TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan .1Pengertian Status Gizi .1Pengertian Status Gizi
2.3.4 Pengukuran Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan
menandakan ASI eksklusif diharapkan dilaksanakan untuk meningkatkan status kesehatan bayi (Perpustakaan Depkes, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wargiana, Susumaningrum, dan Rahmawati (2013), faktor yang mempengaruhi status gizi bayi dibawah 6 bulan yaitu pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Bayi berumur dibawah 6 bulan yang diberikan MP-ASI secara dini memiliki status gizi kurang dengan mengalami gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah serta gangguan menyusu. Menurut penelitian Adhiguna (2010), bayi berumur dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif risiko terserang diare enam kali lebih besar dari bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Selain diare, bayi sering terserang demam, batuk-pilek, pneumoni dan ISPA. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur dibawah 6 bulan sangat berpengaruh dalam tumbuhkembang dan status gizinya.
2.3.4 Pengukuran Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan
Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2012), penilaian status gizi dibedakan menjadi dua yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika, sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri. Metode antropometri biasanya digunakan dalam program gizi masyarakat dan pemantauan status gizi anak sebagai alat ukur tingkat status gizi. Adapun keunggulan metode antropometri yaitu mudah digunakan, alat mudah
21
didapatkan, pengukuran dapat dilakukan secara berulang, pengukuran secara objektif, biaya relatif murah, hasil mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2012).
a. Parameter antropometri
Menurut Hidayat (2008), antropometri digunakan sebagai indikator status gizi dengan menggunakan beberapa parameter yang merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain :
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan tingkat status gizi. Kesalahan dalam menentukan umur akan menimbukan kesalahan dalam intrepretasi tingkat status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat khususnya pada bayi dan balita.
2) Berat badan
Pengukuran pada bayi baru lahir paling sering menggunakan ukuran antropometri berat badan. Berat badan digunakan untuk menilai laju pertumbuhan fisik dan status gizi bayi dan balita. Berat badan merupakan parameter pilihan utama yang paling baik, mudah dipakai dan dimengerti, serta dapat memberikan gambaran mengenai status gizi saat ini.
3)Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran terpenting kedua karena dengan menghubungkan berat badan dan tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
22
b. Indeks antropometri
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Menurut Hidayat (2008) dan Supariasa, Bakri, dan Fajar (2012), beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu :
1) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh dan sangat relatif karena massa tubuh sangat sering berubah karena faktor tertentu seperti terserang penyakit infeksi, napsu makan menurun, atau asupan jumlah makanan yang kurang. Berat badan berubah mengikuti pertambahan umur menandakan bahwa seseorang memiliki kesehatan yang baik dan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristiknya, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, namun hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini mengingat karakteristik berat badan sangat sensitive dan sering berubah.
Indeks BB/U memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya antara lain lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sangat baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan kecil serta dapat mendeteksi obesitas. Kelemahannya
23
antara lain dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang salah jika terdapat edema atau acites, memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah lima tahun, sering terjadi salah mengukuran karena pengaruh pakaian atau aksesoris yang digunakan dan geraka anak pada saat penimbangan.
2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang memberi gambaran mengenai keadaan pertumbuhan tulang. Tinggi badan relatif kurang relatif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang relatif lama, biasanya tinggi badan menggambarkan konsumsi protein masa lalu.
Adapun kelebihan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau, alat ukur dapat dibuat dengan mudah, praktis dibawa kemana saja. Kekurangannya antara lain tinggi badan cepat naik namun tidak mungkin menurun, pengukuran relatif lebih sulit dilakukan pada anak dan lansia. 3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan searah dengan tinggi badan dan kecepatan tertentu dalam perkembangannya. Adapun keuntungan indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur, dan dapat membedakan proporsi badan dalam skala gemuk, normal dan kurus. Kelemahannya adalah tidak dapat memberikan gambaran pendek, cukup atau tinggi badan lebih menurut umur anak.
24
4) Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
Pengukuran menggunakan IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Pengukuran IMT pada anak-anak dan remaja sangat terkait terhadap umur, dimana umur menentukan perubahan, komposisi dan densitas tubuh.
Rumus IMT :
IMT = BB (kg) : TB2 (m) Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (m) c. Z-Score
Pengukuran status gizi bayi dan balita di Indonesia menggunakan z-score, dimana z-score adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh pengukuran dari median (Depkes, 2008).
Rumus z-score : Z-score = Keterangan :
NIS : Nilai Individual Subjek NMBR : Nilai Median Baku Rujukan NSBR : Nilai Simpangan Baku Rujukan
25
Status gizi bayi saat ini di dalam sebuah penelitian diukur menggunakan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U) untuk menilai status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Dimana kelebihan BB/U antara lain lebih mudah dan cepat dimengerti, sangat baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan kecil serta dapat mendeteksi obesitas. Berdasarkan Keputusan Menkes (2011), status gizi anak memiliki kategori dan ambang batas status gizi dan standar penilaian.
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Pada Anak Umur 1-6 Bulan
Indeks Katagori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut umur (BB/U) Anak umur 1-6 bulan
Gizi Buruk <-3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Sumber : Menkes (2011)
Menteri Kesehatan RI mengeluarkan Kepmenkes No : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian gizi anak, dimana mengeluarkan tabel status gizi anak yang sangat mudah untuk dipahami dalam mengukur status gizi bayi, dimana sangat mudah dalam menilai dan di katagorikan status gizi bayi yang akan diukur. Berikut standar berat badan menurut umur pada anak 1-6 bulan berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2.3 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Laki-Laki Umur (Bulan) Berat Badan (Kg) -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD 1 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 2 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0 3 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0 4 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7 5 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4 6 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9 Sumber : Menkes (2011)
26
Tabel 2.4 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Perempuan Umur (Bulan) Berat Badan (Kg) -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD 1 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.2 2 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.5 3 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.5 4 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.3 5 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.0 6 5.1 5.7 6.5 7.3 8.6 9.3 10.6 Sumber : Menkes (2011)
2.4 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui