UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD (
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION
) PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV
MI MIFTAHUL KHAIR TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Rahayu Winarti NIM 1811018300042
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DMS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad
SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.
Skripsi yang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
sarjana pendidikan Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain,
penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Kependidikan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian;
3. Asep Ediana Latip, M.Pd, Selaku Pembimbing yang telah mengoreksi naskah
skripsi ini dengan tekun;
4. Suamiku tersayang (Sudarno) dan anakku tercinta yang selalu memberi
dukungan baik moril maupun materil hingga selesainya skripsi ini;
5. Kerdua orang tua saya yang senantiasa selalu mendo’akan;
6. Kepala Madrasah dan guru-guru MI Miftahul Khair Tangerang yang telah
membantu dalam penyelesaian penyususan skripsi ini;
7. Teman-teman PGMI yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tetapi tidak
mengurangi rasa hormat penulis yang telah membantu dukungan moril hingga
ii
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan
dan partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan
mendapat balasan dari Allah SWT, amin.
Jakarta, 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI ………... iii
DAFTAR TABEL ………..… v
DAFTAR BAGAN ……… vi
DAFTAR GAMBAR ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………….……… viii
ABSTRAK ………. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………..
B. Identifikasi Masalah ………...
C. Pembatasan Masalah ………..
D. Perumusan Masalah ……….………..
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ...………
1
4
4
4
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS
A. Kajian Teori ………..…...……….
B. Penelitian yang Relevan………..
C. Kerangka Berpikir ………..
D. Hipotesis Tindakan ………
6
33
36
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….………...
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .………
38
iv
C. Subjek Dalam Penelitian………….………...
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………...….
E. Tahapan Intervensi Penelitian ………...………….
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .………
G. Data dan Sumber data ………...………
H. Teknik Pengumpulan Data ………
I. Instrumen Pengumpulan Data ………
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ……….
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan………..…
L. Analisis Data dan Interpretasi Data ………...
41
41
42
43
44
44
44
48
50
50
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Madrasah ……….…………...
B. Analisis Data Penelitian Persiklus ……….…...……….……
C. Pembahasan ………
51
56
67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ………
B. Saran ………...
71
71
DAFTAR PUSTAKA ………..……… 73
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1: Pedoman Observasi Siswa 45
Tabel 3.2: Pedoman Observasi Guru 46
Tabel 3.3: Kisi-kisi soal tes hasil Belajar 48
Tabel 4.1: Jumlah siswa MI. Miftahul Khair 53
Tabel 4.2: Jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas IV MI. Miftahul
Khair Tahun Ajaran 2013-2014
53
Tabel 4.3: Keadaan Guru MI. Miftahul Khair 54
Tabel 4.4: Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I 57
Tabel 4.5: Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 59
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I 60
Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II 62
Tabel 4.8 Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 64
Tabel 4.9: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II 66
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69
vi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 : Penilaian/Asesmen Diadaptasi ….……….………
Bagan 2.2 : Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial …...…………
Bagan 2.3 : Materi pembelajaran ………..
Bagan 2.4 : Bagan Kerangka Berfikir ………...
Bagan 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas………
Bagan 4.1 : Struktur Organisasi ………
11
29
33
38
39
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 68
Gambar 4.2: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 73
Gambar 4.3: Grafik Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II 78
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Observasi Gueu Siklus I
Observasi Guru Siklus II
Rencana Pelaksana Pembelajaran
Soal Siklus Ip
Soal Siklus II
Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan
menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus I
Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan
menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus II
Surat Izin Penelitian
Surat Bukti Penelitian
ix
ABSTRAK
RAHAYU WINARTI, 2014. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang”
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan mengungkap sejauh mana efektifitas penggunaan Model Pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPS sebagai alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Miftahul Khair .
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK, dan tindakan penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, observasi kegiatan belajar, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil pre test dan post test serta lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian nilai KKM siswa dan
prosentase yang mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% dan pada siklus II sebesar 100%. Jadi, peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD adalah sebesar 45%.
Kata kunci: Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadiaan, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Untuk mencapai tujuan pendidikan maka di selenggarakan rangkaian
kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjejang dan sistematis melalui
pendidikan formal seperti sekolah.Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi
rendahnya kualitas hasil pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
di berikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generilisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi,
dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang Demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai.
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan, dan lingkunganya, serta berbagai bekal siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan
tujuan dari pemdidikan IPS, tampaknya di butuhkan satu pola pembelajaran yang
mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan ketrampilan
guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi
1
pembelajaran senantiasa terus di tingkatkan, agar penbelajaran pendidikan IPS
benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan
keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara
yang baik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS di rancang untuk mengembangkan
pengetahuaan, pemahaman, dan kemampuan analisi terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprenhensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasialan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut di harapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang terkait.
Dampak dari kualitas pembelajaran IPS tersebut dan kesadaran semua
pihak akan pentingnya pembelajaran IPS yang berkualitas, telah mendongkrak
berbagai upaya pembenahan pembelajaran. Namun sayang, upaya tersebut sampai
saat ini belum sesuai dengan yang di harapkan. Hampir tiga dekade pelaksaaan
kurikulum bermuatan modern, tetepi keberhasilan belajar siswa belum tercapai
secara optimal. Hal tersebut tentunya masih terhambatnya berbagai sarana dan
prasarana serta fasilitas dari media yang kurang memadai sehingga selama ini
guru mengajar hanya dengan metode konfensional yaitu metode ceramah dan
mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan
belajara mengajar menjadi mononton dan kurang menarik perhatian siswa.
Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
mata pelajaran IPS. Akibatnya siswa kurang aktif dalam proses pembalajaran IPS.
Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur
antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat
sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada
tujuan.
Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting
sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa.
Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa
dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari- hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat
perlu di lakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan
permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran cooperative
learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah
yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap
sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna
menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Melalui model cooperative learning diharapkan dapat
lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya
dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
MI Miftahul Khair Tangerang adalah salah satu sekolah dasar yang
terletak di kelurahan Gandasari, kecamatan Jatiuwung, kabupaten Tangerang,
propinsi Banten. Kegiatan pembelajaran di MI ini masih termasuk tradisional
karena kebanyakan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses
pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil
survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam
proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang
berpartisipasi, sedangkan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi beberapa
permasalahan yang terjadi di MI Miftahul Khair Tangerang sebagai berikut:
1. Daya ingat siswa yang kurang terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
2. Tidak terjadi interaksi yang maksimal antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.
3. Metode pembelajaran yang digunakan guru didominasi dengan metode
ceramah.
4. Guru tidak menggunakan alat peraga pelajaran yang sesuai dan dapat
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan.
5. Proses pembelajaran berpusat pada guru, dan bukan pada siswa.
6. Kurangnya minat dan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
yang disajikan guru.
7. Kurangnya upaya guru untuk menggunakan metode pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS di kelas IV MI Miftahul Khair.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana upaya meningkatkan
hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk merencanakan proses pembelajaran
yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan motivasi dan
hasil belajar yang baik.
b. Bagi kepala sekolah/madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan
atas perkembangannya bidang pendidikan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan
istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa,
yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.
Hasil belajar tampak sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian,
tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel
yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya
adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor
lingkungan.2
b. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh
guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya
2
merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua
bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan
kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka mendapat bahwa perilaku
yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi
kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang di
inginkan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar
sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.3
Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam
melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu.
Dimyati dan Mudjiono ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan dan
penguatan, dan perbedaan individual.4
E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya
ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,
tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan
balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena
itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu
peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.5
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh
sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru
yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,
3
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), Cet. Ke. III, h. 208
4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, (Bandung: PR Remaja Rasdakarya, 2010), Cet. Ke-2, h. 249
5
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para
siswa berada pada tingkat optimal.6
c. Penilaian Kognitif
pengertian penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
d. Tehnik Penilaian Kognitif
Tehnik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu :
1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving
dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan
kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam
situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau
6
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan
menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur
yang telah dipelajari.
5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan
evaluasi, testee di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,
konsep, situasi, dan sebagainya. Berdasarkan suatu kinerja tertentu. Kegiatan
penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasanya, cara bekerjanya, cara
pemecahanya, metodenya, materinya, atau lainnya.7
a. Definisi Tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.
- (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis
dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari
petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan
7
pilihan jawaban, menerangkan,mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas
menjawab secara lisan dan sebagainya.
- Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan
testing adalah saat pengambilan tes.
- (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang
mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dimulai atau diukur, baik
mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainnya.
- (Dalam istilah Indonesia: percobaan), adalah orang yang diserahi untuk
melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain,
tester adalah objek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh
objek evaluasi untuk melaksankan tugasnya)
Didalam bukunya yang berjudul Enaluasi Pendidikan, Drs. Amir Daien
Indrakusuma mengatakan demikian:
“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”.
Selanjutnya, di dalam bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori
mengatakan:
“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.
Definisi terakhir yang di kemukakan disini adalah definisi yang dikutipkan dari
Webster’s Collegiate.Test = any series of question or exercises or other means of measuring the skill. Knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an
individual or group.
Yang lebih kurang artinya demikian:
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuaan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimilii individu atau kelompok.
Kutipan ini disajikan dalam buku: Encyclopedia of Educational Evaluation**)
dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:Test is comprehensive
assessmennt of an individual orban entire program evaluation effort.
Artinya: Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau
keseluruhan usaha evaluasi program.
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
suatu alat pengumpul informasi tetapi jika di bandingkan dengan alat-alat yang
lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Apabila rumusan yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi
yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi
ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program
pengajaran.8
Secara lengkap di gambarkan bagan penilaian sebagai berikut:
BAGAN 2.1: Penilaian/Asesmen Diadaptasi dari Utari S & S Hamid Hasan.9 b. Bentuk-Bentuk Tes
1. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).
2. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.Ciri-ciri
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 32-33 dan 53
9
pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan,
mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainnya.
3. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini di maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan
jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang
berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.
c. Macam-Macam Tes Objektif 1. Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statmet tersebut
ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk
menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pernyataan huruf itu salah.
2. Tes pilihan ganda (multi choice test)
Multi chice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memlih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban
(option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan
beberapa pengecoh (distractor)
3. Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri
atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban,
4. Tes isian (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian
yang di hilangkan atau yang harus di isi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.
Salah satu bentuk tes adalah pilihan ganda (multiple choice test) diantaranya:
1. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk
benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) di minta
membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban.
Kemungkinan jawaban itu biasnya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi
adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan
komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
cara penulisan kata diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban
disusun ke samping.
Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara:
a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.
b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).
c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban
yang di anggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf
di depan jawaban di anggap benar.
d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tanda (+) di dalam kotak atau tanda
kurung di depan jawaban yang telah di sediakan.
2. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tes pilihan ganda:
a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila di pandang perlu baik
disertai contoh mengerjakannya.
b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar.
Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar
nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.
c) Kalimat pokoknnya hendaknya mencakup dan sesuai dengan
rangkaian mana pun yang dapat di pilih.
d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
e) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat
pokoknya.
f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung
pada butir-butir soal lain.
g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah
satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
Contoh:...kita sudah merdeka ...kita bekerja
sama...kita masing-masing.
a. Andai kata...maka
b. Meskipun...boleh
c. Negara ...maka
d. Walaupun...tidak seharusnya
e. Tahun 1945...dan
i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun
ide tersebut dapat kompleks.
k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah
l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata
bahasa dengan kalimat pokoknya.
m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam
panjangnya, sifat urainnya maupun taraf tehnis.
n) Alternatf-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen
mengenai isinya dan bentuknya.
o) Buatlah alternantif pilihan ganda sebanyak empat. Bilaman terdapat
kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah
empat tersebut. Pilihan-pilihan jawaban hendaknya jangan terlalu
gampang diterka karena bentuknya atau isi.
p) Hindarkan pengulangan suara atau penggulanngan kata pada kalimat
pokok di alternatfi-alternatifnya, karena anak cenderung akan
memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini
disebabkan karena dapat di duga itulah jawaban yang benar.
q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.
Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannnya melainkan
hafalannya.
r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan
inklusif, dan jangan sinonim.
s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti seperti selalu,
kadang-kadang, pada umumya.
3. Cara pengolahan skor:
Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini
digunakan 2 macam rumus pula.
a) Dengan denda, dengan rumus:
S = R- W 0 -1
S = skor yang diperoleh (Raw Score)
W = jawaban yang salah
0 = bannyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh : muridmenjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk
multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.
Skor = 17 - 3 = 16 4 – 1
b) Tanpa denda, dengan rumus:
S =R10
d. Cara pengolahan nilai kognitif
Penilaian merupakan sebuah prosses. Dalam sebuah penilaian
pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap
sebuah penilaian meliputi tahap berikut:
a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan
penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode
penilaian yang akan digunakan, dan menetukan frekuensi pelaksanaan
penilaian.
b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan
penilaian, pemeriksaan hasil penilian atau lembar tugas dan
pemeriksaan skor.
c. Pengolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan
teknik statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang diperoleh
kuantitatif atau kualitatif.
d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan
mendasarkan diri pada norma tertentu.
e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan
sesuai dengan tujuan penilaian.11
10
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhui hasil belajar
dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1) Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni:
aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologi (yang
bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apabila disertai pusing-pusing
kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
Kondisi orang-orang khusunya siswa, seperti tingkat kesehatan indra
pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhui
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan
siswa yang redah, umpamanya, akan menyullitkan sensori register
(gema dan citra). Akkibat negatif selanjutnnya adalah terhambatnya
proses penyerapan informasi yang dilakukan sistem memori siswa
tersebut.
b. Aspek Psikologi
Banyak fakor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih ensinsial itu adalah sebagai berikut:
11
c. Inteligensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
pisko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyusuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Akan tetepi memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada
organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “ menara
pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
d. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.
e. Bakat Siswa
Secara umum bakat (aptitude) adalah kemapuan potensi yang di miliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.
Dalam perkembangan selanjutnnya, bakat tidak dapat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan pelatih.
f. Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siwa dalam bidang-bidang tertentu.
g. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme, baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku
2) Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,
yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga kependidikan
(kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekolah dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b) Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
2. Faktor Pendekatan Belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang
telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga pengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keaktiifan segala cara
atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efensiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
2. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) a. Pengertiaan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya
aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
(4) adanya tujuan yang harus di capai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses belajar dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa di tetpakan berdasarkan
beberapa pendekatan, di anatara pengelompokan yang di dasarkan atas
minat dan bakat siswa, pengelompokan yang di dasarkan atas latar
belakang kemampuan, pengelompokan yang di dasarkan atas campuran
baik campuran di tinjau dari minat maupun campuran yang di tinjau dari
kemampuan. Pendekatan apapun yang di gunakan, tujuan pembelajaran
haruslah menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa
sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas
setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,dan lain
sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktiviitas siswa untuk meningkatkan
kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan
guru, baik kemampuan dalam aspek kemampuan, sikap, maupun
keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan
kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui
tukar pikiran, pengalamanan, maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan yang dimaksud untuk memberikan arahan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap
anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di
persyaratkan.12
Pembelajaran kooperatif dapat di definisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok (Johnsosn & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekaerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi
pembelajaran kooperatif, siswa di arahkan untuk bisa juga bekerja,
mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individual.13
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan
sebagai sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung
kearah pemahamanan yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.
Guru tidak hanya memberikan pengetahuaan pada siswa, tetapi juga harus
membangun penngetahuaan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan
dalam ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan ide-ide mereka sendiri.
Ciri-ciri pembelajaran cooperative learning antara lain :
a. Saling ketergantungan positif (positive interdepence)
b. Tanggung jawab perseorangan (idividual accountability)
c. Tatap muka (face to face)
d. Komunikasi antar anggota (interpersonal comonication)
e. Evaluasi proses kelompok (group processing)
Karakteristik Pembelajaran cooperative learning antara lain :
1) Siswa belajar dalam kelompok kooperatif dalam menguasai materi.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet Ke-1, h. 241-242
13
2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3) Jika memungkinkan, masing-nasing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
Prinsip Strategi Pembelajaran kooperatif antara lain :
a) Kemampuan Kerjasama
b) Otonomi Kelompok
c) Interaksi Bersama
d) Keikut sertaan Bersama
e) Tanggung Jawab Individu
f) Ketergantungan Positif
g) Kerjasama merupakan suatu nilai
b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif :
1. Model Student Team Achievetment Divisioan (STAD)
2. Model Jigsaw
3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)
4. Model Make a Match (Membuat Pasangan)
5. Model TGT (Team Game Tournaments)
6. Model Struktural
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison) Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan
membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang
akan berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh
terhadapan keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok.14
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,
dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajara dan siswa-siswa di dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut.
Berbagai metode ditemukan dalam pembelajaran kooperatif, antara
lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team assisted
Indidualization, dan Cooperative Intergrated Reading and Composition.
Setiap metode tersebut dijelaskan berikut ini.
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan metode
pengajaran yang memilah siswa kedalam tim belajar yang beranggotakan
empat orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa
bekerja sama dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa seluruh
angota tim telah menguasi pelajaran tersebut, pada akhir pelajaran setiap
siswa diberi tes tentang materi dan antar siswa tidak boleh saling
membantu.15
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
14
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Edisi Ke-2, h. 403
15
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.
5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.
e.
kelebihan dan kelemahan Model STAD (
Student Teams
Achievement Division
)
Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki
kelebihan dan kelemahannya. Secara rinci kelebihan model ini ialah:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang
substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok
adalah setara Alpot16
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama
anggota kelompok menjadi lebih baik
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas
rasial yang lebih banyak
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar.
Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar
16
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya
atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua
anggota kelompok
10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih
termotivasi
11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai
akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran.
13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki
tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya
nilai kelompok baik.
14.Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar.
15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan
ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup
terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul
hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya.
Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga
negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul
dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,
kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan
dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat
pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan,
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki
kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk
memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak
terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang
tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan
terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari
guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu
yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok
dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat
sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa
(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas
sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan
pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan
kelompok dan penataan ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut
sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan
asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan
adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti
mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan
tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan
pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri
perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya
3. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupapkan nama mata
pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan
tinggi yanng indentik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti
Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social
studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada
ahli atau pakar kita di Indonesia.17
Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri
mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar
(SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS
untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan
ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran
yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduaan) dari
sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula
didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada
masing-masing persekolahan tersebut.
Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial
adalah terjemahan dari social sciences. Disamping imu-ilmu sosial
terdapat pada ilmu-ilmu alam (sciences) dan humanistis/humaniora.
Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga disipllin ilmu utama yang meliputi
Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanistis terdiri, antara lain,
Sejarah dan Sastra. Semua bidag keilmuan dan humanistis ini berakar
pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu
mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua
disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.
17
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergrasi dari
berbagai cabang imu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuaan Sosial
dirmuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi
sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari
isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Dalam kurikulum 2006 di kemukakan bahwa:
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai
dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat
materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai.
Muhammad Nu’man Soemantri mengemukakan:
Pendidikan IPS adalah penyerderhanaan disiplin ilmu-ilmu
Sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah
ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikkan secara ilmiah dan
psikologi untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah.18
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu
yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaraan geografi
memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan
18
Antropologi Filsafat
Sejarah
Geografi
Sosiologi
Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Politik
Ekonomi
Psikologi Sosial
dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi
studi-studi komperatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,
struktur sosial, aktivitas-aktvitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan sepiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari
budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong dalam
ilmi-ilmu tentang kebijakaan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan pembuatan keputusan. Sosiolosi dan psikologi sosial
merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok,
insutusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif
konsep-konsep seperti ini di guanakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Bagan 2.2
Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.19
b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakkan. Pendidikan IPS merupakkan
padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.
Istilah tersebut pertama kali digunakkan di AS pada tahun 1913 mengadopsi
19
Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Mars, 1980;
Martoela, 1976).20
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan
oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu,
Martoela (1987) mengatakkan bahwa pembelajaran penidikan IPS lebih
menekan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam
pembelajaran IPS peserta didik di harapkan memperoleh pemahaman
terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan dan melatih sikap, nilai,
moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan
demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformalisasikan pada aspek
pendidikanya. Konsep IPS yaitu:
a. interaksi
b. saling tergantungan
c. keseimbangan dan perubahan
d. keragaman/kesamaan/perbedaan
e. konflik dan konsensus
f. pola (patron)
g. tempat
h. kekuasaan (power)
i. nilai kepercayaan
j. keadilan dan pemerataan
k. kelangkaan (scarcity)
l. kekhususan
m. budaya (culture), dan
n. nasionalisme.21
Karakteristik pelajaran IPS di MI/SD, MTS/SMP, memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikkut.
20
Ibid, h. 172 21
1. Ilmu Pengetahuaan Sosial merupakan unsur-unsur dari geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarga negaraan, sosiologi, bahkan juga
bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar Kompetisi dan Kompetisi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahsan atau topik (tema)
tertentu.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai
masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan
multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan
masalah sosial serta keadilan, dan jaminan keamanan.
c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil terhadap segala masalah yang
terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS di oganisasi secara baik. Dari rumus tujuan dapat dirinci
sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam Puskur b: 4).22
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyrakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan menggunakkan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakkan
untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
22
3. Mampu mengunakkan model-model dan proses berfikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7. Fasilitataor di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik bagi
kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic socinty” dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap
persoalan yang dihadapinya.
9. Menekan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di berikan.
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD dan MI adalah:
1) Sistem sosial dan budaya
2) Manusia, tempat, dan lingkungan
3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
4) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
5) Sistem berbangsa dan bernegara23
23
Bagan 2.3 : Materi Pembelajaran
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Mengenai upaya meningkatakn kerja sama dalam kelompok melalui model
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran
IPS, tulisan ini bukan merupakan yang pertama. Sebelumnya telah banyak
dilakukan mengenai tema yang sama. Hanya saja, fokus pembahasanya yang
berbeda. Jika pada tulisan ini hasil belajar siswa difokuskan melalui kerja sama
dalam kelompok melalui pembelajaran tipe STAD dan dilakukan terhadap siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair Tangerang, maka pada penelitian
sebelumnya penulis menemukan beberapa peneliti yang sama-sama berkaitan
dengan hasil belajar siswa. Namun, sekali lagi meskipun membahas tema yang
sama, peneliti-peneliti tersebut difokuskan pada hal yang berbeda, dengan sudut
pandang yang berbeda pula.
Peneliti-peneliti tersebut antara lain :
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS
pada Konsep Kenampakan Alam Di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat
Tahun Ajaran 1433 H/2012 M, Peneliti ini menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diberikan kepada
siswa dalam sistem berkelompok. Siswa dikondisikan untuk bekerja
bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu
sama lain dalam belajar. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
menguasai materi akademik. Angota-angota kelompok diatur terdiri dari
siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
b. Pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada pelajaran IPS, sehingga hasil belajar IPS pun
menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari semakin lebih tingginya peran serta
siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin
meningkat.
c. Nilai tes yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat.
Nilai rata-rata kelas lebih tinggi dari hasil tes yang mereka peroleh pada
materi sebelumnya. Berarti penerapan mdel pembelajaran tipe STAD
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.24
2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Bangun Datar
Melalui Model Kooperetif Tipe Student Team Achievement (STAD) di MI Al
Muawanah Tahun 2013. Peneliti ini menyimpulkan :
a. Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I diperoleh
hasil 51,61% atau rata-rata nilai sebesar 64,19 sedang hasil evaluasi
pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil evaluasi 74,19% atau rata-rata
24
nilai sebesar 70,32. Dengan demikian hasil evaluasi pembelajaran Siklus II
mengalami peningkatan dari siklus I.
b. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini di
peroleh hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebanyak 81,14% sedang
pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 85,88%. Dengan demikian aktivitas
siswa pada siklus II meningkat sebesar 4,74% setelah menggunakan model
Kooperatif tipe STAD.25
3. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV di
SDN Jombang VIII Tahun 2012. Peneliti ini menyimpulkan :
Berdasarkan hasil analisa data peneliti, maka dapat di hasilkan bahwa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas IV SDN Jombang VIII pada konsep Perubahan
Kenampakan Bumi dan Benda Langit.” Dengan ketuntasan keberhasilan belajar mencapai persentase lebih besar/ sama dengan 75% dengan nilai KKM
70. Tindakan memberi pertanyaan-pertanyaan pada siswa selama proses
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.26
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka dapat di tentukan
kesimpulannya adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar IPS, model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan motivasi siswa. Karena
melalui pembelajaran ini, proses pembelajaran lebih efektif dan
memungkinkan peserta didik akan lebih aktif, kreatif, dan merasa senang
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
25
Sholihat, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun Datar Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Skipsi, UIN Jakarta, 2013, h.
26