Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi AKK (Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Peminatan Administrasi Rumah Sakit) USU dan Direktur Rumah Sakit Haji Medan, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.
2. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara: Indepth Interview yaitu wawancara mendalam
3. Sebelum memulai wawancara peneliti memperkenalkan diri lebih dahulu dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan penelitian.
4. Partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian dan diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti.
5. Peneliti mulai melakukan wawancara.
6. Peneliti menulis dan membaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan wawancara ulang.
7. Peneliti menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data, kemudian menguraikan data kedalam bentuk narasi dari semua tema, kelompok tema, kategori tema.
8. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang dilakukan. 3.6 Analisa Data
Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama dilakukan. Data diseleksi kata perkata. Dari permulaan penelitian, peneliti akan mulai menginterpretasikan pengertian yang mungkin terhadap data yang disajikan. Kesimpulan akhir mengenai data akan diperoleh dengan menganalisa data secara sistematis dan menetapkan hubungan-hubungan data dengan jelas (Brockopp & Tolsma, 1995).
Proses analisisnya meliputi :
1. Menggali hal-hal penting dari deskripsi kata demi kata. Dalam langkah pertama ini, hal-hal penting yang digali peneliti memperoleh suatu ide pokok yang dideskripsikan oleh partisipan.
2. Mensintesa hal-hal penting tersebut. Hal-hal penting yang disintesa adalah suatu ungkapan ide pokok dengan mengutip frase atau kalimat yang secara langsung berkaitan
3. Merumuskan suatu perbandingan dari deskripsi setiap partisipan. Perbandingan tersebut adalah pernyataan yang terkonsep tidak langsung oleh peneliti yang menghubungkan ide pokok yang disintesa dari setiap partisipan.
4. Menggali konsep pokok perbandingan yang dirumuskan dari setiap partisipan. 5. Mensintesa suatu struktur pengalaman langsung dari konsep yang digali. Suatu
struktur yang disintesa adalah suatu pernyataan yang terkonsep oleh peneliti yang menghubungkan dengan konsep pokok. Struktur sebagai jawaban yang dikembangkan dari pertanyaan peneliti. Dalam langkah ini peneliti mengembangkan deskripsi mendalam untuk memperoleh pengetahuan dalam struktur pengalaman hidup. Peneliti memformulasikan struktur essensial dari efektivitas progam kerja medik terhadap tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap dari deskripsi mendalam.
3.7 Kerangka Konsep Penelitian
INPUT PROSES OUTPUT
1. MANAJEMEN MUTU 2. STRUKTUR ORGANISASI 3. STANDAR YAN.KES 4. KOORDINASI 5. PELATIHAN 6. MONITORING 7. PERENCANAAN 8. ANALISIS 9. PENGARAHAN 10. PEREKRUTAN 11. EVALUASI 12. KESIAPAN PETUGAS KOMITE
MEDIK RAWAT INAP /UTILISASI
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kelompok Komite Medik dipakai sebagai informan terpercaya atau nara sumber dalam interviu mendalam untuk input data pada penelitian. Kelompok yang terdiri dari Staf Komite Medik tersebut diharapkan dapat memberi informasi yang autentik dan tepat tentang kegiatan dari Komite Medik dalam peranan mereka meningkatkan kinerja rumah sakit. Inti-sari dari informasi yang ingin diperoleh adalah tentang bagaimana Komite Medik merancang, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi atau pengendalian keberadaan Komite Medik dalam fungsi mereka mendukung manajemen mengelola rumah sakit untuk tujuan meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap.
3.8 Definisi Operasional
1. Analisa adalah ulasan tentang pencapaian kinerja dari komite-komite yang dinilai oleh responden berdasarkan pengamatan mereka masing-masing terhadap komite kelompoknya. Pada penelititan ini analisa difokuskan terhadap kinerja usaha mereka meningkatkan peningkatan utilisasi dari unit rawat inap.
2. Program kerja adalah uraian tentang program kerja yang beraneka ragam telah dirancang untuk dilaksanakan di masing-masing komite yang diteliti. Program kerja ini beraneka ragam dan tidak ada yang persis satu sama dengan lain. Pada penelitian program kerja diklasifikasi saja menurut tujuan program yang dimaksudkan untk dapat meningkatkan kualitas pelayanan unit rawat inap yang seterusnya memberi kepuasan pada pasien.
3. Komite Medik adalah kelompok profesional para dokter dan dokter ahli yang menjadi panduan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada penelitian Komite Medik dinilai menurut analisa program kerja mereka yang ditujukan meningkatkan kualitas pelayanan di unit rawat inap.
4. Struktur Organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu bagian dari unsur yang harus dipenuhi oleh tim/panitia jaminan peningkatan mutu terkait manajemen mutu rumah sakit.
5. Standar Pelayanan Kesehatan. Standar pelayanan merupakan prosedur atau peraturan organisasi untuk menjabarkan mutu pelayanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam suatu
pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem yang absah, baik pasien, maupun pihak rumah sakit.
6. Koordinasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam hal ini badan komite medik harus bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya, Unsur-unsur yang penting dalam koordinasi: (1) pendelegasian tugas, (2) pemerataan tuigas, (3)adanya supervisi terhadap koordinasi /kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. 7. Pelatihan. Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit sendiri nantinya.
8. Monitoring
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan ataupun standar. Berdasarkan hasil temuan bahwasanya unsur-unsur yang merupakan bagian dari monitoring adalah: (1) pengawasan, (2) penilaian. 9. Perencanaan
Perencanaan merupakan cara yang dilakukan untuk melihat pengenalan masalah, penetapan dan pengkhususan baik tujuan jangka panjang dan pendek, mengembangkan serta menguraikan tujuan dan pencapaian sasaran atau target.
10.Pengarahan
Salah satu fungsi pengarahan yang dapat diterapkan oleh komite medik dalam manajemen konflik adalah problem solving. Segala permasalahan yang terjadi sebaiknya segera diselesaikan secara konstruktif agar tidak berkepanjangan. 11.Perekrutan
Perekrutan berhubungan dengan ketenagaan yang nantinya layak menjadi tenaga profesional serta didukung oleh keahlian masing-masing individu. Hal ini penting dilaksanakan untuk peningkatan kualitas dan kemampuan kinerja staf dan menjadi tugas rutin dari sub komite kredensial berkoordianasi dengan badan Litbang di bawah pengawasan dari komite medik.
12.Evaluasi
Evaluating Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit melalui kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan maka compensatory reward perlu dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja maupun punishment sebagai bentuk koreksi kesalahan sehingga timbul motivasi dan tanggung jawab dari staf pegawai sendiri terhadap peningkatan kerja yang mempengaruhi kualitas pelayanan medik
13.Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan salah satu indikator yang dilakukan sebagai evaluasi terhadap kinerja rumah sakit baik dari hasil kerja kelompok profesional maupun manajerial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mendukung kualitas dan mutu pelayanan yang baik di rumah sakit adalah dengan membentuk suatu organisasi atau wadah yang lazim disebut Komite Medik.
14.Tingkat utilisasi unit rawat inap secara umum adalah tingkat utilisasi unit rawat inap diukur dengan ukuran standar efisisensi unit rawat inap yaitu Grafik Barber Johnson. Pada penelitian ini responden diminta menilai sendiri, berdasarkan pengamatan masing-masing bagaimana kira-kira tingkat pengaruh dari kegiatan dari komite-komite terhadap peningkatan utilisasi unit rawat inap berdasarkan nilai-nilai kualitatif.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai analisa program kerja komite medik dan utilisasi fasilitas unit rawat inap RS Haji Medan melalui proses pengumpulan data di Rumah Sakit Haji Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan berikut hasil wawancara tentang terhadap enam partisipan.
Berikut ini merupakan karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan yaitu:
1. Lokasi dan Pendirian
Rumah Sakit Haji Medan didirikan di Jl. RS. Haji Medan Estate, Medan 2003 oleh Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden RI berfungsi operasional tanggal 4 Juni 1992.
2. Kepemilikan
Rumah Sakit Haji dimiliki oleh Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang dibentuk pada tanggal 3 Juni 1998 dengan Ketua Umum Gubernur Propinsi Sumatera Utara. Luas lahan RS Haji sebesar 6 Ha denga luas bangunan 1, 2 Ha (1.2000 M2). Sebagian besar lahan dipersiapkan untuk saran perparkiran, pertamanan dan penunjang pelayanan orang sakit lainnya.
Sarana rawat inap pada awalnya terdiri dari 135 tempat tidur dibagi ke dalam beberapa kelas sebagai berikut:
No Ruangan Jumlah tempat tidur
1 Kelas Utama A 2
2 Kelas Utama B 14
3 Kelas I 23
4 Kelas II 26
5 Kelas III 52
6 Boks bayi 10 Boks
7 Ruang ICU 8
8 Ruang Stroke Care 4
Jumlah 135
3. Kelas Rumah Sakit
Rumah Sakit Haji ditinjau dari kelengkapan sarana mencapai 12 SMF yang difasilitasi secara cukup digolongkan sebagai RSU kelas B Non Pemerintah.
4. Keberadaan Komite Medik dalam Struktur Organisasi RS Haji
Rumah Sakit Haji telah menetapkan struktur organisasi garis dan fungsional menurut panduan dasar dari Depkes RI untuk rumah sakit kelas B. Sebagai dewan komisaris adalah pemilik adalah nama Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang sebenarnya adalah kumpulan dari semua umat Islam yang telah memberikan infaq secara ikhlas kepada Yayasan. Yayasan menganut falsafah bisnis non profit di dalam corak pelayanan rumah sakit Islami.
Sebagai pelaksana di lapangan Yayasan RS Haji mempercayakan tugas pada komponen Direktur serta staf pelaksana Pelayanan yang secara fungsional diorganisasikan di dalam komite medik.
Fokus perhatian dalam penelitian
Satuan Pengawas Intern (SPI)
Dewan Penyantun
Wadir Umum & Keuangan Wadir Yan Med dan
Keperawatan Kabid Yan Med Kabid Kprwatn ISTALASI PELAYANAN DIREKTUR RS HAJI
Wadir Pnjg Medis & Pendidikan Kabid Jang Med rwatn Kabid Diklat ISTALASI PENUNJANG Ka Bag Umum Ka Bag Anggaran Ka Bag Akuntansi Ka Bag R/D & RM KOMITE MEDIS 12 SMF STAF MEDIS FUNGSIONAL
YAYASAN RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
Gambar 4.1. Diagram Struktur Organisasi RS. Haji Medan mengikuti pola pikir Hospital Bylaws.
Satuan Pengawas Intern berfungsi sebagai pelaksana audit internal sementara Dewan Penyantun berfungsi aktif menjadi komponen eksternal yaitu semacam anggota Hospital Board yang turut berpartisipasi memberi santunan baik materil ataupun pengarahan pada strategi kerja rumah sakit bila dipandang perlu. Rumah Sakit haji dengan sepenuhnya menjalankan panduan prinsip tripartit yang dianjurkan oleh Hospital Bylaws (Gaspersz, 2005).
Informasi tentang keberadaan komite medik di dalam struktur organisasi rumah sakit bernilai strategis karena secara fungsional komite medik telah dan tetap aktif membantu Direktur di dalam mengembangkan Iptek dan Manajemen Pelayanan Rumah Sakit seperti yang ditetapkan oleh norma-norma manajemen rumah sakit yang standar.
Komite Medis adalah berada langsung di bawah Direktur untuk hal-hal pengembangan teknis medis serta pengawasan kualitas teknis medis.
Di dalam penelitian dapat ditemukan buki-bukti tentang keberadaan Komite Medis yaitu :
1. Surat Keputusan Direktur RS Haji tentang penetapan struktur organisasi komite medik Rumah Sakit Haji Medan sesuai dengan SK Direktur No: 088/SK/DIR/RSHM/IX/1999 pada tanggal13 September 1999.
2. SK Direktur RS Haji tentang jadwal rapat staf medis fungsional Rumah Sakit Haji Medan No : 046.B/SK/DIR/RSHM /VIII/2000 Tanggal 1 September 2000. 3. Sejumlah catatan tentang undangan rapat, catatan notulen rapat, daftar hadir
waktu berfungsi mengembangkan pola pikir serta implementasi Iptek Kedokteran serta manajemen pengembangan mutu pelayanan di Rumah Sakit Haji.
5. Jenis Pelayanan Utama
Pelayanan yang disajikan oleh RSU Haji adalah pelayanan umum dan spesialisasi termasuk jenis perawatan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan kamar bersalin, pelayanan kamar bayi, pelayanan penunjang medis diagnostik laboratorium, radiologi, USG, CT Scan. Pelayan lain-lain seperti fisioterapy, pelayanan hemodialisa serta sarana pelatihan bagi akademi perawat, akademi kebidanan serta residensi para dokter untuk mendapat brevet spesialis. Sebagai pusat informasi manajemen informasi kesehatan RSU Haji memungsikan 1 bagian Rekam Medis yang cukup efektif dan efisien.
Sejalan dengan filosofi rumah sakit yang Islami Rumah Sakit Haji memungsikan fungsi pelayanan rohani RSU Haji menugaskan pelaksana da’wah Islami pada pasien kepada 2 orang rohaniwan tetap.
6. Visi
“Mewujudkan RS. Haji Medan sebagai Rumah Sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.”
7. Misi
1. Pelayanan Kesehatan yang Islami, profesional dan bermutu dengan tetap peduli pada kaum du’afa.
2. Melaksanakan dakwah Islami dalam setiap kegiatannya.
3. Sebagai sarana untuk menimba ilmu bagi calon cendekiawan muslim. 8. Falsafah
Rumah Sakit Haji Medan adalah perwujudan dan Iman, Amal Saleh dan Ibadah kepada Allah SWT.
9. Motto
Bekerja sebagai ibadah, ikhlas dalam pelayanan dan istiqomah dalam pendirian. Allah SWT.
10.Tujuan
Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka ibadah dan amal shaleh dan ikhlas, sekaligus sebagai dukungan konkrit untuk mensukseskan Sistem Kesehatan Nasional melalui penyediaan sarana rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis, berkualitas dan mengikuti perkembangan IPTEK didasarkan pada iman akan kekuasaan Allah SWT pada proses dan hasil penyembuhan.
1. Mendukung tugas pemerintah sebagai penyelenggaran ibadah haji di bidang pelayanan kesehatan dalam arti seluas-luasnya.
2. Melaksanakan kaidah-kaidah kode etik profesional, sumpah jabatan serta kedisiplinan tugas.
11. Sumber Daya Manusia
Tabel 4.1 Statistik Jumlah Kepegawaian RS Haji 2004 – 2006 Sumber Daya Manusia
No Bagian Kerja / Penugasan
2004 2005 2006
1 Non medis 161 170 190
2 Paramedis non keperawatan 40 40 43 3 Paramedis keperawatan 183 203 232
4 Dokter tetap 26 37 42
5 Dokter Tidak Tetap 94 89 80
Jumlah 2508 2544 2593
Jumlah pegawai Rumah Sakit Haji Medan per tahun 2004, 2005 dan 2006 terdiri dari 5 kategori seperti yang tertera pada Tabel 4.1.
Tabel 4.2 Deskripsi perkembangan jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang bernaung diwadah Komite Medis / SMF RS Haji Medan.
No Jenis Pelayanan
(Spesialis)
Jumlah 2004 Jumlah 2005 Jumlah 2006
1 Dokter Umum 13 16 14
2 Dokter Gigi 5 4 4
3 Dokter Ahli Kebidanan 14 14 14
4 Dokter Ahli Anastesi 10 10 10
5 Dokter Ahli Bedah 11 12 11
6 Dokter Ahli Bedah Sub
Spesialis 12 13 11
7 Dokter Ahli Mata 5 5 3
8 Dokter Ahli THT 5 6 4
9 Dokter Ahli Neurologi 3 3 4
10 Dokter Ahli Paru 8 8 10
11 Dokter Ahli Penyakit Dalam 8 7 7 12 Dokter Ahli Kulit dan Kelamin 7 6 6
13 Dokter Ahli Psikitari 2 3 3
14 Dokter Ahli Radiologi 2 2 3
15 Dokter Ahli Patologi Anatomi 4 4 3 16 Dokter Ahli Patologi Klinik 2 2 2
17 Dokter Ahli Kardiologi 2 3 3
18 Dokter Ahli Pediatri 7 8 9
Jumlah Seluruhnya 120 126 122
Pada Tabel 4.2 di halaman sebelumnya ditampilkan jumlah dari tenaga profesional dokter – dokter pelayanan medis didalam 18 kelompok yang bergabung ke dalam 12 Staf Medis Fungsional. Jumlah dokter-dokter secara merata tidak jauh berubah di sepanjang 3 tahun terakhir. Informasi ini menunjukkan bahwa RS Haji memiliki kelengkapan SMF yang cukup untuk kategori rumah sakit kelas B. Tentang adanya variasi jumlah (yang sebenarnya tidak jauh berbeda) adalah disebabkan mobilitas dokter yang dapat berpindah karena hal-hal tertentu. Kondisi kelengkapan
dokter yang cukup untuk tetap mengisi jumlah SMF yang diperlukan, adalah penting untuk memastikan konsisten jaminan mutu pelayanan rumah sakit. Kondisi tersebut ternyata dapat dibuktikan berjalan baik di RS Haji Medan.
Sarana Penunjang Medis
Sarana penunjang pelayanan medis adalah yang terutama dimanfaatkan untuk menunjang fungsi pelayanan yang diberikan oleh masing-masing departemen pelayanan SMF baik di klinik maupun diunit-unit instalasi lainnya termasuk di unit rawat inap. Srana-sarana tersebut dioperasikan secara cukup dan dikembangkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit meningkatkan pelayanan.
a. Laboratorium Pathologi Klinik, pemeriksaan komplet + kimia darah
Sarana Laboratorium Pathologi Klinik dapat memenuhi keperluan pemeriksaan SMF setiap hari terutama dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan diagnostik. Seorang ahli Pathologi Klinik ditugaskan untuk menjadi pengawas bagian ini.
b. Radiologi, USG dan CT Scan + ECG
Bagian Radiologi melingkupi pengoperasian CT Scan USG dan Endoscopy dilengkapi dengan peralatan yang cukup untuk operasional rumah sakit haji ataupun rujukan pemeriksaan serupa dari rumah sakit lainnya. Seorang dokter ahli radiologi bertugas memimpin bagian radiologi.
c. Farmasi melayani kebutuhan suplai obat instalasi dan juga pasien
Di RS Haji ada difungsikan 1 instalasi farmasi yang berkegiatan menjadi pengatur suplai obat untuk apotek di RS Haji.
Bagian Farmasi beroperasi secara penuh 3 shift mengingat bahwa keperluan obat-obatan dapat saja terjadisetiap saat sementara persediaan yang rutin boleh jadi tidak selalu cukup. Perlu ditambahkan bahwa lokasi RS Haji terhitung cukup jauh dari kota dimana banyak beroperasi farmasi, jadi bila pada malam hari diperlukan sesuatu suplai penting, farmasi RS Haji dapat memberi suplai dengan segera.
d. Rehabilitasi medis + fisioterapy
Bagian Rehabilitasi Medis RS Haji dilengkapi dengan sarana fisioterapy yang cukup dapat melayani rehabilitasi medis pasien dari RS Haji sendiri maupun pasien dari luar rumah sakit. Pelayanan dilakukan oleh petugas yang terlatih dan dipimpin oleh seorang ahli fisioterapy dan dilayani oleh sejumlah fisioterapist.
e. Departemen Gizi
Bagian gizi dipimpin oleh dokter spesialis gizi yang bertugas melayani kebutuhan pengaturan dan suplai katering rumah sakit terutama terhadap mereka yang dirawat di bagian unit rawat inap.
f. Binatu (Laundry)
Di Rumah Sakit Haji disediakan fasilitas binatu terutama melayani keperluan laundry unit rawat inap.
g. Pemeliharaan sarana rumah sakit
Bagian pemeliharaan sarana di RS Haji secara umum dibagi menjadi 2 bagian penting yaitu: (1) bagian pemeliharaan peralatan medis dan elektronik serta (2) bagian pemeliharaan sarana bangunan dan kebersihan lingkungan.
Bagian pemeliharaan sarana pelayanan medis dan elektronik dipimpin oleh seorang ahli peralatan medis. Bila pada suatu kasus bagian pemeliharaan peralatan dianggap memerlukan pelayanan khusus dari teknisi luar, bagian peralatan tersebut bertugas mengkoordinasikannya. Pemeriksaan kalibrasi misalnya, dikoordinasikan oleh bagian pemeliharaan peralatan medis.
h. Pertamanan dan kebersihan lingkungan
Bagian pemeliharaan bangunan, pertamanan dan pengolahan limbah rumah sakit bernaung di bawah pengawasan pemeliharaan sarana rumah sakit. Petugas pemeliharaan bangunan dan pertamanan pada umumnya tenaga kontrakan (outsourcing).
i. Pendidikan dan Pelatihan profesi pada Diklat lokal di RS Haji
Selain dari kegiatan melakukan pengawasan terhadap perancangan peningkatan kualitas pelayanan medis, Komite Medis menyadari kebutuhan kegiatan Pendidikan berkelanjutan dan Pelatihan Profesi dari anggota-anggota kelompok perofesi pelayanan medis dan keperawatan ataupun juga teknisi diagnostik di RS Haji.
Sebagai kegiatan unggulan Rumah Sakit Haji mengadakan banyak kegiatan “on the job training” (OJT) yang mengundang pelatih ahli baik dari luar ataupun intern rumah sakit. Kegiatan tersebut kemudian menjadi intesif yang akhirnya mengundang kehadiran tim–tim dari rumah sakit lain untuk bergabung melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan GKM, pelatihan Peningkatan Kualitas Pelayanan, pelatihan Administrasi Rekam Medis tingkat dasar, pelatihan pelayanan UGD, Barber Johnson. Kegiatan pelatihan tersebut telah banyak memberi manfaat juga terhadap kelompok-kelompok kerja di rumah sakit Haji Medan.
j. Fasilitas Keamanan (Satpam) dan perparkiran
Bagian keamanan RS Haji memiliki tugas ganda karena selain mengamankan rumah sakit dari kemungkinan gangguan tamu tak diundang, tugas perparkiran juga dilaksanakan secara bersamaan. Bagian Pengamanan juga bertugas menjadi pelopor pemadam kebakaran seandainya di sana terjadi bahaya kebakaran.
k. Sarana Pelayanan Rawat Jalan
Unit rawat jalan umumnya beroperasi di setiap hari kerja umum tetapi mereka tutup pada hari besar dan hari minggu. Pada kasus spesialisasi, karena intensitas pelayanan mereka juga tidak terlalu banyak, hari buka poliklinik SMF tersebut diatur beroperasi pada hari-hari tertentu pada setiap minggunya.
a. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Data pasien rawat jalan dan rawat inap pasien umum dan Gakin (Keluarga Miskin), tahun 2004-2006.
Rawat Jalan Rawat Inap No. Tahun
Umum GAKIN Umum GAKIN
1. 2004 43.044 128 5.555 150
2. 2005 50.286 3.889 7.800 1.208
3. 2006 55.356 11.854 9.173 2.791
Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah pasien dari tahun 2004 ke tahun 2005 cukup drastis yang dibarengi adanya pelayanan Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin). Pada tahun 2004 rawat inap pasien umum 5.555 dan tahun 2005 menjadi 7.800, dimana jumlah rawat inap pasien masyarakat miskin tahun 2004 berjumlah 150 dan pada tahun 2005 meningkat drastis menjadi 1.208. Pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan jumlah pasien umum rawat inap dari 7.800 menjadi 9.179 dan pasien masyarakat miskin (Gakin) juga mengalami peningkatan yang cukup besar dari 1.208 menjadi 2.791.
b. Prestasi tahun 2004 – 2006 per Indikator Statistik Barber Johnson dan registrasi pelayanan Medis.
Tabel 4.3. Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana RS Haji Medan
No Jenis Pelayanan / Indikator Pelayanan
Thn 2004 Thn 2005 Thn 2006
1 Pasien Masuk Rawat Inap 5.626 7.805 9.188 2 Pasien Keluar Rawat Inap 5.555 7800 9.173 3 Kunjungan Rawat Jalan 43.044 50.444 55.526
4 BOR (%) 64 % 97,87% 73,17% 5 LOS (Hari) 5 6 7 6 BTO (kali) 41 56 37 7 TOI (Hari) 3 <1 2.48 8 GDR permill (‰) 60‰ 67‰ 76‰ 9 NDR permill (‰) 30‰ 37‰ 39‰
Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan (BOR - Bed Occupancy Rate) dari 64,30% (thn 2004); 97,87 % (thn 2005) dan 73,17 % pada tahun 2006. Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 s/d 85 %.
Dapat diterangkan bahwa kenaikan angka rasion BOR tahun 2005 menjadi 97,9 % adalah indikator peledakan angka pasien yang luar biasa pada suatu rumah sakit, Tetapi angka seperti itu dianggap harus segera diatasi dengan cara menambah fasilitas tempat tidur di unit rawat inap. Bila penambahan unit tempat tidur tidak ditambah, peningkatan BOR di atas 90 % justru membahayakan mutu rumah sakit karena terlalu padat hunian. Kondisi tersebut dipantau oleh rumah sakit melalui Sub Komite Audit Medis yang membaca kondisi BOR sudah berlebihan. Sebagai follow up RS Haji membangun saran tambahan yaitu dengan menambah jumlah