• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

Bagan 2.1 Penilaian/Asesmen Diadaptasi …

1. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).

2. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.Ciri-ciri

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 32-33 dan 53

9

Arnie Fajar, Portopolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke 3 (Revisi), h. 219 PENILAIAN URAIAN OBJEKTIF - Pilihan ganda - Benar – salah - Memasangkan/ - Menjodohkan PENAMPILAN TULISAN LISAN NONTES - Evaluasi - Skalasikap - Daftarcek - Lembar observasi - Portofolio - Dll. TES

pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainnya.

3. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini di maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.

c. Macam-Macam Tes Objektif 1. Tes benar-salah (true-false)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statmet tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan huruf itu salah.

2. Tes pilihan ganda (multi choice test)

Multi chice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memlih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor)

3. Menjodohkan (matching test)

Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyannya.

4. Tes isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang di hilangkan atau yang harus di isi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

Salah satu bentuk tes adalah pilihan ganda (multiple choice test) diantaranya:

1. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda

Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) di minta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban. Kemungkinan jawaban itu biasnya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

cara penulisan kata diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun ke samping.

Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara: a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.

b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar). c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban

yang di anggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf di depan jawaban di anggap benar.

d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tanda (+) di dalam kotak atau tanda kurung di depan jawaban yang telah di sediakan.

2. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tes pilihan ganda:

a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila di pandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.

b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar.

Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

c) Kalimat pokoknnya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat di pilih.

d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

Contoh:...kita sudah merdeka ...kita bekerja sama...kita masing-masing. a. Andai kata...maka b. Meskipun...boleh c. Negara ...maka d. Walaupun...tidak seharusnya e. Tahun 1945...dan

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar. j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun

ide tersebut dapat kompleks.

k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).

l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat urainnya maupun taraf tehnis.

n) Alternatf-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.

o) Buatlah alternantif pilihan ganda sebanyak empat. Bilaman terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan jawaban hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau penggulanngan kata pada kalimat pokok di alternatfi-alternatifnya, karena anak cenderung akan memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat di duga itulah jawaban yang benar.

q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannnya melainkan hafalannya.

r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan inklusif, dan jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti seperti selalu, kadang-kadang, pada umumya.

3. Cara pengolahan skor:

Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam rumus pula.

a) Dengan denda, dengan rumus:

S = R- W 0 -1

S = skor yang diperoleh (Raw Score) R = jawaban yang betul

W = jawaban yang salah 0 = bannyaknya option

1 = bilangan tetap

Contoh : muridmenjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk

multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah. Skor = 17 - 3 = 16

4 – 1

b) Tanpa denda, dengan rumus:

S =R10

d. Cara pengolahan nilai kognitif

Penilaian merupakan sebuah prosses. Dalam sebuah penilaian pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap sebuah penilaian meliputi tahap berikut:

a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang akan digunakan, dan menetukan frekuensi pelaksanaan penilaian.

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, pemeriksaan hasil penilian atau lembar tugas dan pemeriksaan skor.

c. Pengolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang diperoleh kuantitatif atau kualitatif.

d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma tertentu.

e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan sesuai dengan tujuan penilaian.11

10

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhui hasil belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologi (yang bersifat rohaniah).

a. Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apabila disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi orang-orang khusunya siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhui kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang redah, umpamanya, akan menyullitkan sensori register

(gema dan citra). Akkibat negatif selanjutnnya adalah terhambatnya proses penyerapan informasi yang dilakukan sistem memori siswa tersebut.

b. Aspek Psikologi

Banyak fakor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih ensinsial itu adalah sebagai berikut:

11

c. Inteligensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan pisko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyusuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetepi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “ menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

d. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

e. Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemapuan potensi yang di miliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnnya, bakat tidak dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatih.

f. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siwa dalam bidang-bidang tertentu. g. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.

2) Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga pengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keaktiifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efensiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) a. Pengertiaan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan. Ada empat unsur

penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus di capai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses belajar dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa di tetpakan berdasarkan beberapa pendekatan, di anatara pengelompokan yang di dasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang di dasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang di dasarkan atas campuran baik campuran di tinjau dari minat maupun campuran yang di tinjau dari kemampuan. Pendekatan apapun yang di gunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktiviitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan guru, baik kemampuan dalam aspek kemampuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalamanan, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan yang dimaksud untuk memberikan arahan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian dilakuaan secara kelompok. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan

(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan.12

Pembelajaran kooperatif dapat di definisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnsosn & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekaerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi pembelajaran kooperatif, siswa di arahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individual.13

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahamanan yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuaan pada siswa, tetapi juga harus membangun penngetahuaan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan dalam ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri.

Ciri-ciri pembelajaran cooperative learning antara lain : a. Saling ketergantungan positif (positive interdepence) b. Tanggung jawab perseorangan (idividual accountability) c. Tatap muka (face to face)

d. Komunikasi antar anggota (interpersonal comonication) e. Evaluasi proses kelompok (group processing)

Karakteristik Pembelajaran cooperative learning antara lain :

1) Siswa belajar dalam kelompok kooperatif dalam menguasai materi.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet Ke-1, h. 241-242

13

Lakmini Dewi, Masitoh..., Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet Ke-1, h. 232

2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3) Jika memungkinkan, masing-nasing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

Prinsip Strategi Pembelajaran kooperatif antara lain : a) Kemampuan Kerjasama

b) Otonomi Kelompok c) Interaksi Bersama d) Keikut sertaan Bersama e) Tanggung Jawab Individu f) Ketergantungan Positif

g) Kerjasama merupakan suatu nilai

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif :

1. Model Student Team Achievetment Divisioan (STAD) 2. Model Jigsaw

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation) 4. Model Make a Match (Membuat Pasangan)

5. Model TGT (Team Game Tournaments) 6. Model Struktural

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison) Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadapan keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa.

Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.14

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajara dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

Berbagai metode ditemukan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team assisted Indidualization, dan Cooperative Intergrated Reading and Composition. Setiap metode tersebut dijelaskan berikut ini.

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan metode pengajaran yang memilah siswa kedalam tim belajar yang beranggotakan empat orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja sama dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa seluruh angota tim telah menguasi pelajaran tersebut, pada akhir pelajaran setiap siswa diberi tes tentang materi dan antar siswa tidak boleh saling membantu.15

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

14

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Edisi Ke-2, h. 403

15

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007). Edisi Kedua, h. 34-35

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.

5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

e. kelebihan dan kelemahan Model STAD (Student Teams

Achievement Division)

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya. Secara rinci kelebihan model ini ialah: 1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara Alpot16

2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik

3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak

4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif

5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar

16

7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru

8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup

9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok

10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi

11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu 12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi

untuk aktif dalam pembelajaran.

13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik.

14.Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.

3. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupapkan nama mata pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan

tinggi yanng indentik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada ahli atau pakar kita di Indonesia.17

Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran

Dokumen terkait