• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Metode Analisis Data

4.4.1 Pengumpulan Data

Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum kecamatan Ciampea dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang yang di budidayakan oleh pembudidaya, faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Informasi mengenai data internal didapat dari responden Ibu Elysa Manalu sebagai tokoh pembudidaya yang banyak mengetahui tentang budidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Informasi mengenai data eksternal diperoleh dari Bapak Derai sebagai staff Kantor kecamatan Ciampea untuk pengumpulan data kecamatan, potensi

98 kecamatan dan serta dari Ibu Heti sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea untuk data perikanan kecamataan Ciampea. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE.

Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE).

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Tuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. 2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan, sedangkan bobot adalah berdasarkan industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.

5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata

99 adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Tabel 4. Matriks IFE

Faktor-faktor Internal

Bobot Peringkat Bobot x

Rating Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total 1,00 Sumber : David, 2004

2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal.

2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut,

100 dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata- rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi , sedangkan bobot didasarkan pada industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.

5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.

Tabel 5. Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal

Bobot Peringkat Bobot x

Rating Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total 1,00 Sumber : David, 2004 4.4.2. Pencocokan Data

Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.

101 Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal).

2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini.

3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut Strategi Panen dan Divestasi. Nilai- nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0- 4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 3.

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0-4,0 ,0-2,99 1,0-1,99 T ot al N il ai E F E Y an g D ib er i B ob ot Tinggi 3,0-4,0 3,0

(I) (II) (III)

Menengah 2,0-2,99 2,0

(IV) (V) (VI)

Rendah

1,0-1,99 1,0

(VII) (VIII) (IX)

Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004

102

2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT.

Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh . Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004):

1) Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.

2) Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

3) Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung.

4) Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004):

1) Tuliskan peluang eksternal . 2) Tuliskan ancaman eksternal . 3) Tuliskan kekuatan internal . 4) Tuliskan kelemahan internal .

103 5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya

dalam sel strategi SO.

6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.

7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

Faktor Internal (IFE) Faktor Eksternal

(EFE)

Kekuatan (S)

Daftar Kekuatan Internal 1.

2. ...

Kelemahan (W)

Daftar Kelemahan Internal 1.

2. ... Peluang (O)

Daftar Peluang Eksternal 1.

2. ...

Strategi SO Gunakan keluatan untuk

memanfaatkan peluang.

Strategi WO Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang.

Ancaman (T)

Daftar Ancaman Eksternal 1.

2. ...

Strategi ST Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman.

Strategi WT Minimalkan kelemahan dan

hindari ancaman.

Gambar 4. Matriks SWOT Sumber : David, 2004

4.4.3. Pengambilan Keputusan

Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini akan dihasilkan berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix).

1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)

Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004).

Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam

104 satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing- masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang dapat dievaluasi satu sama lain.

Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci di kolom kiri dalam QSPM.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini identik dengan matriks EFE dan IFE.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan.

4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing- masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik.

5. Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masing- masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat.

6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.

105

Tabel 6. Matriks QSP Faktor-faktor

Sukses Kritis

Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-faktor Kunci Internal 1. 2. ... Total Bobot 1,0 Faktor-faktor Kunci Eksternal 1. 2. ... Total Bobot 1,0 Jumlah Nilai TAS

106

V KEADAAN UMUM

5.1. Letak Geografis

Usaha pembesaran ikan lele terletak di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Kecamatan yang berpenduduk 140.944 jiwa ini memiliki luas daerah mencapai 3.062,50 Km2. Kecamatan ini berjarak dari ibu kota kabupaten 21 km dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 139 km. Secara geografis kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Rancah Bungur

Sebelah Barat : Kecamatan Cibungbulang

Sebelah Selatan : Kecamatan Pamijahan dan kecamatan Cibungbulang

Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga

Ditinjau dari segi topografinya, lokasi kecamatan ini termasuk dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 300 m. Daerah ini termasuk daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yakni, musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan mencapai 200,1 mm/bulan. Sehingga untuk memperoleh sumber air cukup melimpah baik berasal dari sungai maupun dari sumur bor yang terdapat di daerah ini.

Dengan kondisi lingkungan tersebut, maka daerah ini sangat potensial untuk kegiatan budidaya perikanan baik pembenihan maupun pembesaran. Hal ini disebabkan selain mudah dalam penyediaan air juga didukung dengan kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana seperti : sumber listrik, sarana

transportasi, dan daerah pemasaran.

5. 2. Sosial Ekonomi

Kecamatan Ciampea terdapat 13 Desa diantaranya : Ciampea Udik, Cinangka, Cibuntu, Cicadas, Tegal Waru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Ciheudeng Ilir, Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, serta Ciampea. yang mayoritas

107 penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk seluruhnya sebanyak 140.944 jiwa, dengan asumsi laki-laki 72.054 jiwa, perempuan 68.890 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 34.002. dengan jumlah penduduk berdasarkan umur yang paling besar yaitu kelompok umur 20-24 tahun yaitu berjumlah 14.101 jiwa.

Dokumen terkait