• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

E. Pengukuran Mekanisme Pertahanan Diri

Mekanisme pertahanan diri merupakan suatu proses yang terjadi tanpa disadari ketika individu mengalami kecemasan (anxiety) (Halonen dan Santrock, 1996; Carducci, 1998). Pengukuran yang dibutuhkan untuk mengungkap mekanisme pertahanan diri ini pun selayaknya menggunakan alat-alat ukur yang dapat memunculkan pengalaman-pengalaman yang tidak disadari tersebut. Wawancara, TAT (Thematic Apperception Test), dan tes Grafis adalah tiga alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini guna mencoba mengungkap mekanisme pertahanan diri yang muncul dalam keintiman dengan lawan jenis.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang bersifat subjektif yang dipahami responden berkenaan dengan tema yang diteliti (Poerwandari, 1998). Menurut Hadi (2004) interview merupakan alat

24

yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Interview juga mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu serta rahasia seseorang. Selain itu interview juga dapat digunakan untuk menangkap aksi-reaksi orang dalam bentuk ekspresi dalam pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya-jawab sedang berlangsung.

Penelitian ini akan menggunakan panduan pertanyaan pada saat interview berlangsung. Panduan pertanyaan (interview guide) dianggap penting oleh peneliti karena keberadaannya akan memberikan bimbingan secara memokok apa-apa yang akan ditanyakan, menghindarkan kemungkinan untuk lupa atas beberapa persoalan yang relevan terhadap pokok-pokok penelitian, dan meningkatkan interview sebagai suatu metode yang hasilnya memenuhi prinsip komparabilitas (Hadi, 2004).

Panduan pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara mencakup beberapa topik:

a. Latar belakang subjek, termasuk sejarah perpisahan orangtua subyek, hubungan subjek dengan kedua orangtuanya sekarang, pandangan subyek terhadap figur orangtua, dan pandangan subyek terhadap figur pria dan wanita.

b. Hubungan subyek dengan pria, terutama dengan pasangannya saat ini. c. Harapan-harapan subyek dalam membina hubungan dengan pria.

d. Masalah-masalah yang timbul dalam hubungan subyek dengan pasangannya, dan bagaimana subyek menanggapi masalah-masalah tersebut.

2. T.A.T. (Thematic Apperception Test)

T.A.T. (Thematic Apperception Test) pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan Christina Morgan di Klinik Psikologi Harvard (Harvard Psychological Clinic), dan kemudian menjadi tes proyektif yang paling luas digunakan (Aronow, Weiss, Reznikoff, 2001; Pervin dan John, 1997). Asumsi dasar dari semua metode-metode proyektif adalah bahwa stimulus dari lingkungan dipersepsi dan diorganisasikan oleh kebutuhan khusus, motif-motif khusus, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan struktur kognitif, dan bahwa sebagian besar proses ini terjadi secara otomatis dan di luar kesadaran (Frank dalam Teglasi, 2001).

T.A.T. terdiri dari kartu-kartu dengan gambar yang hampir seluruhnya melukiskan satu atau dua orang dalam situasi kehidupan yang penting, beberapa kartu lainnya memiliki gambar yang lebih abstrak (Pervin dan John, 1997). Kartu-kartu tersebut kemudian diperlihatkan pada subyek, dan mendorongnya untuk bercerita berdasarkan gambar pada kartu, termasuk apa yang terjadi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan dari subyek, apa yang terjadi sebelumnya, dan akhir dari cerita tersebut yang diungkapkan ketika itu juga (Murray, 1971; Pervin dan John, 1997).

Alasan prosedur tes T.A.T. dilakukan dengan cara demikian adalah adanya fakta bahwa cara tersebut dapat mengungkap komponen signifikan dari

26

kepribadian yang bergantung pada dua tendensi psikologis umum, yaitu adanya tendensi bahwa orang akan menginterpretasi sebuah situasi ambigu dengan konformitas dari pengalaman masa lalu mereka dan keinginan-keinginan saat ini, dan tendensi dari mereka yang membuat cerita akan berbuat demikian pula dengan menggambarkan pengalaman-pengalaman mereka dan mengekspresikan sentimen-sentimen dan kebutuhan-kebutuhan mereka, baik secara sadar maupun tidak sadar (Murray, 1971).

a. Alasan Penggunaan T.A.T.

Penelitian ini menggunakan T.A.T. sebagai salah satu alat dalam pengumpulan data berdasar pada beberapa alasan. Menurut Murray (1971) T.A.T. adalah sebuah metode untuk mengungkap beberapa dorongan-dorongan, emosi-emosi, sentimen-sentimen, kompleks-kompleks dan konflik-konflik dominan dari kepribadian. Nilai kekuatan T.A.T. adalah untuk membuka tendensi-tendensi terhambat, dimana subyek, atau pasien, tidak berkeinginan untuk mengakui, atau tidak dapat mengakui karena ia tidak menyadarinya. T.A.T. memiliki asumsi bahwa subyek tidak menyadari mereka membicarakan diri mereka sendiri dan karenanya mencakup pertahanan mereka (Pervin dan John, 1997).

T.A.T. memahami kepribadian individu secara dinamis, yaitu bahwa didalam T.A.T. kepribadian dipahami saat berfungsi dalam situasi sosial. Menurut Murray, setiap kartu T.A.T. dapat dianggap sebagai simulasi situasi sosial, sehingga perilaku apapun yang muncul akan mencerminkan kepribadian individu (Prihanto, 1993). Respon-respon dalam T.A.T. kaya akan makna, dan

mengungkap pandangan subyek akan hubungan-hubungannya dengan figur-figur otoritas, subordinat, dan pertemanan sejenis atau lawan jenis. Selain itu T.A.T. juga sangat efektif untuk menginformasikan bagaimana subyek memandang dirinya dan dunia dengan caranya yang unik (Aronow, Weiss, Reznikoff 2001).

b. Pemilihan kartu T.A.T.

T.A.T. terdiri 30 kartu bergambar dan 1 kartu kosong (Teglasi, 2001). Setiap kartu memiliki angka sebagai urutan kartu, dan huruf (B, G, M, dan F) yang digunakan untuk menunjukan tingkat usia dan jenis kelamin subyek kartu tersebut diperuntukan. B untuk anak laki-laki, G untuk anak perempuan, M untuk laki-laki diatas 14 tahun, F untuk wanita diatas 14 tahun. Angka-angka yang tidak diikuti dengan huruf (B,G,M, atau F) menandakan kartu tersebut sesuai untuk kedua jenis kelamin dan semua usia (No. 1,2,4,5,10,11,14,15,16,19,20). BM berarti gambar tersebut sesuai untuk anak laki-laki dan laki-laki dewasa; GF berarti gambar tersebut sesuai untuk anak perempuan dan wanita dewasa. B hanya untuk anak laki-laki, G hanya untuk anak perempuan; BG untuk anak laki dan anak perempuan; MF untuk laki-laki dan wanita diatas 14 tahun (Murray, 1971).

Instruksi dalam buku pedoman/manual T.A.T. menuliskan 20 kartu digunakan dalam pelaksanaan tes. Sebelas kartu diperuntukan bagi semua responden, dan sembilan dipilih menurut usia dan jenis kelamin (Murray, 1971). Teglasi (2001) memberikan penjelasan yang berbeda dalam hal ini. Dia berpendapat bahwa tidak diharuskan ke-20 kartu diberikan pada subyek.

Kartu-28

kartu tersebut tidak harus dipilih menurut peruntukan asalnya yaitu menurut usia dan jenis kelamin, namun menurut penilaian penguji berdasar kegunaan kartu-kartu tersebut untuk mengadakan materi psikologis yang berarti.

Hartman menyatakan bahwa kartu 16 atau yang dikenal dengan kartu kosong merupakan kartu yang tidak sering digunakan, namun Kahn menyarankan bahwa kartu ini adalah kartu yang sangat berguna karena kartu ini betul-betul netral, simpel, dan bebas budaya. Kurangnya stimulus eksternal pada kartu kosong ini mengasumsikan respon betul-betul didasarkan pada faktor-faktor internal, dan karenanya memungkinkan untuk memiliki arti penting (Aronow, Weiss, Reznikoff, 2001).

Berdasarkan penjelasan dan pendapat-pendapat di atas, kartu-kartu yang akan digunakan dalam penelitian ini dipilih menurut 2 kriteria, yaitu:

1) Sesuai dengan usia dan jenis kelamin subyek, yaitu kartu-kartu yang diperuntuk bagi wanita dewasa, yaitu kartu-kartu yang disertai huruf F atau yang tidak disertai huruf sama sekali.

2) Tema atau karakter stimulus kartu (Tabel tema/karakter stimulus kartu-kartu T.A.T. terlampir) sejalan dengan topik penelitian, yaitu tema-tema atau stimulus-stimulus yang dapat mengungkapkan mekanisme pertahanan dalam hubungan subyek dengan figur orangtua yang ditekankan pada figur ayah, hubungan interpersonal subyek terutama dengan lawan jenis, dan keintiman dengan lawan jenis.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, kartu-kartu 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 12BM, 12BG, 13B, 13G, 17BM, dan 18BM tidak digunakan karena tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin subyek penelitian. Kartu-kartu 5, 9GF, 11, 12F, 14, 15, 17GF, 18GF, 19, dan 20 tidak digunakan karena tema kartu atau karakter stimulus dalam kartu-kartu tersebut tidak sesuai dengan tujuan penelitian.

Kartu-kartu yang memenuhi kriteria pemilihan kartu berjumlah 10 buah. Berikut adalah deskripsi ke-10 kartu berdasarkan buku pedoman TAT (Murray, 1971):

1) Kartu 1 memiliki gambar seorang anak laki-laki sedang merenungkan sebuah biola yang tergeletak diatas sebuah meja di depannya.

2) Kartu 2 memiliki gambar pemandangan di pedesaan: di latar depan seorang wanita muda dengan buku-buku ditangannya; di latar belakang seorang laki-laki sedang bekerja di ladang dan seorang wanita yang lebih tua memandang kearah wanita muda tadi.

3) Kartu 3GF memiliki gambar seorang wanita muda berdiri dengan kepala yang menunduk, wajahnya ditutupi tangan kanannya. Lengan kirinya menopang pada sebuah pintu kayu.

4) Kartu 4 memiliki gambar seorang wanita mencengkram bahu seorang laki-laki dimana wajah dan badan sang laki-laki dipalingkan seolah dia berusaha untuk meninggalkan sang wanita.

5) Kartu 6GF memiliki gambar seorang wanita muda sedang duduk diujung sebuah sofa memandang kearah belakang bahunya pada

30

seorang laki-laki yang lebih tua dengan pipa di mulutnya yang terlihat seolah sedang menyapa wanita tadi.

6) Kartu 7GF memiliki gambar seorang wanita lebih tua duduk di sebuah sofa disebelah seorang anak perempuan, berbicara atau membacakan buku untuknya. Anak perempuan tersebut memegang sebuah boneka di pangkuannya, melihat kearah lain.

7) Kartu 8GF memiliki gambar seorang wanita muda duduk dengan berpangku tangan dan menatap dengan hampa ruang kosong.

8) Kartu 10 memiliki gambar kepala seorang wanita muda bersandar pada bahu seorang laki-laki.

9) Kartu 13MF memiliki gambar seorang laki-laki muda sedang berdiri dengan kepala menunduk tersembunyi dengan lengannya. Di belakangnya figur seorang wanita berbaring di tempat tidur.

10)Kartu 16 merupakan kartu kosong. 3. Tes Grafis

Test grafis dikembangkan untuk keperluan-keperluan klinis, dan bertujuan untuk menggambarkan proyeksi diri dari orang yang dites (Kumpulan diktat). Pengkonstruksian gambar dalam tes grafis dipercaya merefleksikan konflik-konlik emosi dan kebutuhan-kebutuhan (Friedenberg, 1995), serta struktur kelemahan-kelemahan, dan konflik-konflik motivasi yang menjadi dasar kesulitan-kesulitan didalam penyesuaian diri (Kumpulan diktat). Penelitian ini akan menggunakan 3 jenis tes Grafis, yaitu tes Baum atau tes gambar pohon,

DAP (Draw a Person)/DAM (Draw a Man) atau tes gambar orang, dan HTP (House-Tree-Person) atau tes gambar rumah, pohon, dan orang.

a. Tes Baum

John Buck (di U.S) dan Emil Jucker (di Switzerland) masing-masing menemukan bahwa gambar pohon dapat memproyeksikan kepribadian (Newmark, 1996). Jucker menganggap gambar pohon yang dibuat seseorang sebagai pernyataan dari “the being of the person” (Kumpulan diktat). Gambar pohon ini kemudian dikembangkan oleh Charles Koch, seorang murid Jucker, sebagai tes proyektif yang sekarang dikenal sebagai tes Pohon (Baum Test) (Newmark, 1996; Kumpulan diktat).

b. Draw a Man / Draw a Person

Draw a Man (DAM) atau Draw a Person (DAP) pertama kali dikembangkan oleh Florence Goodenough, bertujuan untuk meneliti taraf perkembangan intelektual pada anak. Para praktisi klinis kemudian menyadari bahwa selain sebagai tes inteligensi, DAP juga mengungkap berbagai variabel kepribadian (Newmark, 1996). Levy berpendapat bahwa dari tes DAP/DAM dimungkinkan beberapa hal (Kumpulan diktat):

1) Gambar orang tersebut merupakan proyeksi daripada self concept. 2) Proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan.

3) Proyeksi daripada ideal self imagenya.

4) DAM sebagai suatu hasil pengamatan individu terhadap lingkungan.

32

5) Sebagai ekspresi pada kebiasaan dalam hidupnya. 6) Ekspresi keadaan emosinya.

7) Sebagai proyeksi sikap subyek terhadap tester dan situasi tes tersebut.

8) Sebagai ekspresi sikap subyek terhadap kehidupan/masyarakat pada umumnya.

9) Ekspresi sadar dan ketidaksadarannya. c. House, Tree, Person

Buck menambahkan gambar rumah dan pohon pada gambar orang yang dikembangkannya untuk membentuk teknik HTP. Buck memutuskan untuk menggunakan gambar rumah dan pohon karena keduanya merupakan hal yang sangat dikenal, bahkan bagi anak kecil, dan hampir semua orang tidak berkeberatan untuk menggambarkannya (Newmark, 1996) .

Rumah, Pohon, dan Manusia (HTP: House, Tree, Person) merupakan salah satu tes Grafis yang berguna melengkapi tes grafis yang lain, yaitu untuk mengetahui hubungan keluarga. Rumah merupakan cerminan dari tokoh ibu, pohon mencerminkan tokoh ayah, dan manusia mencerminkan tingkat perkembangan individu (Kumpulan diktat). Beberapa praktisi klinis mengidentifikasi gambar rumah sebagai simbol perwakilan dari diri dan masa kecil, dan pengalaman-pengalaman masa dewasa (Hammer dalam Newmark, 1996).

1) HTP merefleksikan perasaan-perasaan individu tentang situasi di rumahnya, biasannya diwakili oleh gambar rumah.

2) HTP merupakan tes yang kabur, membuat individu lebih sedikit melakukan pertahanan, khususnya ketika diminta untuk menggambarkan pohon dan rumah, karenanya mereka dapat merepresentasikan masalah-masalah diri dan interpersonal secara lebih langsung dan dengan lebih sedikit pertahanan diri.

3) Gambar pohon seringkali mampu merefleksikan sejarah emosi individu dan dampak dari sejarah tersebut pada individu.

4) Gambar rumah dan pohon merupakan hal dasar yang menyenangkan untuk digambar oleh anak-anak maupun orang dewasa.

5) Gambar pohon, dipercaya sebagai perwakilan dari diri, mampu mengungkap lapisan lebih dalam dari diri dibandingkan DAP, karenanya tes ini lebih dapat mengungkapkan masalah-masalah dinamika yang terpendam.

F. Mekanisme Pertahanan Diri Wanita dari Orangtua yang Bercerai dalam

Dokumen terkait