Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit,
Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place
Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam
Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nova Yulianti
NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit,
Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place
Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam
Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nova Yulianti
NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Nova Yulianti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 23 November 1993
3. Alamat : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok
Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang, Sumatera Barat
4. Telepon : 082221170414
5. Email : novaupa79@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK Sandy Putra Tahun 2000-2001
2. SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2001-2004
3. SDN 20 Tunggul Hitam Padang Tahun 2004-2006
4. Pondok Pesantren Thawalib Padang Tahun 2006-2009
5. Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang Tahun 2009-2012
6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012- 2016 (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Akuntansi)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi bahasa OSIS Pondok Pesantren Thawalib Padang periode 2008-2009
2. Divisi Dana Usaha Mandiri HMJ Akuntansi Periode 2013-2014
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Dr.H. Nurasa MA
2. Ibu : Yusmeili
3. Alamat : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok
Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang, Sumatera Barat
vii
COMMITTEE EFFECTIVENES, OWNERSHIP CONCENTRATION, FINANCIAL DISTRESS AND ASSETS IN PLACE ON VOLUNTARY
DISCLOSURE IN THE ANNUAL REPORTS
ABSTRACT
This research purpose is to find the effect of composition of board commissioners, audit committee effectiveness, ownership concentration, financial distress and assets in place on voluntary disclosure. This research using secondary data as a sample of 83 banking companies listed Indonesia Stock Exchange on period 2012-2014 with purposive sampling method. Variables on this research are be measured by multiple regression analysis.
Result of this research find that audit committee effectiveness has significant effect positively voluntary disclosure while composition of board of commissioners, ownership concentration, financial distress and assets in place
didn’t have significant effect on voluntary disclosure in the annual report.
viii
PENGARUH KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS, EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT, KONSENTRASI KEPEMILIKAN, FINANCIAl
DISTRESS DAN ASSETS IN PLACE TERHADAP PENGUNGKAPAN
SUKARELA (VOLUNTARY DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel 83 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), sedangkan komposisi dewan komisaris, konsentrasi kepemilikan,
finacial distress dan assets in place tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan.
Kata Kunci : Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure), Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan,
ix
KATA PENGANTAR Assalmu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komposisi Dewan
Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Papa dan Mama) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, doa serta dukungan finansial yang tiada hentinya kepada penulis.
2. Kak Iya dan ii yang selalu memberikan semangat,dukungan, keceriaan dan senantiasa menghibur penulis.
3. Bapak Dr.Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri,SE,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,Ak.,CPA selaku penasehat akademik penulis.
7. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin MBA selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE, MS, Ak selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
11. Sahabat dan keluarga di kampus (GAAP) yaitu Anin, Desi, Haifa, Laila, Lidiyna, Muti, Naya, Opi, Rini dan Tasya yang selalu memberikan semangat, keceriaan, dukungan dan doa kepada penulis.
12. Teman seperjuangan di KKN Parahita (Adit, Akbar, Anas, Daeng, Dinan, Eja, Irfan, Rista, Tasya) yang telah memberikan semangat dan motivasi serta bersama- sama berjuang bersama penulis.
13. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi A dan Kelas Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
xi
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha untuk semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Namun, penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Amiiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Juni 2016
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Perumusan Masalah ... 10
C.Tujuan Penelitian ... 11
D.Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Literatur ... 13
1. Teori Terkait Pengungkapan Sukarela ... 13
2. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan ... 18
3. Komposisi Dewan Komisaris ... 36
4. Efektivitas Komite Audit ... 38
xiii
6. Financial Distress ... 43
7. Assets in Place... 46
B.Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 47
1. Komposisi Dewan Komisaris dengan Pengungkapan Sukarela ... 47
2. Efektivitas Komite Audit dengan Pengungkapan Sukarela ... 48
3. Konsentrasi Kepemilikan dengan Pengungkapan Sukarela ... 49
4. Financial Distress dengan Pengungkapan Sukarela ... 50
5. Assets in Place dengan Pengungkapan Sukarela ... 51
6. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in Place Secara Simultan Terhadap Pengungkapan Sukarela ... 52
C.Penelitian Sebelumnya ... 53
D.Kerangka Pemikiran ... 59
E. Hipotesis ... 61
xiv
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 70
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 71
E. Operasional Variabel Penelitian ... 71
1. Variabel Dependen (Pengungkapan Sukarela)... 72
2. Variabel Independen ... 73
a. Komposisi Dewan Komisaris ... 74
b. Efektivitas Komite Audit ... 75
c. Konsentrasi Kepemilikan ... 75
d. Financial Distress ... 76
e. Assets in Place ... 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 79
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 79
2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 79
c. Uji Heteroskedastisitas ... 90
d. Uji Autokorelasi ... 92
3. Koefisien Determinasi (R²) ... 92
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 93
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 93
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 94
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 99
B.Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Sebelumnya ... 54
3.1 Operasional Variabel ... 78
4.1 Proses Seleksi Sampel ... 80
4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 81
4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 83
4.4 Hasil Uji Normalitas ... 88
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ... 89
4.6 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas ... 89
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 91
4.8 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 91
4.9 Hasil Uji Autokorelasi... 92
4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 93
4.11 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 94
4.12 Hasil Uji Statistik t ... 95
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 60
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram ... 86
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Nama Perusahaan Perbankan ... 109
2 Indeks Pengungkapan Sukarela ... 110
3 Daftar Pertanyaan Efektivitas Komite Audit ... 112
4 Hasil Pengungkapan Sukarela ... 117
5 Hasil Perhitungan Komposisi Dewan Komisaris ... 119
6 Hasil Perhitungan Efektivitas Komite Audit ... 120
7 Hasil Perhitungan Konsentrasi Kepemilikan ... 121
8 Hasil Perhitungan Financial Distress ... 122
9 Hasil Perhitungan Assets in Place ... 124
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan.
Laporan yang disampaikan kepada Bapepam dapat berupa laporan
keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Sedangkan
laporan tahunan adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali, berisi data
keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan (Sudarmadji
dan Sularto,2007:1).
Berdasarkan pedoman pengungkapan yang diterbitkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam–LK) melalui
peraturan No. X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik terdapat 161 poin laporan tahunan yang wajib
diungkapkan perusahaan termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan
yang telah diaudit. Selain itu, Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor:
KEP-431/BL/2012 dinyatakan bahwa terdapat sembilan kategori
pengungkapan lain seperti gambaran umum perusahaan, ikhtisar data
keuangan, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profil
perusahaan, analisa dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan,
tanggung jawab sosial perusahaan serta tanggung jawab dewan komisaris
2
Menurut Darrough (1993) dalam Almilia dan Retrinasari (2007:1)
pengungkapan dalam laporan tahunan ada dua yaitu pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang disyaratkan
oleh standar akuntansi dan peraturan yang berlaku, sedangkan
pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang bebas dilakukan
manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan
informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan
para pemakai laporan tahunan.
Pengungkapan dibuat dalam laporan tahunan melalui kalimat
penjelasan maupun catatan yang menyertainya. Pengungkapan laporan
tahunan merupakan sebuah isu tata kelola perusahaan yang dihadapi oleh
negara-negara di Asia termasuk Indonesia. Perusahaan publik di Asia
cenderung memiliki kualitas pengungkapan dan transparansi yang rendah
sebagai akibat dari lemahnya struktur tata kelola yang ada (Claessens &
Fan, 2002).
Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan
kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor
dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993).
Menurut Financial Accounting Standard Board, laporan yang paling
terkini menyokong pandangan bahwa perusahaan bisa mencapai
keuntungan dalam pasar modal dengan mempertinggi pengungkapan
3
perusahaan bisa menggambarkan dan menjelaskan investasi potensial
mereka kepada investor, dimana para investor tersebut menuntut
informasi yang mendetail dan berkala, sedangkan tingkat pengungkapan
sukarela hanya meningkat pada negara dengan pasar yang telah maju dan
baru muncul (Frederick & Gary, 2010: 176).
Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara
sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan
mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh
lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan
dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah (Elliot,
Robert K. Dan Jacobson, Peter D, 1994).
Pentingnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan untuk
membantu para investor melihat nilai lebih dari perusahaan serta melihat
transparannya perusahaan dalam mengungkapkan hal-hal di luar
pengungkapan wajib. Perusahaan yang kurang transparan akan
menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer sebagai agen
dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan pemegang saham/investor,
dimana manajemen memiliki informasi lebih banyak dan akurat daripada
pemegang saham.
Basari (2013) mengemukakan dalam tulisannya pada salah satu
situs berita online mengenai masalah keterbukaan informasi PKPU PT
Davomas Abadi Tbk yang dipertanyakan, dimana pemegang saham
4
penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang pernah dijalani
perseroan. Pemegang saham mayoritas PT Davomas Abadi Tbk
mencurigai PKPU direkayasa, karena data internal menjelaskan
permasalah hutang tersebut berupa bonus karyawan yang belum dibayar
namun disamping itu dibawa juga nama kreditur lain yaitu PT Aneka
Surya Agro atas hutang tersebut. Tidak ada klarifikasi, rincian atau
penjelasan mengenai bagaimana utang kepada PT Aneka Surya Agro
timbul. Dalam penjelasannya juga disampaikan Basari (2013) bahwa
perusahaan publik diwajibkan untuk mengumumkan kepada masyarakat
atas setiap informasi material mengenai peristiwa yang dapat
memengaruhi harga surat berharga atau keputusan para investor.
Informasi-informasi material mengenai peristiwa tersebut bisa
diungkapkan di luar informasi laporan keuangan, yaitu berupa informasi
pendukung mengenai kondisi perusahaan seperti pemaparan peristiwa
penting perusahaan baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif oleh
manajemen, penjelasan rincian jumlah biaya yang dibelanjakan untuk
karyawan, atau pemaparan elemen laporan yang diperbandingkan lebih
dari tiga tahun, untuk menganalisis lebih rinci perbandingan informasi
keuangan per periode. Karena informasi tentang peristiwa sangat
diperlukan penjelasannya diluar laporan keuangan sebagai pemahaman
5
Pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan dapat
memberikan informasi-informasi tentang keberlangsungan perusahaan
yang lebih transparan. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan di mata investor yang dapat memengaruhi harga saham
perusahaan. Pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh penerapan good
corporate governance yang akan mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan. Penerapan corporate governance yang baik
dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan
memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri
informasi tersebut. Informasi yang diberikan akan ditunjukan dalam
tingkat pengungkapan, semakin baik penerapan corporate governance
maka akan banyak pula informasi yang diungkapkan oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan komposisi
dewan komisaris dan efektivitas komite audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Khaldoon (2015:1) dinyatakan
bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela sedangkan komisaris independen dan struktur kepemilikan
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Penelitian
ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Evi dan Rosa
(2014:389) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan.
Nugrahadi (2008) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris
6
blockholder tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap indeks
pengungkapan sukarela. Kepemilikan blockholder adalah persentase
saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari luar perusahaan di atas
lima persen. Berbeda dengan Nugrahadi (2008), Hadi dan Sabeni (2002)
menghasilkan bukti bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran
perusahaan, operasi perusahaan, dan jenis industri berpengaruh secara
signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan luas
pengungkapan sukarela antara perusahaan yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh masing-masing industri
juga berbeda-beda.
Perbedaan luas pengungkapan sukarela menurut Hardiningsih
(2008) dalam Wahyuni Wijayanti (2013:3) dapat dipengaruhi oleh
karakteristik perusahaan seperti budaya perusahaan, bidang usaha, proses
produksi, pasar, sumber daya dan lain-lain. Struktur meliputi ukuran (size)
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban.
Kinerja (performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba
(profitabilitas). Pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti
tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan.
Menurut Ho dan Wong (2001:139) independensi komite audit juga
menjadi penentu luas pengungkapan sukarela di Hong Kong. Di samping
itu komisaris independen juga berpengaruh, semakin besar proporsi
7
efektif dan kemudian perusahaan lebih banyak melakukan pengungkapan
sukarela (Eng dan Mak, 2003:325).
Selanjutnya penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan
terhadap pengungkapan sukarela dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Nuryaman (2009:89) yang menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarel. Berbeda dengan Nuryaman (2009:89), Mohamed dan Ehab
(2014:67) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif
terhadap pengungkapan sukarela, hasil ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Javad et al. (2014:767) yang menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan
sukarela. Fatemeh dan Mansour (2014:423) juga menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan tidak memiliki korelasi terhadap pengungkapan
sukarela.
Dalam teori signalling dinyatakan bahwa perusahaan yang sehat
cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan
yang mengalami financial distress. Jadi perusahaan yang mengalami
financial distress cenderung lebih sedikit mengungkapkan informasi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hanifa dan Cooke (2002)
menunjukan bahwa profitabilitas dan indikator good news dan bad news
berhubungan dengan tingkat pengungkapan sukarela.
Perusahaan yang memiliki good news dapat ditandai dengan
8
mengungkapkan lebih banyak informasi tambahan yang bersifat
nonmandatory guna menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Omar dan Simon (2011) dalam Anggi
Nurfadillah (2012:32) dikatakan bahwa karakteristik aset perusahaan
(assets in place) menjadi salah satu faktor yang penting dalam
menentukan nilai perusahaan (firm value). Penelitian mengenai pengaruh
karakteristik aset perusahaan (assets in place) terhadap pengungkapan
sukarela dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007) dalam Anggi
Nurfadillah (2012:32) yang melaporkan bukti empiris mengenai tingkat
sukarela yang dilakukan oleh 38 perusahaan dan bank di India. Hasil
penelitian ini memberikan bukti empiris menunjukan bahwa karakteristik
aset perusahaan (asset in place) berpengaruh positif dan signifikan dalam
menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.
Assets in place secara sistematis memengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela di Amerika Serikat, oleh karena itu assets in place
menjadi penting dalam menentukan tingkat pengungkapan sukarela.
Perusahaan dengan persentase aset tetap yang lebih tinggi akan memiliki
agency cost yang lebih rendah, karena akan lebih sulit bagi manajemen
perusahaan untuk melakukan penyalahgunaan dalam pelaporan
keuangannya (opportunis) terkait aset tetap, karena adanya definisi yang
jelas bagi aset tetap (Butler et al, 2002).
Pengungkapan sukarela menarik untuk diteliti karena
9
antara perusahaan dan pasar yang memfasilitasi perdagangan sahamnya
(Godfrey,2010:438). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya maka
peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan
komisaris, komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress, dan
assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian terdahulu.
Berdasarkan uraian di atas, maka menarik bagi peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komposisi Dewan
Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)”.
Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai voluntary disclosure. Adapun perbedaannya
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah:
1. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan dengan periode dari
tahun 2012-2014. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya sampai
tahun 2013.
2. Penelitian ini menggunakan variabel efektivitas komite audit yang
diukur menggunakan skor dari segi aktivitas, size dan kompetensi.
Penelitian sebelumnya hanya meihat proporsi, ukuran dan keberadaan
10
3. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan perbankan.
Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan laporan tahunan
perusahaan manufaktur.
