• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

D. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Sumber Data

Jenis sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini, adalah data primer. Data primer tersebut digunakan untuk seluruh data variabel penelitian, yang terdiri dari variabel dependen (kejadian PMS) dan variabel independen (usia menarche, riwayat keluarga, aktivitas fisik, asupan piridoksin, asupan kalsium, asupan Magnesium, pola tidur, dan status gizi).

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan bantuan instumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang digunakan untuk mengumpulkan seluruh data variabel yang diteliti, kecuali variabel status gizi yang didapatkan dengan pengukuran antropometri.

Terdapat dua jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu jenis kuesioner dengan pertanyaan yang bersifat tertutup (variabel kejadian PMS, usia menarche, riwayat keluarga dan pola tidur) dan jenis kuesioner dengan pertanyaan yang bersifat terbuka

(variabel asupan zat gizi mikro dan aktvitas fisik). Pertanyaan yang bersifat tertutup maksudnya adalah pertanyaan yang sudah memiliki pilihan jawaban tersendiri, sehingga mempunyai keuntungan mudah dalam mengarahkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan untuk kuesioner yang bersifat terbuka adalah pertanyaan yang belum memiliki jawaban. Dalam penelitian ini, penggunaan kuesioner terbuka recall akan dilakukan dengan cara wawancara oleh peneliti.

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Sindrom pramenstruasi (PMS)

Data sindom pramenstruasi (PMS) diperoleh dari hasil pengisian shortened premenstrual assessment form (sPAF) oleh responden. Kuesioner ini merupakan ringkasan dari premenstrual assessment form (PAF) yang terdiri dari 95 pertanyaan(Allen dkk., 1991). SPAF merupakan kuesioner yang sudah dibakukan, bersifat tetap, dan sudah teruji validitas dan reabilitasnya (Allen, dkk., 1991). Dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea, diketahui bahwa keandalan dari kuesioner ini adalah 0,80, konsistensi internal (Cronbach alpha) adalah 0,91, dan korelasi antara coeffeciecy score adalah 0,92 (Lee dkk., 2002). Di samping itu instrumen ini juga sudah banyak digunakan oleh berbagai penelitian PMS di luar maupun di dalam negeri dan masih dipergunakan hingga sekarang.

Kuesioner ini berisi 10 (sepuluh) pertanyaan terkait gejala PMS yang diderita responden, yang terdiri atas tiga sub skala (nyeri (pertanyaan #1, #6, dan #8), emosi (pertanyaan #2 sampai #5) dan retensi air (pertanyaan #7, #9, #10)), dengan setiap pertanyaan memiliki bobot nilai 1-6 poin(1 = tidak mengalami, 2 = sangat ringan, 3 = ringan, 4 = sedang, 5 = berat, dan 6 = ektrim) tergantung jawaban yang dipilih oleh responden (Allen dkk., 1991). Hasil dari kuesioner ini dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Tidak ada gejala hingga gejala ringan, jika skor total < 30; dan 2. Gejala sedang hingga berat, jika jika skor total ≥ 30 (Allen dkk., 2010, Anggrajani dan Muhdi, 2011, Lustyk dan Gerrish, 2010)

b. Usia menarche

Data usia menarche juga didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dengan mengisi kolom usia menarche pada kuesioner identitas diri. Hasil dari data ini dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: 1. Cepat, jika usia menarche ≤11 tahun; 2. Normal, jika usia menarche 12-13 tahun; dan 3. Lambat, jika usia menarche >13 tahun (Bagga dan Kulkarni, 2000).

c. Riwayat Keluarga

Data riwayat keluarga juga didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner terdiri dari tiga pertanyaan terkait ada atau tidaknya riwayat kejadian PMS pada anggota keluarga. Hasil dari data ini dikelompokkan ke dalam

dua kategori, yaitu: 1. Ada, jika ada riwayat kejadian PMS dalam keluarga; 2. Tidak, jika tidak ada riwayat kejadian PMS dalam keluarga.

d. Aktivitas Fisik

Data aktivitas fisik didapatkan dengan cara melakukan penyebaran recall aktivitas fisik 2x24 jam WHO (1985) modifikasi WNPG VIII (2004) kepada responden. Kuesioner ini merupakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka, dimana peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan aktivitas yang dilakukannya selama 24 jam sebelumnya. Kemudian peneliti akan menghitung persentase kegiatan yang dilakukan oleh responden (cara hitung terdapat pada lampiran 3).

Hasil ukur dari variabel ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Ringan, jika 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya; 2. Sedang jika 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya; 3. Berat, jika 25% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan berdiri dan 75% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya (Dinkes, 2014).

e. Asupan Zat Mikro (Piridoksin, Kalsium, dan Magnesium)

Data untuk variabel asupan zat mikro didapatkan dari pengisian kuesioner food record 24 jam selama tiga hari oleh responden dan food recall 24 jam selama tiga hari oleh peneliti. Dalam penggunaannya, setelah kuesioner tersebut diisi, kemudian peneliti melakukan input data bahan makanan yang dikonsumsi responden ke dalam software khusus untuk menghitung asupan zat gizi. Kemudian software tersebut akan menghasilkan zat-zat gizi total dari makanan yang dikonsumsi oleh responden. Hasil ukur dari variabel ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Kurang, jika <80% AKG; 2. Cukup, jika ≥80% AKG (Kemenkes, 2010).

f. Pola Tidur

Data pola tidur didapatkan dari kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang secara subjektif diisi oleh responden dengan penilaian terhadap 7 komponen utama yaitu latensi, durasi, kualitas, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan aktivitas di siang hari (Buysse dkk., 1989). Kuesioner PSQI merupakan kuesioner yang sudah dibakukan, bersifat tetap, dan sudah teruji menghasilkan sensitivitas diagnostik 89,6% dan spesifisitas 86,5% (kappa = 0,75, p kurang dari 0,001) dalam membedakan yang pola tidur baik dan yang buruk (Buysse dkk., 1989). Di samping itu validitas instrumen PSQI juga sudah teruji, yaitu sebesar 0,89 (Cunha dkk., 2008) dan 0,84 (Fauziah, 2013),

sedangkan reliabilitasnya sebesar 0,88 (Cueller dan Ratcliffe, 2008) dan 0,766 (Agustin, 2012).

Kuesioner ini berisi sembilan pertanyaan utama tentang kuantitas dan kualitas tidur responden. Cara perhitungan untuk kuesioner ini dijelaskan pada lampiran 2. Sedangkan hasil ukur variabel aktivitas ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: 1. Baik, jika skor PSQI ≤ 5; 2. Buruk, jika skor PSQI > 5 (Buysse, dkk., 1989).

g. Status Gizi

Data untuk variabel status gizi dilihat dari indeks IMT/U. Data ini didapatkan dari pengukuran antropometri, yang dilakukan dengan penimbangan berat badan (dalam kg) menggunakan timbangan (ketelitian 0.1 kg) dan pengukuran tinggi badan (dalam cm) menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm).

Dalam melakukan penimbangan berat badan, responden diukur tanpa menggunakan alas kaki. sweater, kaca mata, jam tangan juga dilepaskan. Sedangkan dalam melakukan pengukuran tinggi badan, responden berdiri tegak dengan posisi membelakangi dinding (kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel pada dinding), microtoise harus berada tepat di tengah kepala serta arah pandang responden harus tepat lurus ke depan.

Kemudian, hasil dari kedua pengukuran tersebut dihitung dengan menggunakan rumus IMT dan dibandingkan dengan standar Kemenkes (2011). Berikut rumus IMT:

Hasil dari pengukuran tersebut dikelompok menjadi 5 (lima) kategori berdasarkan Kemenkes (2011), yaitu: 1. Sangat kurus, jika IMT/U < -3 SD; 2. Kurus, jika IMT/U -3 SD s/d < -2 SD; 3. Normal, jika IMT/U -2 SD s/d 1 SD; 4. Gemuk, jika IMT/U > 1 SD s/d 2 SD; 5. Obesitas, jika IMT/U > 2 SD (Kemenkes, 2011).

Dokumen terkait