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

1 Jumlah rekomendasi teknologi desain standar

pabrik gula 1

rekomendasi 1

100

2 Jumlah rekomendasi desain standar kapal cepat

rudal 1

rekomendasi 1 100

3 Jumlah pilot project teknologi transportasi

perkotaan berbasis ITS 1

inovasi 1 100

2 Meningkatnya kualitas layanan teknologi BPPT

3

Jumlah Layanan Teknologi :

 Layanan Teknologi Infrastruktur Maritim

 Layanan Teknologi Infrastruktur Transportasi

 Layanan teknologi Permesinan

(34)

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Inovasi Teknologi yang

termanfaatkan di Bidang TIRBR

Pengukuran Capaian Sasaran Program (SP) inovasi teknologi bidang TIRBR

yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa

untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 3

(tiga) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Rekomendasi di bidang TIRBR yang Dimanfaatkan dengan target

1 rekomendasi termanfaatkan DED pabrik gula.

2. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1

rekomendasi desain standar kapal cepat rudal.

3. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 inovasi

pilot project sistem transportasi perkotaan ITS.

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

i. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di

bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED pabrik gula.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2,

Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau

penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak

yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT.

Pada Tahun 2016, Rekomendasi TIRBR adalah DED FEED pabrik gula

yang telah di manfaatkan untuk pembangunan pabrik gula glenmore yang

pada athun 2016 telah menyelesaikan proses commissioning seluruh

sistemnya. Pada Tahun 2017, pembangunan pabrik gula Glenmore

dengan desain 2016 di sesuaikan dengan hasil commissioning dan

diselesaikan menjadi desain standard pabrik gula.Pemakaian desain BPPT

ini dapat meningkatkan kandungan komponen local sebesar 45%.

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi

(35)

Sasaran Program:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1 :

Jumlah rekomendasi termanfaatkan di bidang TIRBR yang dimanfaatkan.

Target :

1 (satu) Rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Standar DED pabrik gula

Program Capaian Kinerja

Outcome

Surat keterangan dari PTPN XII terkait termanfaatkannya desain BPPT yang dapat meningkatkan TKDN 45%

Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Desain Standar Pabrik Gula Pabrik Gula

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2017 dan hasil yang dicapai

Kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2017 ini adalah persiapan

dan identifikasi perhitungan Tingkat Kandungan Dalam Negeri terkait daftar

Komponen Mekanik, Elektrik, Instrumen & Pekerjaan Sipil per Station.

Pengelompokan vendor list, Pengelompokan komponen Impor dan Lokal

untuk mengindentifikasi kemampuan industri dalam negeri. Untuk

selanjutnya dilakukan Klarifikasi ke Industri Manufaktur dalam negeri terkait

serta mengeluarkan perhitungan nilai TKDN PT. IGG ketika menggunakan

(36)

(1) Identifikasi komponen dalam negeri

Kegiatan identifikasi dan pengklasifikasian industri pendukung pabrik

gula ini, dilakukan melalui serangkaian kegiatan ekplorasi, observasi

dan survey industri dengan tujuan untuk dapat memberikan

gambaran atau pemetaan kondisi industri manufaktur nasional

khususnya pada sektor industri manufaktur yang mendukung

pengembangan peralatan industri gula dalam negeri.

Berdasarkan cara kerja dan sistem peralatan pemesinan yang

terdapat di pabrik gula dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :

A. Peralatan Mekanik, yang terdiri dari :

Rotating equipment, peralatan yang cara kerjanya berputar

(Milling, Turbin, Rotary Equipment and Motors, Pump, Mesin

Centrifugal, Gear Box)

Static equipment, peralatan yang cara kerjanya bersifat statis

(Boiler, Cane Preparation, Pan, Evaporator, Filter, Clarifier, Tank,

Piping)

B. Peralatan Elektric, yang terdiri dari :

 Elektrik arus kuat (Generator, Travo, Switch Gear, Stabilisator,

Power Bank dll)

(37)

Gambar 3-1 Desain komponen mekanik Intermediate Carrier Assembly

(2) Industri dalam negeri terkait pabrik gula

Struktur industri manufaktur pendukung industri gula nasional dalam

negeri saat ini masih perlu diperkokoh mengingat masih terdapat

ketergantungan dalam hal bahan baku dan teknologi. Saat ini,

industri manufaktur dalam negeri masih mengandalkan pasokan

bahan baku dan teknologi dari luar negeri, khususnya untuk

produk-produk kelompok rotating equipment.