4. Penelitian ini menggunakan assets in place yang belum banyak diteliti
di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
2. Apakah efektivitas komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
3. Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
4. Apakah financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
5. Apakah assets in place berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
6. Apakah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,
konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place
berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela
11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure).
b. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
c. Pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
d. Pengaruh financial distress terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
e. Pengaruh assets in place terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
f. Pengaruh secara simultan dari komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure)
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam
12
juga diharapkan memperluas dan memperkuat penelitian
sebelumnya.
b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan
aspek pengungkapan laporan tahunan perusahaan khususnya
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) agar akuntabilitas
publik dan transparansi dapat tercapai.
c. Investor
Penelitian ini dapat menambah informasi bagi investor
sebagai alat bantu pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
d. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong pemerintah
memperluas item pengungkapan dalam laporan tahunan serta
membuat regulasi atau standar akan pengungkapan sukarela agar
bisa meminimalisir adanya pengungkapan sukarela yang
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1. Teori Terkait Pengungkapan Sukarela a. Teori Keagenan (Agency Problem)
Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency
Theory). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal
yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan
bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent
diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata
termotivasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan
pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer
atau agent.
Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang
tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.
Pada teori agensi, information gap yang terjadi pada
berbagai perusahaan dikarenakan pihak manajer setiap hari
14
pihak manajer sangat mengetahui kondisi dalam perusahaan
dengan demikian pihak manajer mempunyai informasi yang
sangat lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya. Sedangkan
pemilik perusahaan hanya mengandalkan laporan yang
diberikan oleh pihak manajemen, karena pemilik perusahaan
tidak berinteraksi secara langsung pada kegiatan perusahaan.
Sebagai pemilik perusahaan hanya memiliki sebagian atau lebih
sedikit informasi dibanding manajer perusahaan. Karena
kurangnya informasi oleh pemegang saham maka perusahaan
dituntut untuk transparansi dalam mengungkapkan informasi
pada laporan tahunan yaitu salah satu caranya dengan
melakukan pengungkapan sukarela.
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
disampaikan di luar pengungkapan wajib. Perusahaan yang
melakukan pengungkapan sukarela berarti telah melakukan
salah satu dari prinsip good corporate governance yaitu
transparency (keterbukaan informasi). Dengan adanya
pengungkapan sukarela pemegang saham dapat mengetahui
informasi-informasi tambahan yang relevan dalam pengambilan
keputusan.
Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga
15
1) Biaya monitoring
Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku
agen. Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan
dan pengendalian atas perilaku agen.
2) Biaya perikatan (Bonding Cost)
Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka
mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme
kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak
sejalan dengan kepentingan prinsipal.
3) Residual Loss
Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang
dilakukan agen berbeda dengan apa yang
seharusnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan
prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan
perikatan sudah dilakukan.
Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan
yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian
pada sisi prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat
dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan
sikap-sikap yang perlu diambil setiap pihak pada kondisi tertentu di
masa depan (Chrisman et al.,2012). Selain menggunakan kontrak
tersebut, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan
16
Pembentukan pihak independen yang melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi
dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata
kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun
kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi
salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et
al., 2012).
b. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar
akuntansi atau peraturan badan pengawas. Menurut Suwardjono
(2008) teori sinyal (signalling theory) melandasi pengungkapan
sukarela. Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen
perusahaan sebagai agen, memiliki dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan
tersebut disebabkan adanya asimetri informasi atau
ketidakseimbangan penguasaan informasi antara agen dengan
prinsipal (konflik keagenan).
Dalam teori ini, pengungkapan informasi sukarela yang
dilakukan perusahaan merupakan sinyal bagi pasar. Sinyal
positif yang diberikan oleh perusahaan diharapkan akan
mendapat respon yang positif dari investor dan pasar. Ketika
17
maka pasar menginterpretasikan hal tersebut sebagai “bad news
signal”. Teori ini menyatakan bahwa manajer suatu perusahaan
akan berusaha untuk mengungkapkan informasi private yang
dimilikinya sebanyak-banyaknya untuk mengurangi
ketidakakuratan pasar dalam menilai perusahaannya. Menurut
Amalia (2005) hal ini biasanya dilakukan manajer ketika
manajer merasa perusahaannya dinilai terlalu rendah
(undervalued). Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk
mengungkapkan informasi keuangan dan non-keuangan secara
sukarela agar dapat menjadi good signal bagi perusahaan.
c. Stakeholder Theory
Dalam sebuah perusahaan memiliki berbagai macam
stakeholder. Perspektif dasar dalam teori ini adalah bahwa
tingkat kepentingan stakeholder yang beragam mempengaruhi
operasi dan pelaporan yang dilakukan perusahaan (Agustina,
2012). Pihak yang termasuk sebagai stakeholder adalah para
pemegang saham (investor), pemasok (supplier), pelanggan
(customer), karyawan (employee), pemerintah (government) dan
masyarakat publik.
Dalam teori ini terdapat dua perspektif . yang pertama
adalah perspektif yang berpusat pada perusahaan
(Organization-Centered Perspective). Perspektif ini muncul karena
18
memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan tidak semuanya
dapat dipenuhi oleh perusahaan.
Berdasarkan pandangan tersebut, penting bagi perusahaan
untuk memberikan perlakuan yang sama dan perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kelompok stakeholder yang memiliki
peranan penting serta mengelola hubungan yang baik dengan
kelompok tersebut. Salah satu caranya adalah melalui
pengungkapan sukarela.
Persepektif yang kedua adalah perspektif yang berdasar
prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability perspective). Dalam
perspektif ini, perusahaan harus memperhatikan hak seluruh
stakeholder yang dianggap memiliki peranan penting terhadap
perusahaan. Jadi, dalam perspektif ini pengungkapan sukarela
merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap
seluruh stakeholder.
2. Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan a. Pengertian Pengungkapan
Laporan tahunan merupakan elemen signifikan dalam
keseluruhan proses pengungkapan karena merupakan sumber
informasi perusahaan yang tersebar secara umum (Todd &
Sherman,1991). Laporan tahunan adalah laporan yang dterbitkan
setahun sekali berisi data keuangan dan informasi non-keuangan.
19
kinerja manajemen dan digunakan bagi para pemegang saham
atau investor dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Bab X
Pasal 86, Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan
secara berkala kepada Bapepam-LK dan mengumumkan laporan
tersebut kepada masyarakat. Laporan tersebut terdiri dari
laporan tahunan atau laporan berkala untuk periode berakhir
tertentu dan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan
peraturan yang berlaku umum.
Bapepem menambahkan item-item yang wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan dimana pada peraturan
sebelumnya (Peraturan Nomor VIII.G.2 tahun 1996) belum
diwajibkan yaitu laporan dewan komisaris, laporan direksi,
profil perusahaan, tata kelola perusahaan dan tanggung jawab
direksi atas laporan keuangan
Dalam ketentuan umum dan isi laporan tahunan yang
dibuat Bapepam disebutkan bahwa laporan tahunan wajib
memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan
komisaris, laporan dewan direksi, profil perusahaan, analisis dan
pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung
jawab direksi atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang
20
Pengungkapan berarti penyampaian (release) informasi.
Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam pengertian
yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan
tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya
laporan tahunan.
Menurut Lopez & Rodrigues (2007) dalam Jason Effendi
(2014) menjelaskan bahwa pengungkapan merupakan sebuah
fungsi kompleks dari beberapa landasan; bergantung kepada
baik faktor spesifik perusahaan (internal) maupun eksternal
yang terkait dengan konteks lingkungan perusahaan yang di
dalamnya termasuk budaya, sistem hukum dan latar belakang
institusi.
Menurut Stolowy & Lebas (2004) dalam Jason Effendi
(2014) pemangku kepentingan perusahaan mengharapkan
pengungkapan informasi mengenai operasi perusahaan untuk
mendapatkan pengertian yang lebih jelas yang akan menjadi
dasar pengambilan keputusan mereka. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengungkapan adalah penyampaian informasi baik
informasi mengenai internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan bagi para pemakai laporan keuangan
21
Menurut Hendriksen dan Breda (2002:432) ada tiga konsep
pengungkapan, yaitu :
1) Pengungkapan memadai (adequate disclosure),
yaitu pengungkapan minimum disyaratkan oleh
peraturan yang berlaku, di mana informasi dan
angka-angka disajikan dalam laporan tahunan dapat
diinterpretasikan oleh investor dan para pihak yang
berkepentingan.
2) Pengungkapan wajar (fair disclosure), secara tidak
langsung menyiratkan suatu etika, yaitu
memberikan perlakuan yang sama kepada semua
pemakai laporan keuangan untuk menerima
informasi yang handal sehingga tidak ada
ketimpangan informasi antar para pembaca.
3) Pengungkapan lengkap (full disclosure),
menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi
sebagian orang pengungkapan lengkap berarti
penyajian informasi secara berlimpah sehingga
tidak tepat. Menurut mereka terlalu banyak
informasi akan membahayakan karena penyajian
rinci dan yang tidak penting justru akan
22
membuat laporan keuangan sulit ditafsir oleh para
penggunanya.
b. Peran Pengungkapan dalan Laporan Keuangan
Menurut Healy dan Palepu (2001), hubungan antara
manajemen dan investor menghasilkan dua permasalahan yaitu
information problem dan agency problem. Information problem
atau yang sering disebut dengan asymmetri information adalah
perbedaan informasi antara manajemen dan investor yang
mendorong munculnya konflik antara kedua pihak tersebut.
Menurut Oktoviana (2009) dalam Wulandari (2015), Agency
Problem adalah konsekuensi dari tidak berperan aktifnya
investor dalam pengelolaan perusahaan. Adanya pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan dapat menyelesaikan dua
permasalahan tersebut.
1) Menurut Healy dan Palepu (2001), terdapat tiga langkah
penting yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk mengatasi
information problem tersebut.
a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen dan
investor.
b) Membuat kebijakan yang mengatur tentang
pengungkapan berbagai informasi yang harus
23
c) Mengoptimalkan fungsi dari intermediaries, seperti
analis keuangan dan lembaga pemeringkat.
Keberadaan intermediaries tersebut diharapkan
menjadi kontrol atas pengungkapan informasi yang
dilakukan oleh perusahaan.
2) Agency Problem
Dalam mengatasi agency problem tersebut, pelaporan
keuangan memiliki peran yang sangat penting. Terdapat
tiga langkah untuk meningkatkan pelaporan keuangan,
yaitu:
a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen
perusahaan dan investor. Salah satu cara untuk
mengoptimalkan kontrak antara manajemen
perusahaan dengan investor adalah dengan
perjanjian kompensasi.
b) Mengoptimalkan fungsi dewan komisaris
Dewan komisaris berfungsi sebagai pihak yang
mewakili kepentingan para pemilik modal. Fungsi
utama dari dewan komisaris adalah mensupervisi
kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
dalam mengelola perusahaan. Supervisi efektif yang
dilakukan dewan komisaris, diharapkan mampu
24
c) Mengoptimalkan keberadaan intermediaries
Information intermediaries seperti analis keuangan
dan lembaga pemeringkat dapat meningkatkan
kualitas pengungkapan informasi yang dilakukan
manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena
intermediaries merupakan pihak luar yang dapat
memberikan penilaian yang objektif terhadap
kondisi dan kinerja perusahaan.
c. Tujuan Pengungkapan
Menurut Belkoui dan Riahi (2006:338) tujuan dari
pengungkapan adalah sebagai berikut:
1) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan
pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar
pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk
memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal
tersebut.
3) Untuk memberikan informasi yang akan membantu
investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari
hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan melakukan perbandingan
25
5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk
atau arus kas keluar di masa depan.
6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari
investasi mereka.
d. Manfaat Pengungkapan
Menurut Soemarso (2003) dalam Adhika Nirmalasari
(2012:13) pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan
bermanfaat untuk:
1) Kepentingan perusahaan, yaitu dapat diperolehnya biaya
modal yang lebih rendah yang bekaitan dengan
berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditur
yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli
sekuritas dengan harga tinggi.
2) Investor, yaitu dapat mengurangi risiko kesalahan
pembuatan keputusan investasi sehingga investor menjadi
lebih percaya kepada perusahaan yang berakibat ada
naiknya harga sekuritas perusahaan.
3) Kepentingan Nasional, yaitu dengan diperolehnya biaya
modal yang lebih rendah oleh perusahaan, maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan kesempatan
kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar
kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan
26
pasar modal juga dapat menjadi liquid. Likuiditas pasar
modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena
dapat membantu alokasi modal secara efektif.
e. Jenis Pengungkapan
Meek, et al (1995) dalam Hardiningsih (2008:67)
menyatakan pengungkapan dalam laporan tahunan terdiri dari
dua jenis antara lain:
1) Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi yang
diwajibkan dalam laporan tahunan perusahaan yang
diwajibkan dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal.
2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi
melebihi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan
kebutuhan pemakai laporan keuangan.
f. Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang
tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih
jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat
mendukung dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.
Manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak
27
depannya. Beberapa kajian menunjukan bahwa manajer
berinisiatif untuk mengungkap informasi seperti itu secara
sukarela (Frederick & Gary, 2010: 176).
Keuntungan dari pengungkapan sukarela menyangkut biaya
transaksi yang lebih rendah dalam perdagangan sekuritas
perusahaan, bunga yang lebih tinggi dari analis keuangan dan
investor, meningkatkan likuiditas saham dan biaya modal yang
lebih rendah.
Menurut Frederick & Gerhard (1999: 291) pengungkapan
keuangan yang disediakan oleh entitas bagi pembaca luar negeri
mungkin melebihi atau jauh lebih sedikit dari kewajiban
pengungkapan yang disyaratkan. Perusahaan umumnya akan
melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan
minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan
menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin
ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif.
Sebaliknya, perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit
jika mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakan
informasi rahasia kepada para pesaing atau menampakan sisi
buruk perusahaan di depan berbagai pihak-pihak misalnya,
keengganan perusahaan-perusahaan Jepang untuk menyediakan
pengungkapan segmental karena takut dituduh melakukan
28
Kumar, Wilder & Stocks (2008) dalam Hossain &
Hammami (2009) menjelaskan pengungkapan sukarela
merupakan pengungkapan poin selain laporan keuangan. Eng
dan Mak (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela
dapat dinilai berdasarkan jumlah item pengungkapan tidak wajib
yang terdapat pada segmen analisis dan pembahasan manajemen
pada laporan tahunan. Sedangkan Healy & Palepu (2001)
menyatakan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
lebih informatif atas dasar inisiatif manajemen.
Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial
dan budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan
perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang. Henderson et al. (2004) menyatakan
pengungkapan sukarela dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang
diungkapkan adalah informasi yang berkaitan dengan
kinerja ekonomi dari sebuah perusahaan dan keputusan
mengenai aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan
perusahaan.
2) Non-Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang
diberikan berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan
29
Menurut Adhariani (2004), keuntungan yang
diperoleh perusahaan ketika melakukan pengungkapan
sukarela adalah biaya modal yang rendah dan pemahaman
atas risiko investasi. Sementara biaya pengungkapan
sukarela berupa seluruh pengorbanan secara langsung
maupun tidak langsung yang dihadapi perusahaan ketika
melakukan pengungkapan sukarela. Biaya pengungkapan
sukarela dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Biaya langsung
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
berkaitan langsung dengan pengembangan dan
penyajian infomasi. Biaya-biaya tersebut meliputi
biaya pengumpulan, biaya pemrosesan, dan biaya
penyajian informasi.
2) Biaya tidak langsung
Biaya yang timbul akibat pengungkapan atau tidak
diungkapkannya informasi. Biaya jenis ini meliputi
biaya legitimasi dan proprietary cost (biaya
competitive disadvantage dan biaya politik). Biaya
legitimasi timbul akibat dari pengungkapan
informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan
informasi yang menyesatkan. Biaya kompetisi
30
tambahan oleh perusahaan justru akan digunakan
oleh kompetitor untuk melakukan positioning,
sehingga melemahkan posisi perusahaan yang
melakukan disclosure. Sementara biaya politik
timbul karena pengungkapan yang dilakukan
perusahaan akan memicu ditetapkannya peraturan
pemerintah yang baru.
Pengungkapan dapat mengurangi kesenjangan
asimetri informasi antara perusahaan dan pasar yang
memfasilitasi perdagangan sahamnya. Respon dari pasar
akan kurangnya pengungkapan secara penuh juga menjadi
penyebab pentingnya pengungkapan sukarela dilakukan,
karena ketika investor kehilangan kepercayaan dari laporan
keuangan perusahaan maka dampak yang dialami
perusahaan akan sangat buruk. Contohnya adalah kejatuhan
perusahaan Enron di Amerika Serikat yang melakukan
manipulasi laporan keuangan dan tidak memberikan
informasi secara lengkap di laporan keuangannya
khususnya mengenai utang yang tidak diungkapkan
seluruhnya sehingga menyebabkan penurunan nilai rating
investasi perusahaan (Godfrey, 2010:438).
Beberapa studi mengenai pengungkapan sukarela
31
superior untuk para investor terhadap ekspektasi kinerja
masa depan perusahaan. Berikut beberapa motif yang
mendasari perusahaan melakukan pengungkapan sukarela
dalam laporan keuangan berdasarkan studi empiris (Healy
dan Palepu, 2001):
1) Capital Market Transaction Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu (1993), motif pertama
yang memengaruhi perusahaan melakukan
pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan
dalam menerbitkan surat utang, saham maupun
instrumen keuangan lainnya. Myers dan Maljuf
(1986) berpendapat bahwa tantangan utama yang
dihadapi manajemen adalah timbulnya asimetri
informasi yang dapat mengurangi kepercayaan
investor. Ketika hal tersebut terjadi, maka biaya
atas pendanaan eksternal akan meningkat. Hal ini
yang memotivasi perusahaan dalam melakukan
pengungkapan sukarela sehingga dapat mengurangi
asimetri informasi yang terjadi sehingga pada
akhirnya mampu mengurangi pendanaan eksternal.
2) Corporate Control Contest Hypothesis
Motif kedua yang memotivasi perusahaan dalam
32
penyerahan tanggung jawab dalam pengelolaan
perusahaan, dewan komisaris dan para pemilik
modal menyerahkan tanggung jawab atas kinerja
saham perusahaan kepada manajer. Wanner dan
Weinsbach (1988) membuktikan bahwa pergantian
chief executive officer (CEO) berhubungan
terhadap buruknya kinerja saham perusahaan.
Harga saham yang rendah juga berhubungan
dengan adanya kemungkinan pengambilalihan
pengelolaan perusahaan oleh pihak lain yang
berakibat pada pergantian CEO. Risiko
pengambilalihan pengelolaan perusahaan ini
menjadi pemicu manajemen dalam melakukan
pengungkapan sukarela.
3) Stock Compensation Hypothesis
Terdapat dua alasan dari sudut pandang yang
berbeda yang memotivasi manajer melakukan
pengungkapan sukarela, yaitu:
a) Sudut pandang manajer sebagai pihak yang
berniat untuk melakukan jual beli saham
yang diperolehnya. Adanya larangan insider
33
memotivasi manajer untuk melakukan
pengungkapan sukarela.
b) Sudut pandang manajer sebagai pemegang
saham perusahaan. Dalam hal ini manajer
akan meningkatkan pengungkapan sukarela
dengan maksud menurunkan biaya kontrak
terkait dengan kompensasi saham yang
diberikan kepada karyawan baru.
Kompensasi saham merupakan salah satu
alternatif kompensasi yang menarik bagi
manajer dan karyawan ketika harga saham
ditentukan benar-benar mencerminkan nilai
perusahaan.
4) Litigation Cost Hypothesis
Terdapat dua hal yang memengaruhi keputusan
manajemen dalam melakukan pengungkapan dari
aspek hukum. Pengaruh pertama adalah ketika
hukum atau peraturan yang berlaku menuntut
perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada
tingkat dan waktu yang tepat. Manajer
meningkatkan pengungkapannya dengan maksud
untuk menurunkan risiko terkena tuntutan hukum,
34
kerugian terhadap beberapa pihak yang pada
akhirnya meningkatkan risiko perusahaan terkena
masalah hukum.
Pengaruh kedua yaitu aspek hukum justru
menurunkan kecenderungan manajer untuk
melakukan pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi
karena ketika sebuah perusahaan yakin bahwa
perusahaan tidak melakukan kesalahan yang
disengaja, termasuk dalam pengungkapan informasi
kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa
sistem hukum dapat membedakan kesalahan
manajemen yang benar-benar disengaja dengan
yang tidak disengaja.
5) Management Talent Signalling Hypothesis
Truman (1986) menyatakan bahwa manajer dengan
kemampuan yang baik memiliki kecenderungan
untuk mengungkapkan peramalan pendapatan
perusahaan dengan sukarela. Ketika manajer
melakukan pengungkapan sukarela terutama
peramalan pendapatan di masa datang, maka
investor akan menginterpretasikan bahwa manajer
35
masa mendatang. Pada akhirnya hal tersebut akan
meningkatkan nilai perusahaan.
6) Proprietary Cost Hypothesis
Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa perusahaan memiliki insentif
untuk tidak mengungkapkan suatu informasi jika
informasi tersebut dianggap akan membahayakan
posisi persaingannya. Teori ini dikaji lebih jauh oleh
Verrechia (2001), proprietary cost hypothesis
mengasumsikan bahwa tidak ada konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Sebagai hasilnya hipotesis ini memprediksikan
bahwa pengungkapan sukarela akan selalu kredibel.
Penelitian Hayes dan Lundholm (1996)
membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang
tingkat kinerjanya relatif sama dengan bidang
industri yang sama cenderung akan mengungkapkan
lebih sedikit informasi dibanding dengan
perusahaan yang bergerak dalam industri yang
berbeda jenis.
Jadi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan di
luar pengungkapan wajib dan pengungkapan ini disajikan
36
dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
3. Komposisi Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007
menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau
lebih. Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000),
dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari
corporate governance yang memiliki tanggung jawab menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas.
Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di
Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen
tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau
komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan
yaitu salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar
belakang akuntansi atau keuangan.
Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan
Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki
37
Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari
dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris
independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu:
a. Berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik
lansung maupun tidak langsung.
c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi
dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau
Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung.
Tugas dewan komisaris dalam kaitannya dengan laporan
keuangan adalah mengawasi manajemen dalam membuat laporan
keuangan sehingga laporan keuangan dibuat dengan keadaan yang
sebenarnya dan tidak menguntungkan pihak tertentu saja. Luo He et
al. (2008) menemukan bahwa independensi board merupakan
pencegah yang paling efektif agar laporan keuangan tidak
mengalami penyimpangan (fraud). Sun et al. (2012) menemukan
bahwa semakin tingginya jumlah board independen, perusahaan
cenderung mengungkapkan pengendalian internalnya pada laporan
audit. Dengan demikian, peluang manajemen untuk menutupi
38 4. Efektivitas Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, Komite
Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan
tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan
bahwa Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris
dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur
pengendalian internal perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit
internal maupun eksternal dilakukan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, serta melakukan tindak lanjut atas temuan hasil audit
yang dilaksanakan manajemen. Selain itu Komite Audit juga terlibat
dalam pemrosesan calon auditor eksternal beserta imbalan jasanya
untuk kemudian disampaikan kepala Dewan Komisaris.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam
menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan
tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi,
dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan
39
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris
mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada
independensi, ruang lingkup penugasan dan fee untuk
disampaikan kepada RUPS.
d. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan tindak lanjut
pemeriksaan oleh Auditor Internal dan pelaksanaan tindak
lanjut oleh Direksi atas temuan Auditor Internal.
e. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi.
f. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi
dan pelaporan keuangan, dan manajemen risiko Emiten dan
Perusahaan Publik.
g. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris
terkait dengan potensi adanya benturan kepentingan.
h. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi
perusahaan.
Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas
40
a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang
karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang
diperlukan.
b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan
karyawan, dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan
eksternal audit serta manajemen risiko.
c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit
yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
Hermawan (2009) menilai efektivitas komite audit melalui
tiga aspek, yaitu aktivitas, jumlah anggota dan kompetensi. Aspek
aktivitas komite audit menilai sejauh mana tanggung jawab komite
audit dalam mengevaluasi kontrol internal, penunjukan auditor
eksternal, mengkaji laporan keuangan, evaluasi terhadap kondisi
legal perusahaan, serta penyusunan laporan komite audit atas
pengungkapan. Aspek aktivitas komite audit juga menilai sejauh
mana komite audit mengevaluasi lingkup, akurasi, efektivitas
biaya, independensi, serta objektivitas auditor eksternal. Selain itu,
penilaian mengenai jumlah pertemuan dan kehadiran anggota
komite audit juga merupakan bagian dari aspek aktivitas. Aspek
41
anggota komite. Aspek kompetensi komite audit menilai apakah
anggota komite audit memiliki latar belakang akuntansi serta umur
dari anggota komite audit.
5. Konsentrasi Kepemilikan
Concentration yaitu kategori perusahaan yang
kepemilikannya terkonsentrasi pada satu pihak (blockholder) dan
dispersion yaitu kategori perusahaan yang kepemilikannya
tersebar. La Porta et al. (1999) dalam Arifin (2003) menyatakan
bahwa mereka menduga di negara-negara berkembang perusahaan
dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan lebih besar porsinya
dibandingkan dengan yang kepemilikannya menyebar. Ini terjadi
karena pada negara yang sedang berkembang, perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas masih rendah sehingga
menghambat niat investor kecil untuk membeli saham.
Sinta dan Ahmar (2011) menyebutkan konsentrasi
kepemikan akan memberikan insentif kepada pemegang saham
untuk memonitor tindakan manajemen agar sesuai dengan
kepentingan pemilik. Oleh karena itu, konsentrasi kepemilikan
memberikan manfaat berupa kontrol terhadap manajemen. Namun,
konsentrasi kepemilikan juga dapat menimbulkan potensi kerugian
bagi perusahaan karena menurunkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian