• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Literatur

2. Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan a.Pengertian Pengungkapan a.Pengertian Pengungkapan

Laporan tahunan merupakan elemen signifikan dalam keseluruhan proses pengungkapan karena merupakan sumber informasi perusahaan yang tersebar secara umum (Todd & Sherman,1991). Laporan tahunan adalah laporan yang dterbitkan setahun sekali berisi data keuangan dan informasi non-keuangan. Laporan tahunan dijadikan sebagai pertanggungjawaban atas

19

kinerja manajemen dan digunakan bagi para pemegang saham atau investor dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Bab X Pasal 86, Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam-LK dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Laporan tersebut terdiri dari laporan tahunan atau laporan berkala untuk periode berakhir tertentu dan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan peraturan yang berlaku umum.

Bapepem menambahkan item-item yang wajib

diungkapkan dalam laporan tahunan dimana pada peraturan sebelumnya (Peraturan Nomor VIII.G.2 tahun 1996) belum diwajibkan yaitu laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, tata kelola perusahaan dan tanggung jawab direksi atas laporan keuangan

Dalam ketentuan umum dan isi laporan tahunan yang dibuat Bapepam disebutkan bahwa laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang telah diaudit.

20

Pengungkapan berarti penyampaian (release) informasi. Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam pengertian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan.

Menurut Lopez & Rodrigues (2007) dalam Jason Effendi (2014) menjelaskan bahwa pengungkapan merupakan sebuah fungsi kompleks dari beberapa landasan; bergantung kepada baik faktor spesifik perusahaan (internal) maupun eksternal yang terkait dengan konteks lingkungan perusahaan yang di dalamnya termasuk budaya, sistem hukum dan latar belakang institusi.

Menurut Stolowy & Lebas (2004) dalam Jason Effendi (2014) pemangku kepentingan perusahaan mengharapkan pengungkapan informasi mengenai operasi perusahaan untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan adalah penyampaian informasi baik informasi mengenai internal perusahaan maupun eksternal perusahaan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi para pemakai laporan keuangan maupun laporan tahunan.

21

Menurut Hendriksen dan Breda (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan, yaitu :

1) Pengungkapan memadai (adequate disclosure), yaitu pengungkapan minimum disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana informasi dan angka-angka disajikan dalam laporan tahunan dapat diinterpretasikan oleh investor dan para pihak yang berkepentingan.

2) Pengungkapan wajar (fair disclosure), secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan untuk menerima informasi yang handal sehingga tidak ada ketimpangan informasi antar para pembaca.

3) Pengungkapan lengkap (full disclosure),

menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan lengkap berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan

22

membuat laporan keuangan sulit ditafsir oleh para penggunanya.

b. Peran Pengungkapan dalan Laporan Keuangan

Menurut Healy dan Palepu (2001), hubungan antara manajemen dan investor menghasilkan dua permasalahan yaitu

information problem dan agency problem. Information problem

atau yang sering disebut dengan asymmetri information adalah perbedaan informasi antara manajemen dan investor yang mendorong munculnya konflik antara kedua pihak tersebut. Menurut Oktoviana (2009) dalam Wulandari (2015), Agency Problem adalah konsekuensi dari tidak berperan aktifnya investor dalam pengelolaan perusahaan. Adanya pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dapat menyelesaikan dua permasalahan tersebut.

1) Menurut Healy dan Palepu (2001), terdapat tiga langkah penting yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk mengatasi

information problem tersebut.

a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen dan investor.

b) Membuat kebijakan yang mengatur tentang pengungkapan berbagai informasi yang harus dilakukan oleh perusahaan.

23

c) Mengoptimalkan fungsi dari intermediaries, seperti analis keuangan dan lembaga pemeringkat. Keberadaan intermediaries tersebut diharapkan menjadi kontrol atas pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan.

2) Agency Problem

Dalam mengatasi agency problem tersebut, pelaporan keuangan memiliki peran yang sangat penting. Terdapat tiga langkah untuk meningkatkan pelaporan keuangan, yaitu:

a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen perusahaan dan investor. Salah satu cara untuk mengoptimalkan kontrak antara manajemen perusahaan dengan investor adalah dengan perjanjian kompensasi.

b) Mengoptimalkan fungsi dewan komisaris

Dewan komisaris berfungsi sebagai pihak yang mewakili kepentingan para pemilik modal. Fungsi utama dari dewan komisaris adalah mensupervisi kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Supervisi efektif yang dilakukan dewan komisaris, diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya agency problem.

24

c) Mengoptimalkan keberadaan intermediaries

Information intermediaries seperti analis keuangan dan lembaga pemeringkat dapat meningkatkan kualitas pengungkapan informasi yang dilakukan manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena

intermediaries merupakan pihak luar yang dapat memberikan penilaian yang objektif terhadap kondisi dan kinerja perusahaan.

c. Tujuan Pengungkapan

Menurut Belkoui dan Riahi (2006:338) tujuan dari pengungkapan adalah sebagai berikut:

1) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan. 2) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk

memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut.

3) Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.

4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan pengguna laporan keuangan melakukan perbandingan dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun.

25

5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau arus kas keluar di masa depan.

6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

d. Manfaat Pengungkapan

Menurut Soemarso (2003) dalam Adhika Nirmalasari (2012:13) pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan bermanfaat untuk:

1) Kepentingan perusahaan, yaitu dapat diperolehnya biaya modal yang lebih rendah yang bekaitan dengan berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditur yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi.

2) Investor, yaitu dapat mengurangi risiko kesalahan pembuatan keputusan investasi sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang berakibat ada naiknya harga sekuritas perusahaan.

3) Kepentingan Nasional, yaitu dengan diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan kesempatan kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor,

26

pasar modal juga dapat menjadi liquid. Likuiditas pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat membantu alokasi modal secara efektif.

e. Jenis Pengungkapan

Meek, et al (1995) dalam Hardiningsih (2008:67) menyatakan pengungkapan dalam laporan tahunan terdiri dari dua jenis antara lain:

1) Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi yang diwajibkan dalam laporan tahunan perusahaan yang diwajibkan dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal. 2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi melebihi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.

f. Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.

Manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak luar mengenai performa perusahaan mereka saat ini dan ke

27

depannya. Beberapa kajian menunjukan bahwa manajer berinisiatif untuk mengungkap informasi seperti itu secara sukarela (Frederick & Gary, 2010: 176).

Keuntungan dari pengungkapan sukarela menyangkut biaya transaksi yang lebih rendah dalam perdagangan sekuritas perusahaan, bunga yang lebih tinggi dari analis keuangan dan investor, meningkatkan likuiditas saham dan biaya modal yang lebih rendah.

Menurut Frederick & Gerhard (1999: 291) pengungkapan keuangan yang disediakan oleh entitas bagi pembaca luar negeri mungkin melebihi atau jauh lebih sedikit dari kewajiban pengungkapan yang disyaratkan. Perusahaan umumnya akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif.

Sebaliknya, perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit jika mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakan informasi rahasia kepada para pesaing atau menampakan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak-pihak misalnya, keengganan perusahaan-perusahaan Jepang untuk menyediakan pengungkapan segmental karena takut dituduh melakukan praktik perdagangan yang tidak adil.

28

Kumar, Wilder & Stocks (2008) dalam Hossain & Hammami (2009) menjelaskan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan poin selain laporan keuangan. Eng dan Mak (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela dapat dinilai berdasarkan jumlah item pengungkapan tidak wajib yang terdapat pada segmen analisis dan pembahasan manajemen pada laporan tahunan. Sedangkan Healy & Palepu (2001) menyatakan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan lebih informatif atas dasar inisiatif manajemen.

Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial dan budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Henderson et al. (2004) menyatakan pengungkapan sukarela dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang diungkapkan adalah informasi yang berkaitan dengan kinerja ekonomi dari sebuah perusahaan dan keputusan mengenai aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan.

2) Non-Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang diberikan berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan fisik dan sosial.

29

Menurut Adhariani (2004), keuntungan yang diperoleh perusahaan ketika melakukan pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah dan pemahaman atas risiko investasi. Sementara biaya pengungkapan sukarela berupa seluruh pengorbanan secara langsung maupun tidak langsung yang dihadapi perusahaan ketika melakukan pengungkapan sukarela. Biaya pengungkapan sukarela dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Biaya langsung

Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berkaitan langsung dengan pengembangan dan penyajian infomasi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan, biaya pemrosesan, dan biaya penyajian informasi.

2) Biaya tidak langsung

Biaya yang timbul akibat pengungkapan atau tidak diungkapkannya informasi. Biaya jenis ini meliputi biaya legitimasi dan proprietary cost (biaya

competitive disadvantage dan biaya politik). Biaya legitimasi timbul akibat dari pengungkapan informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan informasi yang menyesatkan. Biaya kompetisi timbul sebagai akibat diungkapkannya informasi

30

tambahan oleh perusahaan justru akan digunakan oleh kompetitor untuk melakukan positioning,

sehingga melemahkan posisi perusahaan yang melakukan disclosure. Sementara biaya politik timbul karena pengungkapan yang dilakukan perusahaan akan memicu ditetapkannya peraturan pemerintah yang baru.

Pengungkapan dapat mengurangi kesenjangan asimetri informasi antara perusahaan dan pasar yang memfasilitasi perdagangan sahamnya. Respon dari pasar akan kurangnya pengungkapan secara penuh juga menjadi penyebab pentingnya pengungkapan sukarela dilakukan, karena ketika investor kehilangan kepercayaan dari laporan keuangan perusahaan maka dampak yang dialami perusahaan akan sangat buruk. Contohnya adalah kejatuhan perusahaan Enron di Amerika Serikat yang melakukan manipulasi laporan keuangan dan tidak memberikan informasi secara lengkap di laporan keuangannya khususnya mengenai utang yang tidak diungkapkan seluruhnya sehingga menyebabkan penurunan nilai rating

investasi perusahaan (Godfrey, 2010:438).

Beberapa studi mengenai pengungkapan sukarela berasumsi bahwa perusahaan memiliki informasi yang

31

superior untuk para investor terhadap ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Berikut beberapa motif yang mendasari perusahaan melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan berdasarkan studi empiris (Healy dan Palepu, 2001):

1) Capital Market Transaction Hypothesis

Menurut Healy dan Palepu (1993), motif pertama yang memengaruhi perusahaan melakukan pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan dalam menerbitkan surat utang, saham maupun instrumen keuangan lainnya. Myers dan Maljuf (1986) berpendapat bahwa tantangan utama yang dihadapi manajemen adalah timbulnya asimetri informasi yang dapat mengurangi kepercayaan investor. Ketika hal tersebut terjadi, maka biaya atas pendanaan eksternal akan meningkat. Hal ini yang memotivasi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela sehingga dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi sehingga pada akhirnya mampu mengurangi pendanaan eksternal. 2) Corporate Control Contest Hypothesis

Motif kedua yang memotivasi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela karena adanya

32

penyerahan tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan, dewan komisaris dan para pemilik modal menyerahkan tanggung jawab atas kinerja saham perusahaan kepada manajer. Wanner dan Weinsbach (1988) membuktikan bahwa pergantian

chief executive officer (CEO) berhubungan terhadap buruknya kinerja saham perusahaan. Harga saham yang rendah juga berhubungan dengan adanya kemungkinan pengambilalihan pengelolaan perusahaan oleh pihak lain yang berakibat pada pergantian CEO. Risiko pengambilalihan pengelolaan perusahaan ini menjadi pemicu manajemen dalam melakukan pengungkapan sukarela.

3) Stock Compensation Hypothesis

Terdapat dua alasan dari sudut pandang yang berbeda yang memotivasi manajer melakukan pengungkapan sukarela, yaitu:

a) Sudut pandang manajer sebagai pihak yang berniat untuk melakukan jual beli saham yang diperolehnya. Adanya larangan insider trading yang semakin diperketat,

33

memotivasi manajer untuk melakukan pengungkapan sukarela.

b) Sudut pandang manajer sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam hal ini manajer akan meningkatkan pengungkapan sukarela dengan maksud menurunkan biaya kontrak terkait dengan kompensasi saham yang diberikan kepada karyawan baru. Kompensasi saham merupakan salah satu alternatif kompensasi yang menarik bagi manajer dan karyawan ketika harga saham ditentukan benar-benar mencerminkan nilai perusahaan.

4) Litigation Cost Hypothesis

Terdapat dua hal yang memengaruhi keputusan manajemen dalam melakukan pengungkapan dari aspek hukum. Pengaruh pertama adalah ketika hukum atau peraturan yang berlaku menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat dan waktu yang tepat. Manajer meningkatkan pengungkapannya dengan maksud untuk menurunkan risiko terkena tuntutan hukum, karena ketika adanya informasi negatif munculnya

34

kerugian terhadap beberapa pihak yang pada akhirnya meningkatkan risiko perusahaan terkena masalah hukum.

Pengaruh kedua yaitu aspek hukum justru menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi karena ketika sebuah perusahaan yakin bahwa perusahaan tidak melakukan kesalahan yang disengaja, termasuk dalam pengungkapan informasi kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa sistem hukum dapat membedakan kesalahan manajemen yang benar-benar disengaja dengan yang tidak disengaja.

5) Management Talent Signalling Hypothesis

Truman (1986) menyatakan bahwa manajer dengan kemampuan yang baik memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan peramalan pendapatan perusahaan dengan sukarela. Ketika manajer melakukan pengungkapan sukarela terutama peramalan pendapatan di masa datang, maka investor akan menginterpretasikan bahwa manajer memiliki strategi dalam menghadapi perubahan di

35

masa mendatang. Pada akhirnya hal tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

6) Proprietary Cost Hypothesis

Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan memiliki insentif untuk tidak mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dianggap akan membahayakan posisi persaingannya. Teori ini dikaji lebih jauh oleh Verrechia (2001), proprietary cost hypothesis

mengasumsikan bahwa tidak ada konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Sebagai hasilnya hipotesis ini memprediksikan bahwa pengungkapan sukarela akan selalu kredibel. Penelitian Hayes dan Lundholm (1996) membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang tingkat kinerjanya relatif sama dengan bidang industri yang sama cenderung akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dibanding dengan perusahaan yang bergerak dalam industri yang berbeda jenis.

Jadi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan di luar pengungkapan wajib dan pengungkapan ini disajikan secara sukarela oleh manajemen terkait informasi yang

Dokumen terkait