Berdasarkan pengalaman dan fasilitas industri, kemampuan industri

manufaktur peralatan permesinan dalam negeri masih berada di level

pembuatan peralatan statis, sedangkan untuk peralatan yang

(38)

stakeholder industri gula nasional (baik pemerintah, industri dan

semua pemangku kepentingan perkembanggan industri manufaktur

nasional) dengan memberikan kesempatan dan keberpihakan pada

produk-produk nasonal diharapkan dapat mendorong peningkatan

level TKDN dalam pembangunan Pabrik GUla (PG) nasional. Hal ini

berdasarkan pertimbangan bahwa potensi pembangunan PG

nasional kedepan sangat tinggi sehingga perlu didorong adanya

standarisasi desain yang berpihak pada produk-produk nasional.

(3) Perhitungan TKDN

TKDN didefinisikan sebagai suatu batasan atau nilai yang

mereprentasikan berapa tingkat kandungan lokal dalam negeri dalam

suatu produk barang/jasa (Permen Perindustrian, 2011). Manfaat

dari meningkatkan TKDN, antara lain:

 meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri – hal ini

berhubungan dengan kualitas produk atau komponen yang

dihasilkan selama proses produksi;

 meningkatnya penyerapan tenaga kerja – apabila kualitas

produk atau komponen yang dihasilkan meningkat, dampaknya

adalah meningkatnya penggunaan dari produk atau komponen

tersebut. Hal ini juga berarti adanya peningkatan produksi yang

pengaruhnya penyerapan tenaga kerja meningkat;

 penghematan devisa –penggunaan produk atau komponen yang

memperhatikan penggunaan komponen hasil produksi dalam

negeri berarti mengurangi biaya penyediaan komponen luar

negeri.

Kajian dan analisis perhitungan TKDN Pabrik Gula Glenmore ini

digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui peran serta dan

potensi peningkatan kemampuan industri nasional dalam

(39)

pabrik gula baru juga tidak sesignifikan pertumbuhan pembangkit

listrik. Dalam satu dekade ini hanya ada pembangunan beberapa

pabrik gula rafinasi dan satu pabrik gula kristal putih baru yaitu PG

Glenmore. Sebagai gambaran TKDN pembangunan pabrik gula

rafinasi yang telah dilaksanakan dan telah diaudit oleh lembaga yang

tersertifikasi resmi (surveyor indonesia dan sucofindo) rata-rata

hanya mampu disekitar 32,53%.

Dengan memanfaatkan desain FEED BPPT, TKDN pembangunan

pabrik gula Glenmore yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang

adalah minimal sebesar 40 % dan berdasarkan pengolahan data

komposisi biaya proyek berdasarkan weight factor (import porsion

local porsion) diperoleh perkiraan capaian TKDN nilai capai TKDN

diatas > 40 %.

Potensi TKDN tersebut masih dapat ditingkatkan lagi pada

pembangunan pabrik gula berikutnya dengan mengoptimalkan

pemanfaatan produk-produk dalam negeri. Misalnya pada stasiun

gilingan, nilai TKDN PG Glenmore hanya mencapai 0,335 %. Hal ini

dikarenakan mesin gilingan pabrik gula menggunakan produk asing

(Allied tek – Thailand). Padahal disisi lain kemampuan dan pengalaman industri dalam negeri telah mampu membuat produk

gilingan seperti PT Barata Indonesia, PT Boma Bhisma Indra dan

beberapa industri pendukung industri gula lainya yang mempunyai

kemampuan untuk mendukung pengerjaan gilingan pabrik gula (PT

Tjokro Bersaudara).

