• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Obesitas Pada Pasien yang Osteoarthritis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Obesitas Pada Pasien yang Osteoarthritis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI OBESITAS PADA PASIEN YANG

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK,

MEDAN TAHUN 2009

Oleh:

Noormimi Khatijah Binti Kasim

070100427

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERTAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PREVALENSI OBESITAS PADA PASIEN YANG

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK,

MEDAN TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Noormimi Khatijah Binti Kasim

070100427

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERTAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PrevalensiObesitasPadaPasien yang Osteoarthritis di RumahSakit Haji Adam

Malik, Medan Tahun 2009

Nama : NoormimiKhatijahBintiKasim

NIM : 070100427

Pembimbing

Penguji I

(dr.AlmaycanoGinting, M.Kes) (dr.JuliandiHarahap, MA)

NIP : 132 303 382

NIP : 132 206 388

Penguji II

(Prof. HarunAlrasyid, Sp. PD)

NIP : 130 802 437

Medan, 24 November 2010

Dekan

FakultasKedokteran

UniversitasSumateraUtara

(4)

ABSTRAK

Obesitas dianggap sebagai salah satu daripada faktor resiko penting yang bisa menyebabkan terjadinya osteoarthritis (OA) pada bagian lutut. Gejala OA juga ternyata lebih berat pada pasien yang obesitas jika dibandingkan dengan pasien OA yang non-obese (Felson, 2008). Maka, gaya hidup yang sehat serta kontrol berat badan adalah penting untuk mengurangkan resiko terjadinya OA.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat prevalensi obesitas pada pasien osteoarthritis (OA) yang datang berobat di RSU Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain retrospektif, dan telah mengambil data daripada 43 rekam medis sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga November 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata daripada 43 orang jumlah sampel (sudah terdiagnosa OA), 25 orang mengalami obesitas (58,1%) dan 13 orang adalah overweight (30,2%). 2 orang (4,7%) sampel adalah underweight dan 3 orang (7,0%) lagi mempunyai berat badan normal. Untuk distribusi frekuensi pasien OA menurut jenis kelamin pula, didapati bahwa 17 orang adalah pria (39,5%) manakala 26 orang adalah wanita (60,5%). Untuk distribusi frekuensi menurut umur pula, ternyata OA paling banyak terjadi pada kelompok umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 13 orang (30%).

Dari hasil penelitian ini, ternyata prevalensi obesitas adalah tinggi pada pasien OA yang datang berobat di RS HAM. Oleh itu, dapat disimpulkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang dominan dalam proses terjadinya OA pada sampel penelitian ini.

(5)

ABSTRACT

Obesity is considered as one of the important risk factors that can lead to osteoarthritis (OA) of the knee. Symptoms of OA are also proven to be more severe in patients who are obese when compared with patients with osteoarthritis of the non-obesity (Felson, 2008). Thus, a healthy lifestyle and weight control is important to reduce the risk of OA. The purpose of this study was to see the prevalence of obesity in patients with osteoarthritis (OA) who came for treatment at Haji Adam Malik Hospital, Medan in year 2009.

This study uses descriptive retrospective study design, and has obtained the data from medical records of more than 43 OA patients as samples. This research was conducted from May to November 2010.

The results showed that out of 43 samples (already diagnosed with OA), there are 25 obese patients (58.1%) and 13 overweight patients (30.2%). 2 patients (4.7%) are underweight and the other 3 patients (7.0%) have healthy weight. For patients with osteoarthritis of the frequency by sex distribution, 17 patients are male (39.5%), and 26 patients are women (60.5%). For the distribution of frequencies according to age, OA was more common in the age group 61-70 years up to 13 people (30%).

From these results, it is that there is a high prevalence of obesity in patients with osteoarthritis who came to seek treatment in HAM Hospital, Medan. Thus, it can be concluded that obesity is one of the dominant risk factor for the occurrence of OA in the study sample.

(6)

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratAllah SWT atas limpahanRahmat dan Hidayahnyasehingga saya dapatmenyelesaikanproposalKaryaTulisIlmiahdenganjudul:“Prevalensi Obesitas Pada Pasien yang Osteoarthritis di RumahSakitHaji Adam MalikTahun 2009”

Prosespenulisanlaporaninitidakterlepasdaribantuanberbagaipihak. Dalamkesempatanini saya menyampaikanucapanterimakasih yang sebesar-besarnyakepada yang terhormat :

1. dr.AlmaycanoGinting, M.KesselakuDosenPembimbing yang telahmemberikanbimbingan dan tunjuk ajar

2. Dosen-dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran USU

3. Rakan-rakan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam penulisan laporanl ini.

Saya menyedari bahwa penyusunan laporanl ini masih jauh daripada sempurna, baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk memperbaiki laporan ini.

Medan, 22 November 2010

(7)
(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 18

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3 Populasi dan Sampel ... 18

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HasilPenelitian ... 21

5.1.1 DeskripsiLokasiPenelitian ... 21

5.1.2 KarekteristikIndividu ... 21

5.1.3 HasilAnalisa Data... 21

5.2 Pembahasan ... 23

5.2.1 Distribusifrekuensipasien OA berdasarkanjenis Kelamin... 23

5.2.2 Distribusifrekuensipasien OA berdasarkanklasifikasi beratbadan (IMT) ... 24

5.2.3 Distribusifrekuensipasien OA berdasarkankelompok Umur ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 26

6.2Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

2.1 Indeks Massa Tubuh Menurut Kriteria WHO 5 3.1 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT (WHO, 2000) 17 3.2 Definisi Operasional 16-17 5.1 Distribusifrekuensipasien OA berdasarkanjeniskelamin 22 5.2 Distribusifrekuensipasien OA lututberdasarkanklasifikasi

beratbadan (Indeks Massa Tubuh) 23

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 DaftarRiwayatHidup Lampiran 2 Data Induk

(12)

ABSTRAK

Obesitas dianggap sebagai salah satu daripada faktor resiko penting yang bisa menyebabkan terjadinya osteoarthritis (OA) pada bagian lutut. Gejala OA juga ternyata lebih berat pada pasien yang obesitas jika dibandingkan dengan pasien OA yang non-obese (Felson, 2008). Maka, gaya hidup yang sehat serta kontrol berat badan adalah penting untuk mengurangkan resiko terjadinya OA.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat prevalensi obesitas pada pasien osteoarthritis (OA) yang datang berobat di RSU Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain retrospektif, dan telah mengambil data daripada 43 rekam medis sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga November 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata daripada 43 orang jumlah sampel (sudah terdiagnosa OA), 25 orang mengalami obesitas (58,1%) dan 13 orang adalah overweight (30,2%). 2 orang (4,7%) sampel adalah underweight dan 3 orang (7,0%) lagi mempunyai berat badan normal. Untuk distribusi frekuensi pasien OA menurut jenis kelamin pula, didapati bahwa 17 orang adalah pria (39,5%) manakala 26 orang adalah wanita (60,5%). Untuk distribusi frekuensi menurut umur pula, ternyata OA paling banyak terjadi pada kelompok umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 13 orang (30%).

Dari hasil penelitian ini, ternyata prevalensi obesitas adalah tinggi pada pasien OA yang datang berobat di RS HAM. Oleh itu, dapat disimpulkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang dominan dalam proses terjadinya OA pada sampel penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

Obesity is considered as one of the important risk factors that can lead to osteoarthritis (OA) of the knee. Symptoms of OA are also proven to be more severe in patients who are obese when compared with patients with osteoarthritis of the non-obesity (Felson, 2008). Thus, a healthy lifestyle and weight control is important to reduce the risk of OA. The purpose of this study was to see the prevalence of obesity in patients with osteoarthritis (OA) who came for treatment at Haji Adam Malik Hospital, Medan in year 2009.

This study uses descriptive retrospective study design, and has obtained the data from medical records of more than 43 OA patients as samples. This research was conducted from May to November 2010.

The results showed that out of 43 samples (already diagnosed with OA), there are 25 obese patients (58.1%) and 13 overweight patients (30.2%). 2 patients (4.7%) are underweight and the other 3 patients (7.0%) have healthy weight. For patients with osteoarthritis of the frequency by sex distribution, 17 patients are male (39.5%), and 26 patients are women (60.5%). For the distribution of frequencies according to age, OA was more common in the age group 61-70 years up to 13 people (30%).

From these results, it is that there is a high prevalence of obesity in patients with osteoarthritis who came to seek treatment in HAM Hospital, Medan. Thus, it can be concluded that obesity is one of the dominant risk factor for the occurrence of OA in the study sample.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose, sehingga bisa mengganggu kesehatan (Garrow, 1988). Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara-negara-negara-negara Eropah, USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara berkembang obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obes (WHO, 1998).

Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000).

(15)

Osteoarthritis (OA) merupakan tipe arthritis yang paling sering terjadi. Prevalensi OA ini tinggi serta sering menyebabkan kecacatan terutamanya pada golongan lanjut usia. Kejadian OA semakin meningkat disebabkan proses penuaan serta obesitas yang turut menjadi faktor resiko. Prevalensi OA berhubung kuat dengan usia. OA jarang terjadi pada orang dewasa dengan usia di bawah 40 tahun tetapi banyak pada usia di atas 60 tahun. OA juga lebih sering terjadi pada wanita berbanding dengan pria (Davidson, 2007).

Gaya mekanis yang dikenakan pada bagian sendi merupakan penyebab OA yang signifikan dan juga merupakan faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Wanita, tingkat edukasi yang rendah, obesitas, dan kekuatan muskular yang lemah sering dihubungkan dengan penyakit simptomatik dan seterusnya mengakibatkan kecacatan. Baru-baru ini, genetik telah terbukti mempunyai faktor yang signifikan dalam proses penyakit OA. March dan Bagga (2004) menunjukkan bahawa risiko untuk OA pada lutut meningkat sebanyak 36% untuk setiap kenaikan 2 unit Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu 5 kg daripada berat badan. Pembedahan Bariatric menyebabkan penurunan rata-rata berat badan sebanyak 44 kg (97 lb). 89% daripada pasien mengatakan nyeri akibat OA berkurang pada sendi selepas dilakukan operasi bariatric.

Banyak penelitian longitudinal telah menunjukkan hubungan yang kuat antara obesitas dengan OA pada lutut. Namun begitu, hubungan antara obesitas dengan OA pada bagian tangan dan pinggul masih menjadi kontroversi. OA didapati pada beberapa penelitian cross-sectional dan longitudinal. Pada penelitian longitudinal yang besar oleh Gelber et al. dan Reijman et al. (2007) IMT yang besar tidak berhubungan dengan OA pinggul. Penelitian cross sectional yang besar gagal untuk menunjukkan hubungan antara obesitas dengan OA tangan pada pria atau wanita, manakala beberapa data prospektif telah menunjukkan obesitas kemungkinan bisa menyebabkan OA pada tangan. Menurut penelitian longitudinal yang dijalankan oleh J. Niu et al (2009), jika dibandingkan dengan subjek yang mempunyai Indeks Massa Tubuh normal, subjek yang obese atau sangat obese mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terkena OA lutut (risiko relative 2,4 dan 3,2, masing-masing).

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul pertanyaan ”Bagaimanakah prevalensi obesitas pada pasien osteoarthritis yang datang berobat di RS Haji Adam Malik, Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk melihat prevalensi obesitas pada pasien yang mengalami osteoarthritis (OA).

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang Indeks Massa Tubuh pada pasien OA. 2. Mengetahui karakteristik penderita OA yang obesitas.

3. Mendapatkan gambaran penyakit OA pada pasien yang obesitas. 4. Mendapatkan gambaran penyakit OA pada pasien non-obese. 5. Melihat faktor-faktor lain yang boleh mempengaruhi kejadian OA.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Rumah Sakit

(a) Mengenalpasti kemungkinan pasien yang obesitas untuk menghidap osteoarthritis. (b) Dapat menjadi sumber informasi yang diperlukan oleh pasien obesitas dalam

memantau berat badannya untuk mengurangkan risiko terjadi OA. 2. Bagi masyarakat umum

(a) Memberikan informasi tentang risiko obesitas serta komplikasi yang mungkin terjadi agar terdorong untuk mempertahankan berat badan ideal.

(b) Dapat mengurangkan resiko terkena osteoarthritis dengan cara mengawal berat badan serta mengurangkan komplikasi lain.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi

Obesitas bermaksud satu kondisi dengan peningkatan berat badan yang disebabkan oleh penumpukan jaringan adiposa, dan cukup banyak untuk menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terhadap kesehatan manusia. (Badman, 2005). Ada beberapa teknik untuk mengukur akumulasi lemak, yaitu: Indeks Massa Tubuh (IMT) = (berat bada dalam kilogram)/(tinggi badan dalam meter) 2, pengukuran lipatan kulit (skinfold measurements), lilitan tubuh (yang sering dipakai ialah rasio lilitan pinggul terhadap panggul)(Guyton & Hall, 2006). Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Index Massa Tubuh tersedia dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang Australia. Rumus Index Massa Tubuh adalah : Berat Badan (kg) / Tinggi Badan(m2).

Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh Menurut Kriteria WHO

IMT (kg/m2) Kelas

(18)

(intake) energi diregulasi oleh mekanisme neural dan hormonal tubuh, dan berat badan bisa tetap dijaga dalam rentang yang sempit untuk beberapa tahun (Guyton & Hall, 2006). Keseimbangan ini dijaga oleh set point dalaman (lipostat), yang bisa mendeteksi kuantiti cadangan energi (jaringan adiposa) dan meregulasi asupan makanan serta penggunaan energi. Beberapa tahun belakangan ini, ’gen obesitas’ telah diidentifikasi. Gen-gen ini mempunyai kode untuk komponen molekular untuk sistem fisiologis yang mengatur keseimbangan energi. Salah satu gen penting yang berperan dalam homeostasis energi ialah gen LEP serta produknya, leptin. Leptin merupakan sejenis sitokin yang disekresi oleh sel adiposa, berfungsi untuk meregulasi asupan makanan dan pengunaan energi. Efek leptin adalah untuk mengurangkan pengambilan makanan dan meningkatkan penggunaan energi.

Dalam keadaan normal, keseimbangan energi berubah-ubah dari makanan satu ke makanan yang lain, dari hari ke hari, minggu ke minggu tanpa ada perubahan kekal dalam cadangan tubuh atau berat badan. Beberapa mekanisme fisiologis berperan penting dalam diri individu untuk menyeimbangkan keseluruhan asupan energi dengan keseluruhan energi yang digunakan dan untuk menjaga berat badan stabil dalam jangka waktu yang cukup panjang. Obesitas hanya akan muncul apabila terjadi keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang (WHO, 2000).

Mekanisme neurohormonal yang meregulasi keseimbangan energi dan berat badan adalah sangat kompleks. Secara ringkas, mekanisme tersebut terbahagi kepada 3 komponen:

 Sistem aferen, di mana sinyal muncul dari berbagai tempat pada tubuh.. Komponen utamanya adalah leptin (jaringan adiposa), insulin (pankreas), ghrelin (lambung), peptida YY (ileum dan usus besar). Leptin mengurangkan pengambilan makanan. Sekresi pemprosesan hipothalamus yang juga dikenali sebagai sistem melanokortin sentral, mengintegrasi tipe sinyal-sinyal aferen yang berbeda dan menghasilkan sinyal-sinyal eferen.

 Sistem ghrelin menstimulasi selera makan, dan bisa berfungsi sebagai “sinyal untuk mula makan”. Peptida YY, yang dilepaskan selepas makan oleh sel-sel endokrin di ileum dan usus besar, merupakan sinyal yang menunjukkan kekenyangan (satiety).

(19)

Sekresi leptin diregulasi oleh jumlah cadangan lemak, tetapi mekanismenya belum jelas. Dengan jaringan adiposa yang banyak,sekresi leptin distimulasi, dan hormon tersebut sampai ke hipothalamus, di mana ia berikatan dengan reseptor leptin pada dua kelas neuron. Satu kelas neuron yang sensitif terhadap leptin menghasilkan neuropeptida yang memicu nafsu makan (orexigenic), neuropeptida Y (NPY) dan protein agouti-related (AgRP). Kelas neuron dengan reseptor leptin yang satu lagi menghasilkan peptida yang menghambat nafsu makan (anorexigenic), hormon alpha-melanocyte stimulating (α-MSH) dan transkrip yang berhubung dengan kokain- dan amfetamin- (CART). Kerja neuropeptida anoreksigenik dan oreksigenik ditunjukkan dengan berikatan pada set reseptor lain, yang paling utama adalah reseptor NPY dan reseptor melanokortin 4 (MC4R), di mana AgRP dan α-MSH masing-masing berikatan. Pengikatan leptin mengurangkan asupan makanan dengan cara menstimulasi produksi α-MSH dan CART (peptida anoreksigenik) dan menghambat sintesis NPY dan AgRP (peptida oreksigenik). Keadaan yang sebaliknya berlaku apabila cadangan lemak tubuh tidak adekuat: sekresi leptin berkurang dan pengambilan makanan meningkat. Pada individu dengan berat badan yang stabil, proses ini dalam keadaan seimbang (Kumar, Abbas, Fausto & Mitchell, 2007).

Seperti yang telah dibincangkan sebelum ini, leptin bukan saja meregulasi nafsu makan, tetapi juga penggunaan energi, melalui mekanisme tertentu. Oleh itu, kadar leptin yang tinggi meningkatkan aktivitas fisik, penghasilan panas, dan penggunaan energi. Mediator-mediator neurohormonal untuk penggunaan energi yang dipicu oleh leptin kurang diketahui. Termogenesis (thermogenesis) mungkin merupakan efek katabolik paling utama yang dipicu oleh leptin melalui hipothalamus. Termogenesis sebagiannya dikawal oleh sinyal hipothalamus yang meningkatkan pelepasan norepinefrin daripada ujung syaraf simpatetik di jaringan adiposa. Sel lemak memaparkan reseptor β3-adrenergik yang akan menyebabkan hidrolisis asam lemak dan penghasilan energi uncouple dari cadangan apabila distimulasi oleh norepinefrin (Kumar, Abbas, Fausto & Mitchell, 2007).

(20)

mutasi pada gen MC4R menyebabkan berlakunya obesitas, seperti 4-5% pasien dengan obesitas masif. Obesitas pada manusia dalam bentuk monogenik adalah jarang, dan dikatakan terdapat gangguan didapat (acquired) yang lain terlibat dalam patogenesis obesitas. Contohnya, kadar leptin darah yang tinggi pada kebanyakan individu obesitas, menunjukkan resistensi terhadap leptin dibandingkan defisiensi leptin adalah lebih sering terjadi pada manusia. Tidak dinafikan bahawa genetik mempunyai peran penting dalam mengawal berat badan. Namun, dengan adanya ciri-ciri kompleks, obesitas bukanlah gangguan genetik semata-mata. Terdapat pengaruh dari lingkungan yang definitif; prevalensi obesitas pada orang Asia yang pindah ke Amerika adalah lebih tinggi berbanding dengan yang tinggal di Asia. Hal ini mungkin merupakan akibat daripada perubahan tipe dan jumlah asupan gizi. Bagaimanapun kondisi genetik individu itu, obesitas tidak mungkin akan terjadi tanpa pengambilan makanan (Kumar, Abbas, Fausto & Mitchell, 2007).

2.1.3 Komplikasi obesitas

Obesitas, terutamanya obesitas sentral, meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL yang rendah, yaitu faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner. Mekanisme yang menghubungkan semua kondisi ini adalah kompleks dan kemungkinan berhubungan antara satu sama lain. Sebagai contoh, obesitas berkaitan dengan resistensi terhadap insulin dan hiperinsulinemia, ciri-ciri penting dari diabetes tipe 2, dan penurunan berat badan memperbaiki kondisi kesehatan (Champe & Harvey, 2008).

(21)

2.1.4 Penatalaksanaan obesitas

Strategi menurunkan berat badan harus melakukan modifikasi diet, aktivitas fisik, kebiasaan dan hindari stress. Diet yang dianjurkan adalah makan yang secukupnya, kurangi konsumsi makan-makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Kira-kira karbohidrat yang dikonsumsi 55-65% dari total energi. Buah-buahan, gandum dan sayuran diperbanyak, dan kurangi konsumsi alkohol. Salah satu faktor yang tidak kalah penting untuk program penurunan berat badan adalah meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk obesitas adalah aktivitas yang tidak terlalu berat seperti jalan kaki dan turun-naik tangga. Aktivitas yang intensitas rendah sampai sedang sangat dianjurkan . Apabila sudah melaksanakan perubahan gaya hidup diatas, namun masih belum berhasil, dapat konsultasikan ke dokter untuk penatalaksanaan dengan obat-obatan maupun tindakan lainnya (operasi). Indikator penting bagi dokter untuk memberikan obat-obatan adalah:

 Metode penurunan badan yang lain tidak berhasil

 Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 27 dan mempunyai komplikasi medis dari obesitas seperti, diabetes, tekanan darah tinggi, atau sleep apneu.

 IMT lebih dari 30

Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas. Yaitu;

Sibutramine. Obat ini menekan nafsu makan di sistem saraf pusat, yang membuat pasien lebih cepat merasa kenyang. Efek samping obat ini meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi dan insomnia.

(22)

Apabila sudah melakukan penatalaksanaan diatas tetapi tidak berhasil, maka tata laksana operasi dapat menjadi pilihan. Operasi dipikirkan jika;

 Indeks massa tubuh (IMT) 40 atau lebih

 Nilai IMT 35 sampai 39,9 dan mempunyai komplikasi lain yang berhubungan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Operasi bypass lambung, yang akan merubah anatomi dari saluran pencernaan untuk mengontrol masuknya makanan yang anda makan. Dokter bedah akan membuat kantung di bagian atas lambung yang akan disambung dengan usus halus. Maka makanan yang masuk, langsung menuju kantung dan langsung ke usus halus. Lambung akan tetap mengeluarkan cairannya untuk

membantu menghancurkan makanan.

Tindakan ini dapat menimbulkan efek samping seperti pneumonia, pembekuan darah dan infeksi bisa terjadi. Penurunan berat badan yang terlalu cepat akan menghasilkan batu empedu, hernia (pada tempat pemotongan). Bypass lambung juga dapat menimbulkan sindrom dumping, suatu kondisi dimana isi perut terlalu cepat masuk ke usus halus, menyebabkan mual, muntah, diare, pusing dan berkeringat.

2.2 Osteoarthritis (OA) 2.2.1 Definisi

Dikenali sebagai penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan sendi yang paing sering berlaku. Menurut Stacy (2009), OA seringkali termasuk dalam proses penuaan dan merupakan penyebab utama kecacatan fisik pada individu dengan usia di atas 65 tahun (80-90% dari pasien OA).

2.2.2 Gejala klinis

(23)

2.2.3 Faktor resiko

Pada kebanyakan kasus, OA muncul secara bertahap dengan meningkatnya usia dan tanpa penyebab yang jelas (OA primer). Pada kasus seperti ini, yang sering berlaku adalah oligoartikuler (melibatkan beberapa bagian sendi). Pada kondisi yang jarang berlaku (kurang dari 5% dari kasus) apabila OA mengenai orang muda, sering terdapat faktor predisposisi lain seperti kecederaan akibat trauma, deformitas perkembangan, atau penyakit penyerta sistemik seperti diabetes, okronosis (gangguan metabolik alkaptonuria), hemokromatosis, atau obesitas berat (Siddiqui & Laborde, 2009). Pada kondisi ini, yang terjadi adalah OA sekunder dan selalunya melibatkan satu atau lebih sendi yang mempunyai faktor predisposisi. Jenis kelamin juga mempunyai pengaruh; OA pada lutut dan tangan lebih sering terjadi pada wanita, manakala pada pria sering terjadi di bagian panggul (Burns, 2007).

Menurut Lozada (2009), antara faktor resiko terjadinya OA adalah: usia lanjut (>65 tahun), obesitas, wanita, trauma, infeksi, trauma saat bekerja yang berulang, faktor genetik, ada riwayat menderita artritis inflamasi, gangguan neuromuskular, gangguan metabolik.

2.2.4 Morfologi

Perubahan struktural yang paling awal pada OA termasuklah pembesaran, proliferasi, dan disorganisasi kondrosit (sel-sel rawan) pada bagian superfisial daripada kartilago artikuler. Proses ini disertai dengan peningkatan komposisi air pada matriks dengan pengurangan konsentrasi proteoglikan (komponen inilah yang memberi ciri elastisitas dan turgor). Akibatnya, fibrillasi dan keretakan pada matriks vertikal dan horizontal berlaku saat lapisan superfisial dari kartilago mengalami degradasi. Pemeriksaan secara makroskopis pada stadium ini menunjukkan permukaan kartilago artikuler yang bergranular lembut.. Akhirnya, bahagian kartilago yang tebal hilang, dan plat tulang subkondral terpapar. Struktur tulang akan berubah dan bisa terjadi sklerosis dan penebalan tulang, osteofit (pertumbuhan tulang abnormal) dan pannus (Burns, 2007).

2.2.5 Patogenesis

(24)

beban, ia menyebarkan beban dengan sekata di sepanjang permukaan sendi supaya tulang di bawahnya dapat menyerap hentakan dan berat. Fungsi-fungsi ini memerlukan rawan yang elastik (kembali ke bentuk asal selepas kompresi) dan mempunyai daya regangan (tensile) yang tinggi. Ciri-ciri ini diperoleh dari proteoglikan dan kolagen tipe II, kedua-duanya dihasilkan oleh kondrosit. Fungsi kondrosit yang normal adalah penting untuk mepertahankan sintesis dan degradasi rawan; sebarang gangguan keseimbangan bisa menyebabkan OA (Burns, 2007).

Fungsi kondrosit bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan yang paling utama adalah stress mekanikal dan proses penuaan. Faktor genetik juga menyumbang kepada kerentanan terhadap OA terutamanya pada bagian tangan dan panggul, tetapi gen yang spesifik masih belum diketahui. Risiko OA juga meningkat dengan densitas tulang yang tinggi, juga dengan kadar estrogen yang tinggi dan menetap (Burns, 2007).

Sebanyak 3 hingga 4 kali lipat dari berat bedan terpaksa ditampung oleh lutut saat berdiri dengan sebelah kaki. Berat badan berlebihan pada orang yang obesitas akan meningkatkan lagi beban yang perlu ditampung oleh lutut. Obesitas merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA pada lutut, namun pada pinggul dan tangan masih menjadi kontroversi. Obesitas dapat langsung terjadi selepas OA, dan bukan hanya merupakan akibat dari kurangnya aktivitas fisik pada penderita OA. Obesitas juga merupakan faktor resiko kuat yang menyebabkan OA pada wanita dan hubungan berat badan dan penyakit tersebut adalah linear, yaitu apabila berat badan bertambah, resiko OA juga meningkat (Felson, 2008). Efek obesitas pada perkembangan dan perjalanan OA dijelaskan melalui pertambahan beban pada sendi yang menampung berat pada individu yang overweight. Namun begitu, hubungan antara obesitas dengan OA pada bagian tangan mungkin disebabkan oleh faktor metabolik sistemik yang bersirkulasi dalam tubuh individu yang obese (Tortora & Derrickson, 2006).

2.2.6 Gejala Klinis

(25)

pergerakan (penebalan kapsular, terhambat oleh osteofit), krepitasi kasar yang dapat dipalpasi dan didengari saat auskultasi, pembengkakan tulang (osteofit) di sekitar batas sendi, deformitas tanpa instabilitas, nyeri periartikular, lemah atau atrofi otot, sinovitis ringan ditandai dengan efusi dan rasa panas (Davidson, 2007).

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009). Metode klasifikasi radiografi OA yang dapat diterima secara universal ialah sistem grading Kellgren-Lawrence, menggunakan 4 ciri-ciri radiografi seperti berikut:

Setiap peningkatan berat badan lebih dari normal akan menimbulkan beban yang berlebihan pada sendi penyangga berat badan, dan ini cenderung menyebabkan trauma ringan tetapi terus-menerus dan akan berakhir menjadi osteoartritis (OA) baik primer ataupun sekunder. Engel dalam penelitiannya atas populasi penduduk yang dibagi menjadi 4 grup, ternyata grup yang mempunyai berat badan berlebihan dengan umur makin tua cenderung lebih cepat menderita OA. Sendi yang terkena adalah sendi penyangga berat badan yaitu punggung, pangkal paha, lutut dan pergelangan kaki (Hermawan, 1991).

(26)
(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Judul Penelitian : Prevalensi Obesitas Pada Pasien yang Osteoarthritis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009.

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka konsep penyakit OA dan obesitas

3.1 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT (WHO, 2000)

IMT (kg/m2) Kelas

< 18,5 Underweight 18,5 s/d < 22,9 Batas Normal >23 Overweight

23 s/d 24,9 Mempunyai risiko 25 s/d < 29,9 Obese Kelas I > / = 30 Obese Kelas II

Obesitas Osteoartritis

(28)

3.2 Definisi Operasional

Istilah Deskripsi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk melihat gambaran obesitas pada pasien yang menderita osteoarthritis (OA). Desain penelitian adalah retrospektif, karena data diambil daripada rekam medis pasien OA.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dijalankan sejak bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010. Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka, penyusunan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, seminar proposal, dan dilanjutkan dengan penelitian lapangan mulai dari pengumpulan data hingga ke penulisan hasil laporan.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik (RS HAM), Medan. Pemilihan lokasi ini adalah karena RS HAM mempunyai jumlah penderita OA yang relatif banyak sehingga sampel dan populasi yang diperlukan untuk penelitian ini dapat ditemukan dengan lebih mudah. RS HAM juga memiliki data rekam medis yang baik dan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah dirawat di RS HAM yang telah didiagnosa menderita penyakit OA untuk tahun 2009. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam medis yang ada.

Cara pemilihan sample adalah total sampling, yang bermaksud semua pasien yang menderita OA sepanjang tahun 2009 di RS HAM diambil sebagai sampel untuk penelitian.

Kriteria in klusi:

(30)

 Pasien OA yang rawat jalan. Pasien rawat inap tidak dijadikan sampel karena mungkin mempunyai komplikasi lain serta penyakit penyerta yang bisa mempengaruhi hasil penelitian.

 Diagnosis OA dengan foto Rontgen supaya semua sampel homogen. Kriteria eksklusi:

 Pasien OA dengan keluhan nyeri bukan pada bagian lutut .  Pasien rawat inap.

 Diagnosis OA yang bukan dengan foto Rontgen.  Pasien OA yang menderita deformitas kongenital

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, diambil rekam medis (data sekunder) kesemua pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit osteoartrit is dan mempunyai riwayat obesitas, ke mud ia n d it ent ukan apaka h o be sit as it u merupaka n fakt o r re siko ya ng dapat me mpe ngaruhi t erjad inya pe nyak it o st eoartrit is pada pasie n t ersebut . Pro ses pengu mpu la n dat a:

 Ber ju mpa denga n peker ja d i bag ia n reka m med is RSU HAM  Me milih sa mpe l berdasarkan kr it eria ink lu si da n eksk lu si  Me nga mbil dat a ya ng d iper luka n dar i rekam med is

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(31)

BAB 5

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan.. Dalam hal ini telah dilakukan penelitian retrospektif terhadap 43 sampel yang didiagnosa menghidap osteoarthritis. Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang disimpan di Instalasi Rekam Medis RSUP. Haji Adam Malik, Medan.

5.1.2 Karakteristik Individu

Jumlah sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 43 orang. Sampel dipilih dengan mengambil data rekam medis yang tertulis bahawa diagnosis awal pasien adalah osteoarthritis. Kemudian dilihat pada riwayat penyakit sampel apakah obesitas atau tidak.

5.1.3 Hasil Analisa Data

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi pasien OA berdasarkan jenis kelamin

Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

2009

Lelaki 17 39,5

Perempuan 26 60,5

Total 43 100

(32)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pasien OA lutut berdasarkan klasifikasi berat badan (Indeks Massa Tubuh)

Kelas Frekuensi Percent(%) Underweight 2 4.7 Healthy weight 3 7.0 Overweight 13 30.2 Obese 25 58.1 Total 43 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, daripada 43 orang jumlah sampel, terdapat 2 orang sampel yang underweight, 3 orang mempunyai berat badan normal, 13 orang overweight, dan 25 orang obese. Dapat disimpulkan bahawa sampel yang menderita OA paling banyak termasuk dalam klasifikasi berat badan obese, yaitu 25 orang (58,1%).

Tabel 5.3 Distribusi pasien OA lutut berdasarkan kelompok umur

Kelompok umur Jumlah (orang) Persentase (%) 10-20 2 4.7

(33)

Berdasarkan tabel di atas, ternyata bilangan sampel yang menderita OA lutut obesitas pada pasien yang menderita OA lutut dengan melihat pada rekam medis yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan.

Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien Departement Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun 2009. Kriteria khusus yang digariskan untuk sampel penelitian adalah umur, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh pasien. Kriteria seperti yang disebutkan diatas mungkin mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya penyakit OA, oleh kerana itu diperlukan penelitian yang lain untuk membuktikannya.

5.2.1 Distribusifrekuensi pasien OA berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data yang diperolehi, terdapat perbedaan jumlah persentase di antara jenis kelamin lelaki dan perempuan pada penderita OA. Walaupun perbedaan yang dicatatkan tidak menunjukkan nilai yang jauh atau nyata (mungkin disebabkan jumlah sampel yang kecil), perbedaan ini dapat dilihat daripada jumlah penderita OA perempuan (60,5%) lebih tinggi berbanding pasien lelaki (30,5%) dan teori ini tergantung dengan faktor lain seperti kelompok umur, berat badan, dan deformitas pada lutut. Data ini bersesuaian dengan penelitian Cush JJ et al (2005) yang mengatakan bahawa OA lebih sering terjadi pada wanita berbanding dengan pria.

(34)

5.2.2 Distribusi frekuensi pasien OA lutut berdasarkan klasifikasi berat badan (Indeks Massa Tubuh)

Berdasarkan data yang diperolehi, ternyata 58,1% daripada jumlah sampel penelitian mempunyai berat badan yang termasuk dalam klasifikasi obese. Data penelitian ini bersesuaian dengan penelitian Siddiqui & Laborde (2009) yang mengatakan bahawa obesitas meningkatkan tekanan mekanis pada bagian sendi yang menampung beban. Obesitas sering dihubungkan dengan risiko terjadinya OA pada lutut.

Sebanyak 3 hingga 4 kali lipat dari berat bedan terpaksa ditampung oleh lutut saat berdiri dengan sebelah kaki. Berat badan berlebihan pada orang yang obesitas akan meningkatkan lagi beban yang perlu ditampung oleh lutut. Obesitas merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA pada lutut, namun pada pinggul dan tangan masih menjadi kontroversi. Obesitas dapat langsung terjadi selepas OA, dan bukan hanya merupakan akibat dari kurangnya aktivitas fisik pada penderita OA. Obesitas juga merupakan faktor resiko kuat yang menyebabkan OA pada wanita dan hubungan berat badan dan penyakit tersebut adalah linear, yaitu apabila berat badan bertambah, resiko OA juga meningkat (Felson, 2008).

Efek obesitas pada perkembangan dan perjalanan OA dijelaskan melalui pertambahan beban pada sendi yang menampung berat pada individu yang overweight. Namun begitu, hubungan antara obesitas dengan OA pada bagian tangan mungkin disebabkan oleh faktor metabolik sistemik yang bersirkulasi dalam tubuh individu yang obese (Tortora & Derrickson, 2006).

(35)

5.2.3 Distribusi pasien OA lutut berdasarkan kelompok umur

Berdasarkan tabel di atas, ternyata bilangan sampel yang menderita OA lutut paling banyak termasuk dalam kelompok umur 61-70 tahun (30%). Hasil yang diperolehi ini sejalan dengan teori sebelumnya yang mengatakan bahawa kejadian OA semakin meningkat disebabkan proses penuaan serta obesitas yang turut menjadi faktor resiko. Prevalensi OA berhubung kuat dengan usia. OA jarang terjadi pada orang dewasa dengan usia di bawah 40 tahun tetapi banyak pada usia di atas 60 tahun (Cush JJ et al, 2005). Daripada hasil juga didapati terdapat 3 kelompok usia yang mencatat prevalensi OA yang paling rendah, dan hal ini juga bersesuaian dengan teori yang telah dinyatakan.

Menurut Stacy (2009), OA seringkali termasuk dalam proses penuaan dan merupakan penyebab utama kecacatan fisik pada individu dengan usia di atas 65 tahun (80-90% dari pasien OA).

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Prevalensi pasien OA lutut yang mengalami obesitas adalah sebanyak 25 orang, yaitu 58.1% daripada jumlah sampel penelitian.

2. Prevalensi OA adalah lebih tinggi pada wanita yaitu sebanyak 26 orang (60.5%) berbanding lelaki yaitu sebanyak 17 orang (39.5%).

3. Prevalensi OA lutut adalah paling tinggi pada kelompok umur 61-70 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (30%).

4. Selain daripada obesitas, usia lanjut dan jenis kelamin juga mempengaruhi resiko terjadinya OA pada pasienyang berobat di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2009.

6.2. Saran

Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

1. Mengkaji faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab kepada terjadinya penyakit OA lutut seperti riwayat trauma, deformitas perkembangan, gangguan metabolik, penyakit sistemik, dan status sosioekonomis.

2. Menggunakan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan mengelakkan terjadinya bias.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Badman M.K., Flier J.S., 2005. The gut and energy balance: visceral allies in the obesity wars. Science 307. [A review of the role of the gut in energy homeostasis].

Burns D.K., 2007. The Musculoskeletal System. In: Kumar V., Robbins Basic Pathology, 8th edition. China: Saunders Elsevier, p. 818-820.

Champe P.C., & Harvey R.A., 2008. Obesity- Body Weight Regulation. In: Lippincott’s Illustrated Reviews: Biochemistry. 4th

edition USA: Williams & Wilkins, p. 349-355.

Davidson, S., 2007. Muskuloskeletal Disorders-Osteoarthritis. In: Boon, A.N., ed.

Davidson’s Principles & Practice of Medicine. 20th ed. China: Churchill Livingstone, p. 1096-1100.

Departemen Kesehatan RI. 2003 Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Jakarta.

Felson D. T., 2008. Osteoarthritis. In: Thorn G. W., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 7th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc., p. 2158-2165.

Garrow J.S., 1988. Obesity and Related Diseases. London: Churchill Livingstone, 1- 16.Guyton, A. C., Hall, J. E., 2006. Dietary Balances; Regulation of Feeding; Obesity and Starvation; Vitamin and Minerals. In: Belfus L., ed. Medical Physiology. 11th Edition. China: Saunders and Elsevier., p. 872-874.

(38)

Sebelas Maret, Surakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 68.

Howland R. D. & Mycek M. J., 2006. Drugs Used To Treat Obesity. In: Howland R. D. & Mycek M. J., Champe P.C., & Harvey R.A., ed. Lippincott’s Illustrated Reviews, Pharmacology 3rd edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, p. 339-340.

Inoue, S, Zimmet P. and Caterson I., 2000 The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its treatment. Health Communication, Australia.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., dan Mitchell R. N., 2007. Environmental and Nutritional Diseases. In: Schmitt W., ed. Robbins Basic Pathology.8th Edition.China: Saunders and Elsevier Inc., p. 313-318.

Lementowski P.W., Zelicof S.B., Obesity and Osteoarthritis, 2008. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18438470. [Accessed 2 May 2010].

Lozada C.J. and Steigelfest E, 2009. Overview of Osteoarthritis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview. [Accesed 2 May

2010].

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Reijman M, Bergink A.P., Hazes J.M., Belo J.N., Lievense A.M., et al., 2007. Body mass index associated with onset and progression of osteoarthritis of the knee but not of the hip: the Rotterdam Study. Ann Rheum 66:158–62. [PubMed: 16837490].

(39)

Soeroso J., Dans L. F., Amarillo M. L., Santoso G. H., & Kalim H., 2005. Risk Factors of Symptomatic Osteoarthritis of the Knee at a Hospital in

Indonesia. Available from:

http://www.interscience.wiley.com/journal/120092574/abstract. [Accessed 2

May 2010].

Sopiyudin, D., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto, Jakarta. Hal. 63.

Stacy G.S., and Basu P.A., 2009. Overview of Primary Osteoarthritis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/392096-imaging. [Accesed 2 May 2010].

Tortora, G. J. & Derrickson, B., 2006. Disorders: Homeostatic Imbalance. In: Tortora, G. J. & Derrickson, B., Roesch B., ed. Principles of Anatomy and Physiology, 11th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. 285.

(40)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noormimi Khatijah Binti Kasim

Tempat / Tanggal Lahir : 20 Oktober 1988 / Sabah, Malaysia. Agama : Islam

Alamat : No 1663 Taman Bahagia, Jalan Kabota, 91000 Tawau, Sabah, Malaysia Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Jenis Kebangsaan Cina Hing Hwa

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Tawau 3. Maktab Rendah Sains Mara Kota Kinabalu

4. Allianze College of Medical Science, Pulau Pinang 5. Universitas Sumatera Utara, Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan

2. Seminar & Training in Presentation of Research Proposal.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se-Indonesia (PKPMI).

(41)
(42)

EE 55 PEREMPUAN 88 162 33.5 obese

FF 65 PEREMPUAN 76 164 28.3 obese

GG 50 LAKI-LAKI 95 173 31.7 obese

HH 46 LAKI-LAKI 79 170 27.3 obese

II 65 PEREMPUAN 76 159 30.1 obese

JJ 70 LAKI-LAKI 82 173 27.4 obese

KK 23 LAKI-LAKI 65 165 23.9 overweight

LL 63 PEREMPUAN 60 160 23.4 overweight

MM 56 LAKI-LAKI 72 167 25.8 obese

NN 35 PEREMPUAN 65 170 22.5 healthy

weight

OO 53 LAKI-LAKI 80 172 27.0 obese

PP 61 PEREMPUAN 86 175 28.1 obese

Gambar

Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh Menurut Kriteria WHO
Gambar 3.1 Kerangka konsep penyakit OA dan obesitas
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi pasien OA berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pasien OA lutut berdasarkan klasifikasi berat badan (Indeks Massa Tubuh)

Referensi

Dokumen terkait

Menu-menu yang dibuat pada website ini yaitu Halaman Home, Pulau Lombok, Jadwal Penerbangan, Kota Mataram, Pantai Senggigi,Pulau Gilis, Pulau Gili Trawangan, Pulau Meno, Pulau Gili

Dalam menyampaikan informasi, Sekolah TARUNA TERPADU BOGOR masih menggunakan cara yang manual, hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan ilmiah mengenai Pembuatan

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dengan hormat kami mengundang saudara untuk menghadiri acara pembuktian kualifikasi yang akan dilaksanakan pada :. Diharapkan

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan memperlihatkan dokumen

Mengetahui Guru Mata Pelajaran Kepala Madrasah.. AZ-ZAHRA DISC8

UNIT TAYANAN PENGADAAN {UtP} KABUPATEN KTATEN POK'A PENGADAAN PEKERJMN KONSTRUKSI -

Orthographic images can be extracted from both laser scanning point clouds and photogrammetric models, however the results are a much higher quality with the

Keluarga yang harus dihubungi dalam keadaan darurat kesehatan.. Jenis asuransi kesehatan yang