• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD (

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION

) PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV

MI MIFTAHUL KHAIR TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Rahayu Winarti NIM 1811018300042

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DMS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad

SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi yang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

sarjana pendidikan Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain,

penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kependidikan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian;

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, Selaku Pembimbing yang telah mengoreksi naskah

skripsi ini dengan tekun;

4. Suamiku tersayang (Sudarno) dan anakku tercinta yang selalu memberi

dukungan baik moril maupun materil hingga selesainya skripsi ini;

5. Kerdua orang tua saya yang senantiasa selalu mendo’akan;

6. Kepala Madrasah dan guru-guru MI Miftahul Khair Tangerang yang telah

membantu dalam penyelesaian penyususan skripsi ini;

7. Teman-teman PGMI yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tetapi tidak

mengurangi rasa hormat penulis yang telah membantu dukungan moril hingga

(7)

ii

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan

dan partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan

mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 2014

Penulis

(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR TABEL ………..… v

DAFTAR BAGAN ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………….……… viii

ABSTRAK ………. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..

B. Identifikasi Masalah ………...

C. Pembatasan Masalah ………..

D. Perumusan Masalah ……….………..

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ...………

1

4

4

4

4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS

A. Kajian Teori ………..…...……….

B. Penelitian yang Relevan………..

C. Kerangka Berpikir ………..

D. Hipotesis Tindakan ………

6

33

36

37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….………...

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .………

38

(9)

iv

C. Subjek Dalam Penelitian………….………...

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………...….

E. Tahapan Intervensi Penelitian ………...………….

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .………

G. Data dan Sumber data ………...………

H. Teknik Pengumpulan Data ………

I. Instrumen Pengumpulan Data ………

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ……….

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan………..…

L. Analisis Data dan Interpretasi Data ………...

41

41

42

43

44

44

44

48

50

50

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah ……….…………...

B. Analisis Data Penelitian Persiklus ……….…...……….……

C. Pembahasan ………

51

56

67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………

B. Saran ………...

71

71

DAFTAR PUSTAKA ………..……… 73

(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1: Pedoman Observasi Siswa 45

Tabel 3.2: Pedoman Observasi Guru 46

Tabel 3.3: Kisi-kisi soal tes hasil Belajar 48

Tabel 4.1: Jumlah siswa MI. Miftahul Khair 53

Tabel 4.2: Jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas IV MI. Miftahul

Khair Tahun Ajaran 2013-2014

53

Tabel 4.3: Keadaan Guru MI. Miftahul Khair 54

Tabel 4.4: Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I 57

Tabel 4.5: Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 59

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I 60

Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II 62

Tabel 4.8 Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 64

Tabel 4.9: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II 66

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69

(11)

vi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Penilaian/Asesmen Diadaptasi ….……….………

Bagan 2.2 : Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial …...…………

Bagan 2.3 : Materi pembelajaran ………..

Bagan 2.4 : Bagan Kerangka Berfikir ………...

Bagan 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas………

Bagan 4.1 : Struktur Organisasi ………

11

29

33

38

39

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 68

Gambar 4.2: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 73

Gambar 4.3: Grafik Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II 78

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Observasi Gueu Siklus I

Observasi Guru Siklus II

Rencana Pelaksana Pembelajaran

Soal Siklus Ip

Soal Siklus II

Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan

menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus I

Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan

menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus II

Surat Izin Penelitian

Surat Bukti Penelitian

(14)

ix

ABSTRAK

RAHAYU WINARTI, 2014. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang”

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan mengungkap sejauh mana efektifitas penggunaan Model Pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPS sebagai alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Miftahul Khair .

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK, dan tindakan penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, observasi kegiatan belajar, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil pre test dan post test serta lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian nilai KKM siswa dan

prosentase yang mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% dan pada siklus II sebesar 100%. Jadi, peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD adalah sebesar 45%.

Kata kunci: Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadiaan, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka di selenggarakan rangkaian

kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjejang dan sistematis melalui

pendidikan formal seperti sekolah.Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi

rendahnya kualitas hasil pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

di berikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generilisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi,

dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat

menjadi warga negara Indonesia yang Demokratis, dan bertanggung jawab, serta

warga dunia yang cinta damai.

