• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Malnutrisi Berdasarkan Antropometri pada Pasien Lansia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Malnutrisi Berdasarkan Antropometri pada Pasien Lansia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2016"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Shafira Hazmi Arif

NIM : 130100146

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 31 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat Email : shafirahazmi@ymail.com Riwayat Pendidikan :

1. TK Kesuma Medan (2000-2001) 2. SD Al-Azhar Medan (2001-2007) 3. SMP Al-Azhar Medan (2007-2010) 4. SMA Al-Azhar Medan (2010-2013)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-Sekarang)

Riwayat Organisasi :

(2)

2. Anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa FK USU (2013-2014)

3. Sekretaris Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa FK USU (2014-2015)

4. Anggota Divisi HUMAS SCORA FK USU (2014-2015)

5. Anggota Publikasi dan Dokumentasi Pengabdian Masyarakat HMI FK USU 2013 6. Koordinator Konsumsi Manajemen Mahasiswa

Baru FK USU 2014

7. Anggota Administrasi Kesekriatan LKMM FK USU 2014

(3)

LAMPIRAN 2

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lipoeto N, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan kalori pada Pasien Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia 2006; Vol 56 No.11

2. Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. EGC; 2005.

3. Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.

4. Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Metode Penelitian Status Gizi. Dalam: Penelitian Status Gizi. EGC 2005: 17-83.

5. Burton, J.L, et al. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford University; 2007 Press:524.

6. Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.

7. Sukmaniah, S. Malnutrition Facts and the Importance of Nutrition Screening and Assesment. Proceeding on International Symposium on Nutrition an 6th Asia Pasific Clinical Nutritional Society Conference; 2009.

8. Wiryana, M. Nutrisi pada penderita sakit kritis. Jurnal Penyakit Dalam 8: 2007. 176-186.

9. Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka; 2006.

10.Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi dan tantangan di Masa Datang. Dalam: Advokasi perbaikan gizi menuju keluarga sadar gizi. Jakarta: 2004; Page 1-6.

11.Hartriyanti Y, Triyant. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat Fakultas Keehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja GrafindoPersada; 2007 Hal 261-289.

12.Notoatmodjo S. Ilmu keseharan masyarakat. Jakarta : Rineka cipta; 2003. 13.Hadju V. Diktat gizi Dasar Edisi III. Makassar: Universitas Hasanuddin;

2001

14.Wyszynski F. Diego, Crivelli Adriana, Ezquerro Silvia, Rodriguez Adriana. Assessment of nutritional status in a population of recently hospitalized patient. Medicina; 1998. 58:51-57.

15.Arisman. Gizi dalam ddaur Kehidupan. Editor, Palupi Widyastuti. Jakarta : EGC; 2004.

16.Setiati, S. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang Usia lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.

(8)

18.Darmojo,B. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4. Balai Penerbit FK UI; 2010.

19.Seymour,R. „Masalah Farmakologi Gigi pada Lansia dalam Hutauruk, C (editor), Perawatan gigi Terpadu untuk Lansia. EGC; 2006.

20.Satriono. Diktat Ilmu Gizi. Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin; 1998. H:36-71.

21.Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia, especially Women And Children. Asia Pacific Journal Clinic Nutrition; 1995.

22.Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta; 2000.

23.Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11.

24.Pujo. Pengaruh Pelaksanaan Asuhan Gizi dengan Pendekatan Terapi Gizi, Universitas Gadjah Mada; 2013.

(9)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian, maka variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah lingkar lengan atas (LLA).

Indikator LLA merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan status gizi saat ini. Oleh karena karakteristik LLA bersifat sederhana dan mudah dilakukan pada pasien tirah baring.

[image:9.595.119.548.400.678.2]

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat proses antara makanan, tubuh manusia, dan lingkungan hidup manusia. Untuk mengetahui status gizi seseorang diperlukan parameter yang dalam penelitian ini adalah secara antropometrik.

Gambar 1.1 Skema Kerangka Teori

Sumber: Depkes RI, dan modifikasi dari beberapa sumber

Fungsi Budaya

- Adat Istiadat - Geografis

Agama/Kepercayaan

- Pantangan / larangan

Status ekonomi

- Pemilihan makanan - Pembelian makanan

Psikososial

- Menarik diri - Kepercayaan diri - Motivasi diri - Perasaan dan emosi - Dukungan Keluarga Personal preference

- Perasaan suka terhadap makanan - Perasaan tidak suka terhadap makanan

Karakteristik Lansia - Umur

- Pendidikan akhir - Pekerjaan akhir - Agama

- Status perkawinan

Pola Makan

- Penggunaan obat dan alkohol

- Gangguan motorik - Perubahan

psikologis (kesepian) - Pensiun

- Pikun

- Kurang aktifitas - Gigi berkurang

Status Gizi

(10)

3.2 Kerangka Konsep Penilitian

Berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan di atas, maka disusunlah pola variable sebagai berikut.

Variabel independen Variabel dependen

Keterangan : diteliti

[image:10.595.125.510.221.557.2]

: tidak diteliti

Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian Motivasi diri

Perasaan dan Emosi

Kejadian malnutrisi pada lansia berdasarkan antropometri

Kondisi Lansia

Penggunaan obat dan alkohol, Gangguan motorik, Perubahan psikologis (kesepian), Pensiun, Pikun,

(11)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional survey untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A, yang merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Dengan demikian data yang diperoleh lebih lengkap dan lebih bervariasi.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penilitian

Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien Lansia di RSUP H. Adam Malik.

4.3.2 Sampel Penelitian

(12)

subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

Lansia berusia ≥ 60 tahun

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

Pasien lansia yang sedang menderita penyakit infeksi 4.3.3 Besar Sampel

Sesuai dengan jenis penelitian dengan sampel proporsi tunggal. Maka digunakan rumus sampel sebagai berikut :

: Jumlah sampel �2

: tingkat kepercayaan 1,96%

P : Perkiraan proporsi kejadian pada sampel 50% Q : 1-P = 0,5

D : ketepatan relatif 0,1

(13)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu data identitas yang diperoleh dengan anamnesis dan pemeriksaan LLA dilakukan oleh peneliti menggunakan Insertion tape (meteran) pada penderita malnutrisi yang berkunjung RSUP H. Adam Malik

yang memenuhi kriteria inklusi serta bersedia dijadikan sampel penelitian. 1. Data Primer

Teknik pengukuran LLA

a. Alat : Insertion tape (meteran) b. Cara Pengukuran :

1. Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon), tangan harus ditekuk 90 derajat.

2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku. 3. Tentukan titik tengah lengan.

4. Lingkarkan pita LLA tepat pada titik tengah lengan. 5. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlau longgar.

6. Pembacaan skala yang tertera pada pita dalam cm (centi meter), posisi tangan lurus

2. Data Sekunder

(14)

4.5 Variabel dan Definisi Operasional

4.5.1. Variabel

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah LLA, IMT, jenis kelamin, lansia, usia, dan status gizi.

4.5.2. Definisi Operasional

1. Antropometrik

Definisi : adalah ukuran tubuh pasien yang meliputi lingkar lengan atas berdasarkan jenis kelamin

2. Malnutrisi

a. Definisi : adalah keadaan gizi yang terdiri dari gizi kurang dan gizi buruk yang diperoleh dari pemeriksaan LLA

b. Alat Ukur : pengukuran LLA

c. Cara Ukur : melihat pengukuran LLA d. Hasil Ukur : 1. Gizi kurang <23,5 cm

2. Gizi baik 23,5 cm 3. Lingkar Lengan Atas

a. Definisi : LLA adalah lingkar lengan atas pasien yang diukur pada saat penelitian

b. Alat ukur : insertion tape (meteran)

(15)

jangan pula terlalu longgar, pembacaan skala yang tertera pada pita dalam cm (centi meter), posisi tangan lurus. d. Hasil ukur : Angka yang tertera pada insertion tape (meteran) yang

dinyatakan dalam cm. 4. Indeks Massa Tubuh

a. Definisi : Cara sederhana untuk memantau status gizi

b. Cara kerja : Sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.

c. Hasil Ukur : a. Underweight (>18,5) b. Normoweight (18,5 – 22,5)

5. Jenis Kelamin

a. Definisi : Penentuan seseorang berdasarkan data pada rekam medik b. Alat ukur : Data rekam medik

c. Cara ukur : Melihat data rekam medik d. Hasil ukur : 1. Pria

2. Wanita

6. Usia

a. Definisi : Penentuan seseorang berdasarkan hari lahir sampai tanggal, bulan dan tahun terhitungnya pendataan di rumah sakit b. Alat ukur : Data rekam medik

c. Cara ukur : Melihat data rekam medik d. Hasil ukur : 1. 60-74 tahun

(16)

7. Status Gizi

Definisi : Keadaan fisik pasien yang didapatkan berdasarkan hasil pengkuran lingkar lengan atas, dengan memakai standar pengukuran % LLA.

8. Lansia

Definisi : adalah tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 60 tahun Cara ukur : responden dianamnesa atau dilihat berdasarkan data rekam

medik Alat ukur : Anamnesa Kategori :

 Lansia

 Tidak lansia Skala : nominal

4.6 Metode Analisa Data

Pada penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) editing,

dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang dikumpulkan

(2) coding,

yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan,

(3) entry,

(17)

(4) cleaning,

pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

(5) Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

(6) Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, table tabulasi silang, serta diagram sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prevalensi malnutrisi berdasarkan antropometri pada pasien lansia di RSUP H. Adam Malik Medan pada September 2016 sampai oktober 2016.

4.7 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Apl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1. Menyusun

proposal 2. Presentasi

proposal

3. Mengumpulkan data

4. Analisis data 5. Pembuatan

laporan

(18)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan untuk daerah pembangunan A yang meliputi propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien-pasien dengan latar belakang yang bervariasi. Selain alasan diatas, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pengambilan data langsung kepada pasien lansia yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 67 pasien rawat jalan. Dari jumlah tersebut, sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 17 sampel.

5.1.3.Karakteristik Subjek Penelitian

(19)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin

1. Laki-laki 25 50

2. Perempuan 25 50

Total 50 100.0

Usia (Tahun)

1. Elderly (60-74) 42 84

2. Old (75-90) 8 16

Total 50 100.0

LLA (cm)

1. <23,5 34 68

2. >23,5 16 32

Total 50 100.0

IMT

1. Underweight (<18.5) 22 44

2. Normoweight (18.5 – 22.5) 28 56

Total 50 100.0

(20)

Berdasarkan usia, mayoritas responden lansia adalah elderly (60-74 tahun), yaitu 42 orang (84%), sedangkan old (70-90 tahun) sebanyak 8 orang (16%).

Pada tabel diatas, distribusi responden di RSUP H. Adam Malik tahun 2016 berdasarkan status gizi, dapat dilihat bahwa lansia dengan status gizi baik sebanyak 16 orang (32%), sedangkan lansia dengan status gizi kurang sebanyak 34 orang (68%).

5.1.4 Hasil Analisis Data 5.1.4.1. Jenis Kelamin

[image:20.595.108.511.407.539.2]

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui frekuensi malnutrisi paling banyak pada responden adalah status gizi kurang dengan jenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 53%. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan memiliki persentase sebesar 47%.

Tabel 5.2 Distribusi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin

Status Gizi

Baik Kurang Total

n % n %

1. Laki-laki 7 43.75 18 53 25

2. Perempuan 9 56.25 16 47 25

Total 16 34 50

5.1.4.2 Usia

(21)
[image:21.595.112.521.133.264.2]

Tabel 5.3 distribusi malnutrisi berdasarkan usia

No Usia

Status Gizi

Baik Kurang Total

n % n %

1. Elderly 14 87.5 28 82.4 42

2. Old 2 12.5 6 17.6 8

Total 16 34 50

5.1.4.3 Indeks Massa Tubuh

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat distribusi malnutrisi paling banyak terdapat pada kelompok underweight yakni sebesar 61,8%. Sedangkan pada kelompok normoweight sebanyak 38,2%

Tabel 5.4 distribusi malnutrisi berdasarkan Indeks Massa Tubuh

No Indeks Massa Tubuh

Status Gizi

Baik Kurang Total

n % N %

1. Underweight 1 6.25 21 61.8 22

2. Nomoweight 15 93.75 13 38.2 28

[image:21.595.107.513.407.543.2]
(22)

5.1 Pembahasan

Prevalensi malnutrisi berdasarkan antropometri pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik tahun 2016 sebesar 68% dari 50 orang lansia yang diteliti mayoritas adalah pasien mengalami gizi buruk dengan parameter ukur menggunakan LLA. Hasil penelitian ini tidak sama perbandingannya dengan penelitian yang di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009 mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 45,9% pasien. Faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi adalah asupan energi yang tidak adekuat, pasien dengan penyakit non-infeksi mempunyai resiko malnutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien infeksi, bentuk makanan khusus yang diperoleh pasien merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi. Penilaian prevalensi malnutrisi pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam dilakukan dengan metode pengukuruan antropometri yaitu LLA yang meliputi, pengukuran status gizi berdasarkan jenis kelamin dan usia.

(23)

Status gizi berdasarkan umur, persentase gizi kurang mayoritas pada pasien lanjut usia berumur 60-74 tahun (82.4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pablo yang menunjukkan bahwa pada pasien lanjut usia kelompok elderly memiliki prevalensi malnutrisi yang paling tinggi dibandingkan kelompok

usia lainnya. Hal tersebut terbukti oleh karena orang lanjut usia menagalami penuranan asupan makanan karena perubahan kadar hormon dan fungsi pencernaan, atau obat-obatan, yang dapat mengurangi nafsu makan mereka. Kurangnya rasa lapar dapat diperburuk dengan adanya masalah mengunyah atau kesehatan gigi yang buruk. Gizi kurang pada pasien usia lanjut juga berhubungan dengan penurunan status fungsional, gangguan fungsi otot, penurunan massa tulang, gangguan sistem kekebalan tubuh, anemia, penurunan fungsi kognitif, penyembuhan luka yang buruk, perlambatan penyembuhan luka bedah, lama dan tingkat perawatan, perawatan ulang rumah sakit, peningkatan morbiditas dan mortalitas, serta penggunaan sumber daya kesehatan yang lebih besar.

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kaarkteristik malnutrisi pada pasien lansia di RSUP H. Adam Malik tahun 2016 diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi malnutrisi berdasarkan LLA pada pasien lansia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016 sebesar 68%.

2. Prevalensi malnutrisi berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016 sebesar 82.4% pada kelompok usia Elderly. 3. Prevalensi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam

Malik Medan Tahun 2016 sebesar 53% pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki.

4. Status gizi berdasarkan IMT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016 sebesar 61.8% pada pasien lansia yang memiliki Indeks Massa Tubuh underweight.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Peneliti merasa perlunya dilakukan pencatatan sumber-sumber data

yang lebih lengkap sehingga dapat membantu kebutuhan penelitian lain yang akan datang.

2. Untuk institusi rumah sakit sebagai pusat rujukan, untuk mempersiapkan sarana dan prasarana dalam perawatan malnutrisi dan komplikasinya.

3. Diharapkan melalui penelitian ini, petugas gizi dan tenaga kesehatan yang terkait lebih memperhatikan nutrisi dan sumber pangan pada pasien lansia.

(25)

program-program pemerintahan dalam meningkatkan status gizi masyarakat.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malnutrisi

2.1.1 Definisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Hal ini terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik.5

2.1.2 Epidemiologi

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien lansia serta menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju.6 Berdasarkan hasil berbagai penelitian yang dilakukan di Negara maju maupun berkembang, ditemukan angka prevalensi malnutrisi mencapai 40%, Swedia 17- 47%, Denmark 28%, Amerika dan Inggris antara 40-50% di Australia 40%. Studi di Indonesia yang dilakukan di Jakarta, menghasilkan data bahwa dari sekitar 20-60% pasien yang telah menyadang status malnutrisi dan 69%-nya mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit.1

(27)

Prevalensi malnutrisi rumah sakit di RSPAD Gatot Subroto mencapai 41,42%, dan di RS Hasan Sadikin Bandung ada sekitar 71,8% kasus malnutrisi serta 28,9% masuk kategori malnutrisi berat. Seiring waktu, kondisi ini tidak juga membaik, bahkan kasusnya masih cukup tinggi. Pada penelitian yang diadakan pada tahun 2007 di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan angka kejadian malnutrisi rumahsakit sebesar 52%. Sedangkan di RS Dr Soetomo pada tahun 2000 terdapat 58,5% penderita yang mengalami penurunan berat badan, tahun 2001 sebesar 53,4% dan 58,4% pada tahun 2002.7

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Malnutrisi

Malnutrisi adalah suatu kondisi ketidakcukupan atau ketidakseimbangan gizi pada tubuh. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrient.8

Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya tingkat konsumsi (dinilai dari jumlah dan kualiti makanan). Asupan makanan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, ketersediaan makanan dan perilaku masyarakat.9

(28)

2.2 Status Gizi

2.2.1 Tinjauan umum tentang status gizi

Gizi berasal dari bahasa Arab “Qizzi” adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melaui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.11

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai

dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi baik zat gizi makro maupun mikro. Zat gizi mikro yang utama adalah energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama penghasil energi, sehingga ukuran status gizi untuk zat gizi untuk zat gizi makro adalah energi dan protein, disebut juga dengan status energi dan protein.12

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab-akibat antara makanan (input) dan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi dapat dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam menyusun kebijakan harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah input atau outcome.13

(29)

2.3. Lansia

2.3.1 Definisi

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh.15

Berdasarkan WHO,lansia dibagi menjadi tiga golongan: a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun

b. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun

c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun

2.3.2 Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degeneratif.16

(30)
[image:30.595.125.499.113.371.2]

Tabel 2.1 Kemunduran dan Kelemahan Lansia

No. Kemunduran dan Kelemahan Lansia

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pergerakan dan kestabilan terganggu Intelektual terganggu

Isolasi diri (depresi) Inkontinensia

Defisiensi imunologis

Infeksi, konstipasi, dan malnutrisi Iatrogenesis dan insomnia

Kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan, komunikasi dan integritas kulit

Kemunduran proses penyembuhan

2.3.3 Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Status Gizi pada Lansia

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ tubuhnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin17 menjelaskan bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun.

Penurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gizi yang seringkali terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan fisiologis.18 Adapun perubahan fisiologis tersebut sebagai berikut:

a. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh dapat memberikan indikasi status gizi dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Pada abad ke-19 ditemukan berbagai senyawa kimiawi yang ternyata ada pula pada jaringan dan cairan tubuh.18

(31)

sedangakan sebanyak 2% massa lemak bertambah dari berat badan perdekade setelah usia 30 tahun. Jumlah cairan tubuh berkurang dari sekitar 60% berat badan pada orang muda menjadi 45% dari berat badan wanita usia lanjut.15

Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan kebutuhan energi yang terlihat pada lansia. Keseimbangan energi pada lansia lebih lanjut dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang menurun. Pemahaman akan hubungan berbagai keadaan tersebut penting dalam membantu lansia mengelola berat badan mereka.18

b. Gigi dan Mulut

Gigi merupakan unsur penting untuk pencapaian derajat kesehatan dan gizi yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai perubahan pada gingiva anak-anak. Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen. Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, berwarna lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal.15

Hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal dapat mencapai 300 poinds per square inch dapat mencapai 50 pound per square inch. Selain itu, terjadinya atropi gingiva dan procesus alveolaris yang menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan rasa sakit semakin memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum.18

c. Indera Pengecap dan Pencium

(32)

penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah

‟taste buds‟ atau tunas pengecap pada lidah. Cherie Long (1986) dan Ruslijanto (1996) dalam Darmojo (2010) menyatakan 80% tunas pengecap hilang pada usia 80 tahun. Wanita pasca monopause cenderung berkurang kemampuan merasakan manis dan asin. Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan. Gangguan rasa pengecap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia disebabkan kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng.19

d. Gastrointestinal

Motilitas lambung dan pengosongan lambung menurun seiring dengan meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang. Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi berkurang sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia.

Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut. Pada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif dengan adanya makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat.18

(33)

e. Hematologi

Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua pada sistem hematopoetik. Berdasarkan pengamatan klinik dan laboratorik, didapatkan bukti bahwa pada batas umur tertentu, sumsum tulang mengalami involusi, sehingga cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun. Beberapa variabel dalam pemeriksaan darah lengkap (full blood count) seperti kadar hemoglobin, indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC), hitung leukosit, trombosit menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan umur.

Anemia kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk kelainan hematologi yang sering dialami pada lansia . Penyebab utama anemia kekurangan zat besi pada usia lanjut adalah karena kehilangan darah yang terutama berasal dari perdarahan kronik sistem gastrointestinal akibat berbagai masalah pencernaan seperti tukak peptik, varises esofagus, keganasan lambung dan kolon.18 Menurunnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin) dan enzim-enzim pencernaan proteolitik mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.

2.3.4 Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri

Penilaian status gizi menggunakan antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metrosartinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energy dan protein. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh

i. Keunggulan antropometri4:

1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

(34)

3. Alatnya murah dan mudah dibawa, tahan lama.

4. Metode yang murah dan akurat karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi dan menggambarkan riwayat gizi masa lampau.

6. Umumnya dapat mengidentifikasi dan menggambarkan status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah memiliki ambang batas yang jelas.

7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tahun tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap status gizi.

ii. Kelemahan antropometri:

1. Tidak sensitive sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu yang singkat disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi besi.

2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran.

3. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.

4. Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asusmsi yang salah

5. Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya petugas pengukur, kesalahan alat atau alat yang tidak tertera, dan kesulitan dalam pengukuran.

(35)

a. Berat badan

Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak bila terserang penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak meningkat dan protein otot menurun. Pada pasien tumor, hal ini dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Terdapat alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama, yaitu20:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan

periodic memberikan gambaran pertumbuhan 3. Umum dan luas dipakai di Indonesia

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur

5. Digunakan dalam KMS

6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur

7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi, seperti: dacin

b. Tinggi badan

(36)

Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB faktor umur dapat dikesampingkan. Defisit berdasarkan indeks disebut sebagai stunting.20

i. Kelebihan indeks TB:

1. Baik untuk melihat gizi masa lampau.

2. Alat pengukur yang murah, sederhana dan mudah dibawa.

ii. Kekurangan indeks TB:

1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2. Pengukuran relative sulit karena harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang umtuk melakukannya.

3. Ketepatan umur sulit didapat

c. Lingkar lengan atas (LLA)

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadangsusah diperoleh.Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit Lingkar Lengan Atas merupakan parameter yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga non-profesional. Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat, sehingga merupakan indeks yang menggambarkan status saat ini.

Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut: 1. LLA < 21 = buruk

(37)

Keuntungan indeks LLA21:

1. Alat ukur yang murah, sangat ringan

2. Alat ukur yang diberi kode warna untuk meentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.

d. Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh.22 IMT juga merupakan

sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk

menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dengan ketelitian hingga 0,5 kg dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki. Status gizi ditentukan berdasarkan indeks IMT.

IMT = Berat Badan

(38)
[image:38.595.109.519.132.221.2]

Tabel 2.2 Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT

Status Gizi IMT (kg/m2)

Gizi Kurang <18,50

Gizi Normal 18,50-25,00

Gizi Lebih >25,00

(39)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi, protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi karena dua hal yaitu 1) proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan dapat menyebabkan malabsorpsi; 2) tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh pasien.1

Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia.2

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien selama dirawat jalan menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju. Penelitian di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009 mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 45,9% pasien di bagian bedah digestif menderita malnutrisi, di bagian penyakit dalam RSPAD Gatot Subroto Jakarta tahun 2001 sebanyak 47,76% pasien yang menderita gizi kurang, sedangkan di bagian penyakit dalam RSHS Bandung menunjukkan pasien malnutrisi sebanyak 71,8% dan malnutrisi berat 28,9%.3

(40)

pengukuran yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LLA).4

Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko malnutrisi pada lansia, diperlukan adanya penelitian yang membahas mengenai “Prevalensi Malnutrisi Berdasarkan Antropometri pada Pasien Lansia di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Berapa prevalensi malnutrisi pasien lansia di RSUP H. Adam Malik?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi berdasarkan LLA pada pasien lansia di RSUP H. Adam Malik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan LLA di RSUP H. Adam Malik.

2. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik.

3. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik.

(41)

1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi malnutrisi berdasarkan antropometri pada pasien lansia dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan dalam upaya mengontrol malnutrisi pada lansia.

2. Bidang Pendidikan

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

(42)

ABSTRACT

Malnutrition is one of numerous problems happening to the elderly. High prevalence of malnutrition in the elderly and with plenty of impacts caused make grading nutrition status crucial to undergo as an initial step to maintain or improve nutrition status of the elderly.

This research aimed to figure out nutrition status of the elderly in RSUP H. Adam Malik Medan. The research design used was descriptive involving 57 people. Data collection was carried out by consecutive sampling technique with the criterions of elderly aged at least 60 years of old, cooperative, and able to communicate in Bahasa.

Result obtained was that 68.4% elderly were categorized normal and 31.6% elderly was categorized having malnutrition issue. By sex 53% cases of malnutrition occur in men and 47% of cases occur in women. By age 82.4% cases of malnutrition occur in the elderly age and 17.6% of cases occur in old age. 61.8% based on BMI malnutrition cases occurred in patients with an underweight and 38.2% of cases occurred in patients with a normoweight.

Nutrition status of the elderly was caused by Mid Upper Arm Circumference Body of the elderly ability to stay active and illness condition suffered by the elderly for the past the months.

(43)

SKRIPSI

PREVALENSI MALNUTRISI BERDASARKAN ANTROPOMETRI PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2016

Oleh :

SHAFIRA HAZMI ARIF 130100146

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(44)

PREVALENSI MALNUTRISI BERDASARKAN ANTROPOMETRI PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2016

SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

SHAFIRA HAZMI ARIF 130100146

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)
(46)

ABSTRAK

Malnutrisi merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang terjadi pada lanjut usia. Tingginya prevalensi malnutrisi pada lansia serta banyaknya dampak yang ditimbulkan membuat penilaian status nutrisi menjadi penting untuk dilakukan sebagai langkah awal untuk mempertahankan atau memperbaiki status nutrisi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi lansia di RSUP H. Adam Malik.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 49 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan kriteria lansia berusia 60 tahun keatas, kooperatif dan dapat berkomunikasi serta berbahasa Indonesia.

Hasil penelitian diperoleh bahwa 32% lansia berstatus nutrisi normal dan 68% lansia mengalami malnutrisi. Berdasarkan jenis kelamin 53% kasus malnutrisi terjadi pada laki-laki dan 47% kasus terjadi pada perempuan. Berdasarkan usia 82.4% kasus malnutrisi terjadi pada kelompok usia elderly dan 17.6% kasus terjadi pada kelompok usia old. Berdasarkan IMT 61.8% kasus malnutrisi terjadi pada pasien dengan Indeks Massa Tubuh underweight dan 38.2% kasus terjadi pada pasien dengan Indeks Massa Tubuh normoweight.

(47)

ABSTRACT

Malnutrition is one of numerous problems happening to the elderly. High prevalence of malnutrition in the elderly and with plenty of impacts caused make grading nutrition status crucial to undergo as an initial step to maintain or improve nutrition status of the elderly.

This research aimed to figure out nutrition status of the elderly in RSUP H. Adam Malik Medan. The research design used was descriptive involving 57 people. Data collection was carried out by consecutive sampling technique with the criterions of elderly aged at least 60 years of old, cooperative, and able to communicate in Bahasa.

Result obtained was that 68.4% elderly were categorized normal and 31.6% elderly was categorized having malnutrition issue. By sex 53% cases of malnutrition occur in men and 47% of cases occur in women. By age 82.4% cases of malnutrition occur in the elderly age and 17.6% of cases occur in old age. 61.8% based on BMI malnutrition cases occurred in patients with an underweight and 38.2% of cases occurred in patients with a normoweight.

Nutrition status of the elderly was caused by Mid Upper Arm Circumference Body of the elderly ability to stay active and illness condition suffered by the elderly for the past the months.

(48)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sangatlah sulit untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini tanpa bimbingan dari berbagai pihak .

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatra Utara. 2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

3. Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK(K), selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

4. Dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK, selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

5. Dr. dr. Dina Kemala Sari, MS, Sp.GK, selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

6. dr. Sumi Ramadani, Sp.PD, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terlaksanakan dengan baik.

7. dr. Denny R. Siregar, SpB(K)Onk, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang sangat membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. dr. Sri Suryani Widjaya, M.Kes dan dr. Mahrani Lubis, M.Ked.(Ped), Sp.A., selaku penguji yang telah memberikan arahan dan membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

(49)

Hanafi Azra Arif, dan M. Fadlan Fadillah atas segala hal, cinta, kasih sayang, doa serta dukungan yang tidak ada habis-habisnya untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Rekan satu dosen pembimbing penulis, Milki Suci Purwanti yang saling membantu dan memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat penulis, Ade Ayu Lanniari Harahap, Yulitami Annisa Pandia, Annisa Maghfirah, Ditha Mayasari Utami, Syahirah Ismah, Helmi Fauzi Situmorang, Egy Frien Situmorang, Muhammad Ridho Lubis, Ardy Batubara, dan Dinna Rosa Qisthina atas bantuan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk meningkatkan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang dalam bidang pengetahuan khususnya di bidang Kedokteran. Terima Kasih.

Medan, 13 Desember 2016

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malnutrisi ... 4

2.1.1 Definisi ... ... 4

2.1.2 Epidemiologi ... 4

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Malnutrisi ... 5

2.2. Status Gizi ... 6

2.2.1. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi... .... 6

2.3. Lansia ... 7

2.3.1. Definisi ... 7

2.3.2. Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia ... 7

2.3.3. Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Status Gizi .... 8

2.3.4. Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri... 11

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Penelitian... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

(51)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Variabel dan Definisi Operasonal ... 22

4.6. Metode Analisis Data ... 24

4.7. Waktu Penelitian ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian ... 27

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 27

5.1.4. Hasil Ananlisis data ... 27

5.2. Pembahasan... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA... 34

(52)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kemunduran dan Kelemahan Lansia ... 8 2.2

5.1

Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT (Depkes RI) ... Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, LLA, dan IMT...

16 26 5.2 Distribusi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin... 28

(53)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Ethical Clearance

(55)

DAFTAR SINGKATAN

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RSPAD : Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat KMS : Kartu Menuju Sehat

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

Gambar

Gambar 1.1 Skema Kerangka Teori
Gambar 1.2  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.2 Distribusi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.3 distribusi malnutrisi berdasarkan usia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menu-menu yang dibuat pada website ini yaitu Halaman Home, Pulau Lombok, Jadwal Penerbangan, Kota Mataram, Pantai Senggigi,Pulau Gilis, Pulau Gili Trawangan, Pulau Meno, Pulau Gili

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2005 yang merupakan pengembangan terbaru visual basic.Net dari Microsoft Corporation yang

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan memperlihatkan dokumen

Lebih dari itu “kehadiran” Tuhan Yang Maha Esa dalam ruangan hati menjadikan manusia beriman senantiasa dihiasi dengan jiwa yang lapang, tentram dan damai..

Tabel 4.14 Preferensi konsumen berdasarkan salah satu atribut belanja yaitu Pelayanan pribadi untuk produk seperti Tiket pesawat diperoleh rata-rata sebesar 7.82 artinya

[r]

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (sNMpriv; urri rersitas Negeri Yogyakarta tahun 2009,

Perencanaan pembelajaran pendidikan karakter disusun dengan desain yang menggambarkan: Apa yang akan diajarkan kepada siswa (what), bagaimana cara pembelajaran yang