• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Program Kerja Komite Medik Dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS Haji Medan 2006, 2007."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK DAN

UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT INAP RS HAJI

M E D A N

2 0 0 6

T E S I S

Oleh

AMRUDDIN

NIM : 047013003

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK DAN

UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT INAP RS HAJI

M E D A N

2 0 0 6

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AMRUDDIN NIM : 047013003

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Analisis Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006

Nama Mahasiswa : Amruddin

Nomor Pokok : 047013003

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Ketua

dr. Jules H. Hutagalung, MPH Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

Dr. Drs. Surya Utama, MS Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 12 September 2007

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP

Anggota : dr. Jules H. Hutagalung, MPH

Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS

Prof. dr. Aman Nasution, MPH

(5)

PERNYATAAN

ANALISA PROGRAM KERJA KOMITE MEDIK

DAN UTILISASI FASILITAS UNIT RAWAT

INAP RS HAJI MEDAN 2006

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Oktober 2007

(6)

Judul Thesis Analisa Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006

Nama Amruddin NIM 047013003

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

--- ABSTRAK

Gerakan peningkatan mutu pelayanan adalah suatu bagian dari variabel-variabel yang dapat meningkatkan daya tarik suatu rumah sakit untuk digunakan oleh pemakainya sebagai tempat memperoleh pelayanan perawatan rawat inap.

Dengan bertambahnya rumah sakit disekitarnya akan bertambah pesaing dalam meningkatkan mutu. Untuk mencapai mutu dan keunggulan, rumah sakit memiliki wadah atau organisasi yaitu komite medik dengan kegiatan program kerja yang terarah serta berperan sebagai motor penggerak pelayanan rumah sakit. Diharapkan kualitas pelayanan kesehatan lebih mantap sehingga utilisasi fasilitas rawat inap dapat meningkat dari waktu ke waktu. Peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi program kerja komite medik dalam meningkatkan mutu pelayanan medis dan kondisi utilisasi unit rawat inap.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif retrospectif. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ketua komite medis dan subkomite-nya Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 6 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indepth interview.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh bahwa keberhasilan peningkatan utilisasi fasilitas RS Haji Medan akibat dari program kerja medik dalam gerakan peningkatan mutu yang memuaskan dan berhasil mengemban tugas sebagai promotor organisasi rumah sakit. Bukti keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan efisiensi dan efektifitas rasio utilisasi fasilitas RS Haji dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Pada tahun 2005 RS Haji mengalami fenomena ledakan jumlah pasien rawat inap sampai BOR di tingkat > 90 %. Pembentukan komite medik dilakukan oleh direktur secara resmi serta memiliki SK. Dengan adanya program kerja yang terarah, sesuai standar yang berlaku, dapat dibuktikan semakin tinggi frekuensi jasa pelayanan terpakai untuk pelayanan masyarakat.

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan dapat dijadikan sumber pengetahuan dan strategi bagi pihak pimpinan maupun manajemen rumah sakit dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya program kerja komite medik dalam meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap sehingga memberikan kepuasan bagi semua pihak termasuk pihak manajemen rumah sakit maupun klien pelayanan unit rawat inap.

(7)

Titel of The Thesis Analysis of Medical Committee’s Work Program and The Utilization of Inpatient Facility of Rumah Sakit Haji Medan. 2006

Name Amruddin NIM 047013003

Study Program Administration and Health Policy

--- ABSTRACT

The movement of service quality improvement is a part of the variables that increase the attractiveness of hospital to attract the patients to use the hospital as a place to get in-patient treatment service.

With the increasing number of hospital around it, hospital has more competitors in quality improvement. To obtain the quality and the superiority as desired, a hospital should have an organization such as medical committee with the activities based on the directed work program and place a role as the activator of hospital service and it is expected that the improvement of health service quality provide from time to time will improve the level of in-patient fasilities utilization as well. Thus the purpose of this research is to identify the medical committee’s work program in improving the quality of the medical service and the level of utilization of in-patient facility.

The research uses a retrospective and qualitative design. The participants involved in this research are the Chairman of the Medical Committee and Sub Committees of Rumah Sakit Medan (6 persons). The interviewees are selected through a purposive sampling technique. The data obtained through indept interview.

The result reveals that the success in increasing the utilization of RS Haji has a significat correlation with the improvement of the Medical Committee’s work program in quality improvement which is satisfactory and successfull in doing their functions as a promoter of the movement. This success can be seen through the increase of effisiency and effectiveness of the utilization ratio of the facilities from 2004 thru 2006. By the year of 2005 RS Haji Medan had a BOR > 90 %. The Committee was officially established by the Director decree. The Committee’s directed the work program is in accordance with the excisting standard and can be prooven through the higher frequency of services usage for community health. The result of this research is expected to function as a source of knowledge and strategy that can be used by the director or hospital management in improving the health service quality without ignoring the medical committee’s work program in increasing the utilization of in-patient unit facilities to satisfy the hospital management or their client toward the service given by the in-patient department of the hospital.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta kekuatan yang tak putus-putus dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Program Kerja Komite Medik dan Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap RS HAJI Medan 2006

Tesis ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Magister Administrasi Rumah Sakit dan penerapan ilmu dalam mata kuliah riset ilmiah. Selama proses penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penghargaan setinggi-tingginya serta terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP selaku ketua komisi pembimbing yang telah menyediakan waktu, arahan, dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dr. Jules H. Hutagalung, MPH dan Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp.MNS selaku anggota dari komisi pembimbing.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU serta Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc selaku Direktur SPs USU, Ketua Komite Medik dan Sub Komite Medik RS HAJI Medan serta responden yang telah memberikan masukan, bantuan dalam penelitian ini.

(9)

Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang terkait di dalamnya sangat diharapkan demi kesempurnaan isi dari tesis ini. Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya kebijakan rumah sakit dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, 23 Oktober 2007

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Amruddin

Tmpt/Tgl Lahir : Hapesong Baru, 13 Juni 1962 Jenis Kelamin : Pria

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Bagan Siapi-api Riwayat Pendidikan:

1. 1970-1976 SDN 1 Batang Toru Tapsel 2. 1976-1979 SMPN 1 Batang Toru Tapsel 3. 1979-1982 SMAN 2 Padang Sidempuan 4. 1983-1991 FK USU Medan

Riwayat Pekerjaan:

1. 1992-1995 Kepala Puskesmas Enok, Indragiri Hilir Riau

2. 1996-2001 Kepala Puskesmas Bangko Jaya, Indragiri Hilir Riau

3. 2001-2006 Kepala Puskesmas Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir Riau

(11)

DAFTAR ISI 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja Komite Medik 14 2.2 Unit Rawat Inap 19

2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap 19

2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap 20

(12)

3.7Kerangka Konsep Penelitian 28

3.8Definisi Operasional 29

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 33

4.2 Hasil Wawancara 49

4.2.1. Manajemen Mutu Di Rumah Sakit 49

4.2.1.1 Struktur Organisasi 50

4.2.1.2 Standar Pelayanan 51

4.2.1.3 Koordinasi 53

4.2.1.4 Pelatihan 54

4.2.1.5 Analisis 54

4.2.1.6 Monitoring 55

4.2.1.7 Evaluation 56

4.2.2. Kesiapan Petugas 57

4.2.1.1 Perekrutan 57

4.2.2.2 Pengarahan 58

4.2.2.3 Perencanaan 59

4.3 Pembahasan 60

4.3.1. Manajemen Mutu 63

4.3.1.1 Struktur Organisasi 65

4.3.1.2 Standar Pelayanan 66

4.3.1.3 Koordinasi 67

4.3.1.4 Pelatihan 69

4.3.1.5 Monitoring 70

4.3.1.6 Evaluasi 74

4.3.1.7 Analisis 75

4.3.2. Kesiapan Petugas 76

4.3.2.1 Perekrutan 77

4.3.2.2 Pengarahan 78

4.3.2.3 Perencanaan 79

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rasio Hunian Unit Rawat Inap (BOR Bed Occupation Rate) 4

Tabel 4.1 Statistik Jumlah Kepegawaian RS Haji 2004 – 2006 39

Tabel 4.2 Deskripsi perkembangan jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang bernaung di bawah Komite Medis / SMF

RS Haji Medan 40

Tabel 4.3. Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana

RS Haji Medan 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indicator efisiensi utilisasi unit rawat inap

rumah sakit 21

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 28

Gambar 4.1 Diagram Struktur Organisasi RS. Haji II Medan mengikuti

pola pikir Hospital Bylaws. 35

Gambar 4.2 Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS Haji 2004,2005

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergeseran nilai kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pada masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Termasuk di antaranya adanya perkembangan dan perubahan kebijakan yang bersifat regional, nasional maupun internasional. Selain itu peningkatan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat sebagai pengguna jasa, juga menimbulkan berbagai perubahan prilaku termasuk di dalamnya tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan (Trisnantoro, 1998).

Dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan yang semakin meningkat tersebut, rumah sakit sebagai penyedia jasa harus melakukan berbagai upaya agar terselenggara pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan, yang penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

(15)

Dampak perkembangan IPTEK kesehatan telah meningkatkan tekanan terhadap pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien namun aman bagi konsumen. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut (Nurachmah, dikutip dari www.pdpersi.co.id). Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetitif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut. Kualitas dan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja rumah sakit (Griffin, 1998).

Gerakan peningkatan mutu pelayanan adalah suatu bagian dari variabel-variabel yang dapat meningkatkan daya tarik suatu rumah sakit untuk digunakan oleh pemakainya sebagai tempat memperoleh pelayanan perawatan rawat inap. Dengan bertambahnya rumah sakit disekitarnya akan bertambah pesaing dalam meningkatkan mutu. Untuk mencapai keunggulan, maka rumah sakit harus memiliki suatu badan atau organisasi yaitu komite medik yang memiliki kegiatan terarah serta berperan sebagai motor penggerak pelayanan rumah sakit (Soni, 2004).

Dengan adanya kegiatan terarah dari komite medik diharapkan peningkatan mutu pelayanan profesi akan terjadi, dan hal yang dapat dipantau salah satunya melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap.

(16)

prasarana, penambahan peralatan kesehatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan merupakan upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Namun disadari dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan pun semakin meningkat. Sejalan dengan hal tersebut maka pelaksanaan akderitasi rumah sakit akan menjadi penting. Tahun 2001, Rumah Sakit Haji Medan berhasil terakreditasi dalam 5 kelompok kerja dasar yaitu : 1) Administrasi / Manajemen Umum ; 2) Kelompok Pelayanan Medis; 3) Kelompok Pelayanan Keperawatan; 4) Kelompok Unit Gawat Darurat dan Kelompok Rekam Medis dengan nilai B. Dengan dicapainya akreditasi rumah sakit, diharapkan pembinaan rumah sakit akan lebih terarah. Rumah Sakit Haji Medan akan terpacu untuk memenuhi dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga mutu pelayanan dapat dipertanggung jawabkan (Trisnantoro, 1998).

Pada tanggal 21 November 2005, Rumah Sakit Haji Medan mendapat pengakuan dari Pemerintah sebagai rumah sakit dengan kinerja terbaik tingkat Propinsi Sumatera Utara.

(17)

Tabel 1.1 Rasio Hunian Unit Rawat Inap (BOR Bed Occupation Rate)

No Tahun BOR %

ALOS (hari)

TOI (hari)

BTO Kali / tahun

1 2001 60,7 % 6 6 40

2 2002 62,8 % 5 3 42

3 2003 63,0 % 5 3 42

4 2004 64,3 % 5 3 41

5 2005 97,87 6 1 52

Data : Bagian Rekam Medis/Informasi RS Haji Medan (2006).

Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui adanya suatu upaya atau program kerja yang dilakukan oleh komite medik yang mendukung peningkatan pelayanan rawat inap dan setelah peneliti melakukan studi literatur belum pernah dilakukan penelitian yang khusus membahas tentang analisa program kerja komite medik dan tingkat utilisasi fasilitas unit rawat inap Rumah Sakit Haji Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana program komite medik Rumah Sakit Haji Medan meningkatkan mutu pelayanan dan peningkatan utilisasi fasilitas unit rawat inap.

(18)

1.3 Landasan Teori

Organisasi rumah sakit untuk menuju keunggulan pelayanan memerlukan kegiatan terarah oleh komite medik yang berperan menjadi motor penggerak pelayanan rumah sakit. Komite tersebut membenahi fungsi pelayanan paripurna. Bila rumah sakit pada masa sekarang memerlukan nilai ekonomis di dalam pelayanan sosial, memerlukan pencermatan strategi rumah sakit dengan memperhatikan “5 faktor penentu kualitas pelayanan yaitu : 1). Tangibilitas ; 2. Kehandalan ; 3) Ketanggapan ; 4) Kepastian dan (5) Empati di semua pos pelayanan rumah sakit. (Parasuraman & Zeithaml ; 1996)

Dengan adanya kegiatan terarah dari Komite Medik meningkatan mutu pelayanan profesi dan efeknya dapat dipantau melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap.

Diharapkan bahwa dengan adanya peningkatan mutu yang disepadankan oleh Komite Medik sesuai terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan unit rawat inap, maka tingkat utilisasi unit pelayanan rawat inap diharapkan meningkat dari waktu ke waktu

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

(19)

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mencari informasi tentang kegiatan program kerja apa saja yang dilaksanakan oleh Komite Medik Rumah Sakit Haji Medan terhadap peningkatan utilitas unit rawat inap ke tingkat standar yang lebih baik. 2. Mencari informasi bagaimana koordinasi Komite Medik dengan

bagian lainnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek yaitu:

1. Praktek Pelayanan Kesehatan

Sumber pengetahuan dan bahan perbandingan bagi pimpinan maupun manajemen rumah sakit lain dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam meningkatkan utilisasi fasilitas unit rawat inap.

2. Pendidikan

Dalam aspek pendidikan, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi yang berguna bagi pendidikan administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya kebijakan rumah sakit.

3. Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu:

2.1 Komite Medik

2.1.1 Pengertian dan tugas komite medik 2.1.2 Jenis dan fungsi komite medik

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja komite medik 2.2 Unit Rawat Inap

2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap 2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap

2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap

2.1 Komite Medik

2.1.1 Pengertian dan Tugas Komite Medik

(21)

sebagai faktor pendukung terciptanya mutu pelayanan rumah sakit yang baik serta berkualitas (Jane, 2001 dikutip dari Purnomo, 2004).

Menurut Pasuraman pada masa sekarang ini, ada 5 faktor penentu kualitas (Tangible; Assurance, Responsiveness, Reliability dan Empathy) pelayanan terkait dengan pencermatan strategi rumah sakit dalam menyikapi nilai-nilai ekonomis yang menjadi perhatian dikalangan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan sosial . Oleh karena itu mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit tersebut akan tercapai dan hasilnya akan lebih optimal apabila rumah sakit itu sendiri memiliki suatu wadah atau organisasi yang bertindak sebagai motivator dan bersifat dinamis. Wadah yang bisa dianggap sebagai motivator atau motor penggerak pelayanan rumah sakit adalah komite medik.

Komite medik sendiri akan membenahi fungsi pelayanan paripurna melalui kegiatan terarah serta mengarahkan organisasi rumah sakit menuju keunggulan di bidang pelayanan.

(22)

di rumah sakit yang secara tradisional didasarkan pada spesialisasi klinis, seperti Bagian Bedah, Bagian Kesehatan Anak, dan lain-lain tidak ada lagi. Pada saaat ini yang ada ialah instalasi, seperti Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, dan lain-lain tempat dimana Staf Medis Fungsional dan staf lain memberikan asuhan kepada pasien (Rowland, 1984).

Komite medik merupakan bagian dari struktur organisasi rumah sakit dan bertindak sebagai pembina dan pengembang pelaksanaan profesi kedokteran di rumah sakit (Yoga, 2003).

Badan ini merupakan tempat dimana semua dokter bergabung dalam suatu organisasi resmi yang bertujuan meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan medis di rumah sakit. Komite medik menempatkan para dokter ini di dalam kelompok-kelompok spesialisasi yang khas dengan nama SMF (Staf Medis Fungsional). Komite medik sendiri terbagi ke dalam subkomite-subkomite dengan tugas-tugas yang seluruhnya akan merangkum fungsi-fungsi yang mereka perlu lakukan. Dalam praktek yang lazim, komite-komite pelaksana ini disebut panitia atau subkomite. Penyebutan seperti ini penting untuk mengingatkan bahwa di RS mereka bekerja untuk suatu organisasi induk yaitu komite medik (Rowland, 1984).

Berikut ini merupakan hal-hal pokok dari komite medik yaitu:

(23)

2. Komite Medik harus ada pada semua kelas rumah sakit umum pemerintah (Kelas A, B Pendidikan, B Non Pendidikan, C dan D). Komite Medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit. Secara struktural, kedudukan Komite Medik setingkat dengan Wakil Direktur (di rumah sakit kelas A dan B yang ada jabatan Wadirnya). Komite Medik membawahi seluruh SMF.

Pembentukan Komite Medik Rumah Sakit Haji ditetapkan dengan keputusan direktur RS Haji Medan No: 020/ SK/ DIR/ RSHM/VI/1999 tanggal 30 Juni 1999 yaitu di dalam struktur organisasi Rumah Sakit Haji Medan bahwa Komite Medik berada di bawah Direktur Rumah Sakit Haji Medan. Bagi rumah sakit yang bukan milik Depkes, maka komite medik ditetapkan oleh pemilik-pemilik atas usul Direktur.

Dalam menjalankan tugasnya, komite medik dapat dibantu oleh Panitia yang anggotanya terdiri dari SMF dan tenaga profesi lainnya. Panitia adalah kelompok kerja dalam komite medik untuk menangani masalah-masalah khusus, misalnya panitia rekam medis, panitia farmasi serta terapi, dan lain-lain. Masalah pembentukan panitia sendiri ditentukan oleh direktur.

(24)

Menurut Yoga (2003) bahwa di dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, komite medik perlu dibantu oleh panitia-panitia atau sub-komite dengan tugas dan nama yang khas pula. Jumlah kepanitian atau subkomite tergantung pada kondisi dan kebutuhan dari rumah sakit tersebut, namun ada beberapa sub-komite standar yang sepertinya sudah menjadi standar di setiap rumah sakit. Sub-komite yang sudah umum tersebut adalah : (1) Sub-komite kredensial, (2) Sub-komite keperawatan; (3) Sub-komite Rekam Medis; (4) Sub komite farmasi; (5) Sub-komite akreditasi; (6) Sub-komite etika dan profesi.

2.1.2 Jenis dan Fungsi Komite Medik

Ada belasan atau bahkan puluhan komite dapat dibentuk di rumah sakit. Kebutuhan komite rumah sakit berkaitan erat dengan jumlah dan jenis sesuai dengan kondisi dari rumah sakit, ataupun kebutuhan yang dirasakan oleh para manajemen yang bekerja di sana.

Rowland (1984) mengemukakan bahwa alasan umum yang lazim disebut mengapa komite-komite difungsikan di rumah sakit adalah pertama keyakinan bahwa suatu grup yang terbentuk :

(1) dari orang-orang yang memiliki talenta yang bervariasi. (2) latar belakang.

(25)

Yang kedua adalah alasan-alasan lain yang perlu dicermati. Di antara alasan tersebut adalah fakta bahwa manusia lebih cenderung menerima dan melaksanakan keputusan apapun, bila mereka atau wakil-wakilnya telah ikut serta di dalam proses pengembangan keputusan tersebut. Kecenderungan ini lebih besar dibandingkan bila hal yang diimplementasikan tersebut diberikan begitu saja oleh pihak luar.

Alasan ketiga adalah keterkaitan anggota komite terhadap adanya penyebaran (difusi) tanggung jawab ke banyak orang. Penyebaran tanggung jawab ke beberapa personil adalah lebih menarik apalagi untuk membuat suatu keputusan dari hal-hal yang kurang favorit, atau peraturan yang potensil tidak menyenangkan beberapa kalangan, atau juga keputusan yang potensial beresiko fatal. Tidak banyak orang yang suka dan berani menanggung sendiri suatu resiko yang langsung mengaitkan resiko tersebut dengan reputasi dirinya sendiri. Pekerjaan yang dibagi-bagikan merata dirasakan tidak terlalu menekan (Djojodibroto, 1997).

Adapun jenis dan fungsi komite yang lazim dapat dilihat di RS antara lain: 1. Komite Etika Profesi. Mereka bekerja melayani program-program pimpinan RS.

di dalam memelihara kode etik profesi kedokteran pada khususnya.

(26)

3. Sub-Komite Kredensial. Fungsinya dalam hal perekrutan staf/pegawai RS yang baru dengan cara melihat kualifikasi, pendidikan, pengalaman, minat dan informasi penting lain-nya.

4. Sub Komite Utilisasi. Berfungsi khusus mencermati efisiensi dan efektifitas utilisasi fasilitas dan perlengkapan RS. Salah satu dari kegiatan komite ini adalah analisa Barber Johnson.

5. Sub-Komite Infeksi (Nosokomial) adalah komite yang mengarahkan penga wasan bagaimana meniadakan infeksi nosokomial (infeksi silang) di lingkungan RS atau setidak-tidaknya menanggulangi kasus-kasus serupa supaya supaya tidak terjadi kembali. Kegiatannya terutama adalah melakukan investigasi terhadap teknik asepsis, kebersihan lingkungan, sterilisasi dan mengadakan review teknik-teknik asepsis dan isolasi penyakit menular di kelompok petugas rumah sakit .

6. Sub - Komite Rekam Medis, menangani kegiatan menyeluruh sistem administrasi dan dokumentasi serta pelaporan rekam medis yang dilakukan oleh Sub-bagian Rekam Medis. Di Indonesia Komite RM ini secara fungsional menjadi penghubung di antara kegiatan administratif dengan kegiatan medis melalui manajemen Komite Medik.

(27)

8. Sub-Komite audit medis. Komite ini mengawasi kualitas tindakan medis baik bedah ataupun tidak untuk kemudian dianalisis menurut metodologi ilmiah, dipaparkan secara rutin didepan anggota Komite Medik demi peningkatan mutu pelayanan medis terhadap pasien.

9. Sub-Komite akreditasi RS atau Tim Pengendalian Mutu RS. Program kerjanya adalah khusus sebagai tim yang berusaha menjalankan strategi peningkatan mutu pelayanan baik melalui gerakan TQM ataupun strategi-strategi terpadu bagaimana memberikan rasa puas terhadap pasien pelanggan. Komite ini dapat memfokuskan titik pandangnya mengikuti gerakan peningkatan mutu seperti yang dilakukan oleh Dirjen Yanmed Depkes RI. Pada pelaksanaan di lapangan Komite Pengendalian Mutu biasanya mulai dari kegiatan–kegiatan GKM pada unit-unit kerja di RS (Yacobalis,1989).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja Komite Medik

Rowland (1984) mengemukakan bahwa berhasil atau tidaknya komite medik dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor pendukung antara lain:

(1) Diorganisasikan secara resmi (formal).

(28)

offisial atau ada juga yang ex-officio dan siapa saja yang berhak memberikan suara di dalam suatu sistem pemilihan? Kepada siapa komite akan bertanggung jawab dan memberi laporan-laporan? Berapa sering mereka harus mengadakan pertemuan resmi? Siapa sajakah yang berhak membuat undangan pertemuan? Siapa yang membuat catatan teratur dan kepada siapa hasil pertemuan disampaikan? Apakah komite memerlukan dana pertemuan atau dana pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan? Berapa banyak biaya tersebut diestimasi per periode? Siapa pula yang bertugas membuat agenda dan rancangan pertemuan serta persiapan-persiapannya? Mengenai anggota komite sendiri dipilih oleh administrator rumah sakit dari mereka yang dapat atau menyenangi pola kerja sama dalam tim atau senang bekerja sama dengan orang lain.

a. Apa calon anggota komite sudah pernah bekerja sebelumnya di dalam komite? Bila ‘ya’ apakah masukannya di sana konstruktif dan bermanfaat?

b. Secara umum apakah anggota ini memiliki jaringan persahabatan yang baik dengan sesama anggota di rumah sakit?

c. Bila ada pertentangan, dapatkah calon ini secara jernih melihat kausanya secara objektif?

d. Apakah calon anggota ini dapat berpikir secara tajam dan kritis?

e. Dapatkah calon anggota ini menyampingkan kepentingan diri sendiri di dalam tugas-tugas mencermati penyebab semua masalah yang umumnya akan dihadapi?

(29)

(2) Memiliki tugas-tugas yang jelas dan tertulis

Hal-hal yang terkait dalam hal ini meliputi apa maksud dan tujuan serta tugas/ tanggung jawab komite secara jelas dan tertulis dimana hal tersebut seharusnya disosialisasikan, apa tanggung jawabnya, apa tugas khususnya dan apa target-nya. Semuanya perlu diuraikan dalam surat penugasan. Pemilihan siapa yang patut menjadi kepala, siapa yang menjadi anggota, tergantung sangat pada korelasi dan dedikasi, talenta anggota terhadap tujuan dari komite itu sendiri.

Selain itu kebutuhan komite juga perlu diperhatikan terkait dengan kebutuhan. Apakah komite satu-satunya cara terbaik untuk menghasilkan tujuan organisasi? Bila jawabnya ‘ya’, apakah komite baru perlu dibentuk atau apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sama baiknya oleh komite yang sudah terbentuk lain-nya? Ataukah masalah yang ingin dicapai cukup diperoleh dengan hanya satu atau beberapa konferensi antar sesama mereka yang terkait?

(30)

(3) Memiliki pemimpin yang kompeten dan berdedikasi

Salah satu faktor pendukung keberhasilan komite adalah karakteristik dari pemimpin komite yang kompeten dan berdedikasi. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan seorang pemimpin atau manajer. Sebagai seorang pemimpin, yang menyadari dirinya pada posisi sedang memimpin suatu komite, sering merasakan ada tekanan dari suasana yang berlangsung.

Pertama bila pada kelompok persidangan anggota komite terjadi suatu

komunikasi yang acak-acakan tidak teratur, sehingga buah pikiran jadi terlantar, tidak tersalurkan kecuali para peserta terbiasa dengan suasana bekerja sama seperti itu.

Kedua bila pemimpin rapat itu sendiri tidak mengerti sepenuhnya tentang

kebutuhan dari kelompoknya sehingga disana ada semacam suasana yang berbahaya. Ia dapat bertindak terlalu demokratis atau kadang-kadang terlalu kaku. Hal ini mengakibatkan amarah ataupun frustrasi terhadap sesama anggota komite.

Ketiga, bila komunikasi tersendat sama sekali dan kelompok-kelompok

(31)

sukar memperoleh komitmen sepenuh hati terhadap keputusan terahir yang telah disetujui.

Kecakapan pemimpin group sangat dibutuhkan bila pemimpin ingin membersihkan perkembangan negatif yang tidak dikehendaki.

(32)

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu faktor pendukung terhadap mulus tidaknya kerja suatu komite adalah gaya kepemimpinan, oleh karena itu sebagai pemimpin komite harus mengetahui situasi, kondisi maupun hal-hal yang akan dijumpai pada saat kepemimpinannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.

(4) Menjalankan suatu sistem dokumentasi tentang kegiatan dan mengerti tujuan-tujuan atau target kerja yang ingin dipenuhi (Gaspersz, 2005)

Tetapi komite-komite sebaliknya akan gagal bila anggota yang digabungkan pada suatu komite tidak dipilih secara arif, mereka tidak memiliki tugas dan tujuan komite yang jelas, bila anggota tidak diberikan orientasi yang cukup tentang fungsi komite, anggota tidak melihat manfaat dari tujuan komite itu sendiri, bila pertemuan dianggap cukup untuk dihadiri saja dan bila agenda serta persiapan pada setiap pertemuan tidak dipersiapkan dengan cukup rapi (Rowland, 1984 )

2.2 Unit Rawat Inap

2.2.1 Pengertian Rawat Inap dan Utilisasi Rawat Inap

(33)

Pelayanan unit rawat inap sedikit berbeda dengan pelayanan unit rawat jalan berdasarkan asuhan keperawatan yang lebih intensif. Pada prinsipnya hanya pasien yang memerlukan pengawasan perawatan dan pengobatan yang konsisten 1 x 24 jam yang dirawat-inapkan oleh rumah sakit. Pada pasien diberikan sarana tempat tidur, makan, minum, pelayanan keperawatan, pelayanan pengobatan dokter, pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya.

Unit rawat inap sering dibagi dalam kelas-kelas pelayanan bervariasi berdasarkan kebutuhan masyarakat yang memerlukan sesuai dengan kemampuan mereka membayar fasilitas yang lebih baik. Secara prinsip semua pelayanan rumah sakit diberikan dalam mutu yang serupa sekalipun kelasnya lebih rendah karena yang berbeda hanyalah kebutuhan-kebutuhan unik yang diminta oleh mereka yang mampu membayar semua pelayanan ekstra.

2.2.2 Indikator Utilisasi Rawat Inap

(34)

Average of Length of Stay (ALOS)

Gambar 2.1. Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indikator efisiensi utilisasi unit rawat inap rumahsakit.

Bila angka BOR misalnya berada di bawah 60 %, ruang rawat inap dianggap memiliki jumlah tempat tidur yang berlebihan. Angka BOR yang melebihi rasio 85 % juga dianggap tidak baik dan dianggap kekurangan jumlah tempat tidur.

TOI (Turn Over Interval) yang berarti interval berapa hari rata-rata seluruh

(35)

kembali. Angka TOI yang berkepanjangan artinya bahwa fasilitas tempat tidur terlalu lama kosong. Indikasinya bahwa rancangan fasilitas yang ada tidak efektif terpakai dibandingkan kebutuhan realistis dari suatu rumah sakit.

Angka ALOS (Average Length of Stay) atau lama rata-rata seorang pasien tinggal di rumah sakit. Oleh KARS angka ini ditetapkan sebagai 3 s/d 5 hari sebelum pasien pulang. Angka ALOS yang normal tersebut secara teoritis dapat menggambarkan bahwa kualitas perawatan unit rawat inap rumah sakit adalah baik efektif dan efisien. ALOS yang tinggi sering dikaitkan dengan buruknya kualitas pelayanan perawatan dan pengobatan yang ada di rumah sakit. Perusahaan pelanggan yang membayar biaya pelayanan rawat inap pasien tanggungannya tidak menyukai hari pelayanan rawat inap yang berkepanjangan.

Bed Turn Over (BTO) adalah jumlah rata–rata berapa orang semua tempat tidur pernah dipakai oleh pasien dalam rentang relatif per tahun. Jumlah yang terlalu sedikit dianggap kurang memadai sementara jumlah yang terlalu tinggi melebihi 50x/tahun dianggap fasilitas ruang rawat inap terlalu padat, sehingga terburu-buru memulangkan pasien karena ada pasien lain yang antri (Djemadi, 1998).

2.2.3 Peranan Komite Medik Terhadap Utilisasi Fasilitas Unit Rawat Inap

(36)

Adapun peranan komite medik terhadap utilisasi rawat inap adalah dengan adanya kegiatan terarah dari wadah ini diharapkan mutu pelayanan profesi akan meningkat dan apabila wadah ini tanggap dalam persaingan mutu maka penampilan rumah sakit, antisipasi kebutuhan serta kualitas pelayanan lebih optimal dan hal ini dapat dipantau melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap (Firmansyah, dikutip dari www. digilib. unair.ac.id).

(37)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif retrospektif untuk mengidentifikasi keberhasilan program kerja komite medik dalam meningkatkan mutu di bidang pelayanan unit rawat inap khususnya dalam hal meningkatkan utilisasi rawat inap.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah ketua komite medik dan ketua sub komite medik.

3.2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yaitu:

(38)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RS. Haji Medan tepatnya di Jalan Pancing. Waktu penelitian bulan Nopember 2006 s/d Maret 2007.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa : Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan meliputi: keberadaan organisasi komite medik serta struktur kepanitiaan dalam manajemen mutu di rumah sakit, adanya sistem pembelajaran terkait dengan pelayanan untuk unit rawat inap, lokasi dan fungsi GKM, adanya indikator unit rawat inap disertai alat bantu berupa grafik, evaluasi salah satu indikator unit rawat inap, hal-hal yang terkait dengan fasilitas rumah sakit, kesiapan semua pihak yang terkait di rumah sakit dalam hal pelayanan.

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi AKK (Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Peminatan Administrasi Rumah Sakit) USU dan Direktur Rumah Sakit Haji Medan, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.

2. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara: Indepth Interview yaitu wawancara mendalam

(39)

4. Partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian dan diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti.

5. Peneliti mulai melakukan wawancara.

6. Peneliti menulis dan membaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan wawancara ulang.

7. Peneliti menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data, kemudian menguraikan data kedalam bentuk narasi dari semua tema, kelompok tema, kategori tema.

8. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang dilakukan.

3.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama dilakukan. Data diseleksi kata perkata. Dari permulaan penelitian, peneliti akan mulai menginterpretasikan pengertian yang mungkin terhadap data yang disajikan. Kesimpulan akhir mengenai data akan diperoleh dengan menganalisa data secara sistematis dan menetapkan hubungan-hubungan data dengan jelas (Brockopp & Tolsma, 1995).

Proses analisisnya meliputi :

(40)

2. Mensintesa hal-hal penting tersebut. Hal-hal penting yang disintesa adalah suatu ungkapan ide pokok dengan mengutip frase atau kalimat yang secara langsung berkaitan

3. Merumuskan suatu perbandingan dari deskripsi setiap partisipan. Perbandingan tersebut adalah pernyataan yang terkonsep tidak langsung oleh peneliti yang menghubungkan ide pokok yang disintesa dari setiap partisipan.

4. Menggali konsep pokok perbandingan yang dirumuskan dari setiap partisipan. 5. Mensintesa suatu struktur pengalaman langsung dari konsep yang digali. Suatu

(41)

3.7 Kerangka Konsep Penelitian

MEDIK RAWAT INAP /UTILISASI

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

(42)

3.8 Definisi Operasional

1. Analisa adalah ulasan tentang pencapaian kinerja dari komite-komite yang dinilai oleh responden berdasarkan pengamatan mereka masing-masing terhadap komite kelompoknya. Pada penelititan ini analisa difokuskan terhadap kinerja usaha mereka meningkatkan peningkatan utilisasi dari unit rawat inap.

2. Program kerja adalah uraian tentang program kerja yang beraneka ragam telah dirancang untuk dilaksanakan di masing-masing komite yang diteliti. Program kerja ini beraneka ragam dan tidak ada yang persis satu sama dengan lain. Pada penelitian program kerja diklasifikasi saja menurut tujuan program yang dimaksudkan untk dapat meningkatkan kualitas pelayanan unit rawat inap yang seterusnya memberi kepuasan pada pasien.

3. Komite Medik adalah kelompok profesional para dokter dan dokter ahli yang menjadi panduan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada penelitian Komite Medik dinilai menurut analisa program kerja mereka yang ditujukan meningkatkan kualitas pelayanan di unit rawat inap.

4. Struktur Organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu bagian dari unsur yang harus dipenuhi oleh tim/panitia jaminan peningkatan mutu terkait manajemen mutu rumah sakit.

(43)

pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem yang absah, baik pasien, maupun pihak rumah sakit.

6. Koordinasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam hal ini badan komite medik harus bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya, Unsur-unsur yang penting dalam koordinasi: (1) pendelegasian tugas, (2) pemerataan tuigas, (3)adanya supervisi terhadap koordinasi /kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. 7. Pelatihan. Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit sendiri nantinya.

8. Monitoring

Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan ataupun standar. Berdasarkan hasil temuan bahwasanya unsur-unsur yang merupakan bagian dari monitoring adalah: (1) pengawasan, (2) penilaian. 9. Perencanaan

(44)

10.Pengarahan

Salah satu fungsi pengarahan yang dapat diterapkan oleh komite medik dalam manajemen konflik adalah problem solving. Segala permasalahan yang terjadi sebaiknya segera diselesaikan secara konstruktif agar tidak berkepanjangan. 11.Perekrutan

Perekrutan berhubungan dengan ketenagaan yang nantinya layak menjadi tenaga profesional serta didukung oleh keahlian masing-masing individu. Hal ini penting dilaksanakan untuk peningkatan kualitas dan kemampuan kinerja staf dan menjadi tugas rutin dari sub komite kredensial berkoordianasi dengan badan Litbang di bawah pengawasan dari komite medik.

12.Evaluasi

Evaluating Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit melalui kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan maka compensatory reward perlu dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja maupun punishment sebagai bentuk koreksi kesalahan sehingga timbul motivasi dan tanggung jawab dari staf pegawai sendiri terhadap peningkatan kerja yang mempengaruhi kualitas pelayanan medik

13.Manajemen Mutu

(45)

mendukung kualitas dan mutu pelayanan yang baik di rumah sakit adalah dengan membentuk suatu organisasi atau wadah yang lazim disebut Komite Medik.

(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai analisa program kerja komite medik dan utilisasi fasilitas unit rawat inap RS Haji Medan melalui proses pengumpulan data di Rumah Sakit Haji Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan berikut hasil wawancara tentang terhadap enam partisipan.

Berikut ini merupakan karakteristik umum/profil lengkap Rumah Sakit Haji Medan yaitu:

1. Lokasi dan Pendirian

Rumah Sakit Haji Medan didirikan di Jl. RS. Haji Medan Estate, Medan 2003 oleh Yayasan Rumah Sakit Haji Medan yang diketuai oleh Gubernur Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden RI berfungsi operasional tanggal 4 Juni 1992.

2. Kepemilikan

(47)

Sarana rawat inap pada awalnya terdiri dari 135 tempat tidur dibagi ke dalam beberapa kelas sebagai berikut:

No Ruangan Jumlah tempat tidur

1 Kelas Utama A 2

2 Kelas Utama B 14

3 Kelas I 23

4 Kelas II 26

5 Kelas III 52

6 Boks bayi 10 Boks

7 Ruang ICU 8

8 Ruang Stroke Care 4

Jumlah 135

3. Kelas Rumah Sakit

Rumah Sakit Haji ditinjau dari kelengkapan sarana mencapai 12 SMF yang difasilitasi secara cukup digolongkan sebagai RSU kelas B Non Pemerintah.

4. Keberadaan Komite Medik dalam Struktur Organisasi RS Haji

(48)

Sebagai pelaksana di lapangan Yayasan RS Haji mempercayakan tugas pada komponen Direktur serta staf pelaksana Pelayanan yang secara fungsional diorganisasikan di dalam komite medik.

Fokus perhatian

Wadir Pnjg Medis & Pendidikan

YAYASAN RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

(49)

Satuan Pengawas Intern berfungsi sebagai pelaksana audit internal sementara Dewan Penyantun berfungsi aktif menjadi komponen eksternal yaitu semacam anggota Hospital Board yang turut berpartisipasi memberi santunan baik materil ataupun pengarahan pada strategi kerja rumah sakit bila dipandang perlu. Rumah Sakit haji dengan sepenuhnya menjalankan panduan prinsip tripartit yang dianjurkan oleh Hospital Bylaws (Gaspersz, 2005).

Informasi tentang keberadaan komite medik di dalam struktur organisasi rumah sakit bernilai strategis karena secara fungsional komite medik telah dan tetap aktif membantu Direktur di dalam mengembangkan Iptek dan Manajemen Pelayanan Rumah Sakit seperti yang ditetapkan oleh norma-norma manajemen rumah sakit yang standar.

Komite Medis adalah berada langsung di bawah Direktur untuk hal-hal pengembangan teknis medis serta pengawasan kualitas teknis medis.

Di dalam penelitian dapat ditemukan buki-bukti tentang keberadaan Komite Medis yaitu :

1. Surat Keputusan Direktur RS Haji tentang penetapan struktur organisasi komite medik Rumah Sakit Haji Medan sesuai dengan SK Direktur No: 088/SK/DIR/RSHM/IX/1999 pada tanggal13 September 1999.

2. SK Direktur RS Haji tentang jadwal rapat staf medis fungsional Rumah Sakit Haji Medan No : 046.B/SK/DIR/RSHM /VIII/2000 Tanggal 1 September 2000. 3. Sejumlah catatan tentang undangan rapat, catatan notulen rapat, daftar hadir

(50)

waktu berfungsi mengembangkan pola pikir serta implementasi Iptek Kedokteran serta manajemen pengembangan mutu pelayanan di Rumah Sakit Haji.

5. Jenis Pelayanan Utama

Pelayanan yang disajikan oleh RSU Haji adalah pelayanan umum dan spesialisasi termasuk jenis perawatan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan kamar bersalin, pelayanan kamar bayi, pelayanan penunjang medis diagnostik laboratorium, radiologi, USG, CT Scan. Pelayan lain-lain seperti fisioterapy, pelayanan hemodialisa serta sarana pelatihan bagi akademi perawat, akademi kebidanan serta residensi para dokter untuk mendapat brevet spesialis. Sebagai pusat informasi manajemen informasi kesehatan RSU Haji memungsikan 1 bagian Rekam Medis yang cukup efektif dan efisien.

Sejalan dengan filosofi rumah sakit yang Islami Rumah Sakit Haji memungsikan fungsi pelayanan rohani RSU Haji menugaskan pelaksana da’wah Islami pada pasien kepada 2 orang rohaniwan tetap.

6. Visi

“Mewujudkan RS. Haji Medan sebagai Rumah Sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.”

7. Misi

(51)

2. Melaksanakan dakwah Islami dalam setiap kegiatannya.

3. Sebagai sarana untuk menimba ilmu bagi calon cendekiawan muslim.

8. Falsafah

Rumah Sakit Haji Medan adalah perwujudan dan Iman, Amal Saleh dan Ibadah kepada Allah SWT.

9. Motto

Bekerja sebagai ibadah, ikhlas dalam pelayanan dan istiqomah dalam pendirian. Allah SWT.

10.Tujuan

Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka ibadah dan amal shaleh dan ikhlas, sekaligus sebagai dukungan konkrit untuk mensukseskan Sistem Kesehatan Nasional melalui penyediaan sarana rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis, berkualitas dan mengikuti perkembangan IPTEK didasarkan pada iman akan kekuasaan Allah SWT pada proses dan hasil penyembuhan.

1. Mendukung tugas pemerintah sebagai penyelenggaran ibadah haji di bidang pelayanan kesehatan dalam arti seluas-luasnya.

(52)

11. Sumber Daya Manusia

Tabel 4.1 Statistik Jumlah Kepegawaian RS Haji 2004 – 2006

Sumber Daya Manusia

No Bagian Kerja / Penugasan

2004 2005 2006

1 Non medis 161 170 190

2 Paramedis non keperawatan 40 40 43 3 Paramedis keperawatan 183 203 232

4 Dokter tetap 26 37 42

5 Dokter Tidak Tetap 94 89 80

Jumlah 2508 2544 2593

(53)

Tabel 4.2 Deskripsi perkembangan jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang bernaung diwadah Komite Medis / SMF RS Haji Medan.

No Jenis Pelayanan

(Spesialis)

Jumlah 2004 Jumlah 2005 Jumlah 2006

1 Dokter Umum 13 16 14

(54)

dokter yang cukup untuk tetap mengisi jumlah SMF yang diperlukan, adalah penting untuk memastikan konsisten jaminan mutu pelayanan rumah sakit. Kondisi tersebut ternyata dapat dibuktikan berjalan baik di RS Haji Medan.

Sarana Penunjang Medis

Sarana penunjang pelayanan medis adalah yang terutama dimanfaatkan untuk menunjang fungsi pelayanan yang diberikan oleh masing-masing departemen pelayanan SMF baik di klinik maupun diunit-unit instalasi lainnya termasuk di unit rawat inap. Srana-sarana tersebut dioperasikan secara cukup dan dikembangkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit meningkatkan pelayanan.

a. Laboratorium Pathologi Klinik, pemeriksaan komplet + kimia darah

Sarana Laboratorium Pathologi Klinik dapat memenuhi keperluan pemeriksaan SMF setiap hari terutama dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan diagnostik. Seorang ahli Pathologi Klinik ditugaskan untuk menjadi pengawas bagian ini.

b. Radiologi, USG dan CT Scan + ECG

(55)

c. Farmasi melayani kebutuhan suplai obat instalasi dan juga pasien

Di RS Haji ada difungsikan 1 instalasi farmasi yang berkegiatan menjadi pengatur suplai obat untuk apotek di RS Haji.

Bagian Farmasi beroperasi secara penuh 3 shift mengingat bahwa keperluan obat-obatan dapat saja terjadisetiap saat sementara persediaan yang rutin boleh jadi tidak selalu cukup. Perlu ditambahkan bahwa lokasi RS Haji terhitung cukup jauh dari kota dimana banyak beroperasi farmasi, jadi bila pada malam hari diperlukan sesuatu suplai penting, farmasi RS Haji dapat memberi suplai dengan segera.

d. Rehabilitasi medis + fisioterapy

Bagian Rehabilitasi Medis RS Haji dilengkapi dengan sarana fisioterapy yang cukup dapat melayani rehabilitasi medis pasien dari RS Haji sendiri maupun pasien dari luar rumah sakit. Pelayanan dilakukan oleh petugas yang terlatih dan dipimpin oleh seorang ahli fisioterapy dan dilayani oleh sejumlah fisioterapist.

e. Departemen Gizi

Bagian gizi dipimpin oleh dokter spesialis gizi yang bertugas melayani kebutuhan pengaturan dan suplai katering rumah sakit terutama terhadap mereka yang dirawat di bagian unit rawat inap.

f. Binatu (Laundry)

(56)

g. Pemeliharaan sarana rumah sakit

Bagian pemeliharaan sarana di RS Haji secara umum dibagi menjadi 2 bagian penting yaitu: (1) bagian pemeliharaan peralatan medis dan elektronik serta (2) bagian pemeliharaan sarana bangunan dan kebersihan lingkungan.

Bagian pemeliharaan sarana pelayanan medis dan elektronik dipimpin oleh seorang ahli peralatan medis. Bila pada suatu kasus bagian pemeliharaan peralatan dianggap memerlukan pelayanan khusus dari teknisi luar, bagian peralatan tersebut bertugas mengkoordinasikannya. Pemeriksaan kalibrasi misalnya, dikoordinasikan oleh bagian pemeliharaan peralatan medis.

h. Pertamanan dan kebersihan lingkungan

Bagian pemeliharaan bangunan, pertamanan dan pengolahan limbah rumah sakit bernaung di bawah pengawasan pemeliharaan sarana rumah sakit. Petugas pemeliharaan bangunan dan pertamanan pada umumnya tenaga kontrakan (outsourcing).

i. Pendidikan dan Pelatihan profesi pada Diklat lokal di RS Haji

(57)

Sebagai kegiatan unggulan Rumah Sakit Haji mengadakan banyak kegiatan “on the job training” (OJT) yang mengundang pelatih ahli baik dari luar ataupun intern rumah sakit. Kegiatan tersebut kemudian menjadi intesif yang akhirnya mengundang kehadiran tim–tim dari rumah sakit lain untuk bergabung melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan GKM, pelatihan Peningkatan Kualitas Pelayanan, pelatihan Administrasi Rekam Medis tingkat dasar, pelatihan pelayanan UGD, Barber Johnson. Kegiatan pelatihan tersebut telah banyak memberi manfaat juga terhadap kelompok-kelompok kerja di rumah sakit Haji Medan.

j. Fasilitas Keamanan (Satpam) dan perparkiran

Bagian keamanan RS Haji memiliki tugas ganda karena selain mengamankan rumah sakit dari kemungkinan gangguan tamu tak diundang, tugas perparkiran juga dilaksanakan secara bersamaan. Bagian Pengamanan juga bertugas menjadi pelopor pemadam kebakaran seandainya di sana terjadi bahaya kebakaran.

k. Sarana Pelayanan Rawat Jalan

(58)

a. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Data pasien rawat jalan dan rawat inap pasien umum dan Gakin (Keluarga Miskin), tahun 2004-2006.

Rawat Jalan Rawat Inap No. Tahun

Umum GAKIN Umum GAKIN

1. 2004 43.044 128 5.555 150

2. 2005 50.286 3.889 7.800 1.208

3. 2006 55.356 11.854 9.173 2.791

(59)

b. Prestasi tahun 2004 – 2006 per Indikator Statistik Barber Johnson dan registrasi pelayanan Medis.

Tabel 4.3. Beberapa indikator efektifitas dan efisiensi utilisasi sarana RS Haji Medan

No Jenis Pelayanan / Indikator Pelayanan

Indikator dalam kelompok Statistik Barber Johnson menunjukkan kenaikan rasio hunian rata-rata dalam periode tahunan (BOR - Bed Occupancy Rate) dari 64,30% (thn 2004); 97,87 % (thn 2005) dan 73,17 % pada tahun 2006. Rasio normal dari BOR berkisar di angka 60 s/d 85 %.

Dapat diterangkan bahwa kenaikan angka rasion BOR tahun 2005 menjadi 97,9 % adalah indikator peledakan angka pasien yang luar biasa pada suatu rumah sakit, Tetapi angka seperti itu dianggap harus segera diatasi dengan cara menambah fasilitas tempat tidur di unit rawat inap. Bila penambahan unit tempat tidur tidak ditambah, peningkatan BOR di atas 90 % justru membahayakan mutu rumah sakit karena terlalu padat hunian. Kondisi tersebut dipantau oleh rumah sakit melalui Sub Komite Audit Medis yang membaca kondisi BOR sudah berlebihan. Sebagai follow up RS Haji membangun saran tambahan yaitu dengan menambah jumlah

(60)

Pada tahun 2006 penambahan sejumlah tempat tidur di unit rawat inap RS Haji dari 135 menjadi 250 tempat tidur, sedikit menyeimbangkan BOR di tingkat 73,17 %. Semua informasi tentang kondisi ini digunakan sepenuhnya oleh Komite Medik RS Haji untuk memberi usulan pada Direktur supaya menindak lanjuti dengan tindakan yang tepat memperbaiki keadaan.

Informasi selanjutnya yang dapat dibaca dalam kelompok Barber Johnson (ALOS, TOI dan BTO) cukup menguatkan interpretasi bahwa RS Haji telah beroperasi efektif dan efisien dalam kondisi yang baik yaitu LOS dalam rentang yang normal begitu juga TOI. BTO yang berfungsi menyatakan berapa kali suatu tempat tidur secara rata-rata dipakai dalam periode 1 tahun, menunjukkan bahwa unit rawat nap RS haji telah beroperasi secara efektif dan efisien. Angka di atas 40 sebenarnya sudah cukup membuktikan frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata dalam 1 tahun cukup baik.

(61)

pasien yang berpenyakit cukup berat. Ini adalah indikator bahwa Rumah Sakit Haji telah memiliki nilai positioning yang cukup dapat dipercaya baik oleh pihak pasien maupun oleh pihak rumah sakit rujukan.

l. Model strategi pengembangan

Rumah Sakit Haji memiliki komitmen yang kuat untuk tetap berkembang menjadi lebih baik selaras dengan falsafah menyiarkan dakwah Islami yang menjadi pedoman. RS. Haji mengikuti standar Dep Kes RI secara penuh yaitu menstandarkan pelaksanaan pelayanan dan kegiatan perumah sakitan menurut pola akreditasi rumah sakit yang dianjurkan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Bila dikaitkan dengan tema penelitian ini tentang peranan Komite Medis di dalam peingkatan mutu, maka dapat dibuktikan bahwa organisasi Komite Medis di RS Haji dengan sepenuhnya telah melaksanakan pedoman kerja Komite Medis seperti untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah skit. Sudah ada organisasinya lengkap dengan sub komite untuk aktif melaksanakan kegiatan peningkatan mutu.

m. Tanda-tanda penghargaan kualitas pelayanan

Indikator lain-lain yang dapat menunjukkan tentang perkembangan mutu pelayanan yang dilakukan di RS Haji Medan dengan pemeran utama Komite Medik adalah antara lain.

(62)

2. Juara I Rumah Sakit Kelas B di Sumatera Utara dalam hal Kinerja terbaik yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2003 dan tahun 2005.

4.2 Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ke enam partisipan yang memiliki pengalaman langsung dalam hal gerakan peningkatan mutu serta kualitas pelayanan rumah sakit dan telah diidentifikasi melalui partisipan mengenai analisa program kerja komite dan utiliasi unit rawat inap.

4.2.1 Manajemen Mutu Di Rumah Sakit

Manajemen mutu merupakan salah satu indikator yang dilakukan sebagai evaluasi terhadap kinerja rumah sakit hasil kerja kelompok profesional dan manajerial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kualitas dan mutu pelayanan yang baik di rumah sakit menurut informan anggota pelayanan medis adalah bentuk organisasi Komite Medik. Wadah ini dibentuk dan berfungsi sebagai tim manajemen peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

(63)

peningkatan mutu yang mengelola atau merencanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tim jaminan peningkatan mutu di RS.Haji Medan adalah komite medik. Menurut partisipan untuk masalah peningkatan mutu, ada beberapa faktor predisposisi yang mendukung terciptanya manajemen mutu yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh tim komite medik: (1) keberadaan struktur organisasi, (2) adanya standar pelayanan, (3) koordinasi, (4) pelatihan, (5) monitoring. Berdasarkan hal tersebut di atas dan dari hasil penelitian yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan partisipan, maka peneliti mengetahui ada beberapa faktor-faktor yang mendukung manajemen mutu rumah sakit terkait dengan kinerja komite medik dalam meningkatkan fasilitas pelayanan rumah sakit nantinya khususnya dalam hal ini fasilitas pelayanan unit rawat inap yang akan di bahas selanjutnya. Berikut ini peneliti akan menguraikan satu-persatu hasil penelitian yang telah diperoleh yaitu:

Menurut pengamatan informan dinyatakan hal-hal sebagai berikut : Saya melihat bahwa setelah 3 tahun mendapat kelulusan uji akreditasi, Komite Medis RS Haji masih konsisten melaksanakan kegiatan pertemuan membahas perkembangan kualitas pelayanan medis di rumah sakit. Betul tidak ada suatu kegiatan yang menonjol karena semua terlihat berlangsung secara biasa saja. Nmun demikian pada awaltahun 2005 kami telah disibukkan kembali mempersiapkan rumah sakit menjajaki uji akreditasi dengan 12 kelompok kerja.

(Partisipan 1) 4.2.1.1 Struktur Organisasi

(64)

struktur organisasi yang dibentuk secara resmi dalam hal ini komite medik sangat bermanfaat bagi rumah sakit terutama sebagai motor penggerak pelayanan medis dan berperan secara aktif dalam meningkatkan jaminan mutu pelayanan. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

“Menurut saya struktur organisasi komite medik sudah disyahkan dan resmi dibentuk oleh direktur dan memliki SK, selain aktif membantu direktur juga membawahi subkomite fungsional lain untuk fungsi komite medis, wadah ini juga memiliki panitia peningkatan mutu yang telah diorganisir dan sudah jadi motor penggerak perbaikan mutu di rumah sakit”.

(Partisipan 6)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan:

“Struktur organisasi komite medik sudah ada, selalu aktif, membawahi semua SMF (spesialisasi)”.

(Partisipan 2)

Ketika ditanyakan apakah setelah ada kegiatan peningkatan mutu pelayanan dan fasilitas, apakah ada fenomena penambahan tingkat utilisasi pasien rawat inap sebagai akibat yang positif ?

“Pada awalnya keterkaitan tersebut tidak nyata benar, tetapi lama kelamaan setelah beberapa bulan berjalan dan seterusnya memang angka utilisasi unit rawat inap terus menanjak sampai akhirnya jumlah tempat tidur rawat inap harus ditambah.”.

(Partisipan 2)

4.2.1.2 Standar Pelayanan

(65)

organisasi pelayanan rumah sakit, sehingga dengan adanya standar diharapkan setiap individu dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku dalam hal pelayanan medis serta bertanggung gugat dalam tugasnya masing-masing termasuk di dalamnya komite medik. Menurut partisipan hal-hal yang merupakan unsur/bagian dari standar pelayanan adalah: (1) prosedur kerja, (2) manajemen pokja, (3) evaluasi terhadap rencana kerja. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

”Menurut saya komite medik yang ada di RS. Haji ini sudah mempersiapkan manajemen masing-masing kelompok kerja dan menyusun prosedur kerja melalui buku panduan sekaligus mengatur dan melaksanakan evaluasi terhadap rencana kerja dan kedisiplinan”.

