• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Ibu Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Ibu Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS

GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

Penelitian Dilakukan di Puskesmas I Denpasar Barat

OLEH:

OLEH:

LUH GEDE INTAN KENCANA PUTRI NIM. 1102105009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS

GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

Penelitian Dilakukan di Puskesmas I Denpasar Barat

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

OLEH:

LUH GEDE INTAN KENCANA PUTRI NIM. 1102105009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Luh Gede Intan Kencana Putri

NIM : 1102105009

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS

GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

Penelitian Dilakukan di Puskesmas I Denpasar Barat

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

LUH GEDE INTAN KENCANA PUTRI NIM. 1102105009

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS

GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

Penelitian Dilakukan di Puskesmas I Denpasar Barat

OLEH:

LUH GEDE INTAN KENCANA PUTRI NIM. 1102105009

TELAH DIUJI DIHADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI: JUMAT

TANGGAL: 12 JUNI 2015

TIM PENGUJI

1. Ns. Ika Widi Astuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat. (Ketua) ………... 2. Ns. I Gusti Ngurah Putu, S.Kep (Sekretaris) ..……… 3. Ns. Francisca Shanti, M.Kep, Sp.Kep.An (Pembahas) ………...

MENGETAHUI:

DEKAN KETUA

FK UNIVERSITAS UDAYANA PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan Di Puskesmas I Denpasar Barat”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp. OT, M. Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF., sebagai ketua PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam proses pendidikan.

3. Ns. Ika Widi Astuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat., sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

4. Ns. I Gusti Ngurah Putu, S.Kep, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

(7)

vii

6. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar karena telah memberikan perlindungan dan ijin penelitian di Kota Denpasar.

7. Dinas Kesehatan Kota Denpasar karena telah memberikan ijin penelitian di Puskesmas di wilayah Kota Denpasar.

8. Kepala Puskesmas I Denpasar Barat yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian pada instansi yang dipimpin.

9. Kepala Puskesmas I Denpasar Utara yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan uji instrument penelitian pada instansi yang dipimpin.

10.Keluarga dan teman-teman yang sudah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Denpasar, Januari 2015

(8)

viii ABSTRAK

Putri, Luh Gede Intan Kencana. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Ibu Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Ika Widi Astuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat.; (2) Ns. I Gusti Ngurah Putu S.Kep.

Bayi usia dibawah 6 bulan sangat memerlukan ASI sebagai nutrisi dalam tumbuh kembangnya yang optimal, namun sebagian besar ibu di Indonesia tidak melaksanakan program ASI eksklusif karena tidak optimalnya pengeluaran ASI saat menyusui. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu akan nutrisi yang baik saat menyusui. Nutrisi yang baik pada ibu menyusui dapat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI sehingga nutrisi yang sampai pada bayi juga menjadi baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan rancangan penelitian cross-sectional yang terdiri dari 50 sampel ibu dan bayi yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Sampel ibu diberikan kuesioner untuk menilai pengetahuan tentang nutrisi saat menyusui dan sampel bayi akan ditimbang untuk menilai status gizi bayi dengan menggunakan indeks antropometri BB/U. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan antar variabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,000 (p<0,05) dan r 0,0755 bersifat positif. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan di Puskesmas I Denpasar Barat, dimana semakin baik tingkat pengetahuan ibu, maka semakin baik status gizi bayi.

(9)

ix ABSTRACT

Putri, Luh Gede Intan Kencana. 2015. Correlation Between Mother’s Knowledge About Breast-Feed Nutrition With 1-6 Months-Aged Infant Nutrition Status in Puskesmas I Denpasar Barat. Thesis. Nursing Department, Faculty of Medicine, Udayana University Denpasar. (1) Ns. Ika Widi Astuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat.; (2) Ns. I Gusti Ngurah Putu S.Kep.

Infant under 6 months-aged really need breastfeeding as source of nutritions for their optimal growth. A lot of mothers in Indonesia does not aware about exclusive breastfeeding programm because the less knowledge experienced by mothers about good nutritions during breast-feeding who has good nutrition can improve the quality and quantity of breastfeeding with the result that infant’s nutrition become good too. This research purposes to find the correlation between mother’s knowledge about breast-feed nutrition with 1-6 months-aged infant nutrition status. This is a non-experimental research with a cross-sectional research to go that consists of 50 mothers and infants sample chosen technically by consecutive sampling. Mother’s sample will be given questioner to value knowledge about breast-feeding nutrition and infant’s sample to be considered to value infant nutrition status with anthropometry index of weight-for-age. Rank Spearman Correlation used to examine correlation between variables with 95% rate of trustwothiness. The result of this research is the value of p = 0,000 (p<0,05) and r = 0,755 positive that there are correlation between mother’s knowledge about breast-feed nutrition with 1-6 months-aged infant nutrition status in Puskesmas I Denpasar Barat. If it’s better for mother’s knowledge, better it does for infant nutrition status.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 8

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 8

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan ... 11

2.2 Menyusui dan Nutrisi Saat Menyusui ... 12

2.2.1 Menyusui ... 12

2.2.2 Nutrisi Saat Menyusui ... 14

2.3 Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan ... 18

2.3.1 Pengertian Status Gizi ... 18

2.3.2 Faktor Yang Mempegaruhi Status Gizi ... 18

2.3.3 Pentingnya Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan ... 19

2.3.4 Pengukuran Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan ... 20

2.4 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi 1-6 Bulan ... 26

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

(11)

xi

3.2.2 Definisi Operasional ... 29

3.3 Hipotesis ... 30

4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 34

4.4.1 Populasi Penelitian ... 34

4.5.3 Instrumen Pengumpul Data ... 38

4.5.4 Etika Penelitian ... 40

4.6 Pengolahan dan Analisis Data... 41

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 41

4.6.2 Teknik Analisis Data ... 42

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 44

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 44

5.1.2 Hasil Analisa Data ... 45

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

5.2.1 Hasil Identifikasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nurisi Saat Menyusui di Puskesmas I Denpasar Barat ... 49

5.2.2 Hasil Identifikasi Terhadap Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat ... 51

5.2.3 Hasil Analisa Data Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat ... 53

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 57

5.3.1 Kelemahan Penelitian ... 57

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar

Barat ... 28 Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Kebutuhan Vitamin dan Mineral Pada Ibu Menyusui

dan Ibu hamil ... 17

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ... 25

Tabel 2.3 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Laki-Laki ... 25

Tabel 2.4 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Perempuan ... 26

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

Tabel 4.1 Wilayah Puskesmas I Denpasar Barat ... 33

Tabel 4.2 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 43

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia Ibu ... 45

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia Bayi ... 46

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi ... 46

Tabel 5.4 Data Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui ... 47

Tabel 5.5 Data Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan ... 47

Tabel 5.6 Distribusi Persentase Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan di Puskesmas I Denpasar Barat Bulan April-Mei 2015 ... 48

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Biaya Penelitian

Lampiran 3 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Surat Pengantar Kuesioner

Lampiran 6 : Lembar Kuesioner

Lampiran 7 : Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian Lampiran 8 : Jawaban Kuesioner

Lampiran 9 : Lembar Penilaian Bayi

Lampiran 10 : Tabel Uji Validitas dan Uji Kesepahaman Lampiran 11 : Master Tabel

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena masih lemahnya imunitas yang dimiliki oleh bayi. Bayi dengan penyakit kekurangan gizi secara otomatis menyebabkan berat badan bayi turun drastis dan akan mempengaruhi status gizi bayi. Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan kandungan zat gizi yang diserap oleh tubuh. Kesalahan dalam pemberian makanan pada bayi akan mempengaruhi tumbuh kembangnya, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup agar bayi mendapatkan asupan makanan yang diperlukan oleh tubuh (Syatriani, 2011). Pemerintah menetapkan status gizi bayi menjadi indikator pembangunan kesehatan masyarakat (UI FE, 2010).

(16)

2

besar terjadi pada bayi berumur 0-11 bulan. Berdasarkan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa AKB di Bali masih sangat tinggi (Dinkes Bali, 2013).

Tingginya AKB disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah gizi bayi. Menurut laporan Riskesdas tahun 2010, status gizi bayi buruk sebanyak 4,9%, status gizi kurang sebanyak 13%, status gizi baik sebanyak 76,2%, status gizi lebih sebanyak 5,8%. Status gizi kurang pada bayi di tahun 2007 dan 2010 tidak mengalami penurunan, padahal target di tahun 2015 status gizi bayi kurang harus mencapai 11,9% dan buruk sebesar 3,6% (Bappenas, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa masih tingginya angka kekurangan gizi pada bayi di Indonesia.

Kejadian kekurangan gizi pada bayi juga terjadi di Provinsi Bali, khususnya Kota Denpasar. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2014, sebagian besar kejadian kekurangan gizi berada di Denpasar Barat. Hal tersebut terjadi pada Puskesmas I dan II Denpasar Barat, dimana angka status gizi bayi kurang antara wilayah Puskesmas I dan wilayah Puskesmas II di Denpasar Barat terjadi perbedaan yang sangat besar mencapai 61% berada di wilayah Puskesmas I. Angka status gizi bayi buruk antara wilayah Puskesmas I dan wilayah Puskesmas II di Denpasar Barat juga paling banyak berada di wilayah Puskesmas I sebesar 75%.

(17)

3

mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Goi, 2008).

Bayi saat usia dibawah 6 bulan sangat memerlukan Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi dalam tumbuh kembangnya yang optimal. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), strategi global yang direkomendasikan dalam pemberian nutrisi optimal kepada bayi baru lahir adalah pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan menurut America Academy of Pediatrics (AAP) ASI eksklusif dapat dilanjutkan sampai 12

bulan. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan atau lebih memiliki kekebalan tubuh dan ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang mendapatkan ASI kurang dari empat bulan (Hegar, 2008). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan keputusan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur enam bulan untuk tumbuh kembang bayi yang optimal dan dapat dilanjutkan sampai umur dua tahun pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 450/MENKES/IV/2014. Hal ini menandakan ASI eksklusif diharapkan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan status kesehatan bayi (Perpustakaan Depkes, 2010).

(18)

4

sangat penting untuk meningkatkan imunitas pada bayi (Roesli, 2011). Menurut penelitian Adhiguna (2010), bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif risiko terserang diare enam kali lebih besar dari bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Selain diare, bayi sering terserang demam, batuk-pilek, pneumoni dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Berdasarkan hasil laporan SDKI 2012, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif masih cukup rendah sekitar 42%, sedangkan target yang diinginkan pada tahun 2014 sekitar 80% (Balitbangkes, 2013). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Bali menurut data Dinkes tahun 2012 mencapai 39,23%, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif terendah terjadi di Kota Denpasar hanya 10,65% dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana mencapai 89,96% dan Badung mencapai 44,43% (Dinkes Bali, 2013). Berdasarkan data diatas, pemberian ASI eksklusif di Kota Denpasar masih sangat rendah.

(19)

5

jumlah ASI yang dikeluarkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya (Getahun, Scherbaum, Taffese, Teshome, dan Biesalski, 2004; Gatti, 2008).

Ibu menyusui dengan status gizi baik akan memiliki nutrisi cukup untuk memproduksi ASI dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Ibu menyusui yang memiliki gizi baik secara otomatis akan membantu memperlancar produksi ASI, sedangkan ibu yang asupan nutrisinya kurang akan menyebabkan penurunan produksi ASI sehingga ibu akan mengalami kesulitan dalam menjalankan program ASI eksklusif (Kac, Benicio, Velasquez, Valente, dan Struchiner, 2004). Untuk mengoptimalkan produksi ASI, ibu hendaknya mengonsumsi makanan seimbang yang mengandung sumber energi, protein, vitamin dan mineral. Kurangnya pengetahuan ibu menyusui akan pentingnya kebutuhan nutrisi pada masa menyusui akan berdampak pada penurunan status gizi dan imunitas pada bayi (Sibagariang, 2010).

(20)

6

kurang. Ibu yang ingin memiliki bayi yang sehat dengan status gizi baik, harus memiliki nutrisi yang baik pula.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan di Puskesmas I Denpasar Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : “apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan di Puskesmas I Denpasar Barat?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan di Puskesmas I Denpasar Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi ibu saat menyusui di Puskesmas I Denpasar Barat.

(21)

7

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi ibu saat menyusui dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan di Puskesmas I Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya nutrisi ibu menyusui dan nutrisi bayi dalam meningkatkan status gizi bayi berumur 1-6 bulan, serta diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk melaksanakan ASI eksklusif.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi tenaga kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan maternitas dan keperawatan anak diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai literatur untuk menambah pengetahuan.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang dilakukan oleh manusia terhadap suatu objek tertentu melalui proses pengindraan yang lebih dominan terjadi melalui proses pengindraan penglihatan dengan mata dan pendengaran dengan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior) (Efendi & Makhfudli, 2009; Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), pengetahuan tercakup dalam enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know).

Tahu adalah proses mengingat kembali (recall) akan suatu materi yang telah dipelajari. Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah dan alat ukur yang dipakai yaitu kata kerja seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

(23)

9

materi dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau suatu kondisi yang nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lainnya yang dapat dinilai dan diukur dengan penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang didasari pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

(24)

10

a. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang. Setelah melawati usia madya (40-60 tahun), daya tangkap dan pola pikir seseorang akan menurun.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam memahami dan menyerap pengetahuan yang telah diperoleh. Umumnya, pendidikan mempengaruhi suatu proses pembelajaran, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik tingkat pengetahuannya.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu proses dalam memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi saat masa lalu dan dapat digunakan dalam upaya memperoleh pengetahuan.

d. Informasi

Jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, namun mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain, maka hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

e. Sosial budaya dan ekonomi

(25)

11

mempengaruhi pengetahuan dengan tersedianya suatu fasilitas yang dibutuhkan oleh seseorang.

f. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses penyerapan pengetahuan yang berada dalam suatu lingkungan. Hal ini terjadi karena adanya interaksi yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan unuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

b. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikatagorikan menjadi tiga yaitu:

(26)

12

2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan.

2.2 Menyusui dan Nutrisi Saat Menyusui 2.2.1 Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi, sedangkan ibu menyusui adalah ibu yang sedang dalam proses memberikan ASI pada bayinya (Astutik, 2013; Septina, 2010). Produksi ASI dirangsang oleh hormon prolaktin dan hormon oksitosin dapat meningkatkan derasan ASI. Selain hormon prolaktin dan oksitosin, refleks prolaktin dan let-down refleks juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Reflek prolaktin akan terangsang saat bayi menghisap puting ibu yang akan merangsang produksi ASI dan let-down refleks merangsang derasnya pengeluaran ASI. Ibu yang menyusui secara dini akan semakin cepat merangsang pengeluaran produksi ASI (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005; Cox, 2006).

Menurut Health Kompas (2011) dan UNICEF (2012), terdapat manfaat menyusui bagi ibu dan bayinya. Adapun manfaat menyusui bagi ibu adalah :

a. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan dapat membantu mempercepat kembalinya uterus ke ukuran normal.

(27)

13

c. Menunda kesuburan dan metode kontrasepsi yang alami. Saat bayi menghisap puting ibu, hormon prolaktin akan terangsang untuk diproduksi. Semakin banyak hormon prolaktin diproduksi, maka masa ovulasi akan ditekan, hal ini menyebabkan menyusui dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi.

d. Menimbulkan perasaan menyenangkan dan dibutuhkan. Pelepasan hormon oksitosin saat menyusui dapat meningkatkan perasaan sayang dan senang. e. ASI selalu tersedia.

Sedangkan manfaat ASI untuk bayi adalah :

a. Antibodi yang terkandung dalam ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari penyakit.

b. ASI terdapat kandungan zat-zat seperti karbohidrat, protein, dan vitamin yang dapat membantu perkembangan otak dan sistem pencernaan bayi.

c. Hormon oksitosin yang terdapat dalam ASI dapat menenangkan dan menyebabkan rasa kantuk pada bayi.

d. Menyusui secara psikologis dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.

(28)

14

informasi mengenai ASI, kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI dan pentingnya asupan nutrisi saat menyusui (Nurliawati, 2010; Maga, Hakim, dan Zulkifli, 2013; Rahayu, 2012; Siregar, 2004).

Adapun faktor-faktor penghambat pemberian ASI ekslusif berdasarkan beberapa penelitian adalah penurunan produksi ASI, motivasi ibu, pengetahuan mengenai ASI eksklusif, tergiurnya promosi susu formula, ibu bekerja, keyakinan keliru mengenai makanan bayi, psikologis ibu, serta kesehatan ibu dan bayi (Agustia, 2013; Afifah, 2007; Josefa, 2011; Rahmawati, 2010). Jika ibu yang dalam keadaan sehat memiliki status gizi yang baik, secara otomatis akan membantu memperlancar produksi ASI. Untuk mengoptimalkan produksi ASI, ibu hendaknya mengonsumsi makanan seimbang yang mengandung sumber energi, protein, vitamin dan mineral. Kurangnya pengetahuan ibu menyusui akan pentingnya kebutuhan nutrisi pada masa laktasi akan berdampak pada penurunan status gizi dan imunitas pada bayi (Sibagariang, 2010).

2.2.2 Nutrisi Saat Menyusui

(29)

15

Nutrisi saat menyusui adalah beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang dikonsumsi secara seimbang dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi ASI pada ibu saat menyusui. Nutrisi yang baik pada ibu menyusui biasanya dikaitkan dengan produksi ASI yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Status gizi bayi akan baik jika proses menyusui juga berhasil dengan baik. Asupan gizi pada ibu saat menyusui harus terpenuhi dengan baik agar ibu sehat serta kualitas dan kuantitas produksi ASI baik (Astutik, 2013).

Beberapa minggu setelah melahirkan berat badan ibu akan turun sekitar 7-8 kg, biasanya ibu dapat menurunkan berat badan dengan aman sekitar 0,5-1 kg per minggu sampai ibu mendapatkan berat badan idealnya. Jika ibu menurunkan lebih dari 1 kg per minggu maka akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi ASI (Sinsin, 2008). Selama masa menyusui, ibu biasanya dapat memproduksi ASI 800-850 ml per hari, sedangkan bayi membutuhkan ASI hingga 1000 ml tergantung usia bayi dengan frekuensi menyusu 8-12 kali perhari. Nutrisi saat menyusui sangat penting untuk meningkatkan produksi ASI agar cukup untuk bayi (IDAI, 2013; Susianto, 2010).

Menurut Astutik (2013), Bahiyatun (2009), dan Sinsin (2008), kebutuhan dan sumber nutrisi ibu saat menyusui yang baik dan seimbang adalah :

a. Kalori

(30)

16

kal, sedangkan untuk ibu menyusui memerlukan kalori tambahan sebesar 700 kal untuk enam bulan pertama pasca persalinan dan setelah enam bulan dilanjutan dengan 500 kal untuk memproduksi ASI. Rata-rata kebutuhan ibu menyusui sekitar 2300-2700 kal per hari.

Kalori bisa didapat dari semua bahan pangan yang mengandung kalori. Bahan makanan yang mengandung kalori dapat diperoleh dari nasi, ubi, kentang, singkong dan jagung.

b. Protein

Kebutuhan protein pada ibu saat menyusui lebih banyak 20 gram per hari dari sebelumnya, karena setiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Protein makanan diubah menjadi protein susu hanya sebesar 70%, peningkatan kebutuhan protein tidak hanya untuk potein susu, tetapi juga digunakan untuk sintesis hormon prolaktin dan hormon oksitosin dalam memproduksi ASI.

Bahan makanan terbaik yang mengandung protein berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, telur, susu dan keju. Bahan makanan yang baik berasal dari protein kedelai seperti tahu dan tempe, dan cukup baik berasal dari protein nabati seperti kacang polong, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sumber-sumber bahan makanan ini sebaiknya digabung agar saling melengkapi.

c. Cairan

(31)

17

2-3 liter per hari. Cairan yang mengandung nutrisi baik dapat diperoleh dari air putih, susu, jus dan buah-buahan.

d. Vitamin dan mineral

Selain cairan, ibu menyusui membutuhkan vitamin dan mineral dalam pembentukan kembali sel tubuh. Kebutuhan vitamin dan mineral pada ibu menyusui rata-rata lebih banyak daripada ibu hamil yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Perbedaan Kebutuhan Vitamin dan Mineral Pada Ibu Menyusui dan Ibu Hamil

No. Zat Gizi Ibu Menyusui

(32)

18

mengandung vitamin C, dimana sumber vitamin C antara lain buah jeruk, brokoli, melon, buah jenis beri, kubis dan tomat.

2.3 Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan 2.3.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah status keadaan kesehatan tubuh yang diperoleh dari keseimbangan antara kebutuhan dan asupan gizi yang dikonsumsi oleh individu (Purba, 2005; Sutomo dan Anggraini, 2010; Triasmawulan, 2012). Status gizi bayi adalah keadaan kesehatan tubuh dalam keadaan keseimbangan antara kebutuhan dan asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terhadap penyakit kekurangan gizi, oleh karena itu status gizi bayi merupakan indikator terbaik dalam menentukan status gizi masyarakat. Selain itu, status gizi bayi digunakan sebagai indikator pencapaian pembangunan kesehatan karena gizi kurang pada anak usia dibawah lima tahun cenderung berkaitan dengan rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (UI FE, 2010).

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

(33)

19

jenis pekerjaan ayah dan ibu bayi. Selain itu pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga mempengaruhi status gizi anak (Nugroho, 2008; Palupi, Purwandari, dan Purwanti, 2014).

Menurut penelitian Syatriani (2011), pemberian ASI ekslusif, asupan gizi dan pemberian makanan tambahan secara dini merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi bayi umur 0-6 bulan. Status gizi juga dipengaruhi oleh asupan makanan dan kandungan zat gizi yang diserap oleh tubuh. Tingkat pengetahuan ibu sangat mempengaruhi status gizi bayi. Kesalahan dalam pemberian makanan pada bayi akan mempengaruhi tumbuh kembangnya, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup agar bayi mendapatkan asupan makanan yang diperlukan oleh tubuh. Kekurangan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain asupan makanan dan tingkat pengetahuan ibu, penyakit infeksi serta pola asuh juga diyakini sebagai faktor secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi bayi (Fatimah, Nurhidayah, dan Rakhmawati, 2008; Wong, 2009).

2.3.3 Pentingnya Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan

(34)

20

menandakan ASI eksklusif diharapkan dilaksanakan untuk meningkatkan status kesehatan bayi (Perpustakaan Depkes, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wargiana, Susumaningrum, dan Rahmawati (2013), faktor yang mempengaruhi status gizi bayi dibawah 6 bulan yaitu pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara dini. Bayi berumur dibawah 6 bulan yang diberikan MP-ASI secara dini memiliki status gizi kurang dengan mengalami gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah serta gangguan menyusu. Menurut penelitian Adhiguna (2010), bayi berumur dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif risiko terserang diare enam kali lebih besar dari bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Selain diare, bayi sering terserang demam, batuk-pilek, pneumoni dan ISPA. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur dibawah 6 bulan sangat berpengaruh dalam tumbuhkembang dan status gizinya.

2.3.4 Pengukuran Status Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan

(35)

21

didapatkan, pengukuran dapat dilakukan secara berulang, pengukuran secara objektif, biaya relatif murah, hasil mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2012).

a. Parameter antropometri

Menurut Hidayat (2008), antropometri digunakan sebagai indikator status gizi dengan menggunakan beberapa parameter yang merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain :

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam menentukan tingkat status gizi. Kesalahan dalam menentukan umur akan menimbukan kesalahan dalam intrepretasi tingkat status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat khususnya pada bayi dan balita.

2) Berat badan

Pengukuran pada bayi baru lahir paling sering menggunakan ukuran antropometri berat badan. Berat badan digunakan untuk menilai laju pertumbuhan fisik dan status gizi bayi dan balita. Berat badan merupakan parameter pilihan utama yang paling baik, mudah dipakai dan dimengerti, serta dapat memberikan gambaran mengenai status gizi saat ini.

3)Tinggi badan

(36)

22

b. Indeks antropometri

Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Menurut Hidayat (2008) dan Supariasa, Bakri, dan Fajar (2012), beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu :

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh dan sangat relatif karena massa tubuh sangat sering berubah karena faktor tertentu seperti terserang penyakit infeksi, napsu makan menurun, atau asupan jumlah makanan yang kurang. Berat badan berubah mengikuti pertambahan umur menandakan bahwa seseorang memiliki kesehatan yang baik dan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristiknya, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, namun hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini mengingat karakteristik berat badan sangat sensitive dan sering berubah.

(37)

23

antara lain dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang salah jika terdapat edema atau acites, memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah lima tahun, sering terjadi salah mengukuran karena pengaruh pakaian atau aksesoris yang digunakan dan geraka anak pada saat penimbangan.

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang memberi gambaran mengenai keadaan pertumbuhan tulang. Tinggi badan relatif kurang relatif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang relatif lama, biasanya tinggi badan menggambarkan konsumsi protein masa lalu.

Adapun kelebihan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau, alat ukur dapat dibuat dengan mudah, praktis dibawa kemana saja. Kekurangannya antara lain tinggi badan cepat naik namun tidak mungkin menurun, pengukuran relatif lebih sulit dilakukan pada anak dan lansia. 3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

(38)

24

4) Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Pengukuran menggunakan IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Pengukuran IMT pada anak-anak dan remaja sangat terkait terhadap umur, dimana umur menentukan perubahan, komposisi dan densitas tubuh.

Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : TB2 (m) Keterangan:

IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (m) c. Z-Score

Pengukuran status gizi bayi dan balita di Indonesia menggunakan z-score, dimana z-score adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh pengukuran dari median (Depkes, 2008).

Rumus z-score : Z-score = Keterangan :

(39)

25

Status gizi bayi saat ini di dalam sebuah penelitian diukur menggunakan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U) untuk menilai status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Dimana kelebihan BB/U antara lain lebih mudah dan cepat dimengerti, sangat baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan kecil serta dapat mendeteksi obesitas. Berdasarkan Keputusan Menkes (2011), status gizi anak memiliki kategori dan ambang batas status gizi dan standar penilaian.

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Pada Anak Umur 1-6 Bulan

Indeks Katagori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Berat badan menurut umur (BB/U) Anak umur 1-6 bulan

Gizi Buruk <-3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Sumber : Menkes (2011)

Menteri Kesehatan RI mengeluarkan Kepmenkes No : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian gizi anak, dimana mengeluarkan tabel status gizi anak yang sangat mudah untuk dipahami dalam mengukur status gizi bayi, dimana sangat mudah dalam menilai dan di katagorikan status gizi bayi yang akan diukur. Berikut standar berat badan menurut umur pada anak 1-6 bulan berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 2.3 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Laki-Laki

(40)

26

Tabel 2.4 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Perempuan

Umur

2.4 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi 1-6 Bulan

ASI merupakan makanan pertama yang terbaik untuk bayi, dimana saat usia bayi berumur dibawah 6 bulan sangat memerlukan ASI sebagai nutrisi dalam tumbuh kembangnya yang optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan atau lebih memiliki kekebalan tubuh dan ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang mendapatkan ASI kurang dari empat bulan (Hegar, 2008). Menurut penelitian Adhiguna (2010), bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif risiko terserang diare enam kali lebih besar dari bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Selain diare, bayi sering terserang demam, batuk-pilek, pneumoni dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

(41)

27

memiliki nutrisi yang cukup untuk memproduksi ASI dengan kualitas dan kuantitas baik. Ibu menyusui yang memiliki gizi baik secara otomatis akan membantu memperlancar produksi ASI, sedangkan ibu yang asupan nutrisinya kurang akan menyebabkan penurunan produksi ASI sehingga ibu akan mengalami kesulitan dalam menjalankan program ASI eksklusif (Kac, Benicio, Velasquez, Valente, dan Struchiner, 2004).

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Kebutuhan Vitamin dan Mineral Pada Ibu Menyusui dan Ibu Hamil
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Pada Anak Umur 1-6 Bulan
Tabel 2.4 Standar Berat Badan Menurut Umur Pada Anak Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Rumah pak Shohib, pak Tamzis dan juga mbah Munawaroh menggunakan bahan kayu untuk bagian bangunan yang ditampilkan atau yang diutamakan, seperti bagian depan dan

Dari pengamatan dan analisis terhadap Emergency Response Plans (ERP) masing-masing perusahaan ditengarai telah menyelenggarakan program-program kedaruratan sesuai

Tanda-tanda dan gejala yang paling sering dilaporkan terkait dengan keracunan karbon monoksida akut karena efek pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular;

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras organik di Kota Surakarta, mendeskripsikan dan

Hasil uji Friedman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tekstur tahu interaksi antara lama simpan dan jenis konsentrasi

Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi sebagai wanita yang merindukan kedamaian, percaya diri karena memiliki prinsip dan semangat yang

Melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat ini, Program Studi Pendidikan Informatika Universitas Trunojoyo Madura melihat adanya potensi bagi perkembangan UMKM dalam menggunakan