BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teoritis
3. Penilaian Hasil Belajar
Sebelum membahas tentang pencapaian hasil belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa pandangan tentang teori belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Belajar, bukanlah semata-mata menambah pengetahuan atau ketrampilan, tetapi belajar dapat dipandang sebagai cara memperoleh beberapa alternatif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan tingkah kelakuan.35
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Oleh karena itu, tidak akan ada hasil jika tidak ada proses pengambilan nilai. Penilaian hasil belajar diperlukan kesesuaian antara fungsi dan tujuan penilaian.
Penilaian pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah berlangsungnya pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah proses memberikan atau menentukan nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peseta didik dengan kriteria tertentu.36
Dikatakan kewajiban karena setiap guru pada akhir kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan informasi kepada sekolah, orang tua atau kepada peserta didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik tentang materi dan keterampilan-keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan. Dengan adanya penilaian akan diketahui kemampuan peseta didik tersebut termasuk kelompok yang pandai, sedang, cukup atau kurang baik dikelasnya jika dibandingkan teman-temannya.
35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-4, h: 36.
36
Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru, 2001), h. 3.
Penilaian hasil belajar mata pelajaran fisika dalam Kurikulum 2004 menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dengan demikian, penilaian hasil belajar perlu dilakukan secara seimbang antara ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomorik (keterampilan). Ketiga ranah itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (taksonomi bloom).
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif ini mengacu pada Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut.37
1) Menghafal/mengingat (remember)
Menghafal atau mengingat adalah menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
a) Mengenali (recognizing); mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi yang baru.
b) Mengingat (recalling); menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada.
2) Memahami (understand)
Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif:
37
Peter W. Airasian, dkk., A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing, (New York: Longman, 2001), h. 67-68.
a) Menafsirkan (interpreting); mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya. Misalnya meringkas atau membuat parafrase.
b) Memberikan contoh (exemplifying); memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.
c) Mengklasifikasikan (classifying); mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena.
d) Meringkas (summarizing); membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut peserta didik untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya.
e) Menarik inferensi (inferring); menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh: memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.
f) Membandingkan (comparing); mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek atau lebih.
g) Menjelaskan (explaining); mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem.
3) Mengaplikasikan (applying)
Mengaplikasikan yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
a) Menjalankan (executing); menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu.
b) Mengimplementasikan (implementing); memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
4) Menganalisis (analyzing)
Menganalis maksudnya menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:
a) Menguraikan (differentiating); menguraikan suatu struktur dalam bagian-bagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.
b) Mengorganisir (organizing); mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.
c) Menemukan pesan tersirat (attributting); menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
5) Mengevaluasi (evaluate)
Mengevalusai adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: a) Memeriksa (checking); menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.
b) Mengritik (critiquing); menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).
6) Membuat/menghasilkan karya (create)
Menghasilkan karya maksudnya adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu:
a) Membuat (generating); menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.
b) Merencanakan (planning); merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
c) Memproduksi (producing); membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.38 Jadi dalam penilaian ranah afektif peserta didik dituntut memberikan responnya yang melibatkan sikap atau nilai terhadap proses pembelajaran. Ciri-ciri hasil belajar ranah efektif ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti; perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi serta minat belajar, dan sebagaianya.
Oleh karena itu, guru mempunyai tugas bukan hanya meningkatkan nilai pengetahuannya tetapi bertugas pula membangkitkan minat belajar peserta didik. Sehingga diharapkan sikap peserta didik terhadap semua pelajaran bernilai positif. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas
38
Hamzah B. Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.
proses pembelajaran. Krathwohl dan kawan-kawan merinci ranah efektif ini menjadi lima jenjang, yaitu:39
1) Penerimaan (reciving/attending)
Penerimaan merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena atau stimulus tertentu. Misalnya mendengarkan secara seksama penjelasan guru tentang alat-alat laboratorium sebelum digunakan.
2) Menanggapi (responding)
Menanggapi berkaitan dengan memberikan respon sebagai partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Seperti menyelesaikan tugas laboratorium, mengikuti diskusi kelas, serta menyelesaikan tugas terstruktur lain.
3) Penilaian (valuing)
Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang. Seperti menunjukan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan), sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen), untuk melakukan suatu kehidupan sosial. Contohnya; menunjukkan rasa bertanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakainya dalam praktikum.
4) Mengorganisasi (organization)
Pengorganisasian adalah pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
5) Karakteristik (characterization)
Karakteristik merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri seseorang. Internalisasi yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contohnya: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri dan dapat menilai serta mengajukan saran perbaikan/solusi masalah.
39
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20.
c. Ranah Psikomotorik
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.40 Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar psikomotor tidak dapat diabaikan khususnya pada pelajaran IPA yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi.
Pada ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan, pada ranah psikomotor terdiri dari tijuh aspek:41
1) Persepsi; menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan yang ditapilkan.
2) Kesiapan; berkaitan dengan kesiapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu, ternasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional.
3) Respon terpimpin; meliputi kemampuan meniru gerakan, gerakan coba-coba, dan performansi yang memadai yang menjadi tolak ukur.
4) Mekanisme; merupakan kebiasaan yang berasal dari respons yang dipelajari, gerakan yang dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran. 5) Respon kompleks; berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola
gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian; berkaiatan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik, sehingga seseorang dapat merubah pola gerakannya agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
7) Mencipta; keterampilan tingkat tinggi diman pada tingkatan ini seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
40
Depdiknas, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. 2006. 41
Penilaian hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor akan nampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.42 Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes mengukur penampilan atau kinerja (performance) peserta didik. Menurut Lunetta dkk. Ada empat jenis tes penilaian psikomotor, yaitu:43
1) Tes paper and pencil; walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya. Misalnya berupa desain alat, desain grafis, dll.
2) Tes identifikasi; tes ini lebih ditunjukkan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal. Contohnya menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari alat.
3) Tes simulasi; tes ini dilakukan bila tidak alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah peserta didik sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau seolah-olah menggunakan suatu alat.
4) Tes unjuk kerja (work sample); tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai atau sudah terampil menggunakan alat tersebut.
Jadi, dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.