Contoh lain, peralatan boiler unit dan baggase conveyor system

(paket boiler – dari John Thomson - Afsel) yang sebenarnya mampu dikerjakan oleh industri dalam negeri. Industri manufaktur nasional

yang mempunyai pengalaman dan kemampuan pada pekerjaan

paket boiler ini seperti PT Weltes, PT Indomarine, PT Atmindo, PT

DEN dan lebih banyak lagi industri yang mempunyai kemampuan

untuk pekerjaan sistem konveyor.

(40)

meningkatan TKDN sebesar 11,270%. Sedangkan untuk pekerjaan

paket boiler yang meliputi sistem conveyor dan boiler unit

mempunyai peluang peningkatan nilai TKDN sebesar 11,537 %. Jadi

dari kedua paket pekerjaan tersebut (Stasiun Gilingan dan Boiler ),

nilai TKDN pembangunan pabrik gula dapat ditingkatkan menjadi

63,931 %.

a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan

beberapa tahun terakhir

Industri pabrik gula dapat di tingkatkan keberlanjutannya apabila di

dukung oleh industri komponen yang secara continue dapat

menjamin sistem peralatan pabrik gula beroperasi optimum. TIRBR

BPPT telah melakukan kajian terkait tingkat kandungan komponen

dalam negeri untuk industri pabrik gula berkapasitas 6000 TCD pada

Tahun 2015. Hasil dari kajian tersebut telah di peroleh mapping dari

kemampuan industri local untuk mendukung industry pabrik gula

nasional. Pada Tahun 2016, Hasil FEED Pabrik gula 6000 TCD telah

di manfaatkan pada pembangunan pabrik gula terpadu PG.

Glenmore milik PTPN XII. Dari pembangunan tersebut DED standar

BPPT dapat meningkatkan kandungan local berdasarkan hasil

evaluasi pembangunan pada Tahun 2016-2017. Ringkasan capaian

kinerja ditunjukkan pada Tabel 3-3.

Tabel 3-3 Capaian kinerja desain standar KCR tahun 2015-2017

(41)

Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada renstra TIRBR

2015-2019 target untuk standar DED pabrik gula adalah

rekomendasi yang di manfaatkan oleh industri pada tahun 2016 dan

dapat berguna untuk meningkatkan daya saing industry yang diukur

pada Tahun 2017. Dengan di manfaatkannya standar DED oleh

Pabrik gula Glenmore yang berhasil menaikkan TKDN sebesar 45%

berarti sesuai dengan target dan capaian seperti yang dinyatakan

dalam Renstra TIRBR revisi 3. Dimana pada Tahun 2017, standar

DED pabrik gula menjadi impact untuk BPPT. Adapun target dan

capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%. Peningkatan capaian

kinerja menuju target akhir sesuai dengan Renstra ditunjukkan pada

Gambar 3-1.

(42)

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Standar DED untuk pabrik gula belum dimiliki Indonesia sampai

dengan saat ini. Desain DED TIRBR BPPT yang telah dimanfaatkan

dan telah terbukti dengan suksesnya commissioning pabrik gula

glenmore merupakan dasar bahwa DED ini telah proven. Sehingga

sangat layak untuk di jadikan standar pembangunan 14 pabrik gula

berikutnya yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan peran dan daya saing industri komponen dalam

negeri.

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:

 Dukungan komitmen BPPT dalam pencanangan program dan

pembiayaan serta kompetensi SDM di lingkungan TIRBR.

 Sistem matrik kerja di lingkungan TIRBR yang melakukan

pekerjaan sesuai dengan Tupoksi unit kerja sehingga pekerjaan

lebih focus dan konsisten pada kompetensinya dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi capaian kegiatan sesuai

dengan sasaran program yang di tetapkan.

 Adanya kerjasama dan sinergi dengan industri mitra.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Untuk kegiatan ini alokasi SDM sebanyak 45 orang telah di

lakukan dengan berbagai kompetensi untuk di sinergikan dan di

fokuskan pada kegiatan ini. SDM ini di tunjang dengan SDF yang

tepat untuk kegiatan DED seperti Software Enginnering CATIA,

Smartplan 3D, ETAP, HTRI, PV Elite sehingga kombinasi SDM

(43)

utama dalam penunjang keberhasilan program ini. Dengan

adanya akses langsung terhadap data lapangan maka

pembangunan pabrik gula Glenmore menjadi sekolah untuk para

engineer BPPT untuk mengevaluasi langsung proses

pembangunan pabrik gula. Sehingga DED yang dihasilkan dapat

di review dan di perbaiki langsung dengan hasil temuan di

lapangan. Selain hal tersebut, kebijakan internal sistem matrik

kinerja antar unit internal di BPPT yaitu PTIP, B2TMP, BTMEPPO

dan PTSEIK juga merupakan penunjang keberhasilan program ini

karena fokus pada target, kompetensi dan efisiensi waktu

pengerjaan dapat di hasilkan dengan sistem matrik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja

TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Rekomendasi DED standar pabrik

gula yang di manfaatkan, dengan target 1 (satu) Rekomendasi adalah

Tabel 3-4 Perbandingan antara target DED FEED Pabrik Gula dengan

(44)

ii. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 Yaitu Inovasi Desain Kapal

Cepat Rudal.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019 revisi 3,

Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan

perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses

produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun

untuk inovasi bidang Hankam yang dihasilkan adalah desain standar kapal

cepat rudal. Kegiatan Inovasi Teknologi Desain Kapal Cepat Rudal (KCR)

60 m pada tahun 2017 adalah Kegiatan membuat dokumen rekomendasi

desain untuk standarisasi kapal cepat rudal 60 m, dan diharapkan hasil

dokumen dimaksud dapat dimanfaatkan oleh KKIP dan TNI AL sebagai

pengguna utama untuk dijadikan sebagai standar desain dalam

pembangunan kapal cepat rudal (KCR) 60 m. Secara ringkas, capaian

kinerjaindikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan

target 1 Inovasidapat dilihat pada tabel 3.2.

Sasaran Program:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan

kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 2 :

Rekomendasi desain standar kapal cepat rudal

Target :

1 (satu) rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Rekomendasi Inovasi teknologi desain standar kapal cepat rudal.

Program Capaian Kinerja

Outcome

Bukti

Pendukung

(45)

Tabel 3-5 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja:

b. Inovasi Teknologi Desain Standar Kapal Cepat Rudal

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2017 dan hasil yang dicapai

Pada Tahun 2017 Inovasi teknologi desain standar kapal cepat

rudal 60 m menitikberatkan pada pembuatan dokumen desain

untuk standarisasi kapal cepat rudal 60 m meliputi: pembuatan

desain platform dan melaksanakan difusi desain kepada TNI AL.

Selain hal tersebut, pada Tahun 2017 juga telah dilaksanakan

pengujian Model Kapal KCR 60 Meter di Balai Teknologi

Hidrodinamika (BTH). Tujuan dari pengujian model kapal ini

adalah untuk mengetahui kinerja powering Kapal KCR 60 Meter.

Dengan melihat tujuan serta kemampuan fasilitas yang ada

didalam hal ini adalah kecepatan carriage dari towing tank, maka

ditetapkan besarnya skala model Kapal KCR 60 Meter dengan

skala 15.03. Setelah didapatkan angka skala ini, faktor lain yang

harus dipertimbangkan adalah berat maksimum model dan

peralatan dalam model untuk tujuan pengujian. Berdasarkan skala

ini, model Kapal KCR 60 Meter dirancang dan dibangun dengan

(46)

Gambar 3-3 Model KCR 60 meter

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu

dan tahun sebelumnya

Gambar 3-3 menunjukkan proses inovasi teknologi untuk kegiatan

kerekayasaan kapal cepat rudal. Pada Tahun 2016 kegiatan Kapal

Cepat Rudal menghasilkan output terkait Standar desain Kapal

Cepat Rudal 60 yang terapprove class dengan kegiatan utamanya

adalah Review hull performance hasil modifikasi, Melakukan

optimasi desain (Berbasis L/R Class Rule), melakukan approval

design KCR 60 ke LR class, melakukan Review kondisi suhu

kamar mesin dan ruangan-ruangan (existing) saat operasional,

Review hasil uji model hidrodinamika KCR 60, Membuat desain

pengembangan model, pembuatan model dan pengujian propeller

dalam rangka engine matching. Kegiatan ini berdasarkan hasil

kajian terkait kebutuhan teknis kapal cepat rudal yang dilakukan

dan review desain KCR pada Tahun 2015. Sedangkan pada

Tahun 2017, output pada Tahun 2016 ditingkatkan menjadi

outcome, Desain Standar Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 tersebut

direkomendasikan sebagai acuan dalam standarisasi

pembangunan desain Kapal Cepat Rudal 60 TNI AL.

Perbandingan ringkas capaian kinerja untuk kegiatan desain KCR

dari Tahun 2015 sampai Tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 3-6.

Capaian Kinerja

(47)

Gambar 3-4 Inovasi Teknologi Kapal Cepat Rudal (KCR)

b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan

target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen

perencanaan strategis

Dari hasil capaian kegiatan pada tahun 2017 outcome yang

ditargetkan adalah rekomendasi Desain Standar Kapal Cepat

Rudal 60 m. Target akhir kegiatan tersebut sesuai dengan

dokumen rencana strategis BPPT 2015-2019 berupa Standar

Desain Kapal Cepat Rudal 60 m pada kegiatan inovasi teknologi

desain standar kapal cepat rudal yang direkomendasikan sebagai

acuan dalam standarisasi pembangunan desain Kapal Cepat

(48)

Gambar 3-5 Kegiatan inovasi desain kapal cepat rudal 60

b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Standar desain kapal cepat rudal 60 belum ada sampai dengan

Tahun 2017, sehingga desain standar yang dihasilkan BPPT akan

menjadi standar desain nasional pertama yang diharapkan dapat

membantu dalam peningkatan daya saing industry melalui

peningkatan tingkat kandungan dalam negeri dalam

pembangunan kapal cepat rudal 60.

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:

 Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program dan pembiayaan khususnya dalam melaksanakan kegiatan

serta fokus pada proses pencapaian target akhir.

(49)

 Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi teknis, pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa lebih

efektif dlm pencapaian target.

 Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra, berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

 Membentuk satuan STKK yang khusus menangani kegiatan inovasi desain kapal cepat rudal 60.

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

 BPPT memiliki sarana laboratorium uji hidrodinamika dan uji aerodinamika yang digunakan untuk melakukan Uji Model.  Dukungan Kementerian Pertahanan dan Komite Kebijakan

Industri Pertahanan (KKIP) serta TNI AL dalam kebijakan

mendorong kemandirian penyediaan alat peralatan

pertahanan nasional matra laut dengan salah satunya

merancang kapal permukaan (kapal cepat rudal 60 m).

 BPPT memiliki kompetensi SDM dalam bidang teknologi rancang bangun Kapal Permukaan (Kapal Cepat Rudal 60

m).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja

TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Inovasi yang Dihasilkan, dengan target

1 Inovasi adalah sebagai berikut :

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

(50)

Tabel 3-7 Perbandingan antara target Desain KCR 60 dengan realisasi

kinerja

iii. Pengukuran capaian Indikator kinerja 3 yaitu 1 (satu) inovasi pilot

project sistem transportasi ITS.

Pada Tahun 2017 Inovasi teknologi untuk peningkatan kemandirian

bangsa sesuai dengan Renstra revisi ketiga TIRBR dalam bidang

transportasi adalah pilot project sistem transportasi perkotaan Intelligent

Transportation System (ITS) yang di manfaatkan di kota Pekalongan.

Sistem konektivitas pulau Jawa yang mengembangkan sistem jaringan

transportasi darat kota yang mempertimbangkan perkembangan sistem

transportasi lokal, regional dan nasional dan juga mengembangkan jalan

lingkar utara untuk menghubungkan dan mengintegrasikan kota

Pekalongan dengan daerah sekitarnya merupakan salah satu tujuan pada

kegiatan ini.

Perbaikan sistem transportasi di Pekalongan adalah untuk mengatasi

permasalahan seperti beban kemacetan di jalan Pantura yang melewati

tengah kota semakin tinggi, karena semua jenis kendaraan termasuk truk

(51)

juga adanya 10 perlintasan sebidang dengan jalur ganda rel menambah

lama waktu penutupan perlintasan sebidang, yang berdampak pada

kemacetan, kemacetan pada persimpangan sebidang, penggunaan

angkutan umum yang masih rendah, kurangnya jalur bagi pejalan kaki dan

tidak tertibnya parkir di ruang milik jalan adalah merupakan permasalahan

inti sistem perkotaan Pekalongan.

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 3 yaitu jumlah inovasi

yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi pilot project ITS dapat dilihat pada

Tabel 3.8.

Sasaran Program 1:

Terwujudnya inovasi di bidang Industry Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 3 :

Jumlah Inovasi teknologi

Target :

1 (satu) inovasi Pilot project

Penjelasan Target Indikator Kinerja 3 :

Inovasi pilot project sistem perkotaan ITS

Program Capaian Kinerja

Outcome

Bukti Pendukung

PPT Bidang

Teknologi Transportasi

Pilot Project sistem

transportasi Intelligent

Tabel 3-8 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

c. Pilot Project Sistem Perkotaan ITS

(52)

teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah merambah

kesemua sektor kehidupan dalam masyarakat modern dewasa ini.

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang banyak

menggunakan peralatan berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk mengurangi persoalan-persoalan dalam

sektor transportasi seperti halnya sistem informasi perjalanan,

sistem informasi perparkiran, sistem informasi angkutan umum

dan sebagainya.

Kajian sistem transportasi dan pengembangan perangkat keras/

lunak merupakan bagian dalam kegiatan teknologi transportasi di

perkotaan tahun 2017, diharapkan dengan dilakukan sub

kegiatan-sub kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat buat

kota Pekalongan khususnya dalam melakukan penataan sistem

transportasinya serta memberikan kemudahan kepada

masyarakat untuk mendapatkan akses informasi atau pelaporan

kepada instansi terkait berkaitan dengan transportasi.

a) SiQupon (Sistem Informasi Quick Response (2016)

Sistem Informasi Quick Response (SiQupon) merupakan sistem

informasi yang disampaikan oleh masyarakat apabila mengetahui

terjadi adanya kecelakaan/ banjir/ kejadian lainnya yang

menyebabkan adanya gangguan di Jalan. Informasi tersebut dari

masyarakat disampaikan ke operator Si Qupon, di mana dari

operator Si Qupon informasi tersebut dilanjutkan ke instansi terkait

Gambar

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.
Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2017.
Gambar 1-2 Presentase umur pegawai di TIRBR
Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Statistik hasil analisis kualitas aspek konstruksi butir soal ujian akhir semester ganjil kelas XI buatan tim guru mata pelajaran biologi Kabupaten Takalar

Aset alam dilihat dari 1)keasrian dan keunikan, keasrian di Gua Pindul ini memang dijaga oleh masyarakat sekitar, akan tetapi dengan dijadikannya Gua Pindul sebagai

Untuk memperoleh peningkatan daya ledak otot tungkai dapat digunakan pelatihan plyometric depth jump 10 repetisi 3 set bagi para pelatih bolabasket untuk

Seiring dengan perkembangan pada dunia radio streaming tersebut, maka marak juga fenomena trend foto narsis dikalangan penyiar radio streaming, yang mengupdate

 – To avoid finding patterns in noise  – To compare clustering algorithms  – To compare two sets of clusters  – To compare two clusters.. Determining the clustering tendency of

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2014) di wilayah kerja Puskesmas Padongka Kabupaten Barru menunjukkan bahwa terdapat

Pada kegiatan ini, peneliti menjelaskan maksud tujuan dari kegiatan tersebut, kemudian dengan sedikit bimbingan cara penggunaan alat peraga, peneliti memberikan tugas

lähetyksistä käyn läpi vain Suomen maajoukkueen pelejä. Näin ollen ne puhuttelun tavat, joita on tehty muiden pelien yhteydessä rajautuvat pois. Suomen maajoukkue on