BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7) Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar
Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran tertentu. Cara penilaiannya bisa menggunakan berbagai cara, diantaranya dengan observasi, percakapan, unjuk kerja, hasil
82
karya, dan penugasan. Hasil-hasil penilaian ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan, mendiagnosis kelemahan-kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh ES selaku wali kelas B5 TK Negeri 2 Yogyakarta:
“Cara kita mengevaluasi berkaitan dengan tujuan pembelajaran tadi, apakah anak sudah berani menyampaikan pendapat, teliti, rapi, dan komunikatif. Cara menilai di TK ini dibagi menjadi beberapa kriteria mulai dari mulai berkembang, belum berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik, menilainya sesuai dengan indikator yang kita gunakan. Alat penilaiannya adalah dengan cara observasi, percakapan, unjuk kerja, hasil karya, dan penugasan. Rapor yang diberikan nanti berupa narasi.” (31/5/2016)
Hal yang dievaluasi atau dinilai di TK Negeri 2 Yogyakarta tidak hanya dari hasil, akan tetapi proses perkembangan anak akan dilihat dari hari-kehari. Dengan catatan anekdot guru membuat catatan kegiatan perkembangan anak dari hari ke hari. Guru mengevaluasi hasil belajar anak dengan melihat bagaimana saat anak menyelesaikan tugas, apabila anak menyelesaikan tugas dengan mandiri akan diberikan nilai mulai berkembang. TK Negeri 2 Yogyakarta memiliki penilaian dengan kategori mulai berkembang, belum berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik. Hal ini yang dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B4:
“Kita disini tidak hanya menilai hasilnya, prosesnya juga kita nilai. Dengan catatan anekdot kita membuat catatan kegiatan anak sehari-sehari, untuk kurikulum 13 yang dicatat dari pagi sampai akhir tetapi untuk saat ini kita masih belum mencatat
83
keseluruhan hanya untuk hal-hal yang luar biasa saja, misalnya ada anak yang belum bisa membuat sesuatu akhirnya bisa membuat sesuatu, anak yang belum bisa ngomong sudah bisa ngomong, tidak hanya yang jelek saja yang baik juga akan dicatat. Kita mengevaluasi dengan melihat saat murid menyelesaikan tugas, seandainya ada murid yang hasil melingkari atau menghitungnya bagus namun dia melihat pekerjaan teman ata saat disuruh menghitung sendiri masih belum bisa tidak mandiri itu kita beri nilai baru mulai berkembang. Disini menilainya dengan baru mulai berekembang, belum berkembang, dan berkembang sesuai harapan, apabila anak sudah bisa sendiri dan cepat dalam menyelesaikan tugas berarti dia sudah berkembang sesuai harapan atau berkembang sangat baik” (1/6/2016)
Dalam proses evaluasi perkembangan anak usia dini apabila ditemukan anak yang hasil belajarnya belum mencapai kompetensi yang sesuai, maka guru akan memberikan perbaikan pengayaan untuk mendorong anak mencapai potens yang optimal. Sebaliknya jika ada anak yang sudah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan maka guru akan memberikan reward agar anak termotivasi untuk dapat berkembang lebih baik lagi. Hal ini dijelaskan oleh MJ selaku wali kelas B5:
“Untuk anak yang sudah mempunyai kemampuan tinggi akan diberikan bonus dan untuk anak yang kurang atau belum bisa akan ada perbaikan pengayaan” (1/6/2016)
Seorang guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam proses perbaikan pengayaan atau evaluasi. Perbaikan pengayaan diberikan dengan cara mendampingi dan memberi petunjuk
84
kepada anak yang belum bisa mencapai standar kompetensi. Peserta didik diberi petunjuk dan diberi motivasi lebih dalam mengerjakan sesuatu supaya dapat lebih teliti. Hal ini dijelaskan oleh ES selaku wali kelas B4:
“Untuk anak yang sudah paham kita minta untuk lanjutkan, namun untuk anak yang belum ya kita motivasi, mendampingi, dan memberi petunjuk supaya dalam mengerjakan sesuatu untuk lebih teliti dengan tidak membantu anak mengerjakan tugasnya. Kita sebagai guru tidak boleh langsung membantu mengerjakan tugas anak didik, tetapi harus dengan cara memberi petunjuk supaya siswa bisa berusaha sendiri dan tidak bergantung pada orang lain atau dengan kata lain mandiri” (31/5/2016)
b.TK Laboratori Pedagogia
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pegetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya dimasa depan. Penelitian yang telah dilakukan di TK Laboratori Pedagogia mengenai kompetensi pedagogik guru mencakup 7 (tujuh) sub-kompetensi. Berikut ini data yang didapat dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Menjadi seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Seorang guru bisa memahami hakikat pendidikan dan kosep pendidikan anak usia dini. Guru juga harus
85
memahami apa pendidikan anak usia dini. Guru di TK memiliki tugas bagaimana guru bisa membantu anak untuk mengoptimalkan berbagai potensi yang ada untuk persiapan hidup di masa depan. Hal ini disampaikan oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia: “Untuk bisa mempraktekan pendidikan yang benar dan baik, seorang guru harus memahami wawasan dan landasan kependidikan. Kita selalu belajar untuk menjadi guru yang ideal atau professional. Pendidikan di TK itu bagaimana guru bisa membantu anak untuk mengoptimalkan berbagai potensi yang ada untuk persiapan hidup di masa depan.” (14/6/2016) DS selaku wali kelas B2 menambahkan:
“Memahami wawasan dan landasan kependidikan sudah menjadi suatu keharusan untuk menjadi seorang guru. Memahami landasan kependidikan berarti sama saja mengetahui konsep-konsep pendidikan. Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan konsep pembelajaran yang terpadu yang dilakukan melalui tema, tema yang kita rancang harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak sehingga perkembangan anak dalam proses belajar mengajar akan maksimal” (15/6/2016)
Untuk bisa memahami landasan kependidikan dan pemahaman wawasan untuk menjadi guru, seorang guru harus memiliki pengalaman atau latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual sehingga bisa menyelenggarakan pembelajaran di kelas dengan baik. Untuk itu, semua guru di TK Laboratori Pedagogia sudah memiliki ilmu yang mereka dapat ketika kuliah untuk bisa menyelenggarakan
86
pembelajaran dikelas dengan baik tersebut. Hal ini disampaikan oleh NN selaku kepala sekolah TK Laboratori Pedagogia:
“Semua guru disini sudah berpendidikan S1, karena memang sudah menjadi kewajiban menjadi guru untuk memenuhi syarat tersebut. Jadi mereka sudah memiliki ilmu yang mereka dapat ketika kuliah untuk bisa diimplementasikan di TK.” (17/6/2016)
Dengan memahami wawasan pendidikan dan memiliki landasan pendidikan yang sesuai seorang guru bisa menyelenggarakan pembelajaran dikelas dengan baik. Hal ini dibuktikan dari data sekolah TK Laboratori Pedagogia yang memiliki total 6 guru termasuk 1 kepala sekolah berlatar belakang pendidikan S1 Pendidikan Anak Usia Dini atau PG PAUD.
2) Pemahaman tentang peserta didik
Siswa atau peserta didik yang dilayani oleh guru adalah individu-individu yang unik. Mereka bukanlah sekelompok manusia yang dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan, atau diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar bel akang, karakteristik, keunikan, dan kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar dapat berhasil dalam pembelajarannya. Pemahaman karakteristitk awal siswa di TK Laboratori Pedagogia dilakukan pada saat awal tahun ajaran baru. Hal
87
ini sudah dipahami dan dijelaskan oleh MW selaku guru TK Laboratori Pedagogia yang menjelaskan:
“Kita melihat karakteristik sudah dari awal masuk kelas atau tahun ajaran baru, kita mempunyai buku perkembangan anak, disitu juga ditulis gejala awal anak. Kita mengamati anak didik dari motorik, keaktifan, dan perkembangan bahasa. Peserta didik itu bisa disebut juga dengan pribadi yang unik. Masing-masing dari mereka mempunyai latar belakang, karakteristik, keunikan, dan kemampuan masing-masing. Ya sebagai guru kita harus paham akan karakteristik masing-masing anak dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembagan anak juga perlu diketahui oleh guru, keuntungan menjadi guru di kelas B juga kita bisa berdiskusi tentang karakteristik anak dengan guru yang mengajar anak tersebut pada saat anak duduk di kelas A” (14/6/2016)
Tidak jauh berbeda dengan jawaban MW, DS selaku wali kelas B2 mengatakan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari minat, kemampuan, kesenangan, dan cara belajar mereka, maka dari itu disebut setiap peserta didik disebut memiliki pribadi yang unik. Oleh karena itu, guru tidak bisa memperlakukan peserta didik dengan sama. Guru harus memperlakukan peserta didik sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing.
“Pada dasarnya, kami menyadari betul bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, oleh karena itu kami menyebut anak sebagi pribadi yang unik. Sehingga perlakuan guru terhadap masing-masing anak tidak boleh disamakan, guru harus memperlakukan anak sesuai bakat dan kemampuan mereka masing-masing” (15/6/2016)
88
Pernyataan tersebut diperkuat oleh NN selaku kepala sekolah TK Labratori Pedagogia:
“Begitu ada siswa baru masuk kita sudah lakukan observasi awal, ada instrumen tersendiri untuk dapat mengungkap karakteristik siswa dan kita juga lakukan wawancara dengan orangtua siswa untuk dapat mengetahui bagaimana karakter anak tersebut. Karakteristik anak yang berbeda-beda mempengaruhi minat dan bakat mereka yang pasti akan berbeda juga, sehingga guru harus memahami karakteristik masing-masing anak untuk bisa mengembangkan kemampuan peserta didik dengan maksimal” (17/6/2106) 3) Melaksanakan atau mengembangkan kurikulum
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru TK Laboratori Pedagogia, para guru dapat membuat silabus dengan mengacu pada K13, membuat program tahunan, program semester, satuan kegiatan mingguan, dan rpph sebelum memulai aktivitas dalam pembelajaran, dari sini tujuan penddikan diharapkan akan lebih mudah tercapai. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menyusun tema dan sub-tema yang dekat dengan anak. Hal ini dijelaskan oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia:
“RPP dan silabus sudah tersusun dari awal masuk kelas. Kita membuat program tahunan, program semester, satuan kegiatan mingguan, dan RPPH. Di kecamatan mantrijeron TK Laboratori Pedagogia adalah satu-satunya TK yang sudah menggunakan K13 dari semester 1. Untuk pengembangannya mulai dari tema, penyusunan sub-tema kita ambil yang dekat dengan anak. Misalnya kunjungan kita menyebutnya dengan wisata baik wisata kuliner, wisata alam, wisata budaya. Wisata kuliner itu makanan yang khas dengan budaya yang
89
ada, wisata alam itu pantai yang kebetulan dekat dengan kita itu sering kita kunjungi, lalu wisata budaya kita berkunjung ke kraton atau pakualaman.” (14/6/2016)
Senada dengan yang disampaikan oleh DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
“Dalam pengembangan kurikulum kita sesuaikan yang dekat dengan anak. Kita memilih tema yang dekat dengan anak kemudian karena sekolah lebih mengembangkan budaya, jadi semua kegiatan yang kita susun selalu dikaitkan dengan budaya. Contohnya kita memakai lagu-lagu dan dolanan jawa dalam pembelajaran. Kemudian tema yang kita susun juga berkaitan dengan jawa. Misal tema makanan kita memakai makanan-makanan tradisional.” (15/6/2016)
Hal ini diperkuat oleh pernyataan NN selaku kepala sekolah TK Laboratori Pedagogia:
“Pedoman umum dan standar SMT kita gunakan sebagai pedoman, kemudian kita lakukan analisis awal apakah sudah sesuai dengan keadaan siswa disini, selama ini kita fokus pada aspek sosial dan emosional untuk dilakukan secara lebih. Karena kita itu sekolah inklusi tentunya akan ada sentuhan pendidikan inklusi., kemudian ada pengembangan pendidikan etika lalu lintas, dan pendidikan budaya, semua itu terintegrasi dalam pembelajaran” (17/6/2016)
4) Perancangan pembelajaran
Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar senantiasa membuat perancangan pembelajaran sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Didalam perancangan pembelajaran guru akan menyusun atau merancang satuan kegiatan harian, menyusun persiapan pembelajaran, media pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan kurikulum yang sudah ada. Perancangan pembelajaan akan
90
membantu guru sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran terarah, efektif, dan efisien. Hal ini dijelaskan oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia:
“Dalam melaksanakan pembelajaran atau proses belajar mengajar, para guru mempersiapkan terlebih dahulu rencana pengajaran atau satuan kegiatan harian, menyusun persiapan pembelajaran, menggunakan media pembelajaran serta dalam memberikan materi pelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ada dalam kurikulum. Hal ini dimaksudkan sebagai acuan guru untuk melaksanakan pembelajaran agar lebih terarah, efektif, dan efisien. Pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran aktif yang mengacu pada keselarasan antara tujuan, materi, dan alat penilai” (14/6/2016)
Hal yang sama disampaikan oleh DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
“Perancangan pembelajaran merupakan upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan suatu suasana pembelajaran yang kondusif. Kami membuat perancangan pembelajaran juga membantu untuk menjaga apa yang akan dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara baik dan benar, selain itu diburuhkan untuk memberikan jaminan terhadap efektivitas dan efisiensi dari apa yang dilakukan” Guru sebagai pengajar dan pemberi materi untuk peserta didik disekolah maka guru sudah semestinya merencanakan pembelajaran untuk membantu mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru merencanakan model pembelajaran yang akan digunakan didalam kelas. Guru TK Laboratori Pedagogia menggunakan model pembelajaran kelompok. Peserta didik akan dibagi menjadi beberapa kelompok didalam kelas, meskipun menggunakan model pembelajaran
91
kelompok dalam pengerjaan tugas berbeda dengan model kelompok pada umumnya. Setiap peserta didik akan dibebaskan memilih kegiatan yang akan mereka selesaikan dahulu, sehingga meskipun berada dalam satu kelompok, kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat berbeda. Hal ini dijelaskan oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia:
“Model pembelajaran kelompok, model ini sesuai dengan karakter siswa, kurikulum kita menggunakan k13 sehingga meskipun kita kelompok tidak seperti dulu yang mengajarkan bahwa kelompok harus mengerjakan tugas yang sama. Jadi untuk memahamkan bahwa kelompok tidak harus seperti itu, anak yang sudah selesai mengerjakan tugas tertentu bisa bebas memilih tugas apa yang akan dia kerjakan selanjutnya lebih ke minat anak itu sendiri. Meskipun kita kelompok tetapi pengerjaan tugas tidak harus satu kelompok mengerjakan hal yang sama, misal ada anak yang tidak suka tidak kita paksakan” (14/6/2016)
Senada dengan yang disampaikan oleh DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
“Model kelompok, dikelas ini dibagi menjadi 3 kelompok. Pada saat kegiatan alat atau media sudah disediakan ibu guru, saat itu anak-anak akan diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Pengerjaan kegiatan tidak seperti kelompok pada umumnya, akan tetapi siswa atau anak mengerjakan kegaiatan di dalam kelompok secara individu sesuai dengan kegiatan apa yang ingin diselesaikan” (15/6/2016)
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk mau belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer
92
pengetahuan dan ketrampilan. Dalam melaksanakan pembelajaran yang mendidik guru sebisa mungkin memposisikan diri sebagai motivator siswa untuk mau belajar. Guru perlu mengetahui strategi atau rangsangan-rangsangan yang bisa membuat anak menjadi aktif dalam pembelajaran. TK Laboratori Pedagogia menggunakan teman sebaya atau kolaborasi untuk merangsang anak menjadi aktif dalam pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh NN selaku kepala sekolah TK Laboratori Pedagogia:
“Rangsangan yang diberikan itu melalui kolaborasi, jadi pada awal tahun ajaran baru kita sudah memetakan anak berdasarkan karakter, jangan sampai anak yang karakternya aktif berada dalam satu kelas, kita gabungkan anak yang pasif dalam hal bahasa dan ekspresi dengan anak yang aktif supaya anak tersebut atau bisa terstimulasi menjadi aktif karena lingkungan sosialnya” (17/6/2016)
Hal ini didukung oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia:
“Rangsangan yang diberikan untuk setiap anak itu berbeda, namun yang paling sering digunakan disini itu dari teman sebaya, apabila ada teman sebaya yang bisa menyelesaikan tugas peserta didik termotivasi untuk bisa menyelesaikan juga. Bisa juga dengan memberi tepuk tangan untuk siswa yang bisa menjawab atau aktif di dalam kelas, memberikan kesempatan bermian lebih banyak, apabila anak yang sudah selesai nanti akan mendapat kesempatan bermain lebih banyak” (14/6/2016)
Senada dengan apa yang dikatakan oleh DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
93
“Kita mengelompokan anak yang diam dengan anak yang akitf agar dapat motivasi atau terpancing untuk berbicara dan aktif dalam pembelajaran untuk berkomunikasi dengan anak yang pendiam itu guru memang mengalami kesulitan, akan tetapi dengan bantuan teman sebaya peserta didik akan terpancing untuk ikut berbicara dan aktif dalam pembelajaran. Lalu bisa juga dengan memanfaatkan sesi apresepsi, pada sesi apresepsi guru akan cenderung untuk menunjuk anak yang pendiam untuk berbicara tentang pengalaman-pengalaman yang pernah dia alami.” ( 15/6/2016)
Guru dituntut untuk bisa melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dapat dilihat dari bagaimana guru memberikan stimulus terhadap anak didik untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Stimulus yang diberikan setiap anak akan berbeda-beda, tergantung karakteristik anak. Banyak stimulus yang bisa digunakan untuk membuat anak menjadi aktif dalam pembelajaran, mulai dari reward sticker, hasil pekerjaan yang boleh dibawa pulang oleh peserta didik, dan stimulus dari teman sebaya. Hal ini dijelaskan oleh MW selaku wali kelas B1 TK Laboratori Pedagogia:
“Setiap anak berbeda-beda, masing-masing memiliki karakternya sendiri. Jadi stimulus atau rangsangan yang diberikan tergantung pada anak tersebut. Ada anak yang hanya diberi hadiah sticker saja sudah langsung aktif, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan sticker untuk ditempel di locker mereka, lalu saat mengerjakan kegiatan atau tugas nanti bisa di bawa pulang oleh anak untuk bisa memotivasi mereka dalam mengerjakan tugas. Sebenarnya banyak stimulus atau rangsangan yang bisa dipakai, dari teman
94
sebaya juga bisa membantu siswa menjadi aktif.” (14/6/2016)
Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan syarat yang harus dimiliki oleh guru untuk bisa melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal yang perlu dikomunikasikan oleh guru mengenai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran disampaikan kepada peserta didik pada saat mereka diberi tugas tersebut. Pada saat apresepsi di awal pembelajaran guru juga akan menyampaikan tema yang akan dibahas dalam satu minggu kepada peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
“Tujuan pembelajaran disampaikan ketika menjelaskan tugas yang diberikan kepada anak didik, serta saat apresepsi di awal kita akan membicarakan tentang suatu tema jadi 1 minggu akan membahas tema yang telah ditentukan tersebut, nanti tujuan pembelajaran juga akan disampaikan kepada wali murid, kita disini ada POMG atau pertemuan orangtua guru dan wali siswa yang diagendakan satu bulan sekali.” (15/6/2016)
Guru tidak hanya berkomunikasi dengan peserta didik saja mengenai tujuan dan tema pembelajaran yang akan digunakan. Akan tetapi guru juga mengkomunikasikan dengan wali murid melaui POMG (Pertemuan Orangtua Guru dan Wali Murid) yang diadakan sebulan sekali. Pada saat POMG guru menjelaskan dan memahamkan apa tujuan dan tema yang akan dipakai dalam pembelajaran.
95
6) Pengembangan potensi peserta didik
Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Ekstrakurikuler yang disediakan di sekolah dapat menjadi salah satu jalan yang tepat dalam menyalurkan potensi yang dimiliki peserta didik. Ekstrakurikuler yang ada di TK Laboratori Pedagogia antara lain adalah menari, berenang, dan bina rohani. Para guru akan mengarahkan peserta didik dalam hal kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dikarenakan anak usia TK dianggap belum bisa mengarahkan dirinya sendiri dalam hal pengembangan potensi, oleh sebab itu semua potensi peserta didik akan digali. Dengan demikian setiap ekstrakurikuler yang ada diwajibkan tanda petik untuk peserta didik yang artinya wajib akan tetapi tidak memaksa. Hal ini dijelaskan oleh NN selaku kepala sekolah TK Laboratori Pedagogia:
“Pengembangan potensi anak itu dilakukan dengan kegiatan ekstrakurikuler, kami para guru akan mengarahkan anak untuk kegiatan ekstrakurikuler, karena anak dengan umur TK masih belum bisa mengarahkan dirinya sendiri jadi semua potensi itu digali, misal untuk kegiatan ekstrakurikuler menari semua siswa wajib tanda petik untuk mengikuti kegiatan, wajib tanda petik itu artinya tidak kita memaksa anak. Hal ini bertujuan untuk anak yang tidak suka menjadi suka, yang tidak kenal menjadi kenal, dan anak yang sudah baik biar mereka terus berkembang lebih baik lagi.” (17/6/2016)
Senada dengan apa yang dikatakan DS selaku wali kelas B2 TK Laboratori Pedagogia:
96
“Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di TK laboratori pedagogia ada menari, berenang, drumband, melukis dan bina rohani. Bina rohani karena kita adalah sekolah umum sehingga terdapat anak yang non-muslim jadi memang ada