(Partisipan 1)

Dari keenam partisipan, terdapat satu partisipan yang mengemukakan pendapat berbeda. Berikut ini pernyataan partisipan tersebut:

“Prosedur dibuat dalam bentuk buku panduan dan pelaksanaan angket Angket tesebut kemudian dianalisis secara konsisten pada awalnya tetapi selanjutnya monoton dan tersendat-sendat”.

(Partisipan 4)

(66)

“Kami tetap memantau perubahan tingkat hunian melalui instrumen Barber Johnson yang konsisten meningkat terus sejalan dengan usaha peningkatan mutu pelayanan yang dipelopori oleh Komite Medis.”.

4.2.1.3 Koordinasi

Di dalam proses peningkatan kualitas jaminan mutu pelayanan rumah sakit komite medik maka rumah sakit, khususnya komite medik harus bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dari bidang profesi lain sesuai dengan bidang keahliannya. Unsur-unsur yang penting dalam koordinasi: (1) pendelegasian tugas, (2) pemerataan tugas, (3) supervisi terhadap koordinasi/kebijakan yang diambil oleh komite medik sebagaimana mestinya. Adapun fungsi koordinasi yakni meningkatkan kinerja seluruh lapisan kelompok kerja terkait dengan manajemen mutu rumah sakit. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

“Menurut saya panitia peningkatan mutu atau komite medik sudah melakukan koordinasi dimana pekerjaannya dibagi merata ke bagian-bagian di bawah koordinasi dan supervisi ketua panitia medik”.

(Partisipan 5)

Apakah informan sadar bahwa sebenarnya perbaikan kualitas pelayanan yang dipelopori Komite Medis memiliki hubungan kuat dengan peningkatan rasio hunian unit rawat inap, semua informan menjawab senada :

(67)

4.2.1.4 Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu bentuk pembekalan materi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan personel individu maupun tindak lanjut terhadap peningkatan mutu rumah sakit sendiri nantinya. Salah satu unsur yang mendukung pelayanan bermutu adalah dalam hal pembelajaran, bentuk pembelajaran berupa: (1) pelatihan staf. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

“Menurut saya, pembelajaran pelayanan bermutu dilakukan oleh komite medik di bagian unit rawat inap RS Haji khususnya bagian sub komite peningkatan mutu rumah sakit dan sudah merupakan tanggung jawab badan ini, pembelajaran dilakukan melalui pelatihan secara intensif dengan pengiriman utusan ke luar daerah serta pelatihan keterampilan di tempat”.

(Partisipan 4)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan:

“Pembelajaran pelayanan bermutu sudah ada dilakukan di unit rawat inap karena unit rawat inap merupakan bagian yang penting”.

(Partisipan 2)

Ketika ditanyakan apakah pelatihan tersebut juga mengenai bagaimana cara melakukan pelatihan pelayanan simpatik dan empati.

“Pelatihan personel termasuk pelatihan bagaimana memberikan pelayanan simpatik dan empati terhadap semua lapis pasien”

4.2.2.5 Analisis

(68)

tanggung jawab serta keahlian dari bidang profesi dalam melaksanakan bidang pekerjaan. Bagian komite medik yang melaksanakan analisis adalah sub komite utilisasi terkait dengan pencermatan kegiatan dan fasilitas rumah sakit. Hal tersebut diatas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

“Menurut saya kegiatan analisis selalu dilaksanakan setiap 6 bulan secara rutin oleh sub komite utilisasi terkait dengan inspeksi rutin kualitas unit rawat inap”.

(Partisipan 3)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan:

“Inspeksi rutin tentang rawat inap selalu dianalisis, badan utilisasi bekerjasama dengan rekam medik dan audit medik”.

(Partisipan 6)

4.2.1.6 Monitoring

(69)

“Menurut saya komite medik sudah menggunakan statistic Barber Jonshon/ BOR/ ALOS/ TOI/ BTO sebagai indikator unit rawat inap, dan subkomite rekam medis memiliki SK secara resmi serta berfungsi secara aktif dalam menganalisis dan membahas kinerja rumah sakit untuk unit rawat inap yang ditampilkan dalam pertemuan tertentu, dan BOR selama beberapa waktu terakhir meningkat paling puncak pada tahun 2005, yaitu 97,87%, hal ini terjadi dibarengi adanya pelayanan gratis bagi masyarakat miskin.

(Partisipan 2)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh partisipan lain yang mengemukakan:

“Untuk menganalisis kinerja rumah sakit khususnya di rumah sakit Haji ini, menggunakan statistic Barber Jhonson, dan rumah sakit menggunakannya sebagai model penampilan tentang efisiensi rawat inap, dan itu dilakukan oleh komite medik, hasil analisis dilaporkan pada direktur untuk keputusan tindak lanjut”.

(Partisipan 1)

4.2.1.7 Evaluating

Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan terhadap penilaian mutu pelayanan rumah sakit melalui kinerja staf rumah sakit itu sendiri. Di dalam pelaksanaan atau menjalankan kegiatan evaluasi, unsur-unsur yang ditemukan dalam penelitian meliputi: (1) compensatory reward, (2) punishment, sebagai bentuk koreksi kesalahan/penghargaan terhadap prestasi kerja sehingga timbul motivasi dan tanggung jawab dari staf pegawai sendiri terhadap peningkatan kerja yang mempengaruhi kualitas pelayanan medik. Biasanya evaluasi ini dilakukan oleh sub komite kredensial. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari seorang partisipan berikut ini:

(70)

Kemudian evaluasi ini dilakukan setiap tahun dan cukup memberikan motivasi pegawai untuk meningkatkan prestasinya”.

(Partisipan 3)

Dari keenam partisipan, terdapat satu partisipan yang mengemukakan pendapat berbeda. Berikut ini pernyataan partisipan tersebut:

“Sistem tegoran atau penghargaan tidak dilakukan sungguh-sumgguh, hanya simbolik, lebih banyak tentang hukumannya”.

(Partisipan 4)

“Sistem tegoran atau penghargaan tidak jelas dilakukan karena memang belum ada mekanisme baku dibuat dan dilakukan terhadap para anggota Komite Medis yaitu para dokter dan para dokter spesialis”.

4.2.2 Kesiapan Petugas

Kebutuhan pelayanan akan staf pegawai yang terampil dan handal menjadi perhatian dari komite medik. Masalah kelayakan tenaga professional merupakan salah satu tugas rutin yang harus dilakukan komite medik terkait dengan pelaksanaan misi pengembangan keterampilan dan pendidikan staf pegawai rumah sakit. Berdasarkan hasil penemuan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam hal kesiapan petugas akan dijabarkan berikut ini:

4.2.2.1 Perekrutan

Gambar

Gambar 4.2   Visualisasi Grafik Barber Johnson sebagai indikator efisiensi dan efektifitas utilisasi unit rawat inap RS Haji 2004,2005  dan 2006
Tabel 1.1
Gambar 2.1.  Pola Dasar Grafik Barber Johnson sebagai model visualisasi indikator efisiensi utilisasi unit rawat inap rumahsakit
Grafik Barber Johnson. Pada penelitian ini responden diminta menilai sendiri,
+6

Referensi

Dokumen terkait

5.pasien dewasa mengeluh ada luka di kemaluan. !walnya hanya bintik kemerahan. %esi ; ulkus yang nyeri, multiple, kotor, bergaung, dasar ulkus rapuh.  hari yg lalu

Dalam penelitian ini variabel independent yang digunakan adalah merek dan harga, sedangkan variabel dependentnya adalah keputusan pembelian. Penelitian ini

Ekonomi Universitas

Seluas 45% wilayah dengan tutupan lahan perkebunan kopi mengalami tingkat erosi dalam kategori ringan sampai sangat berat pada semua rentang kelerengan dan jenis

Berdasarkan hasil kuesioner, dilakukan pengujian penilaian responden pada kuesioner tahap dua terhadap tiap butir pernyataan dengan uji rata-rata dan pengujian untuk

Setelah identifikasikan masalah konseli, masalah yang dialami konseli adalah mudah stress dan depresi yang memberikan dampak negatif sehingga memberi impak yang

Proyek Akhir ini menggunakan metode eksperimen dengan teknik uji laboratorium, variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah variabel terikat (macam

Alat tersebut terdiri dari smart card reader yang \menggunakan ACR120S untuk membaca dan menulis smart card, mikrokontroler yang menggunakan mikrokontroler ATMega32 untuk