• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan united nation high commissioner for refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia 2008-2011"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Hegar Julius Budi Hartono

Nama Pangilan : Hegar, Ega

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 20 Juli 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 085624388240

Status : Belum menikah

Nama Ayah : Pudiono

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Imas Rohaeti

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Kebon Kopi Komplek LPK Pasundan No.138 Rt.06 Rw.28 Kel. Cibeureum, Cimahi Selatan, Kota Cimahi 40535

Moto : “Kesabaran menolong setiap pekerjaan”

(5)

166

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2008-2013

Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Berijazah

2. 2000-2006 PMDG Darussalam Gontor Berijazah

3. 1994-2000 SDN Cibeureum XI Berijazah

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 Pelatihan Latihan Dasar

Kepemimpinan Prodi HI Bersertifikat

2. 2010 Table Manner Course di Hotel

Golden Flower Bandung Bersertifikat

3. 2005 Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) PMDG “Daarul Ma’rifat” Kediri Jawa Timur Bersertifikat

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008-2009 Anggota Div. Kerohanian HIMA Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional -

2. 2008-2009 Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan

Internasional Bandung -

4. 2006 Pengurus Bagian Pertamanan OPPM Gontor 3

Kediri -

5. 2005 Pengurus Bagian Olahraga OPPM Gontor 3

Kediri -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011

Peserta, Seminar Net Preneur : Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet, Auditorium Miracle

UNIKOM Bersertifikat

2. 2011

Lokakarya Nasional “Reformasi Dewan Keamanan PBB”

Peserta, Seminar Kewarganegaraan “Proud To Be Indonesian : Generasi Kebanggaan Bangsa. Auditorium Miracle UNIKOM

(6)

6. 2012

Peserta, Seminar “Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda”. Auditorium Miracle UNIKOM

Bersertifikat

7. 2012

Simulasi Sidang ASEAN “Asean Community Building 2015’. Auditorium Miracle UNIKOM

Bersertifikat

PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007-2008 Guru Magang PPM Daaru Ulil Albab Tegal -

2. 2008-2011 Kurir Pudi Multi Karya -

KEAHLIAN/BAKAT

No. Uraian

1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Maintenance Hardware & Software 3. Bahasa Inggris Aktif & Pasif 4 Adobe Photoshop, Corell Draw 5. Internet

Bandung, 11 September 2013

Hormat Saya

(7)

PERANAN UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER

FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MENANGANI

MASALAH PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DI

INDONESIA 2008-2011

Role of The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) in handling problems Refugees and Asylum Seekers in Indonesia

2008-2011

Skripsi

Diajukan untuk menempuh sidang Strata-1

Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

HEGAR JULIUS BUDI HARTONO

NIM. 44308003

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(8)

vi

Subhanawata’ala atas izin dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini,

serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad

S.A.W. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini, banyak menemukan

kesulitan dan hambatan yang disebabkan keterbatasan dan kemamupuan peneliti dan

disertai keinginan kuat dan usaha yang sungguh serta do’a, maka akhirnya penelitian

ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk kedua orang tua yang aku sayangi dan hormati, Bapak Pudiono dan

mamah Imas Rohaeti terima kasih atas segala do’a, dukungan, nasihat dan kasih

sayangnya yang luar biasa, serta dukungan moral dan materil. Peneliti menyadari

sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu

penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan

rasa terima kasih yang mendalam dan sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung,

yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi.

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya. Dra yang telah menjadi dosen

pembimbing peneliti dengan memberikan pengarahan penyusunan skripsi

(9)

vii

atas kesabarannya dalam menghadapi dan membimbing saya, baik dalam

masa proses pembuatan usulan penelitian hingga detik-detik akhir skripsi

untuk disidangkan.

3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si Ketua Prodi Hubungan

Internasional UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam proses revisi

skripsi serta berjalannya usulan penelitian hingga sidang akhir penelitian.

Terima kasih atas bimbingannya selama ini serta dedikasi dan

pengertiannya .

4. Yth. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Hubungan Internasional

UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam memberikan arahan pada

masa revisi bimbingan skripsi diantaranya Bapak H. Budi Mulyana.

S.IP., M.Si, Ibu Dewi Triwahyuni. S.IP., M.Si dan Ibu Sylvia Octa

Putri. S.IP.

5. Yth. Dwi Endah Susanti. S.E (Teh Uwi) Sekretariat Jurusan Hubungan

Internasional UNIKOM yang tanpa lelah membantu peneliti dalam

membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan

selama proses skripsi.

6. Yth. Kepala staff Associate External Relations Staff / Public

Information Officer UNHCR Jakarta yang telah memberikan

kesempatan peneliti untuk melakukan kunjungan penelitian.

7. Untuk keluarga tercinta, terima kasih banyak kepada kakak-kakak

(10)

menyemangati dan mendo’akan peneliti selama ini, dan tidak lupa juga

kepada Mukharomah, dan teman-teman di Kaylanet serta di Tresna Bakti

yang selalu menyemangati peneliti dalam menulis skripsi ini.

8. Sahabat peneliti, Budi Santoso, Akbarizal Alireksa, Reza Fauzan Anas,

Beatrice Dian, Nadea Lady dan Adi Wardana untuk dukungan,

kekompakan, kebersamaan dan persahabatan yang luar biasa.

9. Teman-teman HI angkatan 2008 yang sudah lulus lebih dulu yang selalu

menyemangati peneliti khususnya kepada Alfian Al Ayuby Pelu. S.IP,

Chrisnanta Amijaya. S.IP, Fahmi Frizana Sinaga. S.IP dan Wenaldy

Andarisma. S.IP, serta Intan Sarah Augusta tetap semangat mba,

Ardhito Rahadyan dan Adik tercinta Fitria Budi Widya Hanny cepat

lulus yah neng. Serta seluruh mahasiswa Hubungan Internasional

Angkatan 2006-2012 terima kasih atas pertemanan dan dukungannya.

10.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan

penelitian skripsi yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan

penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian

kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap kepada siapa saja (terutama mahasiswa Hubungan

(11)

ix

subjek/objek yang serupa agar mampu membuat penelitian yang lebih baik

dari apa yang peneliti telah susun.

