• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.4 Pengungsi dan Pencari Suaka

Ada banyak definisi tentang pengungsi, dari yang paling sempit sampai yang paling luas. Apabila dilihat dari definisi secara harfiah atau bahasa, istilah pengungsi internasional adalah mereka yang lari dari suatu daerah, yang karena ruang lingkupnya internasional, maka mereka melarikan diri dari suatu negara untuk kemudian memasuki wilayah negara lainnya untuk mencari pengungsian. Adapun syaratnya mereka dikatakan sebagai pengungsi internasional secara harfiah adalah mereka haruslah melewati batas wilayah suatu negara ke negara lainnya. Karena apabila mereka tidak melewati batas wilayah negaranya maka bisa dikatakan sebagai pengungsi lokal. Secara harfiah, istilah ini tidak dibedakan alasan mereka pergi dari negaranya, apakah karena alasan perang, bencana alam, ataupun karena alasan ekonomi. Istilah ini menjadi berbeda apabila didefinisikan secara legal atau hukum.

30

Adapun faktor-faktor pendorong yang menyebabkan mereka pergi untuk mengungsi keluar negaranya antara lain :

a. Konflik yang berkepanjangan di negara asal terkait dengan aspek politik, keamanan, sukuisme, dll.

b. Keadaan ekonomi dan kampung halaman yang buruk sebagai akibat dari konflik tersebut (keinginan untuk memperoleh kehidupan yg lebih baik).

c. Bujukan dari agen penyelundupan manusia.

Menurut konvensi PBB tentang pengungsi 1951 pengertian pengungsi adalah:

“(setiap orang yang) yang mempunyai alasan ketakutan dianiaya dengan alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau pendapat politik, karena alasan ketakutan tersebut, mereka memilih untuk berada di luar negara kewarganegaraannya karena negara tidak dapat menjamin perlindungan atas mereka, sehingga mereka tidak memiliki kewarganegaraan dan berada di luar negara asalnya sebagai akibat dari peristiwa tersebut, timbul ketakutan dan tidak ingin kembali ke negara asalnya”

Yang dimaksud pengertian pengungsi diatas adalah orang-orang yang dipojokan atau dikesampingkan karena alasan-alasan ras, kepercayaan, nasionalitas, maupun anggota dari suatu kelompok sosial atau politik; yang berada diluar negaranya dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan dan pemerintah negaranya tidak mampu melindungi dirinya dari perlakuan-perlakuan tersebut. Namun tidak semua orang yang berada dalam keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai pengungsi (diakses melalui http://unhcr.org.au/unhcr/index.php?option=com_content&view=article&id= 179&Itemid=54 pada tanggal 30/08/2013 pukul 23:49 WIB).

Status pengungsi yang sah diberikan oleh badan khusus PBB yaitu UNHCR. Proses yang dibutuhkan seseorang untuk memperoleh status sebagai pengungsi membutuhkan waktu yang sangat lama dan prosedur administrasi yang berbelit-belit, karena itu banyak dari pengungsi memutuskan untuk pergi dan memasuki wialayah negara lain tanpa memiliki surat keterangan pengungsi dari UNHCR. Orang atau kelompok inilah yang dikategorikan sebagai Immigrant Illegal, walaupun sebenarnya mereka adalah bagian dari pengungsi yang tidak dapat kembali ke negara asalnya karena faktor-faktor yang telah disebutkan diatas.

Immigrant Illegal atau imigran gelap yang berstatus pengungsi adalah mereka yang meninggalkan negaranya untuk mendapatkan perlindungan di negara lain dikarenakan dirinya tidak mendapatkan perlindungan di negara asalnya. Pengungsi berhak mendapatkan perlindungan hukum atas hak-hak dan kebebasannya. Perlindungan lainnya bagi pengungsi adalah adanya prisip

non-refoulment dan non rejection at the frontier yang melarang semua negara peserta Konvensi tentang status pengungsi 1951 untuk mengembalikan pengungsi ke negara asalnya selama jiwanya masih terancam.

Selain pengungsi, orang atau kelompok yang paling banyak menyebabkan Immigrant Illegal adalah pencari suaka, pada faktanya suaka merupakan bentuk perlindungan yang diberikan kepada seseorang yang menghadapi penuntutan yang nyata karena alasan-alasan selain dari tindak kejahatan umum, kejahatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip PBB.

