BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pengumpulan Getah Jarak Tintir
Getah jarak tintir diambil dari tanaman jarak tintir di lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma. Getah jarak tintir yang didapat berwarna orange cair (gambar getah dapat dilihat pada lampiran halaman 110). Pengambilan getah dilakukan pada pagi hari karena getah yang didapat lebih banyak. Ada beberapa cara pengambilan getah, yaitu mematahkan tangkai daun, melukai tangkai daun dan melukai batang daun. Peneliti menggunakan cara pematahan tangkai daun dan melukai tangkai daun.
Pematahan tangkai daun digunakan jika ingin mendapatkan getah lebih banyak, tetapi cara ini tidak boleh terlalu sering digunakan karena daun tanaman bisa habis. Proses melukai tangkai daun dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau cutter sehingga getah mengalir dari luka goresan. Hasil yang didapat dengan cara ini lebih sedikit daripada mematahkan tangkai daun tetapi bisa dilakukan berkali – kali karena daun tanaman masih ada. Pada penelitian ini menggunakan cara melukai tangkai daun dan sesekali menggunakan cara mematahkan tangkai daun saat ingin mendapat getah dalam jumlah yang lebih banyak.
C. Skrining Fitokimia Getah Jarak Tintir
Batang jarak tintir sendiri mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui apakah getah jarak tintir memiliki golongan senyawa yang sama dengan batangnya. Beberapa senyawa yang ingin diketahui keberadaannya antara lain tanin, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Sebelum dilakukan uji tabung, getah jarak tintir
diencerken menggunakan aquadest menjadi larutan stok. Getah jarak tintir dapat larut dalam aquadest sehingga digunakan aquades sebagai pelarut. Larutan stok dibuat dengan melarutkan dua mililiter getah jarak tintir menggunakan aquadest hingga 10 ml (gambar hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada lampiran halaman 111).
1. Uji pendahuluan
Uji pendahuluan bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa yang mengandung kromofor seperti senyawa flavonoid dan antrakinon dengan gugus hidrofilik (gula, asam, fenolat). Hasil positif uji pendahuluan yaitu warna senyawa yang berubah menjadi kuning sampai merah dan dengan penambahan larutan KOH (kalium hidroksida) warna menjadi lebih intensif. Hasil uji pendahuluan yang peneliti lakukan yaitu terbentuk warna kuning kemerahan dari warna awal kuning bening dan setelah penambahan kalium hidroksida warna menjadi merah pekat (intensif). Hal tersebut berarti bahwa getah jarak tintir mengandung golongan senyawa seperti flavonoid dan antrakinon dengan gugus hidrofilik (gula, asam, fenolat). Oleh karena adanya kemungkinan adanya kandungan antrakinon dalam getah jarak tintir maka peneliti menguji juga kandungan antrakinon dalam getah jarak tintir.
2. Uji tanin
Tanin merupakan pengkelat logam, dan dapat mengendapkan protein. Uji tanin dilakukan dengan menambahkan natrium klorida 2%, jika pada pengujian terjadi suspensi maka harus disaring. Filtrat yang didapat ditambah
larutan gelatin 1% lalu didiamkan beberapa saat sampai terbentuk endapan yang menunjukkan adanya tanin.
Gelatin merupakan senyawa yang mengandung protein sehingga jika ditambahkan pada larutan yang mengandung tanin maka tanin akan mengendapkan protein tersebut. Reaksi pengendapan ini lebih cepat dengan penambahan natrium klorida (Prasetyo, 2013). Tanin dapat mengikat atau mengendapkan protein melalui ikatan hidrogen, ikatan ionik, hidrofobik, dan ikatan kovalen, tetapi ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling dominan. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus hidroksi fenol pada tanin dengan gugus amida dan asam amino bebas (Swain, 1965). Hasil uji tanin yaitu adanya endapan setelah penambahan gelatin sehingga disimpulkan bahwa getah jarak tintir mengandung tanin. Ikatan antara tanin dengan protein yang mengakibatkan terbentuknya endapan dapat dilihat pada gambar 7.
3. Uji saponin
Uji saponin dilakukan dengan menambahkan aquadest ke dalam tabung berisi larutan stok lalu digojog kuat – kuat selama beberapa detik detik. Terbentuknya buih dengan tinggi lebih dari 3 cm yang bertahan selama lebih dari 30 menit menandakan adanya tanin. Sebelum penarikan kesimpulan ditunggu 30 menit supaya buih yang terbentuk murni karena saponin dan bukan karena penggojogan yang kuat.
Saponin mempunyai gugus hidrofob dan hidrofil sehingga menyerupai surfaktan/sabun yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara udara/gas dengan air sehingga terbentuk emulsi gas dalam air (Prasetyo, 2013). Uji tanin yang dilakukan terbentuk buih setinggi 4 cm yang bertahan selama 30 menit lebih berarti bahwa getah jarak tintir mengandung saponin.
Uji saponin dilanjutkan untuk mengetahui jenis saponin yaitu triterpen atau steroid. Larutan stok ditambahkan kloroform untuk menyari triterpen dan steroid, hasilnya terbentuk dua lapisan dan kloroform akan berada dibagian bawah tabung reaksi. Lapisan bagian atas dipisahkan dengan asumsi tidak terkandung senyawa yang dituju lagi. Selanjutnya ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard) dan hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna hijau sampai biru (steroid) dan merah sampai ungu (triterpen). Hasil uji triterpen/steroid menunjukkan terbentuknya warna merah jingga sehingga dapat disimpulkan bahwa getah jarak tintir mengandung saponin jenis triterpen.
Mekanisme reaksi terpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard diawali dengan proses asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil akan lepas sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya, terjadi pelepasan hidrogen sehingga senyawa mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau karbokation. Serangan karbokation mengakibatkan adisi elektrofilik yang diikuti pelepasan hidrogen mengakibatkan perpanjangan konjugasi sehingga muncul warna merah – ungu. Reaksi terpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard menghasilkan warna merah-ungu dapat dilihat pada gambar 8.
4. Uji flavonoid
Pada uji flavonoid ditambahkan etanol untuk menyari flavonoid dari getah jarak tintir. Reaksi antara flavonoid yang merupakan senyawa fenol dengan magnesium dalam suasana asam membentuk warna kuning atau jingga. Hasil uji flavonoid menunjukkan warna kuning yang berangsur – angsur berubah menjadi jingga sehingga disimpulkan bahwa getah jarak tintir mengandung flavonoid. Mekanisme terbentuknnya warna ungu/jingga pada uji flavonoid dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Mekanisme reaksi antara flavonoid dengan magnesium (Raharjo, 2010)
5. Uji alkaloida
Penambahan asam klorida pada uji alkaloid bertujuan untuk mengubah alkaloid menjadi garam alkaloid yang larut air. Pereaksi yang digunakan dalam uji alkaloid ini yaitu, Mayer, Dragendroff dan asam pikrat. Hasil positif jika terbentuk endapan. Pada uji alkaloid getah jarak tintir didapat hasil adanya endapan pada tabung dengan penambahan pereaksi Dragendroff dan asam pikrat sehingga disimpulkan bahwa getah jarak tintir mengandung alkaloid. Endapan
pada penambahan pereaksi Dragendroff berwarna coklat bening sedangkan pada penambahan pereaksi asam pikrat terbentuk endapan coklat kehitaman.
Alkaloid mengandung atom hidrogen yang dapat bereaksi dengan logam K+ pereaksi Mayer (kalium tertaiodomerkurat(II)) dan pereaksi Dragendorff (Kalium tertaiodobismutat) membentuk kompleks kalium - alkaloid yang mengendap. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar 10 dan 11.
Gambar 10. Mekanisme reaksi alkaloid dengan pereaksi Mayer (Marliana, 2005)
Gambar 11. Mekanisme reaksi alkaloid dengan pereaksi Dragendorff (Marliana, 2005)
6. Uji antrakinon
Uji antrakinon dilakukan dengan menambahkan 10 ml kalium hidroksida dan hidrogen peroksida lalu dididihkan. Setelah dingin ditambahkan asam asetat glasial dan toluen. Lapisan atas pada tabung uji diambil dan ditambahkan kalium hidroksida. Hasil positif yaitu adanya warna merah. Hasil
uji antrakinon getah jarak tintir tidak memberikan warna merah sehingga dapat disimpulkan bahwa getah jarak tintir tidak mengandung antrakinon.
Hasil keseluruhan uji tabung pada skrining fitokimia yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Hasil uji tabung pada skrining fitokimia getah jarak tintir
No. Pengujian Hasil
1 Uji pendahuluan + 2 Uji tanin + 3 Uji saponin + 4 Uji triterpen/steroid + (triterpen) 5 Uji flavonoid + 6 Uji alkaloid + 7 Uji antrakinon -
Kelemahan penelitian ini, yaitu pada skrining fitokimia yang dilakukan hanya sebatas uji tabung dan tidak menggunakan standar sehingga tidak bisa langsung menyatakan bahwa benar-benar terkandung senyawa tersebut diatas pada getah jarak tintir. Untuk meyakinkan bahwa senyawa tersebut benar – benar terkandung dalam getah jarak tintir, peneliti menyarankan dilakukannya KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Menurut Sudjadi (2010) kelebihan KLT yaitu senyawa yang dituju akan dipisahkan dahulu sebelum diidentifikasi sehingga senyawa yang teridentifikasi lebih spesifik. Indikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
D. Uji Potensi Antimikroba Getah Jarak Tintir Secara Difusi Sumuran