Terima kasih atas saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 23 Agustus 2013

(12)

x

LEMBAR PERSEMBAHAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.2.1 Rumusan masalah mayor ... 11

1.2.2 Rumusan masalah minor ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

(13)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.2 Kerangka Pemikiran ... 18

2.2.1 Hubungan Internasional... 18

2.2.2 Organisasi Internasional ... 20

2.2.2.1 Peranan Organisasi Internasional ... 24

2.2.3 Kerjasama Internasional ... 26

2.2.4 Pengungsi dan Pencari Suaka ... 29

2.2.4.1 Perbedaan antara Pengungsi dan Pencari Suaka ... 33

2.2.5 Pendekatan HAM dan Hukum Internasional dalam konteks urusan pengungsi... 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Objek Penelitian ... 39

3.1.1 United Nations High commissioner for Refugees (UNHCR) ... 39

3.1.1.1 Sejarah dan Perkembangan UNHCR ... 39

3.1.1.2 Instrumen Dasar UNHCR ... 44

3.1.1.2.1 Konvensi tahun 1951 tentang Status Pengungsi .... 44

3.1.1.2.2 Protokol tahun 1967 tentang Status Pengungsi ... 46

3.1.1.3 Tugas dan Tujuan Utama UNHCR ... 47

3.1.1.3.1 Perlindungan Internasional ... 48

3.1.1.3.2 Pemberian Solusi kepada Pengungsi ... 49

3.1.1.3.2.1 Repatriasi ... 50

(14)

3.1.1.3.2.3 Pemukiman kembali ke Negara ketiga ... 52

3.1.1.4 Pendanaan bagi Aktivitas UNHCR ... 53

3.1.1.5 Prosedur UNHCR dalam proses penentuan status pengungsi ... 54

3.1.1.5.1 Refugee Status Determination (RSD) ... 56

3.1.1.5.2 UNHCR Asylum Seeker Certificate ... 61

3.1.1.5.3 UNHCR Refugee Certificate ... 62

3.1.1.6 Pedoman persyaratan UNHCR dalam menentukan status pengungsi/Eligibility ... 63

3.1.2 Kondisi Umum Pengungsi dan Pencari Suaka di Indonesia ... 66

3.2 Metode Penelitian ... 74

3.2.1 Desain Penelitian ... 74

3.2.1.1 Informan Penelitian ... 75

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 76

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 76

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 77

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 77

3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Program UNHCR di Indonesia ... 80

4.1.1 Penentuan Status Pengungsi ... 80

(15)

xiii

4.1.3 Kemitraan & Pelayanan Komunitas ... 83

4.1.4 Solusi Jangka Panjang ... 84

4.1.5 Keadaan Tanpa Kewarganegaraan ... 86

4.1.6 Perlindungan ... 87

4.2 Kerjasama UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia ... 88

4.2.1 Kerjasama UNHCR dengan Pemerintah Indonesia ... 88

4.2.2 Kerjasama UNHCR dengan NGO / LSM ... 90

4.3 Kendala yang dihadapi UNHCR dalam menjalankan program-programnya di Indonesia ... 91

4.4 Peranan UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka yang berada di Indonesia ... 94

4.4.1 UNHCR berperan sebagai Inisiator ... 94

4.4.1 UNHCR berperan sebagai Fasilitator ... 96

4.4.1 UNHCR berperan sebagai Determinan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 120

(16)

114

dan Hukum Internasional (Suatu Kajian Perbandingan). Jakarta. UNHCR Indonesia.

Archer, Clive. 2003. 3rd edition International Organization. London, New York. Routledge

Baylis, John and Steve Smith. 2008. The Globalizations of World Politics. UK. Oxford University Press.

Burchill, Scott and Andrew Linkalter. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa Media.

Carlsnaes, Walter, Thomas Risse, & Beth A. Simmons. 2002. Handbook of Intenational Relations. London. Penguin Books.

Fandi, Ahmad dan Tim Setia Kawan. 2004. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Pertama – Ke Empat (1999 – 2002). Jakarta. Setia Kawan.

Feller, Erika, Volker Turks & Frances Nicholson. 2003. Refugee Protection in International Law : UNHCR’s Global Consultations on International Protecting. Cambridge.

Goodwin Gill. 2002. Refugee Identity and Protection’s Fanding Prospect. 2nd ed. Oxford, Clarendon Press.

Griffits, Martin, Terry O’Callaghan, & Steven C. Roach. 2008. 2nd edition. International Relation: The Key and Concepts.London & New York. Taylor and Francis Group.

Holsti.K.J 2011. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis Edisi ke-4 Jilid II. Jakarta. Penerbi Erlangga.

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Kartasasmita, Koesnadi. 2002. Administrasi Internasional. Bandung. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi

Mas’oed, Moechtar. 2000. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin, dan Metodologi. Jakarta. Pustaka LP3ES.

(17)

115

Nasir, Muhammad. 2003. Metodologi Penelitian. cetakan keempat Jakarta. Galia Indonesia.

Robert, Jackson dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Romsan, achmad. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung. Sanic Offset

Rudy, Teuku May. 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global. Bandung. PT.Refika Aditama.

______________ 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. PT.Refika Aditama.

______________ 2011. Pengantar Ilmu Politik. Bandung. PT. Refika Aditama Strarke, J.G. 2001, Pengantar Hukum Internasional I Edisi ke-10. Jakarta. PT.

Sinar Grafika

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Soeprapto, Enny. 2002. Lembaga Suaka dan Perlindungan Pengungsi Jakarta. Raja Grafindo Persada.

______________2002. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sugiono, Muhadi. 2006. Global Governance Sebagai Agenda Penelitian Dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R & D. Bandung. Alfabetis.

Wagiman. 2012. Hukum pengungsi Internasional. Jakarta. Sinar Grafika

B. JURNAL DAN KARYA ILMIAH

Havid Ajat Sudrajat, Pengungsi dalam Kerangka Kebijakan Keimigrasian Indonesia.FH UI Vol.2 No.1 Oktober 2004

Januari Nani. Peran United Nations High of Commissioner for Refugees

(18)

Jaquement Stephane, Mandat dan Fungsi dari Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR). Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol. 2 No.1 Oktober 2004.

Jessica Rodger, Defining the Parameters of the Non-Refoulement Principle, LLM Research Paper, Faculty of Law, Victoria University of Wellington.2005

Pramono Aris, Peran UNHCR dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh, FISIP UI,2010.

Soeprapto Enny, Promotion of Refugee Law in Indonesia, Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol.2 No.1 Oktober 2004.

Setianingsih Suwardi Sri, Aspek Hukum masalah pengungsi internasional Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol.2 No.1 Oktober 2004.

C. DOKUMEN

1950 Statute of the Office of the UNHCR. UN General Assembly Resolutions 428 (V). 14 December 1950

Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Mengintegrasikan pendekatan berbasis hak dalam fungsi-fungsi legislative. Demos. 2010

Lembar Fakta No. 20 “Hak Asasi Manusia dan Pengungsi” PUSHAM UII.

UNHCR, An Introduction to Intern Protection : Protecting persons of concern to UNHCR, Geneva, 2005.

UNHCR, Ehancing The Independence of The Office of The Inspector General, Informal Consultative meeting, Geneva, 2005.

UNHCR Information Paper, mengupayakan penyelesaian masalah, Jakarta, 2008.

UNHCR. Procedural Standard fo RSD under UNHCR’s Mandate, 2007.

UNHCR. Protecting Refugees the role of UNHCR. Media Relations and Public Service. 2009.

D. WEBSITE

Bali Proses di akses melalui http://www.unhcr.or.id/id/bali-process-id

[22/07/13].

(19)

117

Church World Service diakses melalui http://www.cwsindonesia.or.id/en/who-we-are/ [22/07/13].

Data Pengungsi dan Pencari Suaka yang ada di Indonesia periode 2008– 2011

diakses melalui http://popstats.unhcr.org/PSQ_POC.aspx [24/07/13].

Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2008

http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2008/08-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].

Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2009

http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2009/09-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].

Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2010

http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2010/10-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].

Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2011

http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2011/11-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].

Data statistic population online diakses melalui www.unhcr.org/statistics/populationdatabase [31/03/13].

Indonesia Perlu Ratifikasi Konvensi Tentang Pengungsi diakses Melalui http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/indonesia-perlu-ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi [29/9/12].

Instrumen dasar UNHCR diakses melalui

http://himahiunhas.org/index.php/kajian-strategis/isu-isu-internasional/51-pengungsi [04/01/2013].

Imigran Ilegal Saat Diketahui Berada Di Indonesia Dikenakan Tindakan Keimigrasian diakses melalui http://www.imigrasi.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=375&Itemid=34 [29/9/12].

Kemitraan & Pelayanan Komunitas diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/kemitraan-a-pelayanan-komunitas [10/12/12].

(20)

Konvensi tentang pengungsi diakses melalui

www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/indonesia-perlu-ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi [22/04/2013].

Mandat Statelessness UNHCR diakses Melalui

http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/keadaan-tanpa-kewarganegaraan [10/12/12].

Merajut Kisah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang diakses melalui www.travel.kompas.com/read/2009/03/03/11194614/Merajut.Kisah.P engungsi.Vietnam.di.Pulau.Galang[15/01/13].

Penentuan Status Pengungsi diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/penentuan-status-pengungsi [10/12/12].

Pencari Suaka diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka [10/12/12].

Pengungsi terdampar di pulau Nias diakses melalui http://harianandalas.com/Hukum-Kriminal/Puluhan-Pengungsi-Sri-Lanka-Terdampar-di-Nias-2-Tewas [04/09/2013].

Perlindungan Pengungsi di Indonesia diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan [10/12/12].

Populasi data online diakses melalui www.unhcr.org/statistics/populationdatabase [31/03/13].

Relasi dengan Pemerintah & Peningkatan Kapasitas diakses Melalui

http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/relasi-dengan-pemerintah-a-peningkatan-kapasitas [10/12/12].

Solusi Jangka Panjang di Indonesia diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/solusi-jangka-panjang [10/12/12].

Sumber dana UNHCR diakses melalui www. UNHCR.org/page/49c3646c119.html [31/03/2013].

UNHCR berperan sebagai Inisiator diakses melalui http://www.unhcr.or.id/id/hari-pengungsi-sedunia-2012 [30/08/2013].

(21)

119

UNHCR memfasilitasi tenaga pengajar sukarela diakses melalui http://jrs.or.id/vacancies/english-tutor-volunteer-bogor-jawa-barat/ [01/09/2013].

(22)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk

melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

integrasi dalam komunitas international. Integrasi tersebut mengacu pada

hubungan antar negara-negara yang interdependen, dimana perilaku sebuah

negara dalam komunitas internasional sangat mempengaruhi hubungan dan

kondisi negara lain (Kegley, 2004: 15).

Ilmu Hubungan Internasional sebagai studi yang tidak hanya mempelajari

hubungan antar negara, namun juga menekankan pada hubungan transnasional

yang melibatkan masyarakat, kelompok, dan organisasi. Walaupun demikian,

keberadaan sebuah negara tetap menjadi aktor penting dalam dinamika nasional.

Negara sebagai aktor utama yang bertugas untuk memperjuangkan serta

melindungi kehidupan warga negaranya. Ketika menyangkut kesejahteraan hidup

masyarakatnya, baik di dalam maupun di luar wilayah kedaulatan negara tersebut.

Aktor negara merupakan aktor utama dalam kancah perpolitikan dunia.

Namun, dewasa ini muncul aktor-aktor lain yang mempunyai peranan besar dalam

menentukan stabilitas politik dunia. Aktor tersebut antara lain Organisasi

Internasional yang saat ini sudah menjadi bagian dari subbidang kajian studi

Hubungan Internasional. Organisasi Internasional dapat didefinisikan sebagai

(23)

2

suatu kondisi bagi pembentukan perangkat institusional guna mendukung

kerjasama diantara anggota-anggotanya dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial

dan bidang-bidang lainnya .

Isu kemanusiaan dalam kurun waktu satu abad ini telah menjadi salah satu isu

penting dan sentral dalam dunia internasional. Sepanjang seratus tahun terakhir

banyak konflik, peperangan dan bencana alam yang berujung pada rusaknya

nilai-nilai kemanusiaan. Sejak Perang Dunia pertama dan kedua di ikuti oleh perang

dingin, menyusul berbagai konflik internal atau perang saudara yang merata di

seluruh belahan dunia, banyak manusia dan harta benda yang menjadi korban.

Salah satu dampak yang paling nyata terlihat adalah timbulnya banyak pengungsi

di seluruh dunia. Akibat perang banyak warga sipil yang terpaksa meninggalkan

tempat tinggalnya mengungsi ke wilayah atau negara lain. Para pengungsi ini

berpindah ke tempat yang baru tanpa jaminan yang layak bagi segala aspek

kehidupannya. Masalah pengungsi ini telah menjadi perhatian khusus dunia,

dalam hal ini negara dan organisasi internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) sebagai salah satu organisasi internasional yang yang menjadi wadah

kerjasama terkemuka di dunia, dan juga melihat permasalahan pengungsi ini

sebagai masalah sentral dan isu internasional. Dan untuk memfokuskan perhatian

dunia international terhadap perlindungan pengungsi, pada tanggal 10 Desember

1948 di Paris, Perancis, PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human

Right yang merupakan hasil rancangan Economic and Social Council (ECOSOC)

sebagai bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia yang bersifat

(24)

Deklarasi tersebut berisikan hak-hak yang melekat pada diri setiap manusia

sehingga mereka diakui kemanusiaannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras,

warna kulit, bahasa, agama, politik, status sosial, kekayaan dan kelahiran. Namun

deklarasi tersebut, dirasa belum cukup untuk menjamin adanya perlindungan

terhadap para pengungsi di suatu negara, terutama jika terjadi konflik internal.

Sehingga diperlukan respon dari dunia internasional secara langsung dalam

menangani masalah perlindungan terhadap pengungsi tersebut. Untuk itulah PBB

membentuk komisi khusus United High Commissioner for Refugee (UNHCR)

yang mulai beroperasi menangani permasalahan pengungsi sejak 1 Januari 1951.

UNHCR merupakan organisasi internasional yang diberi mandat oleh PBB

untuk melindungi dan menyelesaikan permasalahan para pengungsi. Organisasi

ini bermarkas di Jenewa, dan mempunyai dua tujuan mendasar dan saling

berhubungan. Pertama, melindungi pengungsi dan kedua, mencari solusi

bagaimana membantu para pengungsi membangun kembali kehidupan mereka

dalam lingkungan yang normal.

Ketidakstabilan politik serta konflik yang berkepanjangan di beberapa

belahan dunia, utamanya di negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah, Asia

Barat, dan Asia Selatan telah menciptakan ancaman atas kehidupan

masyarakatnya, Sehingga penghidupan yang layak tidak dapat di peroleh lagi

oleh warga negaranya dan mendorong masyarakatnya untuk melakukan

perpindahan ke negara lain. Negara tujuan utama para pengungsi dan pencari

suaka tersebut adalah negara-negara maju. Penyelesaian masalah immigrant

(25)

4

(asylum seeker) dan pengungsi (refugee) semakin meningkat, menurut data

UNHCR pada tahun 2010 tercatat 2882 imigran gelap yang masuk ke Indonesia

(diakses melaui http://www.imigrasi.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=375&Itemid=34 pada tanggal 29/11/2012

pukul 21.42 WIB).

Masuknya immigrant illegal ke wilayah Indonesia yang jumlahnya cenderung

meningkat, dapat menimbulkan gangguan kehidupan sosial, keamanan dan

ketertiban masyarakat. Tidak menutup kemungkinan mereka disusupi oleh

kegiatan terorisme internasional, people smuggling dan trafficking in person atau

kegiatan kriminal lainnya. Untuk mencegah terjadinya hal negatif tersebut, maka

penanganan immigrant illegal ini harus dilakukan dengan baik melalui

pengamanan (maximum security) serta penegakan kedaulatan Negara yang

berdasarkan ketentuan hukum nasional dan internasional.

Secara internasional, penanganan pengungsi diatur dalam Konvensi 1951 dan

Protokol 1967. Namun Indonesia sampai dengan saat ini, belum meratifikasi

keduanya. Dengan demikian pemerintah Indonesia memberikan wewenang bagi

UNHCR untuk menjalankan aktivitas mandatnya di Indonesia untuk melindungi

dan untuk mengatasi permasalahan pengungsi.

Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia

menjadi negara tujuan bagi para pemohon suaka dan pengungsi internasional.

Menurut data UNHCR, pada tahun 2011, terdapat sebanyak 4239 pengungsi dan

pencari suaka yang terdaftar di UNHCR. Mereka berasal dari Afghanistan, Sri

(26)

http://indonesia.ucanews.com/2012/07/09/imigran-gelap-banjiri-indonesia pada

tanggal 31/03/2013 pukul 09.47 WIB).

Dari data tersebut, dapat kita asumsikan bahwa Indonesia merupakan tempat

strategis, baik sebagai tempat mengungsi maupun sebagai tempat transit para

pengungsi. Hal ini mestinya menjadi faktor yang melatarbelakangi adanya

kebutuhan yang penting dan mendesak yang perlu diakomodir oleh pemerintah,

karena sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang status

pengungsi.

Perlindungan pengungsi merupakan jaminan bagi mereka yang teridentifikasi

sebagai pengungsi yang dilindungi dari refoulement (pemulangan paksa ke negara

asal mereka dimana nyawa dan kebebasan mereka terancam atau teraniaya).

Pemerintah Indonesia memberikan dukungan yang besar terhadap proses suaka,

hal ini didasarkan pada ketentuan Direktorat Jenderal Imigrasi pada September

2010, untuk melindungi orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR dari

ketentuan refoulement atau pemulangan kembali ke negara asal, serta menjamin

akses ke UNHCR dan mengizinkan mereka untuk secara sementara tinggal di

Indonesia selama menunggu solusi jangka panjang.

Secara umum, pemerintah Indonesia akan mengijinkan pencari suaka untuk

diproses UNHCR, yang akan menjalankan prosedur penentuan status pengungsi

atau Refugee Status Determination (RSD). Mereka yang teridentifikasi sebagai

orang yang membutuhkan perlindungan internasional, akan dibantu oleh UNHCR

dan diberi izin tinggal sementara di Indonesia oleh pemerintah selama mereka

(27)

6

Sejauh ini pemerintah Indonesia belum memiliki mekanisme nasional untuk

menangani pengungsi dan pencari suaka. Di tingkat lapangan, aparat pemerintah

kita seringkali mengalami kebingungan dalam menangani pengungsi dan pencari

suaka yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Mereka dipandang

sebagai immigrant illegal yang melanggar hukum imigrasi Indonesia. Mereka pun

ditahan oleh otoritas imigrasi Indonesia di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim)

Indonesia yang tersebar di 13 lokasi.

Selama ditahan, status mereka sebagai pengungsi ditentukan oleh UNHCR.

Jika mereka memperoleh status sebagai pengungsi, UNHCR akan memberikan

perlindungan internasional kepada mereka dengan memfasilitasi pemulangan

pengungsi secara sukarela atau integrasi sosial di negara baru. Adapun

perlindungan internasional yang dimaksud mencakup pencegahan pemulangan

secara paksa, bantuan dalam memproses pencarian suaka, bantuan dan nasihat

hukum, pemajuan penyelenggarakan keamanan fisik bagi pengungsi, pemajuan

dan membantu pemulangan kembali secara sukarela, dan membantu para

pengungsi untuk bermukim kembali (Pasal 8 Statuta UNHCR).

Pemerintah Indonesia tidak dapat menentukan sendiri status mereka karena

Pemerintah Indonesia bukanlah negara pihak yang menandatangani dan

meratifikasi Konvensi 1951 ataupun Protokol 1967 tentang status pengungsi.

Situasi ini menjadi rumit karena penentuan status oleh UNHCR dapat memakan

waktu yang sangat lama. Hal ini berimbas pada beban anggaran negara yang

makin membengkak untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan

(28)

Di samping itu, selama menunggu proses penentuan status pengungsi oleh

UNHCR, para pengungsi dan pencari suaka ditahan di Rudenim. Kondisi

Rudenim tak ubahnya seperti penjara, padahal mereka bukanlah pelaku kriminal,

mereka justru korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di negara asalnya.

Penempatan mereka di Rudenim yang mirip penjara telah melahirkan persoalan

pada pelanggaran HAM para pengungsi dan pencari suaka tersebut. Banyak di

antara mereka yang mengalami tekanan psikologis dan berkeinginan kuat untuk

bunuh diri atau kabur dari Rudenim. Pada tanggal 13 November 2011, sebanyak

13 pengungsi dan pencari suaka kabur dari Rudenim Tanjungpinang, seorang dari

mereka gagal menembus kawat berduri Rudenim dan tewas, sementara seorang

lainnya yang juga gagal kabur mengalami luka parah (http://

www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/ indonesia-perlu

ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi Diakses tanggal 29/11/2012 pada 21.55 WIB ).

Ada beberapa instrumen hukum internasional yang menekankan pentingnya

perlindungan bagi pengungsi dan pencari suaka, yaitu Deklarasi Universal

Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM), Konvensi 1951, dan Protokol 1967. Pasal 9, 13,

dan 14 DUHAM, terhadap hak-hak dan kebebasan dasar para pengungsi dan

pencari suaka. Pasal 9 DUHAM menyatakan bahwa tidak seorangpun dapat

menjadi sasaran penangkapan yang sewenang-wenang, penahanan atau

pengasingan. Kemudian Pasal 13 DUHAM (dipertegas Pasal 12 Konvenan

Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) menyatakan bahwa setiap orang

berhak atas kebebasan bergerak dan tinggal di dalam batas-batas wilayah setiap

(29)

8

kembali ke negaranya. Sementara itu, Pasal 14 DUHAM menyatakan bahwa

setiap orang berhak mencari dan menikmati suaka di negara lain akibat

pengejaran.

Jaminan perlindungan hak-hak pengungsi dan pencari suaka diperkuat oleh

Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang status pengungsi. Kedua instrumen

hukum internasional ini memberikan rincian tentang definisi dan status pengungsi,

hak-hak pengungsi, termasuk hak untuk dilindungi dari pemulangan paksa atau

pemulangan kembali ke negara asalnya di mana kehidupan dan kebebasan mereka

terancam.

Pada lingkup nasional, instrumen atau peraturan perundang-undangan

nasional sudah memberikan jaminan perlindungan bagi penghormatan dan

perlindungan pencari suaka. Adapun jaminan itu tertuang dalam Undang-Undang

Dasar 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Hak untuk mencari dan

mendapatkan suaka dijamin melalui ayat 2 pasal 28G UUD 1945 yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan

perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh

suaka politik dari negara lain. Pada ayat 1 juga dinyatakan bahwa setiap orang

berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta

benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan

dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Ayat ini secara

implisit mengakui bahwa setiap orang dapat berada dalam situasi ketakutan yang

mendorong dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk

(30)

Jaminan hak untuk memperoleh suaka yang ada dalam konstitusi tersebut

diperkuat pasal 28 UU No. 39 Tahun 1999. Disebutkan pada pasal ini bahwa

setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari

negara lain. Namun hak ini tidak berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan

nonpolitik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB.

Demikianlah, perlindungan bagi hak-hak pengungsi dan pencari suaka

mempunyai landasan hukum yang jelas, baik secara internasional maupun

nasional. Meskipun demikian, sejauh ini Pemerintah Indonesia belum memiliki

kebijakan yang komprehensif dalam menangani pengungsi dan pencari suaka. Hal

ini berimbas pada tidak adanya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama yang tepat

dalam menangani pengungsi dan pencari suaka di antara aparat penyelenggara

negara. Di samping itu, Pemerintah Indonesia sampai saat ini bukanlah negara

pihak yang menandatangani Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967,

sehingga Pemerintah Indonesia mengalami kesulitan dalam menangani pengungsi

dan pencari suaka.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

meneliti masalah tersebut dan memilih organisasi internasional sebagai kajian

bahan skripsi . Dalam penelitian ini penulis membuat skripsi dengan judul :

“Peranan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)

dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia

2008-2011”

Peneliti mengambil rentang waktu penelitian dimulai sejak tahun 2008,

(31)

10

UNHCR pada tahun tersebut arus para pengungsi dan pencari suaka yang masuk

ke wilayah Indonesia meningkat drastis, pada tahun 2008, Indonesia kedatangan

hanya 726 orang pencari suaka dan pengungsi, kemudian di tahun 2011, jumlah

pengungsi dan pencari suaka meningkat hingga kurang lebih dari 500 %, dengan

jumlah sebanyak 4239 orang. Peningkatan kedatangan pencari suaka dari tahun ke

tahun, dipicu oleh situasi di beberapa negara yang dilanda konflik

berkepanjangan, sehingga memaksa mereka untuk berpindah dan mencari tempat

yang lebih aman untuk kelangsungan hidup yang lebih baik. Ketertarikan peneliti

terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata kuliah ilmu hubungan

internasional yaitu antara lain:

1. Hubungan Internasional, mata kuliah yang membahas tentang hubungan antar

aktor-aktor di dunia internasional yang saling berinteraksi. Negara merupakan

aktor dari hubungan internasional, namun organisasi internasional pun dapat

menjadi salah satu aktor dalam hubungan internasional.

2. Isu-isu Global, mata kuliah yang membahas isu-isu yang menjadi sorotan dari

para pemangku kebijakan dan sejumlah besar pemerintah, atau bahkan yang

menjadi sorotan pers dunia, secara terus menerus seperti masalah hak asasi

manusia, gender, lingkungan hidup dan juga terorisme.

3. Organisasi dan Administrasi Internasional, Mata kuliah ini membantu

menjelaskan peranan oganisasi internasional dalam membantu menyelesaikan

(32)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana peranan United Nations High Commissioner for

Refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari

suaka di Indonesia pada tahun 2008 - 2011?”

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

Rumusan masalah mayor kemudian diturunkan menjadi rumusan minor,

dimana dalam menilai peranan sebuah organisasi dapat dilakukan dengan

menekankan pada pencapaian organisasi dalam mencapai tujuannya, di mana

tujuan daripada UNHCR adalah melindungi pengungsi dan mencarikan solusi

dalam membantu para pengungsi membangun kembali kehidupan mereka

yang normal.

Dalam mencapai sasaran atau tujuan tersebut, UNHCR menetapkan dan

menjalankan program dan tentunya program-program tersebut berlandaskan

kepada tujuan dari UNHCR itu sendiri. Rumusan tersebut berupa:

1. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh UNHCR dalam menangani

masalah pengungsi dan pencari suaka yang ada di Indonesia?

2. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh UNHCR dalam

menjalankan program-programnya?

3. Sejauh mana peranan UNHCR dalam menangani permasalahan pengungsi

(33)

12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peranan

United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) dalam menangani

masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia pada tahun 2008- 2011.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan

UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui berbagai faktor kendala yang dihadapi oleh UNHCR

dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia.

3. Untuk mengetahui sejauh mana peranan UNHCR dalam menangani

permasalahan pengungsi dan pencari suaka yang ada di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Diharapkan dapat berguna untuk menguji konsep-konsep yang

dipergunakan dalam studi hubungan internasional, dalam menjelaskan

berbagai fenomena terkait kerjasama internasional pada pola kerjasama

organisasi internasional dalam memberikan bantuan terhadap negara yang

(34)

1.4.2Kegunaan Praktis

1. Diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan kajian

lebih lanjut bagi para mahasiswa dan penggiat hubungan internasional.

2. Dapat menjadi bahan referensi, masukan, dan tambahan pengetahuan

bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian dengan tema yang

relevan.

(35)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Erika Feller, Volker Turk, dan Francer Nicholson didalam Refugee Protection in International law : UNHCR’s Global Consultations on Intenational

Protection. Meneliti kasus tentang pengungsi dan pencari suaka yang berada di

Indonesia dengan tujuan suaka ke Australia. UNHCR sebagai organisasi

internasional tentu saja memiliki fungsi dan peranan sebagai sebuah organisasi

internasional yang mengatur permasalahan pengungsi maupun pencari suaka.

Menurut Konvensi 1951 tentang status pengungsi dan Protokol 1967 dalam

menjalankan mandatnya, UNHCR berperan sebagai sebuah sarana ataupun aktor

netral bagi Indonesia dan Australia untuk menyelesaikan permasalahan pencari

suaka secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui beberapa langkah,

tahap, ataupun proses dalam program penanganan permasalahan pencari suaka

(Feller, 2003:3)

Sedangkan dalam penelitian ini, UNHCR sebagai organisasi internasional

menempatkan posisinya sebagai mitra kerja Indonesia dalam menangani

permasalahan pengungsi dan pencari suaka yang berada di Indonesia dengan

memberikan perlindungan dan jaminan keselamatan selama berada di Indonesia,

dan mencarikan solusi terbaik bagi mereka yang terdaftar sebagai pengungsi yang

sesuai dengan statuta UNHCR. Sekaligus, UNHCR menjadi badan yang

(36)

belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang status pengungsi dan Protokol 1967

dan Indonesia tidak memiliki kerangka hukum dan sistem penentuan pengungsi

yang jelas di Indonesia.

Menurut Aris Pramono dalam penelitiannya yang berjudul “Peran UNHCR

dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh” menyatakan bahwa kasus

etnis Rohingya yang pada awalnya hanya kasus domestik Myanmar, kemudian

menjadi kasus yang diangkat ke forum internasional dan menjadi salah satu

agenda yang harus dibahas dan dicari penyelesaiannya oleh masyarakat

internasional. Aktor internasional yang berperan dalam kasus ini salah satunya

adalah UNHCR, yang merupakan organisasi PBB yang memberikan perlindungan

dan bantuan kepada pengungsi di dunia. Dalam penanganan pengungsi Rohingya,

UNHCR berperan sebagai inisiator setelah pemerintah Bangladesh meminta

bantuan UNHCR untuk menangani pengungsi Rohingya yang masuk ke

negaranya. Sejak tahun 1992, UNHCR telah menjalankan peranannya sebagai

penasihat, koordinator, dan pengawas perlindungan bantuan kemanusiaan bagi

para pengungsi Rohingya walaupun Bangladesh bukan negara penandatangan

Konvensi tahun 1951 mengenai status pengungsi, UNHCR tetap menjawab

panggilan tersebut dan turun tangan membawa bantuan-bantuan kemanusiaan,

sebagai bagian dari pelaksanaan mandat yang di embannya.

Menurut Putri K.T.M dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan UNHCR

dalam menangani Krisis Pengungsi Bhutan di Nepal rada tahun 2000-2004

menyatakan bahwa krisis pengungsi Bhutan yang terjadi di Nepal akibat

(37)

16

permasalahan pengungsi. Dengan itu UNHCR diminta untuk menjalankan

perananannya sebagai penasihat, koordinator, dan pengawas perlindungan bantuan

kemanusiaan bagi para pengugsi. Nepal sebagai Host Coutry membutuhkan

bantuan, terutama material untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang memasuki

wilayah negaranya sejak tahun 1991. Maka dari itu, kehadiran UNHCR sangatlah

dibutuhkan, mengingat ketika itu Nepal sedang dilanda kemiskinan serta tingkat

pengangguran yang tinggi di negara tersebut, sehingga sangat berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan untuk para pengungsi. Walaupun Nepal bukanlah

negara penandatangan Konvensi 1951 mengenai status pengungsi, namun

UNHCR tetap menjawab panggilan tersebut dan turun tangan membawa

bantuan-bantuan kemanusiaan yang dibutuhkkan agar tidak terjadi krisis pengungsi yang

berkepanjangan, sebagai bagian dari pelaksanaan mandat yang diembannya.

Sedangkan dalam penelitian ini, kehadiran operasional UNHCR dalam

menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia dimulai sejak

adanya manusia perahu Vietnam yang berdatangan pada tahun 1970-an. Dan

UNHCR menerima kesepakatan tertulis dengan pemerintah Indonesia untuk

membuka kantor cabang di Jakarta pada 15 Juni 1979 (sekarang menjadi kantor

perwakilan regional) dan Indonesia menyetujui untuk mendirikan suatu pusat

pemrosesan regional untuk membantu pemukiman kembali para pencari suaka di

Pulau Galang. Krisis pengungsi yang datang ke Indonesia kembali terjadi antara

Tahun 2000 hingga 2002 dengan jumlah kira-kira 3500 pencari suaka yang

dicegat oleh petugas kepolisian perairan Indonesia dalam perjalanannya ke

(38)

konflik atau perang diantaranya Afghanistan, Iran, dan Irak. Dan pada 30

september 2002, Direktur Jenderal Imigrasi Indonesia mengeluarkan surat edaran

yang berisi kesepakatan Indonesia dalam bekerjasama dengan UNHCR dengan

memberikan akses masuk wilayah Indonesia, merujuk para pencari suaka ke

UNHCR dan mengizinkan mereka untuk tinggal di Indonesia sampai ada

keputusan mengenai statusnya (Jaquement,2004:17).

Menurut penelitian Anita Robets tentang “Asylum Seekers timur tengah di

Indonesia dari perspektif Republik Indonesia”, Persoalan aliran asylum seekers

pada saat ini melibatkan baik instansi domestik maupun instansi internasional.

Dengan demikian seharusnya ada upaya nasional dan regional untuk mengkajikan

efek-efek aliran ini atas negara masing-masing. Australia sebagai negara tujuan

aliran migrant irregular ini harus ambil langkah langkah yang sesuai dengan

tindakan-tindakan RI. Bekerjasama dalam jiwa Regional Cooperative Model

benar-benar dibutuhkan untuk semua yang terlibat, khususnya untuk penanganan

dalam memberikan perlindungan terhadap para asylum seekers dan pengungsi itu

sendiri (Robets,2007:11).

Menurut lembar fakta no. 20 yang di terbitkan oleh Pusat Studi Hak asasi

manusia (PUSHAM) UII yang berjudul “Hak asasi manusia dan Pengungsi”,

bahwa pencari suaka dan pengungsi mempunyai hak dan kebebasan untuk

mendapatkan perlindungan internasional dan memutuskan keluar dari negaranya

untuk mencari tempat yang lebih aman yang didasari rasa takut atas penindasan

yang mengancam keselamatan dari negara asalnya. Dengan demikian maka

(39)

18

manusia yang lebih luas. Penanganan pengungsi ini terutama di dorong oleh rasa

kemanusiaan untuk memberikan perlindungan dan membantu para pengungsi. Hal

ini dilakukan karena mereka keluar dari negaranya dan tidak mendapat

perlindungan dari negaranya.

Dalam penelitian ini, Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi

nila-nilai kemanusiaan, sadar akan keberadaan para pencari suaka yang berada di

Indonesia yang mencari perlindungan serta jaminan keselamatan yang kian

bertambah, untuk itu Indonesia berkomitmen dalam memberikan perlindungan

terhadap mereka serta meningkatkan kerjasama antar negara sumber, negara

transit, negara tujuan dan organisasi internasional terkait (UNHCR dan IOM)

yang terwujud dalam Konferernsi Regional Tingkat Menteri pada tahun 2002

yang dinamakan The Bali Proses, dengan tujuan untuk dapat mengetahui

penyebab kedatangan massal para pencari suaka, membangun manajemen

perbatasan negara anggota dan kapasitas kontrol negara, serta mencegah dan

memerangi dari tindak penyelundupan dan perdagangan manusia.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan Internasional

Hubungan Internasional dilaksanakan melalui banyak jalur di samping

jalur pemerintah. Sebagai aktor dalam politik global negara juga tidak selalu

bertindak sebagai aktor yang unitary dan kelompok-kelompok yang ada di

dalamnya tidak selalu bertindak secara koheren. Selain negara pun ada

banyak aktor lain seperti perusahaan multinasional, organisasi internasional

(40)

Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi

mengenai interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state

actor memiliki berbagai macam pengertian. Dalam buku “Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional” Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad

Yani menyatakan bahwa:

"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar (Perwita & Yani. 2005: 3-4)”.

Hubungan yang biasanya dilakukan masyarakat ini biasanya

dilakukan dalam pasar internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan

pemerintahannya dan kekayaan serta kesejahteraan warga negaranya. Guna

memahami seberapa pentingnya ilmu hubungan internasional, diperlukan

adanya pemahaman mengenai apa yang pada dasarnya terjadi dalam negara,

permasalahan maupun karakteristik dari suatu negara, apa dampaknya,

seberapa penting dan bagaimana kita harus memahami isu keterlibatan

organisasi internasional di Indonesia (Robert & Sorensen, 2005:5).

Berakhirnya perang dingin telah mengakhiri sistem bipolar dan

berubah pada multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan

yang bernuansa militer kearah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi

di antara negara-negara di dunia. Pasca perang dingin, isu-isu hubungan

(41)

20

politik dan keamanan) meluas ke isu-isu low politics (isu-isu HAM, ekonomi,

lingkungan hidup, dan terorisme) (Perwita dan Yani, 2005: 7).

Pada dasarnya, ilmu hubungan internasional lebih mencakup kepada

segala macam hubungan-hubungan antar bangsa di dalam lingkungan

masyarakat dunia, dengan adanya kekuatan-kekuatan didalam proses

mempertahankan pola hidup, pola bertindak dan pola berpikir manusia, bagi

suatu unit politik internasional. Studi ini merupakan bagian dari ilmu yang

lebih luas yaitu ilmu politik, dan menitik beratkan kepada pentingnya studi

fenomena-fenomena politik pada peringkat global, serta kepada permasalahan

terkait dengan perlindungan hak asasi manusia dalam hal ini para pengungsi

yang menjadi korban dari berbagai dampak fenomena global yang terjadi

pada saat ini, diantaranya bencana alam, konflik internal, perang dan

ketidakstabilan politik dalam suatu negara sehingga terjadinya mobilisasi

penduduk dan berbagai isu lainnya yang berkaitan dengan interaksi antara

United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai

organisasi internasional dengan pemerintah Indonesia yang menjadi negara

transit para pengungsi dalam memberikan bantuan perlindungan internasional

serta memberikan solusi dalam menangani permasalahan pengungsi dan

pencari suaka.

2.2.2 Organisasi Internasional

Organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan

dan kepentingan masyarakat antar-bangsa untuk adanya wadah serta alat

(42)

mengkoordinasikan kerjasama antar-negara dan antar-bangsa kearah

pencapaian tujuan yang sama dan yang perlu diusahakan secara

bersama-sama. Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah

organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam

hubungan internasional (Perwita & Yani, 2005:91).

Teuku May Rudi mendefinisikan organisasi internasional dalam

bukunya “Organisasi dan Administrasi Internasional” sebagai berikut:

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah, maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 2005:3)”.

Berdasarkan definisi diatas, maka organisasi internasional kurang lebih

harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.

2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

3. Mencakup hubungan antar pemerintah maupun non pemerintah.

4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (Rudy, 2005:3).

Sedangkan menurut Michael Hass dalam buku Perwita dan Yani

“Pengantar Hubungan Internasional”, Pengertian organisasi internasional

memiliki dua pengertian yaitu:

(43)

22

tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini (Perwita dan Yani, 2005:93)”.

Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations,

organisasi internasional berasal dari dua kata organisasi dan internasional

yang berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan

kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovernmental

yang disebut dengan hubungan transnational (Perwita dan Yani, 2005 ; 92).

Dari definisi diatas, sangat jelas bahwa UNHCR merupakan suatu

organisasi internasional yang mempunyai tujuan dan fungsi khusus yakni

UNHCR sebagai Organisasi yang mendapat mandat khusus dari Majelis

Umum PBB untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perlindungan

untuk para pengungsi akibat perang ataupun bencana alam. Komisioner

Tinggi PBB urusan pengungsi dipilih melalui sidang umum PBB setiap lima

tahun. Saat ini António Guterres menjabat sebagai Komisioner Tinggi PBB

untuk urusan pengungsi periode 2010-2015, dengan jumlah staff-nya

berjumlah lebih dari 7,685 orang di 125 negara dalam memberikan

perlindungan dan bantuan kepada jutaan pengungsi (diakses melalui

http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/komisioner-tinggi-unhcr pada

tanggal 30/08/2013 pukul 23.00 WIB).

Menurut Schmitz, Hans, Peter, dan Sikkink, Kathryn “International

Human Right” Walter Carlsnaes, Thomas Risse, dan Beth A. Simmons,

dalam Handbook of International Relation, mengungkapkan organisasi

internasional tidak hanya berkutat dengan isu high politic, namun juga isu

(44)

kenegaraan hingga dalam pengertian tradisional sering disamakan dengan

institusi formal yang beranggotakan negara. Spesifikasi terhadap OI terbagi

dalam beberapa kategori, antara lain adalah :

1. Berdasarkan keanggotaan :

1) Universal Membership, yaitu organisasi internasional yang

memiliki open-door policy seperti PBB yang sesuai dengan bab II,

pasal 4 (1) pada Piagam PBB yang mempersilahkan negara-negara

yang mengusung perdamaian dunia untuk menjadi anggota

organisasi tersebut.

2) Limited Membership, yaitu organisasi internasional yang

menjadikan sebuah kriteria objektif sebagai dasar dalam

membangun batasan atas partisipator yang dapat terlibat dalam

sebuah IGO, contohnya Liga Arab (terbatas pada negara-negara

berbahasa Arab).

2. Berdasarkan Purpose :

1) Multi or General Purpose Organization, yang memiliki kapabilitas

untuk menangani lebih dari satu bahkan seluruh isu internasional

(politik, ekonomi, sosial dan keamanan) dalam satu kawasan

geografis yang mempengaruhi anggotanya, contohnya

Organization of African Unity (OAU).

2) Narrow Mandated IGOs, OI yang deskripsi pekerjaannya terfokus

(45)

24

menganalisa itu, baik militer, ekonomi, atau sosial, contohnya

WHO (World Health Organization).

Berdasarkan kategori diatas, maka UNHCR masuk kedalam Kategori OI

dengan berkeanggotaan Universal dengan Mandat Khusus. Dari kategorisasi

tersebut dapat dilihat bahwa UNHCR adalah sebuah OI dengan lebih dari satu

atau dua negara sebagai anggotanya yang memiliki satu visi yang sama dan

memfokuskan tugasnya, yaitu untuk menangani permasalahan pengungsi

dunia. Para anggota merupakan representative dari negaranya yang tidak

terikat dengan kondisi politik negaranya, sehingga UNHCR dan aktifitas yang

dijalankannya dapat bersifat non-politis, dan sepenuhnya berkonsentrasi pada

tugas-tugas kemanusiaan (Schmitz, 2002:2).

2.2.2.1 Peranan Organisasi Internasional

Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai

individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional.

Sebagai anggota masyarakat internasional, organisasi internasional

harus tunduk pada peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama.

Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap anggota tersebut

melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya

(Perwita dan Yani, 2005:29). Maka dapat dikatakan peranan UNHCR

sebagai organisasi internasional adalah menjalankan fungsinya sebagai

suatu organisasi internasional yang difokuskan pada urusan

(46)

para pengungsi dan pencari suaka dan membantu pemerintah dalam

menangani permasalahan pengungsi.

Negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan suatu

organisasi internasional berhak meminta bantuan berupa saran,

rekomendasi atau aksi langsung berkaitan dengan masalah-masalah

dimana pemerintah tidak dapat mengambil resiko dengan hanya

bertindak melalui kebijakan nasionalnya. Bahkan saat ini organisasi

internasional dapat mempengaruhi tingkah laku negara secara tidak

langsung, dimana kehadiran organisasi internasional mencerminkan

kebutuhan suatu masyarakat dunia untuk bekerjasama dalam menangani

suatu permasalahan.

Peranan organisasi internasional terbagi dalam 3 (tiga) kategori,

adalah sebagai berikut :

1.) Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan

oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan

tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.

2.) Sebagai arena. organisasi internasional merupakan tempat

bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan

membicarakan masalah masalah yang dihadapi. Tidak jarang

organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara

untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun

mengangkat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan

(47)

26

3.) Sebagai aktor independen. organisasi internasional dapat

membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh

kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (Archer dalam

Perwita & Yani, 2005 : 95).

Jelas di atas bahwa suatu organisasi Internasional hanya bisa

melakukan tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan dari

tubuh organisasi internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas

bahwa organisasi internasional merupakan non-state actor (Aktor Non

Negara) yang mempunyai kedudukan dalam sistem internasional.

Peranan organisasi internasional saat ini telah menjadi aktor

dalam kancah hubungan internasional, karena peranannya sebagai

sebuah wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau

koordinasi kebijakan antar pemerintah, seperti sebagaimana peranan

UNHCR di Indonesia yang menjadi mitra kerjasama pemerintah dalam

memberikan perlindungan serta mengurusi proses suaka dalam

mencarikan negara baru bagi para pengungsi.

2.2.3 Kerjasama Internasional

Kerjasama Internasional merupakan suatu perwujudan kondisi

masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan

kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan

kerjasama tersebut. Tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan

kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional

(48)

ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan

dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 34).

Dalam usaha sebuah negara untuk menyelesaikan suatu masalah yang

bersifat regional maupun internasional bisa diselesaikan bersama dengan

kerjasama, dalam kerjasama ini terdapat kepentingan-kepentingan nasional

yang bertemu dan tidak bisa dipenuhi di negaranya sendiri. Kerjasama

menurut Holsti :

“Kerjasama yaitu proses-proses dimana sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau perundingan tertentu yang memuaskan kedua belah

pihak” (2011: 209)”.

Sedangkan kerjasama internasional menurut Kartasasmita dijelaskan

dalam bukunya Administrasi Internasional adalah kerjasama internasional

merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya hubungan interdependensi

dan bertambahnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional

(Kartasasmita, 2002: 19).

Seperti yang dilakukan organisasi UNHCR dengan pemerintah

Indonesia, kerjasama yang di jalin adalah untuk membantu pemerintah

Indonesia dalam penanganan masalah pengungsi dan pencari suaka karena

Indonesia sampai saat ini bukanlah negara pihak yang menandatangani

Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967. Dalam suatu kerjasama

internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai

negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri

(49)

28

Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan

dalam kerjasama internasional;

“Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik

internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya , tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri

(Sugiono, 2006: 6)”.

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam

kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat

dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain

dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam

hubungan internasional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu

berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui

kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan

yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena

kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan

(Perwita dan Yani, 2005: 33-34).

Pada perkembangannya, kerjasama internasional kini tidak hanya

dilakukan oleh negara dengan negara saja, tetapi aktor lain seperti organisasi

internasional, individu dan organisasi non-pemerintah dapat melakukan

kerjasama internasional, dan aktor-aktor tersebut mempunyai kepentingan

(50)

UNHCR bekerjasama dengan pemerintah Indonesia guna membantu beban

berat yang mesti ditanggung negara transit (Indonesia) untuk dapat

menampung dan memenuhi seluruh kebutuhan hidup, serta memberikan

perlindungan internasional terhadap para pengungsi. Selain itu adanya

Konferensi Regional Tingkat Menteri “The Bali Process” yang diikuti oleh

lebih dari 50 negara anggota dan beberapa organisasi internasional

diantaranya UNHCR dan IOM, merupakan bentuk adanya kerjasama

internasional yang terjalin antara negara dan organisasi internasional dengan

tujuan untuk memfokuskan pemberian perlindungan terhadap para pengungsi

serta pengembangan manajemen perbatasan negara anggota.

2.2.4 Pengungsi dan Pencari Suaka

Ada banyak definisi tentang pengungsi, dari yang paling sempit sampai

yang paling luas. Apabila dilihat dari definisi secara harfiah atau bahasa,

istilah pengungsi internasional adalah mereka yang lari dari suatu daerah,

yang karena ruang lingkupnya internasional, maka mereka melarikan diri dari

suatu negara untuk kemudian memasuki wilayah negara lainnya untuk

mencari pengungsian. Adapun syaratnya mereka dikatakan sebagai pengungsi

internasional secara harfiah adalah mereka haruslah melewati batas wilayah

suatu negara ke negara lainnya. Karena apabila mereka tidak melewati batas

wilayah negaranya maka bisa dikatakan sebagai pengungsi lokal. Secara

harfiah, istilah ini tidak dibedakan alasan mereka pergi dari negaranya,

apakah karena alasan perang, bencana alam, ataupun karena alasan ekonomi.

Gambar

Table Manner Course di Hotel
Gambar 3.1 Alur Penetapan Status Pengungsi oleh UNHCR
Tabel. 3.1 data pengungsi dan pencari suaka di Indonesia tahun 2008-2011
Tabel 4.3 Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2009.
+3

Referensi

Dokumen terkait

7) surat kuasa bila pemohon tidak mengurus sendiri. Izin jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan terdiri atas berbagai jenis perawat.

Film merupakan proses komunikasi yang ingin disampaikan ke khalayak luas dimana sebuah cerita dalam film sangat berkaitan dengan makna tanda dan petanda,

Kepribadian tokoh utama “Aku” yang merupakan seorang seniman atau penulis, dalam dirinya memiliki perasaan atau perilaku yang disadarinya ataupun tidak sadar,

0343-656450 Canned Pasteurized Crabmeat Frozen Demersal Fish Frozen Raw Shrimp Frozen Cooked Shrimp Frozen Crab Meat Frozen Crab Frozen Added Value Frozen Demersal fish Frozen

Beberapa penghargaan telah diterima Sequislife, diantaranya “The Best Life Insurance Company” tahun 2005 dan 2006 dari Bisnis Indonesia, “Top 25 Indonesia Original Corporate

• Memberikan informasi bagi kepala sekolah SMAN “X” Bandung mengenai gambaran model kompetensi guru di SMAN “X” Bandung, sesuai dengan visi, misi, tujuan dan

Ternyata kapal “The Contessa” tidak mampu menahan beban yang berlebihan dari muatan kapal, di dek kapal tertuliskan muatan maksimum sebesar 22,5 ton termasuk beban