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan diri sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan, dan lingkunganya, serta berbagai bekal siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan

tujuan dari pemdidikan IPS, tampaknya di butuhkan satu pola pembelajaran yang

mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan ketrampilan

guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi

1

(16)

pembelajaran senantiasa terus di tingkatkan, agar penbelajaran pendidikan IPS

benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan

keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara

yang baik.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu mata pelajaran IPS di rancang untuk mengembangkan

pengetahuaan, pemahaman, dan kemampuan analisi terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprenhensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasialan dalam

kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut di harapkan peserta didik

akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

yang terkait.

Dampak dari kualitas pembelajaran IPS tersebut dan kesadaran semua

pihak akan pentingnya pembelajaran IPS yang berkualitas, telah mendongkrak

berbagai upaya pembenahan pembelajaran. Namun sayang, upaya tersebut sampai

saat ini belum sesuai dengan yang di harapkan. Hampir tiga dekade pelaksaaan

kurikulum bermuatan modern, tetepi keberhasilan belajar siswa belum tercapai

secara optimal. Hal tersebut tentunya masih terhambatnya berbagai sarana dan

prasarana serta fasilitas dari media yang kurang memadai sehingga selama ini

guru mengajar hanya dengan metode konfensional yaitu metode ceramah dan

mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan

belajara mengajar menjadi mononton dan kurang menarik perhatian siswa.

Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

mata pelajaran IPS. Akibatnya siswa kurang aktif dalam proses pembalajaran IPS.

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur

antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat

(17)

sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada

tujuan.

Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting

sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami

oleh siswa.

Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa

dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan

sehari- hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat

perlu di lakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan

permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran cooperative

learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah

yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap

sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna

menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Melalui model cooperative learning diharapkan dapat

lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya

dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

MI Miftahul Khair Tangerang adalah salah satu sekolah dasar yang

terletak di kelurahan Gandasari, kecamatan Jatiuwung, kabupaten Tangerang,

propinsi Banten. Kegiatan pembelajaran di MI ini masih termasuk tradisional

karena kebanyakan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam

penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses

pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil

survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam

proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang

berpartisipasi, sedangkan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi beberapa

permasalahan yang terjadi di MI Miftahul Khair Tangerang sebagai berikut:

1. Daya ingat siswa yang kurang terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

2. Tidak terjadi interaksi yang maksimal antara guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa.

3. Metode pembelajaran yang digunakan guru didominasi dengan metode

ceramah.

4. Guru tidak menggunakan alat peraga pelajaran yang sesuai dan dapat

menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan.

5. Proses pembelajaran berpusat pada guru, dan bukan pada siswa.

6. Kurangnya minat dan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

yang disajikan guru.

7. Kurangnya upaya guru untuk menggunakan metode pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS di kelas IV MI Miftahul Khair.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana upaya meningkatkan

hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran

(19)

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk merencanakan proses pembelajaran

yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan motivasi dan

hasil belajar yang baik.

b. Bagi kepala sekolah/madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan

atas perkembangannya bidang pendidikan.

(20)

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan

istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa,

yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang

dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.

Hasil belajar tampak sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh

kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian,

tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat

mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel

yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya

adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor

lingkungan.2

b. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh

guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya

2

(21)

merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua

bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan

kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka mendapat bahwa perilaku

yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi

kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang di

inginkan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar

sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.3

Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah

satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam

melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu.

Dimyati dan Mudjiono ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan motivasi,

keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan dan

penguatan, dan perbedaan individual.4

E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya

ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,

tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan

menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan

balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena

itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu

peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.5

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar

ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru

yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,

3

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), Cet. Ke. III, h. 208

4

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, (Bandung: PR Remaja Rasdakarya, 2010), Cet. Ke-2, h. 249

5

(22)

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para

siswa berada pada tingkat optimal.6

c. Penilaian Kognitif

pengertian penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.

d. Tehnik Penilaian Kognitif

Tehnik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu :

1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk

mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima

sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving

dan lain sebagianya.

2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan

pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan

kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam

situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan

mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen

atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau

6

(23)

kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada

atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan

menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara

membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur

yang telah dipelajari.

5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang

dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur

pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih

menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang

mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan

tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan

menggunakan kriteria tertentu.

Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan

evaluasi, testee di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,

konsep, situasi, dan sebagainya. Berdasarkan suatu kinerja tertentu. Kegiatan

penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasanya, cara bekerjanya, cara

pemecahanya, metodenya, materinya, atau lainnya.7

a. Definisi Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis

kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang

mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.

- (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis

dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan

aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari

petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan

7

(24)

pilihan jawaban, menerangkan,mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas

menjawab secara lisan dan sebagainya.

- Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan

testing adalah saat pengambilan tes.

- (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang

mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dimulai atau diukur, baik

mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainnya.

- (Dalam istilah Indonesia: percobaan), adalah orang yang diserahi untuk

melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain,

tester adalah objek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh

objek evaluasi untuk melaksankan tugasnya)

Didalam bukunya yang berjudul Enaluasi Pendidikan, Drs. Amir Daien

Indrakusuma mengatakan demikian:

“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”.

Selanjutnya, di dalam bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori

mengatakan:

“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.

Definisi terakhir yang di kemukakan disini adalah definisi yang dikutipkan dari

Webster’s Collegiate.Test = any series of question or exercises or other means of measuring the skill. Knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an

individual or group.

Yang lebih kurang artinya demikian:

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuaan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimilii individu atau kelompok.

Kutipan ini disajikan dalam buku: Encyclopedia of Educational Evaluation**)

(25)

dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:Test is comprehensive

assessmennt of an individual orban entire program evaluation effort.

Artinya: Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau

keseluruhan usaha evaluasi program.

Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan

suatu alat pengumpul informasi tetapi jika di bandingkan dengan alat-alat yang

lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Apabila rumusan yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi

yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi

ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program

pengajaran.8

Secara lengkap di gambarkan bagan penilaian sebagai berikut:

BAGAN 2.1: Penilaian/Asesmen Diadaptasi dari Utari S & S Hamid Hasan.9 b. Bentuk-Bentuk Tes

1. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).

2. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan

jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.Ciri-ciri

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 32-33 dan 53

9

(26)

pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan,

mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainnya.

3. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara

objektif. Hal ini di maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes

bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan

jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang

berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.

c. Macam-Macam Tes Objektif 1. Tes benar-salah (true-false)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statmet tersebut

ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk

menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika

pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika

pernyataan huruf itu salah.

2. Tes pilihan ganda (multi choice test)

Multi chice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang

suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus

memlih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian

kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban

(option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan

beberapa pengecoh (distractor)

3. Menjodohkan (matching test)

Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan,

mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri

atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing

pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban,

(27)

4. Tes isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes

penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas

kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian

yang di hilangkan atau yang harus di isi oleh murid ini adalah merupakan

pengertian yang kita minta dari murid.

Salah satu bentuk tes adalah pilihan ganda (multiple choice test) diantaranya:

1. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda

Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk

benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) di minta

membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban.

Kemungkinan jawaban itu biasnya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi

adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan

komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

cara penulisan kata diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban

disusun ke samping.

Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara:

a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.

b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).

c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban

yang di anggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf

di depan jawaban di anggap benar.

d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tanda (+) di dalam kotak atau tanda

kurung di depan jawaban yang telah di sediakan.

(28)

2. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tes pilihan ganda:

a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila di pandang perlu baik

disertai contoh mengerjakannya.

b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar.

Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar

nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

c) Kalimat pokoknnya hendaknya mencakup dan sesuai dengan

rangkaian mana pun yang dapat di pilih.

d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat

pokoknya.

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung

pada butir-butir soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah

satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

Contoh:...kita sudah merdeka ...kita bekerja

sama...kita masing-masing.

a. Andai kata...maka

b. Meskipun...boleh

c. Negara ...maka

d. Walaupun...tidak seharusnya

e. Tahun 1945...dan

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.

j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun

ide tersebut dapat kompleks.

k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah

(29)

l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata

bahasa dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam

panjangnya, sifat urainnya maupun taraf tehnis.

n) Alternatf-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen

mengenai isinya dan bentuknya.

o) Buatlah alternantif pilihan ganda sebanyak empat. Bilaman terdapat

kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah

empat tersebut. Pilihan-pilihan jawaban hendaknya jangan terlalu

gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau penggulanngan kata pada kalimat

pokok di alternatfi-alternatifnya, karena anak cenderung akan

memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini

disebabkan karena dapat di duga itulah jawaban yang benar.

q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.

Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannnya melainkan

hafalannya.

r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan

inklusif, dan jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti seperti selalu,

kadang-kadang, pada umumya.

3. Cara pengolahan skor:

Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini

digunakan 2 macam rumus pula.

a) Dengan denda, dengan rumus:

S = R- W 0 -1

S = skor yang diperoleh (Raw Score)

(30)

W = jawaban yang salah

0 = bannyaknya option

1 = bilangan tetap

Contoh : muridmenjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk

multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.

Skor = 17 - 3 = 16 4 – 1

b) Tanpa denda, dengan rumus:

S =R10

d. Cara pengolahan nilai kognitif

Penilaian merupakan sebuah prosses. Dalam sebuah penilaian

pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap

sebuah penilaian meliputi tahap berikut:

a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan

penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode

penilaian yang akan digunakan, dan menetukan frekuensi pelaksanaan

penilaian.

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan

penilaian, pemeriksaan hasil penilian atau lembar tugas dan

pemeriksaan skor.

c. Pengolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan

teknik statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang diperoleh

kuantitatif atau kualitatif.

d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan

mendasarkan diri pada norma tertentu.

e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan

sesuai dengan tujuan penilaian.11

10

(31)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhui hasil belajar

dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni:

aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologi (yang

bersifat rohaniah).

a. Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apabila disertai pusing-pusing

kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

Kondisi orang-orang khusunya siswa, seperti tingkat kesehatan indra

pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhui

kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,

khususnya disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan

siswa yang redah, umpamanya, akan menyullitkan sensori register

(gema dan citra). Akkibat negatif selanjutnnya adalah terhambatnya

proses penyerapan informasi yang dilakukan sistem memori siswa

tersebut.

b. Aspek Psikologi

Banyak fakor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa.

Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya

dipandang lebih ensinsial itu adalah sebagai berikut:

11

(32)

c. Inteligensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

pisko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyusuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Akan tetepi memang harus diakui bahwa peran otak dalam

hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada

organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “ menara

pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

d. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif

tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara

positif maupun negatif.

e. Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemapuan potensi yang di miliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.

Dalam perkembangan selanjutnnya, bakat tidak dapat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan pelatih.

f. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang

dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar siwa dalam bidang-bidang tertentu.

g. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme, baik manusia

ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku

(33)

2) Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,

yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga kependidikan

(kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekolah dapat

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan

belajar siswa.

2. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang

telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga pengaruh terhadap taraf

keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keaktiifan segala cara

atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efensiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti

seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) a. Pengertiaan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar

yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

(34)

penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya

aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan

(4) adanya tujuan yang harus di capai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses belajar dalam setiap

kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa di tetpakan berdasarkan

beberapa pendekatan, di anatara pengelompokan yang di dasarkan atas

minat dan bakat siswa, pengelompokan yang di dasarkan atas latar

belakang kemampuan, pengelompokan yang di dasarkan atas campuran

baik campuran di tinjau dari minat maupun campuran yang di tinjau dari

kemampuan. Pendekatan apapun yang di gunakan, tujuan pembelajaran

haruslah menjadi pertimbangan utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan

semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa

sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas

setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,dan lain

sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktiviitas siswa untuk meningkatkan

kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan

guru, baik kemampuan dalam aspek kemampuan, sikap, maupun

keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan

kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui

tukar pikiran, pengalamanan, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan yang dimaksud untuk memberikan arahan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap

anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian

(35)

(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di

persyaratkan.12

Pembelajaran kooperatif dapat di definisikan sebagai sistem

kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini

adalah lima unsur pokok (Johnsosn & Johnson, 1993), yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,

keahlian bekaerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi

pembelajaran kooperatif, siswa di arahkan untuk bisa juga bekerja,

mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individual.13

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan

sebagai sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung

kearah pemahamanan yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.

Guru tidak hanya memberikan pengetahuaan pada siswa, tetapi juga harus

membangun penngetahuaan dalam pikirannya. Siswa mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan

dalam ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk

menemukan ide-ide mereka sendiri.

Ciri-ciri pembelajaran cooperative learning antara lain :

a. Saling ketergantungan positif (positive interdepence)

b. Tanggung jawab perseorangan (idividual accountability)

c. Tatap muka (face to face)

d. Komunikasi antar anggota (interpersonal comonication)

e. Evaluasi proses kelompok (group processing)

Karakteristik Pembelajaran cooperative learning antara lain :

1) Siswa belajar dalam kelompok kooperatif dalam menguasai materi.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet Ke-1, h. 241-242

13

(36)

2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3) Jika memungkinkan, masing-nasing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

Prinsip Strategi Pembelajaran kooperatif antara lain :

a) Kemampuan Kerjasama

b) Otonomi Kelompok

c) Interaksi Bersama

d) Keikut sertaan Bersama

e) Tanggung Jawab Individu

f) Ketergantungan Positif

g) Kerjasama merupakan suatu nilai

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif :

1. Model Student Team Achievetment Divisioan (STAD)

2. Model Jigsaw

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

4. Model Make a Match (Membuat Pasangan)

5. Model TGT (Team Game Tournaments)

6. Model Struktural

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison) Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok

kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan

membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang

akan berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh

terhadapan keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan

(37)

Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun

kelompok.14

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,

dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajara dan siswa-siswa di dalam

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

menguasai pelajaran tersebut.

Berbagai metode ditemukan dalam pembelajaran kooperatif, antara

lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team assisted

Indidualization, dan Cooperative Intergrated Reading and Composition.

Setiap metode tersebut dijelaskan berikut ini.

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan metode

pengajaran yang memilah siswa kedalam tim belajar yang beranggotakan

empat orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi,

jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa

bekerja sama dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa seluruh

angota tim telah menguasi pelajaran tersebut, pada akhir pelajaran setiap

siswa diberi tes tentang materi dan antar siswa tidak boleh saling

membantu.15

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan

tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan

dicapai serta memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

14

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Edisi Ke-2, h. 403

15

(38)

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menginformasikan pengelompokan siswa.

4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi

kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.

5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar

individual dan kelompok.

e.

kelebihan dan kelemahan Model STAD (

Student Teams

Achievement Division

)

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki

kelebihan dan kelemahannya. Secara rinci kelebihan model ini ialah:

1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok

adalah setara Alpot16

2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama

anggota kelompok menjadi lebih baik

3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas

rasial yang lebih banyak

4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

samping kecakapan kognitif

5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai

fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar.

Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar

16

(39)

7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya

atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif

daripada pembelajaran oleh guru

8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang

terjadi di kelas menjadi lebih hidup

9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua

anggota kelompok

10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih

termotivasi

11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai

akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu

12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi

untuk aktif dalam pembelajaran.

13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki

tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya

nilai kelompok baik.

14.Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar

untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk

belajar.

15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan

ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup

terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul

hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya.

Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga

negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul

dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,

kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan

dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat

pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan,

(40)

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki

kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk

memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak

terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang

tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan

terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari

guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu

yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang

menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok

dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat

sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa

(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas

sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan

pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan

kelompok dan penataan ruang kelas.

2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut

sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan

asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,

motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan

adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti

mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan

tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan

pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri

perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya

(41)

3. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupapkan nama mata

pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan

tinggi yanng indentik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti

Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social

studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada

ahli atau pakar kita di Indonesia.17

Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri

mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar

(SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS

untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan

ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran

yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduaan) dari

sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula

didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada

masing-masing persekolahan tersebut.

Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial

adalah terjemahan dari social sciences. Disamping imu-ilmu sosial

terdapat pada ilmu-ilmu alam (sciences) dan humanistis/humaniora.

Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga disipllin ilmu utama yang meliputi

Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanistis terdiri, antara lain,

Sejarah dan Sastra. Semua bidag keilmuan dan humanistis ini berakar

pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu

mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua

disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.

17

(42)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergrasi dari

berbagai cabang imu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuaan Sosial

dirmuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi

sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari

isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Dalam kurikulum 2006 di kemukakan bahwa:

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai

dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

seperangkat isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat

materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga

negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai.

Muhammad Nu’man Soemantri mengemukakan:

Pendidikan IPS adalah penyerderhanaan disiplin ilmu-ilmu

Sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah

ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikkan secara ilmiah dan

psikologi untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan

menengah.18

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu

yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaraan geografi

memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan

wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan

18

(43)

Antropologi Filsafat

Sejarah

Geografi

Sosiologi

Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Politik

Ekonomi

Psikologi Sosial

dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi

studi-studi komperatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,

struktur sosial, aktivitas-aktvitas ekonomi, organisasi politik,

ekspresi-ekspresi dan sepiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari

budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong dalam

ilmi-ilmu tentang kebijakaan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan

dengan pembuatan keputusan. Sosiolosi dan psikologi sosial

merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok,

insutusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif

konsep-konsep seperti ini di guanakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Bagan 2.2

Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.19

b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di

Indonesia masih relatif baru digunakkan. Pendidikan IPS merupakkan

padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.

Istilah tersebut pertama kali digunakkan di AS pada tahun 1913 mengadopsi

19

(44)

Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Mars, 1980;

Martoela, 1976).20

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan

oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu,

Martoela (1987) mengatakkan bahwa pembelajaran penidikan IPS lebih

menekan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam

pembelajaran IPS peserta didik di harapkan memperoleh pemahaman

terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan dan melatih sikap, nilai,

moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan

demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformalisasikan pada aspek

pendidikanya. Konsep IPS yaitu:

a. interaksi

b. saling tergantungan

c. keseimbangan dan perubahan

d. keragaman/kesamaan/perbedaan

e. konflik dan konsensus

f. pola (patron)

g. tempat

h. kekuasaan (power)

i. nilai kepercayaan

j. keadilan dan pemerataan

k. kelangkaan (scarcity)

l. kekhususan

m. budaya (culture), dan

n. nasionalisme.21

Karakteristik pelajaran IPS di MI/SD, MTS/SMP, memiliki beberapa

karakteristik antara lain sebagai berikkut.

20

Ibid, h. 172 21

(45)

1. Ilmu Pengetahuaan Sosial merupakan unsur-unsur dari geografi, sejarah,

ekonomi, hukum dan politik, kewarga negaraan, sosiologi, bahkan juga

bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetisi dan Kompetisi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahsan atau topik (tema)

tertentu.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan

multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa

dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan

masalah sosial serta keadilan, dan jaminan keamanan.

c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil terhadap segala masalah yang

terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa

masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS di oganisasi secara baik. Dari rumus tujuan dapat dirinci

sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam Puskur b: 4).22

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyrakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan menggunakkan metode

yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakkan

untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

22

(46)

3. Mampu mengunakkan model-model dan proses berfikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7. Fasilitataor di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat

menghakimi.

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik bagi

kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic socinty” dan mengembangkan kemampuan siswa

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap

persoalan yang dihadapinya.

9. Menekan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan

siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di berikan.

d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD dan MI adalah:

1) Sistem sosial dan budaya

2) Manusia, tempat, dan lingkungan

3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

4) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

5) Sistem berbangsa dan bernegara23

23

(47)

Bagan 2.3 : Materi Pembelajaran

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Mengenai upaya meningkatakn kerja sama dalam kelompok melalui model

pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran

IPS, tulisan ini bukan merupakan yang pertama. Sebelumnya telah banyak

dilakukan mengenai tema yang sama. Hanya saja, fokus pembahasanya yang

berbeda. Jika pada tulisan ini hasil belajar siswa difokuskan melalui kerja sama

dalam kelompok melalui pembelajaran tipe STAD dan dilakukan terhadap siswa

kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair Tangerang, maka pada penelitian

sebelumnya penulis menemukan beberapa peneliti yang sama-sama berkaitan

dengan hasil belajar siswa. Namun, sekali lagi meskipun membahas tema yang

sama, peneliti-peneliti tersebut difokuskan pada hal yang berbeda, dengan sudut

pandang yang berbeda pula.

Peneliti-peneliti tersebut antara lain :

(48)

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS

pada Konsep Kenampakan Alam Di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat

Tahun Ajaran 1433 H/2012 M, Peneliti ini menyimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diberikan kepada

siswa dalam sistem berkelompok. Siswa dikondisikan untuk bekerja

bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu

sama lain dalam belajar. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk

menguasai materi akademik. Angota-angota kelompok diatur terdiri dari

siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Sistem

penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

b. Pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pelajaran IPS, sehingga hasil belajar IPS pun

menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari semakin lebih tingginya peran serta

siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin

meningkat.

c. Nilai tes yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat.

Nilai rata-rata kelas lebih tinggi dari hasil tes yang mereka peroleh pada

materi sebelumnya. Berarti penerapan mdel pembelajaran tipe STAD

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.24

2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Bangun Datar

Melalui Model Kooperetif Tipe Student Team Achievement (STAD) di MI Al

Muawanah Tahun 2013. Peneliti ini menyimpulkan :

a. Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I diperoleh

hasil 51,61% atau rata-rata nilai sebesar 64,19 sedang hasil evaluasi

pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil evaluasi 74,19% atau rata-rata

24

(49)

nilai sebesar 70,32. Dengan demikian hasil evaluasi pembelajaran Siklus II

mengalami peningkatan dari siklus I.

b. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini di

peroleh hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebanyak 81,14% sedang

pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 85,88%. Dengan demikian aktivitas

siswa pada siklus II meningkat sebesar 4,74% setelah menggunakan model

Kooperatif tipe STAD.25

3. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV di

SDN Jombang VIII Tahun 2012. Peneliti ini menyimpulkan :

Berdasarkan hasil analisa data peneliti, maka dapat di hasilkan bahwa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar siswa di kelas IV SDN Jombang VIII pada konsep Perubahan

Kenampakan Bumi dan Benda Langit.” Dengan ketuntasan keberhasilan belajar mencapai persentase lebih besar/ sama dengan 75% dengan nilai KKM

70. Tindakan memberi pertanyaan-pertanyaan pada siswa selama proses

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.26

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka dapat di tentukan

kesimpulannya adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar IPS, model pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan motivasi siswa. Karena

melalui pembelajaran ini, proses pembelajaran lebih efektif dan

memungkinkan peserta didik akan lebih aktif, kreatif, dan merasa senang

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

25

Sholihat, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun Datar Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Skipsi, UIN Jakarta, 2013, h.

26

Gambar

Gambar 4.1:
Gambar 3.1
Tabel 3. 1
Tabel 3.2 Pedoman Observasi Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang di mediasi oleh sistem imunitas sel T dan dikarakteristikkan sebagai perubahan pada pertumbuhan dan

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode