• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malnutrisi

2.3.4 Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri

Penilaian status gizi menggunakan antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metrosartinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energy dan protein. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh

i. Keunggulan antropometri4:

1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang dilatih.

3. Alatnya murah dan mudah dibawa, tahan lama.

4. Metode yang murah dan akurat karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi dan menggambarkan riwayat gizi masa lampau.

6. Umumnya dapat mengidentifikasi dan menggambarkan status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah memiliki ambang batas yang jelas.

7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tahun tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap status gizi.

ii. Kelemahan antropometri:

1. Tidak sensitive sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu yang singkat disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi besi.

2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran.

3. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.

4. Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asusmsi yang salah

5. Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya petugas pengukur, kesalahan alat atau alat yang tidak tertera, dan kesulitan dalam pengukuran.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lengkar pinggul, dan lemakdi bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter antropometri disebut juga sebagai indeks antropometri.20

a. Berat badan

Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak bila terserang penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak meningkat dan protein otot menurun. Pada pasien tumor, hal ini dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Terdapat alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama, yaitu20:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan

periodic memberikan gambaran pertumbuhan 3. Umum dan luas dipakai di Indonesia

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur

5. Digunakan dalam KMS

6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur

7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi, seperti: dacin

b. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat karena pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan timbul dalam waktu yang lama. Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.

Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB faktor umur dapat dikesampingkan. Defisit berdasarkan indeks disebut sebagai stunting.20

i. Kelebihan indeks TB:

1. Baik untuk melihat gizi masa lampau.

2. Alat pengukur yang murah, sederhana dan mudah dibawa. ii. Kekurangan indeks TB:

1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2. Pengukuran relative sulit karena harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang umtuk melakukannya.

3. Ketepatan umur sulit didapat

c. Lingkar lengan atas (LLA)

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadangsusah diperoleh.Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit Lingkar Lengan Atas merupakan parameter yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga non-profesional. Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat, sehingga merupakan indeks yang menggambarkan status saat ini.

Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut: 1. LLA < 21 = buruk

2. LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang

Keuntungan indeks LLA21:

1. Alat ukur yang murah, sangat ringan

2. Alat ukur yang diberi kode warna untuk meentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.

d. Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh.22 IMT juga merupakan

sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk

menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dengan ketelitian hingga 0,5 kg dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki. Status gizi ditentukan berdasarkan indeks IMT.

IMT = Berat Badan Tinggi Badan (m)2

Tabel 2.2 Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT

Status Gizi IMT (kg/m2)

Gizi Kurang <18,50

Gizi Normal 18,50-25,00

Gizi Lebih >25,00

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi, protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi karena dua hal yaitu 1) proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan dapat menyebabkan malabsorpsi; 2) tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh pasien.1

Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia.2

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien selama dirawat jalan menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju. Penelitian di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009 mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 45,9% pasien di bagian bedah digestif menderita malnutrisi, di bagian penyakit dalam RSPAD Gatot Subroto Jakarta tahun 2001 sebanyak 47,76% pasien yang menderita gizi kurang, sedangkan di bagian penyakit dalam RSHS Bandung menunjukkan pasien malnutrisi sebanyak 71,8% dan malnutrisi berat 28,9%.3

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam hal ini malnutrisi bisa ditegakkan berdasarkan antropometri yang dapat dilakukan dalam beberapa macam

pengukuran yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LLA).4

Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko malnutrisi pada lansia, diperlukan adanya penelitian yang membahas mengenai “Prevalensi Malnutrisi Berdasarkan Antropometri pada Pasien Lansia di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik”.

Dokumen terkait