• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

3) Kepuasan pengguna pelelangan

6.2.6 Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke

Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke yang dipakai adalah pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep

value for money. Menurut Mahmudi (2010), pengukuran kinerja value for money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program dan organisasi. Namun, pengukuran efektivitas sangat sulit ditentukan karena untuk mengukur efektivitas harus diketahui terlebih dahulu outcome. Menurut Mahmudi (2010), pengukuran outcome tidak dapat dilakukan sebelum hasil yang diharapkan dari suatu program atau aktivitas ditetapkan, karena pengukuran outcome berupa pembandingan hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk dapat mengukur outcome dengan baik biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga dalam pengukuran kinerja pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke tidak memperhitungkan outcome. Sebelum menentukan ekonomi dan efisiensi maka harus terlebih dahulu dilakukan perhitungan dari masing-masing indikator kinerja. Berikut merupakan hasil perhitungan kinerja pada Tabel 23 indikator kinerja tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke.

Tabel 23 Kertas kerja kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke

Indikator Kinerja Satuan

Target Kinerja (rencana)

Capaian kinerja

(realisasi) Bobot

Nilai Kinerja

(%) Nilai akhir Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

Input

Tidak ekonomis

SDM Orang 17 19 0,31 112 35

Fasilitas TPI Unit trays 579 1200 0.18 207 37

Unit Troli 96 50 0,1 52 5

Unit timbangan 3 25 0,1 833 83

Lantai lelang M² 535 540 0,07 101 7

Volume Produksi Ton 8.824 10.432 0,24 118 28

Rerata: 33 Output Cukup efisien Pendapatan nelayan Rp 31.875.774.807 42.506.789.452 0,64 133 85 Pemasukan Daerah Rp 985.848.705 13.146.429 0,11 133 15 Kepuasan pengguna

pelelangan Jumlah kepuasan 0,25

*kepuasan agen 680 420 62 15

*kepuasan pedagang 680 468 69 17

Jumlah: 2 Rerata: 33

Indikator kinerja tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis yaitu perbandingan antara capaian (realisasi) dengan target kinerja (rencana). Rencana merupakan standar yang seharusnya dimiliki oleh sebuah lembaga atau pada awal pembangunan lembaga tersebut sudah memilikinya, sedangkan realisasi merupakan hasil yang telah tercapai oleh lembaga tersebut pada saat ini baik dari segi input dan output. Berdasarkan hasil perhitungan kinerja pada Tabel 22 diketahui sebagai berikut:

1) Input

Rataan input sebesar 33% menunjukkan bahwa kinerja yang dimiliki TPI dari segi input pada tahun 2010 belum optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa indikator kinerja yang melebihi target dan terdapat juga beberapa indikator kinerja yang kurang dari target (standar indikator). Nilai kinerja yang lebih dari 100% mengindikasikan bahwa fasilitas TPI serta SDM yang ada saat ini melebihi dari standar indikator yang telah ditetapkan. Sumberdaya manusia yang melebihi target tersebut akan membuat pemborosan dalam hal pengeluaran gaji karyawan serta menyebabkan banyak karyawan yang tidak efektif dalam melakukan tugasnya. Jumlah pekerjaan yang seharusnya dikerjakan tidak sesuai dengan jumlah karyawan yang ada, sedangkan fasilitas TPI yang melebihi target akan membuat banyak fasilitas yang tidak digunakan dan akhirnya cepat rusak.

Fasilitas TPI yang memiliki jumlah nilai yang melebihi target yaitu trays dengan nilai kinerja sebesar 207% dan timbangan gantung yang memiliki nilai kinerja sebesar 833%. Nilai kinerja dibawah 100% mengindikasikan bahwa input yang ada saat ini lebih kecil dari standar indikator yang telah ditetapkan. Beberapa diantaranya yang memiliki nilai kinerja dibawah dari target yaitu troli. Troli memiliki nilai kinerja sebesar 52%. Hal ini menyebabkan TPI kekurangan troli jika produksi hasil tangkapan yang dibongkar di dermaga dalam jumlah banyak, sehingga penangannya akan lebih lambat dan hasil tangkapannya akan menurun kualitasnya.

Input berupa lantai lelang dan volume produksi memiliki nilai kinerja diatas 100%. Hal ini dikarenakan capaian pada tahun 2010 melebihi target yang ada. Lantai lelang yang memiliki luas melebihi target, menunjukkan

bahwa kapasitas lantai lelang TPI PPI Muara Angke masih dapat menampung jumlah produksi ikan yang ada, sehingga jumlah volume produksi pada tahun 2010 ini masih dapat ditampung di lantai lelang tersebut. Volume produksi yang melebihi target menunjukkan bahwa volume produksi pada tahun 2010 memiliki jumlah yang tinggi dibandingkan target. Jumlahnya meningkat secara signifikan hampir di setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume produksi atau bahan baku yang terdapat di PPI Muara Angke masih tinggi jumlahnya untuk dilelang serta dapat meningkatkan proses jual beli di TPI. Peningkatan proses jual beli ini akan menguntungkan banyak pihak terutama nelayan dan pedagang yang secara langsung mengikuti proses pelelangan.

2) Output

Nilai rataan indikator kinerja output sebesar 33%. Nilai ini menunjukkan bahwa beberapa indikator output seperti pendapatan nelayan dan pendapatan Pemerintah Daerah lebih tinggi dibandingkan target. Pendapatan nelayan dan pendapatan Pemerintah Daerah mengalami peningkatan pada tahun 2010 dibandingkan dengan sembilan tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan dari proses pelelangan cukup optimal. Nilai kinerja untuk pendapatan nelayan dan pemasukan daerah yaitu sebesar 133%. Nilai kinerja ini di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pelelangan yang terjadi memberikan peningkatan pendapatan nelayan dan Pemerintah Daerah setiap tahunnya.

Indikator kinerja output yang lain adalah kepuasan pengguna pelelangan. Kepuasan pengguna pelelangan memiliki nilai kinerja yang kecil yaitu berkisar di bawah 100%. Kepuasan agen memiliki nilai kinerja sebesar 62% dan kepuasan pedagang memiliki nilai kinerja sebesar 69%. Nilai kinerja yang di bawah 100% ini disebabkan karena banyak nelayan dan pedagang yang kurang puas akan kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Nelayan dan pedagang menganggap bahwa hampir semua fasilitas, kegiatan pelelangan, pelayanan koperasi dan TPI sangat penting. Namun kenyatannya pelayanan dan juga fasilitas yang ada di tempat pelelangan ikan (TPI) tidak mendukung kegiatan pelelangan. Walaupun demikian, nelayan dan pedagang

masih merasa ketidakpuasan ini dapat diatasi dengan masih lancarnya proses pelelangan sehingga nelayan dan pedagang masih memperoleh pendapatan setelah melakukan kegiatan pelelangan ikan di TPI PPI Muara Angke.

Setelah melakukan pengukuran terhadap rataan masing-masing indikator kinerja yaitu input dan output kemudian tahap berikutnya dapat dilakukan pengukuran kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan rumus matematis yang telah ada. Sebagaimana dijelaskan pada metodologi bahwa ekonomi merupakan perbandingan antara capaian (realisasi) dengan target kinerja (rencana). Efisiensi adalah perbandingan antara output dengan input. Setelah melalui tahap perhitungan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa:

1) Ekonomis

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) tidak ekonomis. Hal ini terlihat pada nilai kinerjanya sebesar 33%. Nilai ini di bawah 65%. Nilai kinerja tersebut mengindikasikan bahwa capaian atau realisasi dari suatu input TPI tidak ekonomis dibandingkan rencana awalnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja TPI pada tahun 2010 terjadi pemborosan terutama dalam hal pengadaan fasilitas yang ada di TPI. Beberapa fasilitas yang terdapat di TPI banyak yang berada di atas target (standar indikator) sehingga pengelola pelabuhan dalam menyediakan fasilitas memerlukan biaya yang besar.

Secara keseluruhan kinerja pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke tidak ekonomis, namun tidak semuanya dari sub parameter input bernilai tidak ekonomis. Hal ini terlihat dari beberapa input yang berada di bawah target. Input yang berada di bawah target tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pemborosan biaya yang dikeluarkan untuk operasional tempat pelelangan ikan seperti troli. Troli memiliki nilai capaian di bawah target. Hal ini menunjukkan pengelola TPI tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk pengadaan troli di tempat pelelangan ikan tersebut. Pihak pengelola mengatakan bahwa jumlah troli yang ada saat ini sudah mencukupi kebutuhan pengangkutan ikan. Selain itu, terdapat pula tambahan troli yang disewakan oleh pihak swasta.

Ketidakekonomisan input terdapat hampir di semua indikator kinerja input. Beberapa diantaranya adalah pengadaan fasilitas yang melebihi target. Pengadaan trays yang lebih tinggi dibandingkan target yang ada membuat pemborosan terjadi terutama dalam hal pengeluaran biaya, karena belum tentu trays tersebut dipakai semua ketika pelelangan dilakukan. Selain itu pemborosan juga terdapat pada sumberdaya manusia yang bekerja dan mengelola TPI. Sumberdaya manusia yang terlalu banyak akan mengakibatkan banyak pekerja yang menganggur dan tidak mengerjakan tugasnya sesuai dengan yang telah ditentukan. Pemborosan biaya tersebut lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas serta sumberdaya. Hal ini dikarenakan dua aspek tersebut berhubungan secara langsung dengan kebutuhan pengeluaran biaya yang konstan setiap tahun.

2) Efisiensi

Pengukuran yang kedua adalah terhadap efisiensi dari suatu tempat pelelangan ikan (TPI). Menurut Dyah (2005), efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan (output) dengan mengorbankan tenaga atau biaya (input) yang minimum atau dengan kata lain, suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan (input) yang terendah. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa kinerja TPI PPI Muara Angke cukup efisien. Hal ini terlihat dari nilai kinerjanya sebesar 100%. Angka ini menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan aktivitas TPI secara keseluruhan dilihat dari output yang dihasilkan dan input yang ada di TPI tersebut kinerjanya cukup optimal. Hal ini dikarenakan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah melebihi target yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu pendapatan nelayan dan pemasukan daerah terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa hasil keluaran dari proses pelelangan cukup optimal untuk para nelayan dan pemerintah daerah, karena nelayan dan Pemerintah Daerah memiliki pendapatan yang cukup besar dan meningkat hampir di setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah ini disebabkan karena jumlah volume produksi yang meningkat hampir di setiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan karena jumlah kapal yang

mendarat dan membongkar hasil tangkapan di TPI PPI Muara Angke juga meningkat. Menurut pengelola TPI, hal ini disebabkan karena pihak pengelola TPI PPI Muara Angke selalu meningkatkan kualitas pelayanannya, sehingga banyak kapal yang tertarik untuk membongkar hasil tangkapannya disini. Output yang ada memiliki nilai rata-rata yang sama dengan nilai rata-rata input. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan sebanding dengan input yang ada.

Kepuasan pengguna pelelangan memiliki nilai kinerja di bawah 100%. Hal ini menunjukan ketidakefisienan dari hasil keluaran proses pelelangan. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat banyak pengguna pelelangan yang merasa tidak puas dengan fasilitas, aktivitas dan pelayanan yang diberikan pihak TPI PPI Muara Angke walaupun terjadi peningkatan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah per tahunnya. Hasil yang didapatkan pada output seharusnya memberikan hasil yang diharapkan oleh tujuan awal pembentukan TPI tersebut tetapi nyatanya pengelola TPI tidak memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan oleh semua pihak yang berada di tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke.