DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Hegar Julius Budi Hartono
Nama Pangilan : Hegar, Ega
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 20 Juli 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 085624388240
Status : Belum menikah
Nama Ayah : Pudiono
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Imas Rohaeti
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Jl. Kebon Kopi Komplek LPK Pasundan No.138 Rt.06 Rw.28 Kel. Cibeureum, Cimahi Selatan, Kota Cimahi 40535
Moto : “Kesabaran menolong setiap pekerjaan”
166
PENDIDIKAN FORMAL
No Tahun Uraian Keterangan
1. 2008-2013
Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Berijazah
2. 2000-2006 PMDG Darussalam Gontor Berijazah
3. 1994-2000 SDN Cibeureum XI Berijazah
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2009 Pelatihan Latihan Dasar
Kepemimpinan Prodi HI Bersertifikat
2. 2010 Table Manner Course di Hotel
Golden Flower Bandung Bersertifikat
3. 2005 Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) PMDG “Daarul Ma’rifat” Kediri Jawa Timur Bersertifikat
PENGALAMAN ORGANISASI
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2008-2009 Anggota Div. Kerohanian HIMA Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional -
2. 2008-2009 Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan
Internasional Bandung -
4. 2006 Pengurus Bagian Pertamanan OPPM Gontor 3
Kediri -
5. 2005 Pengurus Bagian Olahraga OPPM Gontor 3
Kediri -
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2011
Peserta, Seminar Net Preneur : Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet, Auditorium Miracle
UNIKOM Bersertifikat
2. 2011
Lokakarya Nasional “Reformasi Dewan Keamanan PBB”
Peserta, Seminar Kewarganegaraan “Proud To Be Indonesian : Generasi Kebanggaan Bangsa. Auditorium Miracle UNIKOM
6. 2012
Peserta, Seminar “Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda”. Auditorium Miracle UNIKOM
Bersertifikat
7. 2012
Simulasi Sidang ASEAN “Asean Community Building 2015’. Auditorium Miracle UNIKOM
Bersertifikat
PENGALAMAN KERJA
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2007-2008 Guru Magang PPM Daaru Ulil Albab Tegal -
2. 2008-2011 Kurir Pudi Multi Karya -
KEAHLIAN/BAKAT
No. Uraian
1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Maintenance Hardware & Software 3. Bahasa Inggris Aktif & Pasif 4 Adobe Photoshop, Corell Draw 5. Internet
Bandung, 11 September 2013
Hormat Saya
PERANAN UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER
FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MENANGANI
MASALAH PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DI
INDONESIA 2008-2011
Role of The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) in handling problems Refugees and Asylum Seekers in Indonesia
2008-2011
Skripsi
Diajukan untuk menempuh sidang Strata-1
Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Oleh,
HEGAR JULIUS BUDI HARTONO
NIM. 44308003
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
vi
Subhanawata’ala atas izin dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini,
serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
S.A.W. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini, banyak menemukan
kesulitan dan hambatan yang disebabkan keterbatasan dan kemamupuan peneliti dan
disertai keinginan kuat dan usaha yang sungguh serta do’a, maka akhirnya penelitian
ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
Untuk kedua orang tua yang aku sayangi dan hormati, Bapak Pudiono dan
mamah Imas Rohaeti terima kasih atas segala do’a, dukungan, nasihat dan kasih
sayangnya yang luar biasa, serta dukungan moral dan materil. Peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu
penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan
rasa terima kasih yang mendalam dan sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung,
yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi.
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya. Dra yang telah menjadi dosen
pembimbing peneliti dengan memberikan pengarahan penyusunan skripsi
vii
atas kesabarannya dalam menghadapi dan membimbing saya, baik dalam
masa proses pembuatan usulan penelitian hingga detik-detik akhir skripsi
untuk disidangkan.
3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si Ketua Prodi Hubungan
Internasional UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam proses revisi
skripsi serta berjalannya usulan penelitian hingga sidang akhir penelitian.
Terima kasih atas bimbingannya selama ini serta dedikasi dan
pengertiannya .
4. Yth. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Hubungan Internasional
UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam memberikan arahan pada
masa revisi bimbingan skripsi diantaranya Bapak H. Budi Mulyana.
S.IP., M.Si, Ibu Dewi Triwahyuni. S.IP., M.Si dan Ibu Sylvia Octa
Putri. S.IP.
5. Yth. Dwi Endah Susanti. S.E (Teh Uwi) Sekretariat Jurusan Hubungan
Internasional UNIKOM yang tanpa lelah membantu peneliti dalam
membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan
selama proses skripsi.
6. Yth. Kepala staff Associate External Relations Staff / Public
Information Officer UNHCR Jakarta yang telah memberikan
kesempatan peneliti untuk melakukan kunjungan penelitian.
7. Untuk keluarga tercinta, terima kasih banyak kepada kakak-kakak
menyemangati dan mendo’akan peneliti selama ini, dan tidak lupa juga
kepada Mukharomah, dan teman-teman di Kaylanet serta di Tresna Bakti
yang selalu menyemangati peneliti dalam menulis skripsi ini.
8. Sahabat peneliti, Budi Santoso, Akbarizal Alireksa, Reza Fauzan Anas,
Beatrice Dian, Nadea Lady dan Adi Wardana untuk dukungan,
kekompakan, kebersamaan dan persahabatan yang luar biasa.
9. Teman-teman HI angkatan 2008 yang sudah lulus lebih dulu yang selalu
menyemangati peneliti khususnya kepada Alfian Al Ayuby Pelu. S.IP,
Chrisnanta Amijaya. S.IP, Fahmi Frizana Sinaga. S.IP dan Wenaldy
Andarisma. S.IP, serta Intan Sarah Augusta tetap semangat mba,
Ardhito Rahadyan dan Adik tercinta Fitria Budi Widya Hanny cepat
lulus yah neng. Serta seluruh mahasiswa Hubungan Internasional
Angkatan 2006-2012 terima kasih atas pertemanan dan dukungannya.
10.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan
penelitian skripsi yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian
kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Peneliti berharap kepada siapa saja (terutama mahasiswa Hubungan
ix
subjek/objek yang serupa agar mampu membuat penelitian yang lebih baik
dari apa yang peneliti telah susun.
Terima kasih atas saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, 23 Agustus 2013
x
LEMBAR PERSEMBAHAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.2.1 Rumusan masalah mayor ... 11
1.2.2 Rumusan masalah minor ... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12
1.3.1 Maksud Penelitian ... 12
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Kegunaan Penelitian... 12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14
2.1 Tinjauan Pustaka ... 14
2.2 Kerangka Pemikiran ... 18
2.2.1 Hubungan Internasional... 18
2.2.2 Organisasi Internasional ... 20
2.2.2.1 Peranan Organisasi Internasional ... 24
2.2.3 Kerjasama Internasional ... 26
2.2.4 Pengungsi dan Pencari Suaka ... 29
2.2.4.1 Perbedaan antara Pengungsi dan Pencari Suaka ... 33
2.2.5 Pendekatan HAM dan Hukum Internasional dalam konteks urusan pengungsi... 35
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 39
3.1 Objek Penelitian ... 39
3.1.1 United Nations High commissioner for Refugees (UNHCR) ... 39
3.1.1.1 Sejarah dan Perkembangan UNHCR ... 39
3.1.1.2 Instrumen Dasar UNHCR ... 44
3.1.1.2.1 Konvensi tahun 1951 tentang Status Pengungsi .... 44
3.1.1.2.2 Protokol tahun 1967 tentang Status Pengungsi ... 46
3.1.1.3 Tugas dan Tujuan Utama UNHCR ... 47
3.1.1.3.1 Perlindungan Internasional ... 48
3.1.1.3.2 Pemberian Solusi kepada Pengungsi ... 49
3.1.1.3.2.1 Repatriasi ... 50
3.1.1.3.2.3 Pemukiman kembali ke Negara ketiga ... 52
3.1.1.4 Pendanaan bagi Aktivitas UNHCR ... 53
3.1.1.5 Prosedur UNHCR dalam proses penentuan status pengungsi ... 54
3.1.1.5.1 Refugee Status Determination (RSD) ... 56
3.1.1.5.2 UNHCR Asylum Seeker Certificate ... 61
3.1.1.5.3 UNHCR Refugee Certificate ... 62
3.1.1.6 Pedoman persyaratan UNHCR dalam menentukan status pengungsi/Eligibility ... 63
3.1.2 Kondisi Umum Pengungsi dan Pencari Suaka di Indonesia ... 66
3.2 Metode Penelitian ... 74
3.2.1 Desain Penelitian ... 74
3.2.1.1 Informan Penelitian ... 75
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 75
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 76
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 76
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 77
3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 77
3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79
4.1 Program UNHCR di Indonesia ... 80
4.1.1 Penentuan Status Pengungsi ... 80
xiii
4.1.3 Kemitraan & Pelayanan Komunitas ... 83
4.1.4 Solusi Jangka Panjang ... 84
4.1.5 Keadaan Tanpa Kewarganegaraan ... 86
4.1.6 Perlindungan ... 87
4.2 Kerjasama UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia ... 88
4.2.1 Kerjasama UNHCR dengan Pemerintah Indonesia ... 88
4.2.2 Kerjasama UNHCR dengan NGO / LSM ... 90
4.3 Kendala yang dihadapi UNHCR dalam menjalankan program-programnya di Indonesia ... 91
4.4 Peranan UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka yang berada di Indonesia ... 94
4.4.1 UNHCR berperan sebagai Inisiator ... 94
4.4.1 UNHCR berperan sebagai Fasilitator ... 96
4.4.1 UNHCR berperan sebagai Determinan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
5.1 Kesimpulan ... 109
5.2 Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 120
114
dan Hukum Internasional (Suatu Kajian Perbandingan). Jakarta. UNHCR Indonesia.
Archer, Clive. 2003. 3rd edition International Organization. London, New York. Routledge
Baylis, John and Steve Smith. 2008. The Globalizations of World Politics. UK. Oxford University Press.
Burchill, Scott and Andrew Linkalter. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa Media.
Carlsnaes, Walter, Thomas Risse, & Beth A. Simmons. 2002. Handbook of Intenational Relations. London. Penguin Books.
Fandi, Ahmad dan Tim Setia Kawan. 2004. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Pertama – Ke Empat (1999 – 2002). Jakarta. Setia Kawan.
Feller, Erika, Volker Turks & Frances Nicholson. 2003. Refugee Protection in International Law : UNHCR’s Global Consultations on International Protecting. Cambridge.
Goodwin Gill. 2002. Refugee Identity and Protection’s Fanding Prospect. 2nd ed. Oxford, Clarendon Press.
Griffits, Martin, Terry O’Callaghan, & Steven C. Roach. 2008. 2nd edition. International Relation: The Key and Concepts.London & New York. Taylor and Francis Group.
Holsti.K.J 2011. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis Edisi ke-4 Jilid II. Jakarta. Penerbi Erlangga.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Kartasasmita, Koesnadi. 2002. Administrasi Internasional. Bandung. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Mas’oed, Moechtar. 2000. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin, dan Metodologi. Jakarta. Pustaka LP3ES.
115
Nasir, Muhammad. 2003. Metodologi Penelitian. cetakan keempat Jakarta. Galia Indonesia.
Robert, Jackson dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Romsan, achmad. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung. Sanic Offset
Rudy, Teuku May. 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global. Bandung. PT.Refika Aditama.
______________ 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. PT.Refika Aditama.
______________ 2011. Pengantar Ilmu Politik. Bandung. PT. Refika Aditama Strarke, J.G. 2001, Pengantar Hukum Internasional I Edisi ke-10. Jakarta. PT.
Sinar Grafika
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Soeprapto, Enny. 2002. Lembaga Suaka dan Perlindungan Pengungsi Jakarta. Raja Grafindo Persada.
______________2002. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Sugiono, Muhadi. 2006. Global Governance Sebagai Agenda Penelitian Dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R & D. Bandung. Alfabetis.
Wagiman. 2012. Hukum pengungsi Internasional. Jakarta. Sinar Grafika
B. JURNAL DAN KARYA ILMIAH
Havid Ajat Sudrajat, Pengungsi dalam Kerangka Kebijakan Keimigrasian Indonesia.FH UI Vol.2 No.1 Oktober 2004
Januari Nani. Peran United Nations High of Commissioner for Refugees
Jaquement Stephane, Mandat dan Fungsi dari Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR). Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol. 2 No.1 Oktober 2004.
Jessica Rodger, Defining the Parameters of the Non-Refoulement Principle, LLM Research Paper, Faculty of Law, Victoria University of Wellington.2005
Pramono Aris, Peran UNHCR dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh, FISIP UI,2010.
Soeprapto Enny, Promotion of Refugee Law in Indonesia, Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol.2 No.1 Oktober 2004.
Setianingsih Suwardi Sri, Aspek Hukum masalah pengungsi internasional Jurnal Hukum Internasional FH UI, Vol.2 No.1 Oktober 2004.
C. DOKUMEN
1950 Statute of the Office of the UNHCR. UN General Assembly Resolutions 428 (V). 14 December 1950
Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Mengintegrasikan pendekatan berbasis hak dalam fungsi-fungsi legislative. Demos. 2010
Lembar Fakta No. 20 “Hak Asasi Manusia dan Pengungsi” PUSHAM UII.
UNHCR, An Introduction to Intern Protection : Protecting persons of concern to UNHCR, Geneva, 2005.
UNHCR, Ehancing The Independence of The Office of The Inspector General, Informal Consultative meeting, Geneva, 2005.
UNHCR Information Paper, mengupayakan penyelesaian masalah, Jakarta, 2008.
UNHCR. Procedural Standard fo RSD under UNHCR’s Mandate, 2007.
UNHCR. Protecting Refugees the role of UNHCR. Media Relations and Public Service. 2009.
D. WEBSITE
Bali Proses di akses melalui http://www.unhcr.or.id/id/bali-process-id
[22/07/13].
117
Church World Service diakses melalui http://www.cwsindonesia.or.id/en/who-we-are/ [22/07/13].
Data Pengungsi dan Pencari Suaka yang ada di Indonesia periode 2008– 2011
diakses melalui http://popstats.unhcr.org/PSQ_POC.aspx [24/07/13].
Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2008
http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2008/08-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].
Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2009
http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2009/09-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].
Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2010
http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2010/10-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].
Data Pengungsi dan Pencari Suaka berdasarkan Negara Asal tahun 2011
http://www.unhcr.org/static/statistical_yearbook/2011/11-TPOC-TB_v5_external_PW.zip [24/07/13].
Data statistic population online diakses melalui www.unhcr.org/statistics/populationdatabase [31/03/13].
Indonesia Perlu Ratifikasi Konvensi Tentang Pengungsi diakses Melalui http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/indonesia-perlu-ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi [29/9/12].
Instrumen dasar UNHCR diakses melalui
http://himahiunhas.org/index.php/kajian-strategis/isu-isu-internasional/51-pengungsi [04/01/2013].
Imigran Ilegal Saat Diketahui Berada Di Indonesia Dikenakan Tindakan Keimigrasian diakses melalui http://www.imigrasi.go.id/index.php?option=com_content&task=view &id=375&Itemid=34 [29/9/12].
Kemitraan & Pelayanan Komunitas diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/kemitraan-a-pelayanan-komunitas [10/12/12].
Konvensi tentang pengungsi diakses melalui
www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/indonesia-perlu-ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi [22/04/2013].
Mandat Statelessness UNHCR diakses Melalui
http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/keadaan-tanpa-kewarganegaraan [10/12/12].
Merajut Kisah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang diakses melalui www.travel.kompas.com/read/2009/03/03/11194614/Merajut.Kisah.P engungsi.Vietnam.di.Pulau.Galang[15/01/13].
Penentuan Status Pengungsi diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/penentuan-status-pengungsi [10/12/12].
Pencari Suaka diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka [10/12/12].
Pengungsi terdampar di pulau Nias diakses melalui http://harianandalas.com/Hukum-Kriminal/Puluhan-Pengungsi-Sri-Lanka-Terdampar-di-Nias-2-Tewas [04/09/2013].
Perlindungan Pengungsi di Indonesia diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan [10/12/12].
Populasi data online diakses melalui www.unhcr.org/statistics/populationdatabase [31/03/13].
Relasi dengan Pemerintah & Peningkatan Kapasitas diakses Melalui
http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/relasi-dengan-pemerintah-a-peningkatan-kapasitas [10/12/12].
Solusi Jangka Panjang di Indonesia diakses Melalui http://www.unhcr.or.id/id/tugas-dan-kegiatan/solusi-jangka-panjang [10/12/12].
Sumber dana UNHCR diakses melalui www. UNHCR.org/page/49c3646c119.html [31/03/2013].
UNHCR berperan sebagai Inisiator diakses melalui http://www.unhcr.or.id/id/hari-pengungsi-sedunia-2012 [30/08/2013].
119
UNHCR memfasilitasi tenaga pengajar sukarela diakses melalui http://jrs.or.id/vacancies/english-tutor-volunteer-bogor-jawa-barat/ [01/09/2013].
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk
melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah
integrasi dalam komunitas international. Integrasi tersebut mengacu pada
hubungan antar negara-negara yang interdependen, dimana perilaku sebuah
negara dalam komunitas internasional sangat mempengaruhi hubungan dan
kondisi negara lain (Kegley, 2004: 15).
Ilmu Hubungan Internasional sebagai studi yang tidak hanya mempelajari
hubungan antar negara, namun juga menekankan pada hubungan transnasional
yang melibatkan masyarakat, kelompok, dan organisasi. Walaupun demikian,
keberadaan sebuah negara tetap menjadi aktor penting dalam dinamika nasional.
Negara sebagai aktor utama yang bertugas untuk memperjuangkan serta
melindungi kehidupan warga negaranya. Ketika menyangkut kesejahteraan hidup
masyarakatnya, baik di dalam maupun di luar wilayah kedaulatan negara tersebut.
Aktor negara merupakan aktor utama dalam kancah perpolitikan dunia.
Namun, dewasa ini muncul aktor-aktor lain yang mempunyai peranan besar dalam
menentukan stabilitas politik dunia. Aktor tersebut antara lain Organisasi
Internasional yang saat ini sudah menjadi bagian dari subbidang kajian studi
Hubungan Internasional. Organisasi Internasional dapat didefinisikan sebagai
2
suatu kondisi bagi pembentukan perangkat institusional guna mendukung
kerjasama diantara anggota-anggotanya dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial
dan bidang-bidang lainnya .
Isu kemanusiaan dalam kurun waktu satu abad ini telah menjadi salah satu isu
penting dan sentral dalam dunia internasional. Sepanjang seratus tahun terakhir
banyak konflik, peperangan dan bencana alam yang berujung pada rusaknya
nilai-nilai kemanusiaan. Sejak Perang Dunia pertama dan kedua di ikuti oleh perang
dingin, menyusul berbagai konflik internal atau perang saudara yang merata di
seluruh belahan dunia, banyak manusia dan harta benda yang menjadi korban.
Salah satu dampak yang paling nyata terlihat adalah timbulnya banyak pengungsi
di seluruh dunia. Akibat perang banyak warga sipil yang terpaksa meninggalkan
tempat tinggalnya mengungsi ke wilayah atau negara lain. Para pengungsi ini
berpindah ke tempat yang baru tanpa jaminan yang layak bagi segala aspek
kehidupannya. Masalah pengungsi ini telah menjadi perhatian khusus dunia,
dalam hal ini negara dan organisasi internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) sebagai salah satu organisasi internasional yang yang menjadi wadah
kerjasama terkemuka di dunia, dan juga melihat permasalahan pengungsi ini
sebagai masalah sentral dan isu internasional. Dan untuk memfokuskan perhatian
dunia international terhadap perlindungan pengungsi, pada tanggal 10 Desember
1948 di Paris, Perancis, PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human
Right yang merupakan hasil rancangan Economic and Social Council (ECOSOC)
sebagai bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia yang bersifat
Deklarasi tersebut berisikan hak-hak yang melekat pada diri setiap manusia
sehingga mereka diakui kemanusiaannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras,
warna kulit, bahasa, agama, politik, status sosial, kekayaan dan kelahiran. Namun
deklarasi tersebut, dirasa belum cukup untuk menjamin adanya perlindungan
terhadap para pengungsi di suatu negara, terutama jika terjadi konflik internal.
Sehingga diperlukan respon dari dunia internasional secara langsung dalam
menangani masalah perlindungan terhadap pengungsi tersebut. Untuk itulah PBB
membentuk komisi khusus United High Commissioner for Refugee (UNHCR)
yang mulai beroperasi menangani permasalahan pengungsi sejak 1 Januari 1951.
UNHCR merupakan organisasi internasional yang diberi mandat oleh PBB
untuk melindungi dan menyelesaikan permasalahan para pengungsi. Organisasi
ini bermarkas di Jenewa, dan mempunyai dua tujuan mendasar dan saling
berhubungan. Pertama, melindungi pengungsi dan kedua, mencari solusi
bagaimana membantu para pengungsi membangun kembali kehidupan mereka
dalam lingkungan yang normal.
Ketidakstabilan politik serta konflik yang berkepanjangan di beberapa
belahan dunia, utamanya di negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah, Asia
Barat, dan Asia Selatan telah menciptakan ancaman atas kehidupan
masyarakatnya, Sehingga penghidupan yang layak tidak dapat di peroleh lagi
oleh warga negaranya dan mendorong masyarakatnya untuk melakukan
perpindahan ke negara lain. Negara tujuan utama para pengungsi dan pencari
suaka tersebut adalah negara-negara maju. Penyelesaian masalah immigrant
4
(asylum seeker) dan pengungsi (refugee) semakin meningkat, menurut data
UNHCR pada tahun 2010 tercatat 2882 imigran gelap yang masuk ke Indonesia
(diakses melaui http://www.imigrasi.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=375&Itemid=34 pada tanggal 29/11/2012
pukul 21.42 WIB).
Masuknya immigrant illegal ke wilayah Indonesia yang jumlahnya cenderung
meningkat, dapat menimbulkan gangguan kehidupan sosial, keamanan dan
ketertiban masyarakat. Tidak menutup kemungkinan mereka disusupi oleh
kegiatan terorisme internasional, people smuggling dan trafficking in person atau
kegiatan kriminal lainnya. Untuk mencegah terjadinya hal negatif tersebut, maka
penanganan immigrant illegal ini harus dilakukan dengan baik melalui
pengamanan (maximum security) serta penegakan kedaulatan Negara yang
berdasarkan ketentuan hukum nasional dan internasional.
Secara internasional, penanganan pengungsi diatur dalam Konvensi 1951 dan
Protokol 1967. Namun Indonesia sampai dengan saat ini, belum meratifikasi
keduanya. Dengan demikian pemerintah Indonesia memberikan wewenang bagi
UNHCR untuk menjalankan aktivitas mandatnya di Indonesia untuk melindungi
dan untuk mengatasi permasalahan pengungsi.
Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi negara tujuan bagi para pemohon suaka dan pengungsi internasional.
Menurut data UNHCR, pada tahun 2011, terdapat sebanyak 4239 pengungsi dan
pencari suaka yang terdaftar di UNHCR. Mereka berasal dari Afghanistan, Sri
http://indonesia.ucanews.com/2012/07/09/imigran-gelap-banjiri-indonesia pada
tanggal 31/03/2013 pukul 09.47 WIB).
Dari data tersebut, dapat kita asumsikan bahwa Indonesia merupakan tempat
strategis, baik sebagai tempat mengungsi maupun sebagai tempat transit para
pengungsi. Hal ini mestinya menjadi faktor yang melatarbelakangi adanya
kebutuhan yang penting dan mendesak yang perlu diakomodir oleh pemerintah,
karena sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang status
pengungsi.
Perlindungan pengungsi merupakan jaminan bagi mereka yang teridentifikasi
sebagai pengungsi yang dilindungi dari refoulement (pemulangan paksa ke negara
asal mereka dimana nyawa dan kebebasan mereka terancam atau teraniaya).
Pemerintah Indonesia memberikan dukungan yang besar terhadap proses suaka,
hal ini didasarkan pada ketentuan Direktorat Jenderal Imigrasi pada September
2010, untuk melindungi orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR dari
ketentuan refoulement atau pemulangan kembali ke negara asal, serta menjamin
akses ke UNHCR dan mengizinkan mereka untuk secara sementara tinggal di
Indonesia selama menunggu solusi jangka panjang.
Secara umum, pemerintah Indonesia akan mengijinkan pencari suaka untuk
diproses UNHCR, yang akan menjalankan prosedur penentuan status pengungsi
atau Refugee Status Determination (RSD). Mereka yang teridentifikasi sebagai
orang yang membutuhkan perlindungan internasional, akan dibantu oleh UNHCR
dan diberi izin tinggal sementara di Indonesia oleh pemerintah selama mereka
6
Sejauh ini pemerintah Indonesia belum memiliki mekanisme nasional untuk
menangani pengungsi dan pencari suaka. Di tingkat lapangan, aparat pemerintah
kita seringkali mengalami kebingungan dalam menangani pengungsi dan pencari
suaka yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Mereka dipandang
sebagai immigrant illegal yang melanggar hukum imigrasi Indonesia. Mereka pun
ditahan oleh otoritas imigrasi Indonesia di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim)
Indonesia yang tersebar di 13 lokasi.
Selama ditahan, status mereka sebagai pengungsi ditentukan oleh UNHCR.
Jika mereka memperoleh status sebagai pengungsi, UNHCR akan memberikan
perlindungan internasional kepada mereka dengan memfasilitasi pemulangan
pengungsi secara sukarela atau integrasi sosial di negara baru. Adapun
perlindungan internasional yang dimaksud mencakup pencegahan pemulangan
secara paksa, bantuan dalam memproses pencarian suaka, bantuan dan nasihat
hukum, pemajuan penyelenggarakan keamanan fisik bagi pengungsi, pemajuan
dan membantu pemulangan kembali secara sukarela, dan membantu para
pengungsi untuk bermukim kembali (Pasal 8 Statuta UNHCR).
Pemerintah Indonesia tidak dapat menentukan sendiri status mereka karena
Pemerintah Indonesia bukanlah negara pihak yang menandatangani dan
meratifikasi Konvensi 1951 ataupun Protokol 1967 tentang status pengungsi.
Situasi ini menjadi rumit karena penentuan status oleh UNHCR dapat memakan
waktu yang sangat lama. Hal ini berimbas pada beban anggaran negara yang
makin membengkak untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan
Di samping itu, selama menunggu proses penentuan status pengungsi oleh
UNHCR, para pengungsi dan pencari suaka ditahan di Rudenim. Kondisi
Rudenim tak ubahnya seperti penjara, padahal mereka bukanlah pelaku kriminal,
mereka justru korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di negara asalnya.
Penempatan mereka di Rudenim yang mirip penjara telah melahirkan persoalan
pada pelanggaran HAM para pengungsi dan pencari suaka tersebut. Banyak di
antara mereka yang mengalami tekanan psikologis dan berkeinginan kuat untuk
bunuh diri atau kabur dari Rudenim. Pada tanggal 13 November 2011, sebanyak
13 pengungsi dan pencari suaka kabur dari Rudenim Tanjungpinang, seorang dari
mereka gagal menembus kawat berduri Rudenim dan tewas, sementara seorang
lainnya yang juga gagal kabur mengalami luka parah (http://
www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f351aacc4a70/ indonesia-perlu
ratifikasi-konvensi-tentang-pengungsi Diakses tanggal 29/11/2012 pada 21.55 WIB ).
Ada beberapa instrumen hukum internasional yang menekankan pentingnya
perlindungan bagi pengungsi dan pencari suaka, yaitu Deklarasi Universal
Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM), Konvensi 1951, dan Protokol 1967. Pasal 9, 13,
dan 14 DUHAM, terhadap hak-hak dan kebebasan dasar para pengungsi dan
pencari suaka. Pasal 9 DUHAM menyatakan bahwa tidak seorangpun dapat
menjadi sasaran penangkapan yang sewenang-wenang, penahanan atau
pengasingan. Kemudian Pasal 13 DUHAM (dipertegas Pasal 12 Konvenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas kebebasan bergerak dan tinggal di dalam batas-batas wilayah setiap
8
kembali ke negaranya. Sementara itu, Pasal 14 DUHAM menyatakan bahwa
setiap orang berhak mencari dan menikmati suaka di negara lain akibat
pengejaran.
Jaminan perlindungan hak-hak pengungsi dan pencari suaka diperkuat oleh
Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang status pengungsi. Kedua instrumen
hukum internasional ini memberikan rincian tentang definisi dan status pengungsi,
hak-hak pengungsi, termasuk hak untuk dilindungi dari pemulangan paksa atau
pemulangan kembali ke negara asalnya di mana kehidupan dan kebebasan mereka
terancam.
Pada lingkup nasional, instrumen atau peraturan perundang-undangan
nasional sudah memberikan jaminan perlindungan bagi penghormatan dan
perlindungan pencari suaka. Adapun jaminan itu tertuang dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Hak untuk mencari dan
mendapatkan suaka dijamin melalui ayat 2 pasal 28G UUD 1945 yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh
suaka politik dari negara lain. Pada ayat 1 juga dinyatakan bahwa setiap orang
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Ayat ini secara
implisit mengakui bahwa setiap orang dapat berada dalam situasi ketakutan yang
mendorong dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk
Jaminan hak untuk memperoleh suaka yang ada dalam konstitusi tersebut
diperkuat pasal 28 UU No. 39 Tahun 1999. Disebutkan pada pasal ini bahwa
setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari
negara lain. Namun hak ini tidak berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan
nonpolitik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB.
Demikianlah, perlindungan bagi hak-hak pengungsi dan pencari suaka
mempunyai landasan hukum yang jelas, baik secara internasional maupun
nasional. Meskipun demikian, sejauh ini Pemerintah Indonesia belum memiliki
kebijakan yang komprehensif dalam menangani pengungsi dan pencari suaka. Hal
ini berimbas pada tidak adanya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama yang tepat
dalam menangani pengungsi dan pencari suaka di antara aparat penyelenggara
negara. Di samping itu, Pemerintah Indonesia sampai saat ini bukanlah negara
pihak yang menandatangani Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967,
sehingga Pemerintah Indonesia mengalami kesulitan dalam menangani pengungsi
dan pencari suaka.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti masalah tersebut dan memilih organisasi internasional sebagai kajian
bahan skripsi . Dalam penelitian ini penulis membuat skripsi dengan judul :
“Peranan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)
dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia
2008-2011”
Peneliti mengambil rentang waktu penelitian dimulai sejak tahun 2008,
10
UNHCR pada tahun tersebut arus para pengungsi dan pencari suaka yang masuk
ke wilayah Indonesia meningkat drastis, pada tahun 2008, Indonesia kedatangan
hanya 726 orang pencari suaka dan pengungsi, kemudian di tahun 2011, jumlah
pengungsi dan pencari suaka meningkat hingga kurang lebih dari 500 %, dengan
jumlah sebanyak 4239 orang. Peningkatan kedatangan pencari suaka dari tahun ke
tahun, dipicu oleh situasi di beberapa negara yang dilanda konflik
berkepanjangan, sehingga memaksa mereka untuk berpindah dan mencari tempat
yang lebih aman untuk kelangsungan hidup yang lebih baik. Ketertarikan peneliti
terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata kuliah ilmu hubungan
internasional yaitu antara lain:
1. Hubungan Internasional, mata kuliah yang membahas tentang hubungan antar
aktor-aktor di dunia internasional yang saling berinteraksi. Negara merupakan
aktor dari hubungan internasional, namun organisasi internasional pun dapat
menjadi salah satu aktor dalam hubungan internasional.
2. Isu-isu Global, mata kuliah yang membahas isu-isu yang menjadi sorotan dari
para pemangku kebijakan dan sejumlah besar pemerintah, atau bahkan yang
menjadi sorotan pers dunia, secara terus menerus seperti masalah hak asasi
manusia, gender, lingkungan hidup dan juga terorisme.
3. Organisasi dan Administrasi Internasional, Mata kuliah ini membantu
menjelaskan peranan oganisasi internasional dalam membantu menyelesaikan
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Mayor
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana peranan United Nations High Commissioner for
Refugees (UNHCR) dalam menangani masalah pengungsi dan pencari
suaka di Indonesia pada tahun 2008 - 2011?”
1.2.2 Rumusan Masalah Minor
Rumusan masalah mayor kemudian diturunkan menjadi rumusan minor,
dimana dalam menilai peranan sebuah organisasi dapat dilakukan dengan
menekankan pada pencapaian organisasi dalam mencapai tujuannya, di mana
tujuan daripada UNHCR adalah melindungi pengungsi dan mencarikan solusi
dalam membantu para pengungsi membangun kembali kehidupan mereka
yang normal.
Dalam mencapai sasaran atau tujuan tersebut, UNHCR menetapkan dan
menjalankan program dan tentunya program-program tersebut berlandaskan
kepada tujuan dari UNHCR itu sendiri. Rumusan tersebut berupa:
1. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh UNHCR dalam menangani
masalah pengungsi dan pencari suaka yang ada di Indonesia?
2. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh UNHCR dalam
menjalankan program-programnya?
3. Sejauh mana peranan UNHCR dalam menangani permasalahan pengungsi
12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peranan
United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) dalam menangani
masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia pada tahun 2008- 2011.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan
UNHCR dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui berbagai faktor kendala yang dihadapi oleh UNHCR
dalam menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peranan UNHCR dalam menangani
permasalahan pengungsi dan pencari suaka yang ada di Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat berguna untuk menguji konsep-konsep yang
dipergunakan dalam studi hubungan internasional, dalam menjelaskan
berbagai fenomena terkait kerjasama internasional pada pola kerjasama
organisasi internasional dalam memberikan bantuan terhadap negara yang
1.4.2Kegunaan Praktis
1. Diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan kajian
lebih lanjut bagi para mahasiswa dan penggiat hubungan internasional.
2. Dapat menjadi bahan referensi, masukan, dan tambahan pengetahuan
bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian dengan tema yang
relevan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Erika Feller, Volker Turk, dan Francer Nicholson didalam Refugee Protection in International law : UNHCR’s Global Consultations on Intenational
Protection. Meneliti kasus tentang pengungsi dan pencari suaka yang berada di
Indonesia dengan tujuan suaka ke Australia. UNHCR sebagai organisasi
internasional tentu saja memiliki fungsi dan peranan sebagai sebuah organisasi
internasional yang mengatur permasalahan pengungsi maupun pencari suaka.
Menurut Konvensi 1951 tentang status pengungsi dan Protokol 1967 dalam
menjalankan mandatnya, UNHCR berperan sebagai sebuah sarana ataupun aktor
netral bagi Indonesia dan Australia untuk menyelesaikan permasalahan pencari
suaka secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui beberapa langkah,
tahap, ataupun proses dalam program penanganan permasalahan pencari suaka
(Feller, 2003:3)
Sedangkan dalam penelitian ini, UNHCR sebagai organisasi internasional
menempatkan posisinya sebagai mitra kerja Indonesia dalam menangani
permasalahan pengungsi dan pencari suaka yang berada di Indonesia dengan
memberikan perlindungan dan jaminan keselamatan selama berada di Indonesia,
dan mencarikan solusi terbaik bagi mereka yang terdaftar sebagai pengungsi yang
sesuai dengan statuta UNHCR. Sekaligus, UNHCR menjadi badan yang
belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang status pengungsi dan Protokol 1967
dan Indonesia tidak memiliki kerangka hukum dan sistem penentuan pengungsi
yang jelas di Indonesia.
Menurut Aris Pramono dalam penelitiannya yang berjudul “Peran UNHCR
dalam penanganan pengungsi Rohingya di Bangladesh” menyatakan bahwa kasus
etnis Rohingya yang pada awalnya hanya kasus domestik Myanmar, kemudian
menjadi kasus yang diangkat ke forum internasional dan menjadi salah satu
agenda yang harus dibahas dan dicari penyelesaiannya oleh masyarakat
internasional. Aktor internasional yang berperan dalam kasus ini salah satunya
adalah UNHCR, yang merupakan organisasi PBB yang memberikan perlindungan
dan bantuan kepada pengungsi di dunia. Dalam penanganan pengungsi Rohingya,
UNHCR berperan sebagai inisiator setelah pemerintah Bangladesh meminta
bantuan UNHCR untuk menangani pengungsi Rohingya yang masuk ke
negaranya. Sejak tahun 1992, UNHCR telah menjalankan peranannya sebagai
penasihat, koordinator, dan pengawas perlindungan bantuan kemanusiaan bagi
para pengungsi Rohingya walaupun Bangladesh bukan negara penandatangan
Konvensi tahun 1951 mengenai status pengungsi, UNHCR tetap menjawab
panggilan tersebut dan turun tangan membawa bantuan-bantuan kemanusiaan,
sebagai bagian dari pelaksanaan mandat yang di embannya.
Menurut Putri K.T.M dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan UNHCR
dalam menangani Krisis Pengungsi Bhutan di Nepal rada tahun 2000-2004”
menyatakan bahwa krisis pengungsi Bhutan yang terjadi di Nepal akibat
16
permasalahan pengungsi. Dengan itu UNHCR diminta untuk menjalankan
perananannya sebagai penasihat, koordinator, dan pengawas perlindungan bantuan
kemanusiaan bagi para pengugsi. Nepal sebagai Host Coutry membutuhkan
bantuan, terutama material untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang memasuki
wilayah negaranya sejak tahun 1991. Maka dari itu, kehadiran UNHCR sangatlah
dibutuhkan, mengingat ketika itu Nepal sedang dilanda kemiskinan serta tingkat
pengangguran yang tinggi di negara tersebut, sehingga sangat berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan untuk para pengungsi. Walaupun Nepal bukanlah
negara penandatangan Konvensi 1951 mengenai status pengungsi, namun
UNHCR tetap menjawab panggilan tersebut dan turun tangan membawa
bantuan-bantuan kemanusiaan yang dibutuhkkan agar tidak terjadi krisis pengungsi yang
berkepanjangan, sebagai bagian dari pelaksanaan mandat yang diembannya.
Sedangkan dalam penelitian ini, kehadiran operasional UNHCR dalam
menangani masalah pengungsi dan pencari suaka di Indonesia dimulai sejak
adanya manusia perahu Vietnam yang berdatangan pada tahun 1970-an. Dan
UNHCR menerima kesepakatan tertulis dengan pemerintah Indonesia untuk
membuka kantor cabang di Jakarta pada 15 Juni 1979 (sekarang menjadi kantor
perwakilan regional) dan Indonesia menyetujui untuk mendirikan suatu pusat
pemrosesan regional untuk membantu pemukiman kembali para pencari suaka di
Pulau Galang. Krisis pengungsi yang datang ke Indonesia kembali terjadi antara
Tahun 2000 hingga 2002 dengan jumlah kira-kira 3500 pencari suaka yang
dicegat oleh petugas kepolisian perairan Indonesia dalam perjalanannya ke
konflik atau perang diantaranya Afghanistan, Iran, dan Irak. Dan pada 30
september 2002, Direktur Jenderal Imigrasi Indonesia mengeluarkan surat edaran
yang berisi kesepakatan Indonesia dalam bekerjasama dengan UNHCR dengan
memberikan akses masuk wilayah Indonesia, merujuk para pencari suaka ke
UNHCR dan mengizinkan mereka untuk tinggal di Indonesia sampai ada
keputusan mengenai statusnya (Jaquement,2004:17).
Menurut penelitian Anita Robets tentang “Asylum Seekers timur tengah di
Indonesia dari perspektif Republik Indonesia”, Persoalan aliran asylum seekers
pada saat ini melibatkan baik instansi domestik maupun instansi internasional.
Dengan demikian seharusnya ada upaya nasional dan regional untuk mengkajikan
efek-efek aliran ini atas negara masing-masing. Australia sebagai negara tujuan
aliran migrant irregular ini harus ambil langkah langkah yang sesuai dengan
tindakan-tindakan RI. Bekerjasama dalam jiwa Regional Cooperative Model
benar-benar dibutuhkan untuk semua yang terlibat, khususnya untuk penanganan
dalam memberikan perlindungan terhadap para asylum seekers dan pengungsi itu
sendiri (Robets,2007:11).
Menurut lembar fakta no. 20 yang di terbitkan oleh Pusat Studi Hak asasi
manusia (PUSHAM) UII yang berjudul “Hak asasi manusia dan Pengungsi”,
bahwa pencari suaka dan pengungsi mempunyai hak dan kebebasan untuk
mendapatkan perlindungan internasional dan memutuskan keluar dari negaranya
untuk mencari tempat yang lebih aman yang didasari rasa takut atas penindasan
yang mengancam keselamatan dari negara asalnya. Dengan demikian maka
18
manusia yang lebih luas. Penanganan pengungsi ini terutama di dorong oleh rasa
kemanusiaan untuk memberikan perlindungan dan membantu para pengungsi. Hal
ini dilakukan karena mereka keluar dari negaranya dan tidak mendapat
perlindungan dari negaranya.
Dalam penelitian ini, Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi
nila-nilai kemanusiaan, sadar akan keberadaan para pencari suaka yang berada di
Indonesia yang mencari perlindungan serta jaminan keselamatan yang kian
bertambah, untuk itu Indonesia berkomitmen dalam memberikan perlindungan
terhadap mereka serta meningkatkan kerjasama antar negara sumber, negara
transit, negara tujuan dan organisasi internasional terkait (UNHCR dan IOM)
yang terwujud dalam Konferernsi Regional Tingkat Menteri pada tahun 2002
yang dinamakan The Bali Proses, dengan tujuan untuk dapat mengetahui
penyebab kedatangan massal para pencari suaka, membangun manajemen
perbatasan negara anggota dan kapasitas kontrol negara, serta mencegah dan
memerangi dari tindak penyelundupan dan perdagangan manusia.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hubungan Internasional
Hubungan Internasional dilaksanakan melalui banyak jalur di samping
jalur pemerintah. Sebagai aktor dalam politik global negara juga tidak selalu
bertindak sebagai aktor yang unitary dan kelompok-kelompok yang ada di
dalamnya tidak selalu bertindak secara koheren. Selain negara pun ada
banyak aktor lain seperti perusahaan multinasional, organisasi internasional
Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi
mengenai interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state
actor memiliki berbagai macam pengertian. Dalam buku “Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional” Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad
Yani menyatakan bahwa:
"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar (Perwita & Yani. 2005: 3-4)”.
Hubungan yang biasanya dilakukan masyarakat ini biasanya
dilakukan dalam pasar internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintahannya dan kekayaan serta kesejahteraan warga negaranya. Guna
memahami seberapa pentingnya ilmu hubungan internasional, diperlukan
adanya pemahaman mengenai apa yang pada dasarnya terjadi dalam negara,
permasalahan maupun karakteristik dari suatu negara, apa dampaknya,
seberapa penting dan bagaimana kita harus memahami isu keterlibatan
organisasi internasional di Indonesia (Robert & Sorensen, 2005:5).
Berakhirnya perang dingin telah mengakhiri sistem bipolar dan
berubah pada multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan
yang bernuansa militer kearah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi
di antara negara-negara di dunia. Pasca perang dingin, isu-isu hubungan
20
politik dan keamanan) meluas ke isu-isu low politics (isu-isu HAM, ekonomi,
lingkungan hidup, dan terorisme) (Perwita dan Yani, 2005: 7).
Pada dasarnya, ilmu hubungan internasional lebih mencakup kepada
segala macam hubungan-hubungan antar bangsa di dalam lingkungan
masyarakat dunia, dengan adanya kekuatan-kekuatan didalam proses
mempertahankan pola hidup, pola bertindak dan pola berpikir manusia, bagi
suatu unit politik internasional. Studi ini merupakan bagian dari ilmu yang
lebih luas yaitu ilmu politik, dan menitik beratkan kepada pentingnya studi
fenomena-fenomena politik pada peringkat global, serta kepada permasalahan
terkait dengan perlindungan hak asasi manusia dalam hal ini para pengungsi
yang menjadi korban dari berbagai dampak fenomena global yang terjadi
pada saat ini, diantaranya bencana alam, konflik internal, perang dan
ketidakstabilan politik dalam suatu negara sehingga terjadinya mobilisasi
penduduk dan berbagai isu lainnya yang berkaitan dengan interaksi antara
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai
organisasi internasional dengan pemerintah Indonesia yang menjadi negara
transit para pengungsi dalam memberikan bantuan perlindungan internasional
serta memberikan solusi dalam menangani permasalahan pengungsi dan
pencari suaka.
2.2.2 Organisasi Internasional
Organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan
dan kepentingan masyarakat antar-bangsa untuk adanya wadah serta alat
mengkoordinasikan kerjasama antar-negara dan antar-bangsa kearah
pencapaian tujuan yang sama dan yang perlu diusahakan secara
bersama-sama. Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah
organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam
hubungan internasional (Perwita & Yani, 2005:91).
Teuku May Rudi mendefinisikan organisasi internasional dalam
bukunya “Organisasi dan Administrasi Internasional” sebagai berikut:
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah, maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (Rudy, 2005:3)”.
Berdasarkan definisi diatas, maka organisasi internasional kurang lebih
harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.
2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.
3. Mencakup hubungan antar pemerintah maupun non pemerintah.
4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.
5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (Rudy, 2005:3).
Sedangkan menurut Michael Hass dalam buku Perwita dan Yani
“Pengantar Hubungan Internasional”, Pengertian organisasi internasional
memiliki dua pengertian yaitu:
22
tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini (Perwita dan Yani, 2005:93)”.
Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations,
organisasi internasional berasal dari dua kata organisasi dan internasional
yang berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan
kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovernmental
yang disebut dengan hubungan transnational (Perwita dan Yani, 2005 ; 92).
Dari definisi diatas, sangat jelas bahwa UNHCR merupakan suatu
organisasi internasional yang mempunyai tujuan dan fungsi khusus yakni
UNHCR sebagai Organisasi yang mendapat mandat khusus dari Majelis
Umum PBB untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perlindungan
untuk para pengungsi akibat perang ataupun bencana alam. Komisioner
Tinggi PBB urusan pengungsi dipilih melalui sidang umum PBB setiap lima
tahun. Saat ini António Guterres menjabat sebagai Komisioner Tinggi PBB
untuk urusan pengungsi periode 2010-2015, dengan jumlah staff-nya
berjumlah lebih dari 7,685 orang di 125 negara dalam memberikan
perlindungan dan bantuan kepada jutaan pengungsi (diakses melalui
http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/komisioner-tinggi-unhcr pada
tanggal 30/08/2013 pukul 23.00 WIB).
Menurut Schmitz, Hans, Peter, dan Sikkink, Kathryn “International
Human Right” Walter Carlsnaes, Thomas Risse, dan Beth A. Simmons,
dalam Handbook of International Relation, mengungkapkan organisasi
internasional tidak hanya berkutat dengan isu high politic, namun juga isu
kenegaraan hingga dalam pengertian tradisional sering disamakan dengan
institusi formal yang beranggotakan negara. Spesifikasi terhadap OI terbagi
dalam beberapa kategori, antara lain adalah :
1. Berdasarkan keanggotaan :
1) Universal Membership, yaitu organisasi internasional yang
memiliki open-door policy seperti PBB yang sesuai dengan bab II,
pasal 4 (1) pada Piagam PBB yang mempersilahkan negara-negara
yang mengusung perdamaian dunia untuk menjadi anggota
organisasi tersebut.
2) Limited Membership, yaitu organisasi internasional yang
menjadikan sebuah kriteria objektif sebagai dasar dalam
membangun batasan atas partisipator yang dapat terlibat dalam
sebuah IGO, contohnya Liga Arab (terbatas pada negara-negara
berbahasa Arab).
2. Berdasarkan Purpose :
1) Multi or General Purpose Organization, yang memiliki kapabilitas
untuk menangani lebih dari satu bahkan seluruh isu internasional
(politik, ekonomi, sosial dan keamanan) dalam satu kawasan
geografis yang mempengaruhi anggotanya, contohnya
Organization of African Unity (OAU).
2) Narrow Mandated IGOs, OI yang deskripsi pekerjaannya terfokus
24
menganalisa itu, baik militer, ekonomi, atau sosial, contohnya
WHO (World Health Organization).
Berdasarkan kategori diatas, maka UNHCR masuk kedalam Kategori OI
dengan berkeanggotaan Universal dengan Mandat Khusus. Dari kategorisasi
tersebut dapat dilihat bahwa UNHCR adalah sebuah OI dengan lebih dari satu
atau dua negara sebagai anggotanya yang memiliki satu visi yang sama dan
memfokuskan tugasnya, yaitu untuk menangani permasalahan pengungsi
dunia. Para anggota merupakan representative dari negaranya yang tidak
terikat dengan kondisi politik negaranya, sehingga UNHCR dan aktifitas yang
dijalankannya dapat bersifat non-politis, dan sepenuhnya berkonsentrasi pada
tugas-tugas kemanusiaan (Schmitz, 2002:2).
2.2.2.1 Peranan Organisasi Internasional
Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai
individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional.
Sebagai anggota masyarakat internasional, organisasi internasional
harus tunduk pada peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama.
Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap anggota tersebut
melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya
(Perwita dan Yani, 2005:29). Maka dapat dikatakan peranan UNHCR
sebagai organisasi internasional adalah menjalankan fungsinya sebagai
suatu organisasi internasional yang difokuskan pada urusan
para pengungsi dan pencari suaka dan membantu pemerintah dalam
menangani permasalahan pengungsi.
Negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan suatu
organisasi internasional berhak meminta bantuan berupa saran,
rekomendasi atau aksi langsung berkaitan dengan masalah-masalah
dimana pemerintah tidak dapat mengambil resiko dengan hanya
bertindak melalui kebijakan nasionalnya. Bahkan saat ini organisasi
internasional dapat mempengaruhi tingkah laku negara secara tidak
langsung, dimana kehadiran organisasi internasional mencerminkan
kebutuhan suatu masyarakat dunia untuk bekerjasama dalam menangani
suatu permasalahan.
Peranan organisasi internasional terbagi dalam 3 (tiga) kategori,
adalah sebagai berikut :
1.) Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan
oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan
tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.
2.) Sebagai arena. organisasi internasional merupakan tempat
bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan
membicarakan masalah masalah yang dihadapi. Tidak jarang
organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara
untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun
mengangkat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan
26
3.) Sebagai aktor independen. organisasi internasional dapat
membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh
kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (Archer dalam
Perwita & Yani, 2005 : 95).
Jelas di atas bahwa suatu organisasi Internasional hanya bisa
melakukan tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan dari
tubuh organisasi internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas
bahwa organisasi internasional merupakan non-state actor (Aktor Non
Negara) yang mempunyai kedudukan dalam sistem internasional.
Peranan organisasi internasional saat ini telah menjadi aktor
dalam kancah hubungan internasional, karena peranannya sebagai
sebuah wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau
koordinasi kebijakan antar pemerintah, seperti sebagaimana peranan
UNHCR di Indonesia yang menjadi mitra kerjasama pemerintah dalam
memberikan perlindungan serta mengurusi proses suaka dalam
mencarikan negara baru bagi para pengungsi.
2.2.3 Kerjasama Internasional
Kerjasama Internasional merupakan suatu perwujudan kondisi
masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan
kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan
kerjasama tersebut. Tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan
kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional
ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan
dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 34).
Dalam usaha sebuah negara untuk menyelesaikan suatu masalah yang
bersifat regional maupun internasional bisa diselesaikan bersama dengan
kerjasama, dalam kerjasama ini terdapat kepentingan-kepentingan nasional
yang bertemu dan tidak bisa dipenuhi di negaranya sendiri. Kerjasama
menurut Holsti :
“Kerjasama yaitu proses-proses dimana sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau perundingan tertentu yang memuaskan kedua belah
pihak” (2011: 209)”.
Sedangkan kerjasama internasional menurut Kartasasmita dijelaskan
dalam bukunya Administrasi Internasional adalah kerjasama internasional
merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya hubungan interdependensi
dan bertambahnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional
(Kartasasmita, 2002: 19).
Seperti yang dilakukan organisasi UNHCR dengan pemerintah
Indonesia, kerjasama yang di jalin adalah untuk membantu pemerintah
Indonesia dalam penanganan masalah pengungsi dan pencari suaka karena
Indonesia sampai saat ini bukanlah negara pihak yang menandatangani
Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967. Dalam suatu kerjasama
internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai
negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri
28
Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam kerjasama internasional;
“Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik
internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya , tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri
(Sugiono, 2006: 6)”.
Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam
kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat
dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain
dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam
hubungan internasional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu
berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui
kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan
yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena
kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan
(Perwita dan Yani, 2005: 33-34).
Pada perkembangannya, kerjasama internasional kini tidak hanya
dilakukan oleh negara dengan negara saja, tetapi aktor lain seperti organisasi
internasional, individu dan organisasi non-pemerintah dapat melakukan
kerjasama internasional, dan aktor-aktor tersebut mempunyai kepentingan
UNHCR bekerjasama dengan pemerintah Indonesia guna membantu beban
berat yang mesti ditanggung negara transit (Indonesia) untuk dapat
menampung dan memenuhi seluruh kebutuhan hidup, serta memberikan
perlindungan internasional terhadap para pengungsi. Selain itu adanya
Konferensi Regional Tingkat Menteri “The Bali Process” yang diikuti oleh
lebih dari 50 negara anggota dan beberapa organisasi internasional
diantaranya UNHCR dan IOM, merupakan bentuk adanya kerjasama
internasional yang terjalin antara negara dan organisasi internasional dengan
tujuan untuk memfokuskan pemberian perlindungan terhadap para pengungsi
serta pengembangan manajemen perbatasan negara anggota.
2.2.4 Pengungsi dan Pencari Suaka
Ada banyak definisi tentang pengungsi, dari yang paling sempit sampai
yang paling luas. Apabila dilihat dari definisi secara harfiah atau bahasa,
istilah pengungsi internasional adalah mereka yang lari dari suatu daerah,
yang karena ruang lingkupnya internasional, maka mereka melarikan diri dari
suatu negara untuk kemudian memasuki wilayah negara lainnya untuk
mencari pengungsian. Adapun syaratnya mereka dikatakan sebagai pengungsi
internasional secara harfiah adalah mereka haruslah melewati batas wilayah
suatu negara ke negara lainnya. Karena apabila mereka tidak melewati batas
wilayah negaranya maka bisa dikatakan sebagai pengungsi lokal. Secara
harfiah, istilah ini tidak dibedakan alasan mereka pergi dari negaranya,
apakah karena alasan perang, bencana alam, ataupun karena alasan ekonomi.