• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUFTI SANI H2407

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.4. Alat Analisis yang Digunakan

3.4.4 Penilaian Faktor Likuiditas (Liquidity)

LDR (Loan to Deposit Ratio) atau rasio kredit terhadap deposit/simpanan digunakan untuk menilai menilai kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebgai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semikn rendah

BOPO = T

kemampuan likuiditas bank tersebut (Boy Loen dan Sonny Ericson, 2008). Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut: (berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001)

Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio LDR sebagai berikut: Peringkat 1 : 50% < Rasio ≤ 75%

Peringkat 2 : 75% < Rasio ≤ 85%

Peringkat 3 : 85% < Rasio ≤ 100% atau Rasio ≤ 50% Peringkat 4 : 100% < Rasio ≤ 120%

Peringkat 5 : Rasio > 120% 3.4.5 Analisis Trend

Analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk metode analisis horizontal (Dwi Prastowo dan Rifka Juliawati, 2008). Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun). Dalam menganalisis laporan dengan metode analisis tren, dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Setiap pos dalam periode yang diperbandingkan akan dibagi dengan pos yang sama pada laporan keuangan di tahun dasar dan dikalikan 100 persen untuk melihat nilai persentase kenaikan ataupun penurunan dari setiap pos tersebut. Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

%...(8) Dimana:

Nilai persentase untuk tahun ke-t

Pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

Pemilihan nilai proyeksi digunakan dengan melihat nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil. Karena Semakin kecil nilai-nilai MAPE, MAD,

LDR = J

atau MSD, semakin kecil nilai kesalahannya. Oleh karenanya, dalam menetapkan model yang akan digunakan dalam proyeksi, dipilihlah model dengan nilai MAPE, MAD atau MSD yang paling kecil dari trend linear, trend quadratic, trend eksponensial growth, ataupun trend S-curve.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia perbankan modern. Kepemimpinan Bank dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online.

Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank CIMB Niaga, Tbk saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.

Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.

Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar

dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga, Tbk. Kesepakatan Rencana Penggabungan PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan LippoBank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.

Bergabungnya LippoBank ke dalam PT Bank CIMB Niaga, Tbk merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. PT Bank CIMB Niaga, Tbk kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan PT Bank CIMB Niaga, Tbk menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. Adapun visi, misi, nilai perusahaan serta manajeman dan struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran.

4.2. Analisis CAMELS

Alat analisis yang digunakan pada penelitian tentang kesehatan bank adalah CAMELS yang terdiri atas faktor Capital (CAR), faktor Assets (NPA), faktor Earnings (ROA, ROE, NIM, BOPO), dan faktor Liquidity (LDR). Sedangkan pada faktor Management and faktor Sensitivity to Market Risk tidak digunakan karena penelitian ini hanya menganalisis berdasarkan laporan keuangan.

4.3. Faktor Capital (Permodalan)

Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal Bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur

risiko dimasa datang. Untuk mengukurnya, dapat menggunakan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequancy Ratio (CAR).

4.3.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan penyediaan modal minimum (KPMM) ialah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh dana- dana dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan dan lain-lain.

Gambar 3. Grafik Hasil CAR Periode 2007-2010

Gambar 3 menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode 2007-2010 terus mengalami penurunan yaitu dari 17,03 persen di tahun 2007, 15,51 persen di tahun 2008, 13,63 persen di tahun 2009 dan 13,63 persen di tahun 2010. Walaupun mengalami penurunan terus menerus namun nilai CAR pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk mendapatkan predikat sangat sehat, karena nilai masih berada di atas standar minimum yaitu 8 persen sesuai dengan Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP. 17.03% 15.59% 13.59% 13.24% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 2007 2008 2009 2010 CAR

Pada tahun 2007 tercatat modal bank senilai 11,06 triliun rupiah dan ATMR senilai 64,96 triliun rupiah menghasilkan CAR sebesar 17,03 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan nilai CAR terjadi di tahun 2008 menjadi 15,51 persen. Penurunan CAR dikarenakan kenaikan modal ATMR lebih besar dibandingkan kenaikan modal bank. Modal bank meningkat menjadi Rp 12,39 triliun rupiah dan ATMR mengalami kenaikan menjadi 79,52 triliun rupiah.

Pada tahun 2009, nilai rasio CAR kembali mengalami penurunan nilai menjadi 13,63 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan CAR pada tahun 2009 disebabkan oleh penurunan total modal inti dan modal pelengkap sebesar 6 persen menjadi 11,63 triliun rupiah. Penurunan total modal terutama disebabkan oleh penurunan modal pelengkap terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman subordinasi sebesar 56 persen menjadi 905,7 miliar di tahun 2009. Selain itu, penurunan CAR pada tahun 2009 juga disebabkan oleh peningkatan aktiva tertimbang menurut resiko sebesar 8 persen menjadi 85,63 triliun rupiah.

Pada tahun 2010, nilai rasio CAR mengalami penurunan menjadi 13,36 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan tersebut disebabkan karena ekspansi kredit yang cukup tinggi sebesar 20,8 triliun rupiah, serta diperlakukannya perhitungan resiko operasional sebagai penambah aktiva tertimbang. Tercatat modal meningkat menjadi 15,45 triliun rupiah, sedangkan ATMR meningkat menjadi 116,72 triliun rupiah.

4.3.2 Trend dan Proyeksi CAR

Proyeksi untuk tahun 2011 menunjukkan rasio CAR nilainya akan menurun, sedangkan tahun 2012 nilainya akan meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 4. Rasio CAR yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II sebesar 13,66 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh pada tahun 2011, dimana perolehan CAR menunjukkan penurunan.

Sehingga untuk tahun berikutnya diperlukan upaya perbaikan pada rasio CAR agar kinerjanya dapat meningkat.

Tahun C A R 2012 2011 2010 2009 2008 2007 17 16 15 14 13 Accuracy Measures MAPE 1,51228 MAD 0,22100 MSD 0,06105 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for CAR

Quadratic Trend Model Yt = 19,5675 - 2,6995* t + 0,2725* t* * 2

Gambar 4. Grafik Trend CAR Periode 2007-2010

4.4. Faktor Asset Quality (Kualitas Aset) 4.4.1 Non Performing Asset (NPA)

Pada penilaian faktor kualitas asset yang digunakan adalah rasio NPA. Rasio aktiva produktif bermasalah (NPA) adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif.

Gambar 5 menunjukkan NPA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode 2007-2010 mengalami fluktuasi yaitu sebesar 2,17 persen di tahun 2007, 1,98 persen di tahun 2008, 2,60 persen di tahun 2009, dan 2,02 persen di tahun 2010. Walaupun mengalami fluktuasi namun nilai NPA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode 2007-2010 mendapatkan predikat sehat, karena nilainya masih berada dibawah batas yang ditetapkan pada Lampiran 2b Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP yaitu 5 persen.

Gambar 5. Grafik Hasil NPA Periode 2007-2010

Pada tahun 2007 nilai NPA yang diperoleh sebesar 2,17 persen. Persentase ini diperoleh dari aktiva produktif bermasalah senilai Rp 1,81 triliun rupiah terhadap total aktiva produktif yaitu Rp 83,70 triliun rupiah. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pada tahun 2008 rasio NPA yang diperoleh mengalami penurunan menjadi 1,98 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan total aktiva produktif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan aktiva produktif bermasalah. Total aktiva produktif meningkat menjadi 94,55 triliun rupiah. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 1,87 triliun rupiah. Peningkatan aktiva produktif bermasalah disebabkan oleh dampak krisis globab yang menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah.

Pada tahun 2009 persentase NPA mengalami kenaikan menjadi 2,60 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 2,53 triliun rupiah. Total aktiva produktif mengalami kenaikan menjadi 97,37 triliun. Peningkatan aktiva produktif bermasalah dikarenakan kondisi

2.17% 1.98% 2.60% 2.02% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% 3.00% 2007 2008 2009 2010 NPA

ekonomi Indonesia sedang memperbaiki diri dari ancaman krisis global yang menimpa Indonesia pada tahun 2008.

Pada tahun 2010 rasio NPA mengalami penurunan menjadi 2,02 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Penurunan pada NPA disebabkan total aktiva produktif mengalami peningkatan menjadi 128,96 triliun rupiah. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 2,60 triliun rupiah. Peningkatan Total Aktiva Produktif dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang meningkat sebesar 20,8 triliun rupiah dari tahun sebelumnya.

4.4.2 Trend dan Proyeksi NPA

Hasil analisis trend terhadap rasio NPA menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada periode 2007-2010. Gambar 6 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio NPA. 

Tahun N P A 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2,6 2,4 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 Accuracy Measures MAPE 9,10750 MAD 0,20100 MSD 0,05050 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for NPA

Quadratic Trend Model Yt = 1,6625 + 0,5045* t - 0,0975* t* * 2

Gambar 6. Grafik Trend NPA Periode 2007-2010

Gambar 6 memperlihatkan proyeksi untuk tahun 2011dan 2012 untuk rasio NPA nilainya akan cenderung menurun. Rasio NPA yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal kuartal I meningkat menjadi 2,27 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada 2010 sebesar 2,02 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat maka terdapat perbedaan hasil proyeksi yang menunjukkan penurunan dengan hasil aktual yang

meningkat. Perbedaan tersebut dikarenakan pada tahun 2011 Bank CIMB meningkatkan kreditnya sehingga terdapat peningkatan pada jumlah aktiva produktif bermasalah. Pada tahun berikutnya upaya perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan seleksi pemberian kredit, sehingga jumlah aktiva produktif bermasalah dapat berkurang sehingga resiko bank dalam keadaan bermasalah semakin kecil.

4.5. Faktor Earnings (Rentabilitas)

Pada proses perhitungan faktor Earnings (rentabilitas) PT Bank CIMB Niaga, Tbk menggunakan empat rasio, yaitu :

1. Return on Assets (ROA) 2. Return on Equity (ROE) 3. Net Interest Margin (NIM)

4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Jenis-jenis rasio tersebut dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

4.5.1 Return on Assets (ROA)

Retun on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Gambar 7 memperlihatkan nilai ROA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode 2007-2010 mengalami fluktuasi. Nilai ROA yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 2,40 persen di tahun 2007, 1,10 persen di tahun 2008, 2,06 persen di tahun 2009, dan 2,70 persen di tahun 2010. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai ROA pada tahun 2007, 2009, dan 2010 mendapatkan predikat sehat karena nilainya melebihi batas yang ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 1,25 persen. Pada tahun

2008 mendapatkan predikat cukup sehat karena nilainya berada dibawah 1,25 persen.

Gambar 7. Grafik Hasil ROA Periode 2007-2010

Pada tahun 2007 rasio ROA PT Bank CIMB Niaga, Tbk yang dihasilkan adalah 2,40 persen, dihasilkan dari perbandingan perolehan laba sebelum pajak sebesar 2,08 triliun rupiah dengan rata-rata total aktiva senilai 86,84 triliun rupiah. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9.

Pada tahun 2008, nilai ROA mengalami penurunan menjadi 1,10 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Penurunan tersebut dikarenakan laba sebelum pajak mengalami penurunan menjadi 1,08 triliun rupiah. Penurunan laba sebelum pajak diakibatkan oleh adanya efek dari krisis global yang melanda indonesia sehingga menyebabkan inflasi dan membuat BI meningkatkan BI rate dari 8,00 persen menjadi 9,25 persen sehingga meningkatkan biaya dana bagi bank. Rata-rata total aktiva mengalami kenaikan menjadi 98,49 triliun rupiah. Akibat adanya penurunan rasio ROA diperlukan adanya upaya meningkat laba yang diperoleh untuk tahun berikutnya agar dapat memenuhi standar sehat menurut Bank Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank CIMB adalah meningkatkan penyaluran kredit sehingga akan dapat meningkatkan laba yang diperoleh ditahun mendatang. 2.40% 1.10% 2.06% 2.70% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% 3.00% 2007 2008 2009 2010 ROA

Pada tahun 2009, rasio ROA PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami kenaikan menjadi 2,06 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Peningkatan ini disebabkan laba yang diperoleh sebelum pajak mengalami kenaikan menjadi 2,16 triliun rupiah. Peningkatan laba sebelum pajak disebabkan pertumbuhan kredit yang positif serta efisiensi yang dilakukan oleh manajemen bank. Rata-rata total aktiva meningkat menjadi 105,15 triliun rupiah.

Rasio ROA mengalami kenaikan menjadi 2,70 persen di tahun 2010. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Peningkatan ini disebabkan laba sebelum pajak meningkat secara signifikan menjadi 3,38 triliun rupiah. Peningkatan laba sebelum pajak disebabkan oleh peningkatan laba operasional sebesar 1,1 triliun rupiah serta didukung dengan penghasilan bunga bersih yang meningkat sebesar 19 persen sebagai akibat pertumbuhan pendapatan bunga dari portofolio kredit yang melebihi peningkatan beban bunga pihak ketiga. Faktor pendukung lainnya adalah menurunnya beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 28 persen dan tidak terdapatnya beban penggabungan usaha di tahun 2010. Rata-rata total aktiva meningkat menjadi 125.37 triliun rupiah.

4.5.2 Trend dan Proyeksi ROA

Hasil analisis trend terhadap rasio ROA menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat selama periode 2007-2010. Gambar 8 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio ROA.

Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa rasio ROA cenderung meningkat. Rasio NPA yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 2,96 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh. Rasio ROA yang semakin meningkat mengindikasikan semakin besar laba yang diperoleh, sehingga Bank CIMB sebaiknya mempertahankan kinerjanya saat ini.

Tahun R O A 2012 2011 2010 2009 2008 2007 8 7 6 5 4 3 2 1 Accuracy Measures MAPE 16,0303 MAD 0,2580 MSD 0,0832 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for ROA

Quadratic Trend Model Yt = 4,025 - 2,239* t + 0,485* t* * 2

Gambar 8. Grafik Trend ROA Periode 2007-2010

4.5.3 Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.

Gambar 9 memperlihatkan nilai ROE pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode 2007-2010 mengalami fluktuasi yaitu dari 25,18 persen di tahun 2007, 7,77 persen di tahun 2008, 16,19 persen di tahun 2009, dan 24,18 persen di tahun 2010. Pada tahun 2007, 2009, dan 2010 nilai ROE mendapatkan predikat sangat sehat karena nilainya lebih besar dari batas yang ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 12,5 persen. Pada tahun 2008 nilai ROE mendapatkan predikat cukup sehat karena nilainya berkisar antara 5 persen - 12,5 persen.

Gambar 9. Grafik Hasil ROE Periode 2007-2010

Pada tahun 2007 nilai ROE yang diperoleh adalah sebesar 25,18 persen. Nilai ini diperoleh dari perbandingan laba bersih setelah pajak sebesar 1,51 triliun rupiah dengan rata-rata modal inti sebesar 5,99 triliun rupiah. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10.

Nilai ROE mengalami penurunan menjadi 8,08 persen di tahun 2008. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Penurunan ini diakibatkan penurunan laba bersih menjadi 678,1 milliar rupiah. Penurunan laba bersih diakibatkan 3 faktor utama, yaitu dikeluarkannya biaya merger 316 milliar rupiah, kenaikan cadangan penghapusan dalam rangka menunjang prinsip kehati-hatian sebesar 586 milliar rupiah dan kerugian akibat kondisi pasar modal sebesar 28,14 milliar rupiah. Rata-rata modal inti mengalami peningkatan menjadi 8,72 triliun rupiah.

Nilai ROE mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 16,72 persen di tahun 2009. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Peningkatan ini disebabkan laba bersih mengalami peningkatan menjadi 1,57 triliun rupiah. Peningkatan laba bersih disebabkan oleh kenaikan penghasilan bunga bersih sebesar 28 persen yang disebabkan oleh kenaikan portfolio kredit dan penurunan biaya dana. Selain itu, investasi dalam surat berharga di tahun 2009 juga memberikan keuntungan sebesar 197,6 miliar rupiah meningkat tajam

25.18% 7.77% 16.19% 24.18% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 2007 2008 2009 2010 ROE

dibandingkan kerugian sebesar 290,6 miliar rupiah pada tahun sebelumnya.

Pada tahun 2010, rasio ROE kembali mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 24,18 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Peningkatan ini disebabkan laba bersih mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 2,54 triliun rupiah. Peningkatan laba bersih disebabkan pajak pendapatan tercatat mengalami penurunan menjadi 24 persen dari 27 persen di tahun 2009. Rata-rata modal inti mengalami peningkatan 9,68 triliun rupiah menjadi 10,54 triliun rupiah.

4.5.4 Trend dan Proyeksi ROE

Hasil analisis trend terhadap rasio ROE menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat. Gambar 10 menunjukkan trend model Grove Curve pada rasio ROE.

Tahun R O E 2012 2011 2010 2009 2008 2007 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Accuracy Measures MAPE 21,4173 MAD 2,6260 MSD 8,6198 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for ROE

Quadratic Trend Model Yt = 48,725 - 31,208* t + 6,35* t* * 2

Gambar 10. Grafik Trend ROE Periode 2007-2010

Berdasarkan Gambar 10 hasil yang diperoleh untuk proyeksi dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa rasio ROE akan cenderung meningkat. Rasio ROE yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 27,38 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh. Peningkatan ini membuktikan meningkatnya kinerja bank

CIMB, oleh karena itu sebaiknya kinerja saat ini harus tetap dipertahankan untuk tahun berikutnya.

4.5.5 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Gambar 11. Grafik Hasil NIM Periode 2007-2010

Gambar 11 memperlihatkan bahwa nilai rasio NIM pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode 2007-2010 mengalami fluktuasi. Nilai diperoleh yaitu sebesar 5,61 persen pada tahun 2007, 5,38 persen pada tahun 2008, 6,41 persen pada tahun 2009, dan 6,47 persen pada tahun 2010. Nilai NIM pada periode 2007-2010 mendapatkan peringkat sehat karena nilainya berada diatas batas ketentuan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 2 persen.

Pada tahun 2007, PT Bank CIMB Niaga, Tbk memiliki rasio NIM sebesar 5,61 persen. Nilai tersebut diperoleh dari perbandingan pendapatan bunga bersih sebesar 5,66 triliun rupiah dengan rata-rata aktiva produktif sebesar 77,57 triliun rupiah. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11.

5.61% 5.38% 6.41% 6.47% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 2007 2008 2009 2010 NIM

Pada tahun 2008, nilai NIM mengalami penurunan dari menjadi 5,38 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Penurunan ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas perbankan Indonesia, sehingga meningkatkan dana bagi bank. Penurunan juga disebabkan rata-rata aktiva produktif peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih meningkat menjadi 4,79 triliun rupiah. Rata- rata aktiva produktif meningkat menjadi 8,64 triliun rupiah. Peningkatan rata-rata aktiva produktif disebabkan komponen- komponennya mengalami peningkatan.

Pada tahun 2009, rasio NIM PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami peningkatan menjadi 6,41 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Peningkatan tersebut disebabkan pendapatan laba bersih yang meningkat menjadi 6,15 triliun rupiah. Kenaikan pendapatan laba bersih disebabkan oleh meningkatnya rata- rata posisi kredit dan menurunnya biaya dana. Rata-rata aktiva produktif pun mengalami kenaikan menjadi 95,96 triliun rupiah.  

Pada tahun 2010, rasio NIM PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami kenaikan menjadi 6,47 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Penghasilan bunga di tahun 2010 yang melebihi kenaikan pada beban bunga, berdampak pada total penghasilan bunga bersih meningkat sebesar 19 persen menjadi 7,32 triliun rupiah. Rata-rata aktiva produktif mengalami kenaikan menjadi 113,16 triliun rupiah.

4.5.6 Trend dan Proyeksi NIM

Hasil analisis trend terhadap rasio NIM menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat pada periode 2007-2010. Gambar 12 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio NIM.

Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan tahun 2012 menunjukkan bahwa rasio NIM cenderung meningkat. Rasio NIM yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal I yaitu

Dokumen terkait