32

Kata ”asylon” dalam bahasa Yunani atau ”asylum” dalam bahasa latin

berarti sebuah tempat terhormat dimana seorang yang sedang dikejar berlindung. Berdasarkan alasan baik itu agama dan sipil, hak memberikan perlindungan ini diberikan kepada tempat-tempat ibadah dan kepada negara terhadap seorang warga negara asing yang berada dalam status buronan tanpa mempertimbangkan jenis perbuatan kriminal atau pelanggaran yang telah dilakukannnya. Sehingga, dalam waktu yang lama, kejahatan kejahatan umum (ordinary crime) tidak dapat diekstradisikan. Baru sejak abad ke tujuh belas beberapa ilmuwan termasuk ahli hukum dari Belanda Hugo Grotius membedakan antara kejahatan bersifat politik dan kejahatan umum, selanjutnya status Asylum hanya dapat digunakan oleh mereka yang menghadapi penuntutan (prosecution) karena alasan politik dan keagamaan. Sampai dengan pertengahan abad ke sembilan belas hampir semua Perjanjian Ekstradisi mengakui prinsip non-Ekstradisi terhadap pelaku kejahatan politik, namun dengan pengecualian terhadap mereka yang melakukan kejahatan kejahatan terhadap kepala negara (Soeprapto,2004:38).

Dalam buku “Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional” Sulaiman

Hamid mengungkapkan bahwa :

”Suaka adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara

kepada individu yang memohonnya dan alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah berdasarkan alasan prikemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik dan

Dalam artikel 1 Draft Konvensi tentang teroterial Asylum yang disusun oleh United Nations Group of Experts ditegaskan, kriteria bagi seseorang yang bisa mendapatkan suaka, yaitu :

Sebagai negara peserta, yang berperan dalam urusan internasional dan kemanusiaan, akan mengupayakan yang terbaik untuk memberikan suaka di wilayahnya kepada setiap orang yang didasari ketakutan atas: a. penganiayaan karena alasan ras, agama, kebangsaan,

keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu, atau pendapat politik, atau untuk alasan berjuang melawan apartheid atau kolonialisme.

b. penuntutan atau hukuman yang berat atas tindakan yang timbul dari salah satu keadaan yang terdaftar di bawah (a);

yang menyebabkan tidak mau kembali ke negara asalnya.

Definisi tersebut mempunyai persamaan makna dari definisi pencari suaka menurut UNHCR, pencari suaka adalah :

“Seseorang yang telah membuat klaim bahwa dia adalah seorang pengungsi, dan sedang menunggu proses penerimaan status atas klaim tersebut. Istilah ini menggambarkan bahwa seseorang telah mendapatkan tempat tinggal sementara selama proses klaim tersebut”

Dari beberapa definisi diatas, pencari suaka adalah seorang pengungsi yang sedang menunggu persetujuan mengenai permintaan yang telah dibuatnya dari negara tujuan, yang mana seseorang atau kelompok tersebut meninggalkan dari negara asalnya dikarenakan mereka merasa tidak nyaman atas kelangsungan hidup mereka di negara asalnya yang disebabkan dari ketidakstabilan politik, konflik yang berkepanjangan, pelanggaran HAM dan lain sebagainya (diakses melalui www.unhcr.org/509a836e9.pdf pada tanggal 31/08/2013 pukul 01.50 WIB).

2.2.4.1 Perbedaan antara Pengungsi dan Pencari Suaka

Pengungsi (refugee) adalah status personal yang diberikan kepada seseorang berdasarkan hukum internasional yang berlaku,

34

sehingga seseorang dengan status sebagai pengungsi memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagaimana diatur oleh hukum internasional. Sedangkan pencari suaka adalah seseorang yang kepadanya prinsip dasar suaka diberlakukan. Seorang penerima suaka pada akhirnya dapat diberikan status sebagai pengungsi.

Dalam prakteknya batasan antara pengungsi dan pencari suaka sangat kabur, terutama dalam kondisi dimana terdapat pencari suaka dalam jumlah yang sangat besar, kedua status sebagai pengungsi dan pencari suaka seringkali melekat pada orang yang sama. Status sebagai pengungsi merupakan tahap berikut dari proses pencarian suaka di luar negara asal seorang pengungsi sekaligus adalah seorang pencari suaka, karena sebelum seseorang diakui sebagai pengungsi, dia adalah seorang pencari suaka, sebaliknya pencari suaka belum tentu seorang pengungsi. Pencari suaka baru menjadi pengungsi setelah diakui statusnya oleh instrument hukum internasional dan hukum nasional (Soeprapto,2004: 20).

Seorang pencari suaka yang meminta perlindungan akan dievaluasi melalui prosedur penentuan status pengungsi atau Refugee Status Determination (RSD), yang dimulai sejak tahap pendaftaran atau registrasi pencari suaka. Selanjutnya setelah registrasi, UNHCR dibantu dengan penerjemah yang kompeten melakukan interview terhadap pencari suaka tersebut. Proses interview tersebut akan melahirkan alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan apakah

status pengungsi dapat diberikan atau ditolak. Pencari suaka selanjutnya diberikan satu buah kesempatan untuk meminta banding atas permintaannya akan perlindungan internasional yang sebelumnya ditolak.

2.2.5 Pendekatan HAM dan Hukum Internasional dalam konteks urusan

Dokumen terkait