IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.13 Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero)
Analisis penilaian kinerja piutang ini digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT PLN (Persero). Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Rasio Perputaran Piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan piutangnya dalam satu periode. Semakin tinggi
rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Ketidakefektifan dalam melakukan penagihan akan berpengaruh terhadap periode penagihan rata-rata.
Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih.
Rasio perputaran piutang berbanding terbalik dengan periode penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi. Begitupun juga sebaliknya. Adapun ringkasan penilaian kinerja piutang PT PLN selama 5 periode disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 5. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero)
Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata
Rasio Perputaran Piutang 32,34 30,57 41,02 37,72 36,95 35,72 Periode penagihan Rata-Rata 11,29 11,94 8,90 9,68 13,29 11,02 Sumber : laporan keuangan diolah
a. Rasio Perputaran Piutang
Berdasarkan perkembangan rasio perputaran piutang PT PLN (Persero) dari tahun 2006-2010 dalam setiap periode triwulan memiliki kecenderungan meningkat. Rasio perputaran piutang periode 2006-2010 berfluktuasi setiap tahunnya pada kisaran 35 kali. Pada tahun 2006 diperoleh perhitungan rasio rata-rata perputaran piutang pada pada triwulan IV tahun 2006 sebesar 32,34 kali. Hal ini berarti dalam tahun 2006 perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 32 kali. Peningkatan rasio perputaran piutang disebabkan oleh peningkatan pada akun penjualan tenaga listrik. Penjualan listrik meningkat 11,84% dari tahun 2005 menjadi Rp70.735,1 miliar di tahun 2006. Peningkatan penjualan yang terjadi diiringi dengan peningkatan piutang sebesar 26,06% menjadi Rp2.362,1 miliar.
Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010
Putaran piutang pada triwulan IV tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan triwulan IV periode 2006-2010, hal ini menunjukkan terjadi penurunan efisisensi penagihan pada tahun 2007. Meskipun penjualan listrik meningkat 7,85 persen dari tahun 2006 menjadi Rp76.286,2 miliar di tahun 2007, akan tetapi peningkatan penjualan yang terjadi pada tahun 2007 tidak diiringi dengan peningkatan piutang. Piutang usaha pada tahun 2007 turun sebesar 8,26 persen menjadi Rp2.166,1 miiliar, Akibatnya perputaran piutang mengalami penurunan menjadi 30,57 kali..
Pada triwulan IV berikutnya terjadi penurunan rasio perputaran dari 41,02 ditahun 2008 menjadi 37,72 kali di tahun 2009 dan 36,95 kali di tahun 2010. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada kuartal IV tahun 2008 PT PLN didera krisis, namun PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan banyaknya pertambahan pelanggan mencapai 1.510.357 pelanggan sehingga jumlah pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi 38.844.086 pelanggan atau 4,05% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 37.333.729 pelanggan. Pertambahan jumlah pelanggan tentu
Tahun R a si o P e rp u ta ra n P iu ta n g ( ka li) 2010 2009 2008 2007 2006 45 40 35 30 25 20 15 10 Accuracy Measures MAPE 51,368 MAD 8,749 MSD 106,246 Variable Forecasts Actual Fits
Trend Analysis Plot for Rasio Perputaran Piutang (kali) Growth Curve Model
saja mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penjualan energi listrik, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan energi listrik sebesar 6,41% yaitu dari 121,24 TWh di tahun 2007 menjadi sebesar 129,01 TWh di tahun 2008. Selanjutnya peningkatan penjualan tenaga listrik ini berpengaruh pada peningkatan rasio perputaran piutang pada triwulan IV tahun 2008. Tahun 2008 merupakan perjalanan yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero), namun merupakan landasan yang kuat bagi perusahaan untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham, investor dan pelanggan. Meskipun terus didera krisis, PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan pertumbuhan penjualan energi listrik sebesar 6,4% dibanding tahun sebelumnya meskipun di tahun ini terjadi krisis global. Hal ini menyebabkan rasio perputaran piutang di tahun 2008 cenderung meningkat.
Tahun 2009 juga merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero) namun berkat usaha keras dan kerja cerdas seluruh jajaran manajemen, hasil yang didapat sangat menggembirakan. Tantangan utama tahun 2009 adalah kekurangan pasokan tenaga listrik di hampir seluruh wilayah Indonesia yang umumnya diakibatkan oleh keterlambatan penyelesaian proyek-proyek 10.000 MW dan IPP terkendala. Kekurangan pasokan ini mengakibatkan pemadaman di berbagai daerah dan penurunan tingkat pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik tersebut, misalnya melalui pengaturan jadwal pemeliharaan pembangkit, sewa pembangkit tambahan, pemanfaatan kelebihan pasokan listrik yang dimiliki masyarakat (excess power), relokasi mesin pembangkit dan pelaksanaan demand side management. Lewat berbagai upaya tersebut, PLN telah berhasil untuk tetap memenuhi kebutuhan pertumbuhan permintaan tenaga listrik dengan mencapai tingkat penjualan tenaga listrik 4,31% lebih tinggi dari tahun 2008. Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya PLN dihadapkan pada kendala-kendala seperti yang dijelaskan di atas namun PLN tetap dapat menjaga angka penjualan dan piutang usahanya sehingga penurunan rasio perputaran piutang tidak terlalu signifikan.
Tantangan lain di tahun 2009 yang juga dihadapi adalah terbitnya UU Kelistrikan No. 30 tahun 2009 yang memposisikan PLN bukan lagi menjadi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti yang diatur dalam Undang-undang sebelumnya. Sesuai dengan UU.30/2009, sangat dimungkinkan pihak lain selain PLN untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Walaupun demikian, PLN masih tetap optimis bahwa prospek usaha di bidang ketenagalistrikan masih berpeluang luas untuk berkembang secara pesat mengingat rasio elektrifikasi (perbandingan antara jumlah pelanggan listrik sektor rumah tangga terhadap total rumah tangga di Indonesia) tahun 2009 baru mencapai 63,75% dan konsumsi listrik masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan masyarakat.
Tantangan-tantangan di tahun 2009 ini menyebabkan penurunan produksi yang akan berdampak terhadap penurunan penjualan dan berpengaruh terhadap penurunan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 sebesar 8,05 % menjadi 38 kali di tahun 2009. Program yang telah dicanangkan untuk menghadapi tahun 2010 adalah tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik dengan membangun fasilitas tenaga listrik, melakukan pembelian tenaga listrik dari swasta, meningkatkan pelayanan, meningkatkan efisiensi serta mengurangi beban finansial perusahaan dan membuat orientasi perusahaan menjadi lebih komersial.
Menghadapi masa yang akan datang, manajemen beserta seluruh jajarannya bertekad untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sehingga dapat mencapai puncak keemasan pada tahun 2012 sebagai perusahaan yang sehat, mandiri dan tumbuh berkembang.
Pada Tahun 2010 terjadi penurunan yang tidak terlalu besar pada Rasio Perputaran Piutang. Rasio turun hanya 0,77% dari rasio ditahun sebelumnya. Dengan melihat hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2010 penagihan piutang kepada pelanggan cenderung stabil. Pada tahun 2010, ada dua aplikasi utama yang dibangun yaitu AP2T (Aplikasi Pengawasan Piutang Terpusat) dan P2APST (Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat). AP2T merupakan langkah nyata PLN dalam mereduksi banyaknya aplikasi pelayanan pelanggan yang ada di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dalam tahun 2010 ini diharapkan hanya AP2T satu-satunya aplikasi Tata Usaha
Langganan di PLN. Melalui langkah ini, maka akan tercipta sentralisasi informasi dan standarisasi proses bisnis PT PLN. P2APST merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemudahan dan kenyamanan pelanggan prabayar. Pada intinya sistem ini melayani permintaan pelanggan yang akan membeli pulsa listrik. Sistem P2APST telah diaplikasikan melalui kerja sama dengan berbagai bank nasional maupun swasta di seluruh Indonesia, memanfaatkan seluruh jaringan ATM bank-bank tersebut.
Pemusatan sistem P2APST juga mengharuskan dikumpulkannya Data Piutang Pelanggan (DPP) pada satu tempat, sehingga pihak Switching Company
tidak perlu lagi mengakses DPP yang ada di Distribusi, melainkan akan langsung mengakses DPP pada data center pusat yang menampung DPP dari kelima area Distribusi. Dengan adanya program tersebut terjadi pengurangan pada jumlah piutang yang dikarenakan terjadi peralihan pelanggan yang menggunakan listrik prabayar, meskipun pengurangan tersebut belum terlalu signifikan karena pada tahun 2010 ini jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran prabayar baru mencapai 10 persen.
Proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang
Tahun Periode Peramalan
2011
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 25,8257 kali Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 26,5756 kali Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 27,3473 kali Tahun yang berakhir pada 31 Desember 28,1414 kali Kecenderungan pada proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan listrik pra-bayar, dan konsumen beralih dari pemakaian listrik pasca bayar ke pemakaian listrik pra bayar. Sehingga akan mengurangi jumlah piutang yang akan berdampak pada semakin tingginya perputaran piutang yang terjadi.
b. Periode penagihan rata-rata
Dari hasil periode penagihan rata-rata per triwulan yang semakin kecil jumlah harinya dalam satu periode tahun menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada piutang selama satu tahun diikuti dengan proses penagihan yang baik.
Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan pada akhir tahun atau triwulan ke IV selama kurang lebih 5 tahun adalah 11 hari. Perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas piutang yang belum dibayar oleh pelanggan dalam waktu kurang lebih 11 hari. Dari hasil perhitungan membuktikan pengelolaan piutang pada PLN telah sesuai dengan rata-rata standart yang ada. Rata-rata dari rasio periode penagihan rata-rata yang sebesar 11 hari telah menggambarkan perputaran piutang yang baik, 11 hari ini mengindikasikan PT PLN membutuhkan waktu 11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Hal ini sesuai dengan waktu pembayaran piutang yang dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kali siklus pembayaran. Sehingga dalam 1 siklus dibutuhkan waktu 9-11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang.
Gambar 3 . Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010.
PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. Prosedur pengumpulan piutang (penagihan) PLN ini menggunakan metode imprest dengan melakukan pengklasifikasian dari pelanggan-pelanggan yang tidak dapat membayar rekening listriknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Bila antara sasaran (target) dengan realisasi masih lebih rendah, maka manajemen untuk periode selanjutnya
Tahun P e ri o d e P e n a g ih a n ( h a ri ) 2010 2009 2008 2007 2006 50 40 30 20 10 Accuracy Measures MAPE 45,547 MAD 9,926 MSD 173,566 Variable Forecasts Actual Fits
Trend Analysis Plot for Periode Penagihan (hari) Growth Curve Model
harus melakukan improvement dari realisasi tersebut agar dapat mencapai sasaran atau target dalam pencapaian Collecting Period (COP). Sebagaimana diterapkan dalam proyek dan rencana kerja unit untuk kinerja. Akuntansi unit harus sering melakukan kordinasi dengan pengawasan kredit (Administrasi Pelayanan Pelanggan) untuk dapat mengakuntabilitas dari penyajian saldo piutang listrik yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Berikut data mengenai penilaian dan rincian piutang selama 5 periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010.
Proyeksi trend Rasio Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata
Tahun Periode Peramalan
2011
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 14,1332 hari Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 13,7344 hari Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 13,3468 hari Tahun yang berakhir pada 31 Desember 12,9702 hari Kecenderungan pada proyeksi trend Periode Penagihan Rata-Rata pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Hal ini seiring dengan proyeksi trend kenaikan rasio perputaran piutang yang akan diiringi dengan penurunan jumlah hari dalam melakukan penagihan.
4.14 Analisis Likuiditas
Analisis Likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancarnya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat Likuiditas PT PLN Persero menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan perkembangan rasio likuiditas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 8. Analisis Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero)
KOMPONEN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Rasio Lancar 104,05% 107,29% 76,44% 98,12% 81,60% 93,50% Rasio Kas 46,82% 40,45% 15,71% 34,59% 35,64% 34,64% Rasio Likuiditas 75,44% 73,87% 46,08% 66,36% 58,62% 64,07% Sumber : laporan keuangan diolah
Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 64,07 persen, dimana nilai tersebut hasil bagi setelah kedua rasio, rasio lancar dan rasio kas dijumlahkan. Meliputi rasio lancar 93,50 persen dan rasio kas sebesar 34,64 persen. Nilai rasio lima tahun terakhir yang sebesar 64.07 ini menggambarkan kemampuan PT PLN (Persero) untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp64,07. Dari Rasio Likuiditas terlihat perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50 persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar.
Sumber likuiditas PT PLN (Persero) terutama diperoleh dari arus kas masuk aktivitas usaha dan pendanaan. Perusahaan dan anak perusahaan telah membentuk kerangka kerja manajemen risiko likuiditas yang sesuai untuk pengelolaan dana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan dan anak perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan fasilitas cadangan pinjaman, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan mencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Likuiditas Perusahaan pada penelitian ini dinilai dengan rasio lancar. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya. Semakin tinggi nilai rasio lancar maka likuiditas perusahaan semakin baik. Dari hasil perhitungan, rata-rata rasio lancar PT PLN (Persero) adalah 93,50 persen yang artinya bahwa setiap Rp100,- kewajiban lancar dijamin dengan Rp93,50 aset lancarnya. Besarnya aset lancar pada perusahaan disebabkan oleh jumlah kas dan setara kas, piutang subsidi dan persediaan sebesar 14,53 persen dari total keseluruhan presentase aset lancar .
Tahun R a si o L a n ca r (% ) 2010 2009 2008 2007 2006 140 130 120 110 100 90 80 70 Accuracy Measures MAPE 14,315 MAD 13,690 MSD 287,048 Variable Forecasts Actual Fits
Trend Analysis Plot for Rasio Lancar (%) Quadratic Trend Model
Yt = 87.1227 + 2.19867*t - 0.0904609*t**2
Gambar 4. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010
Jumlah aset lancar pada setiap triwulan mengalami fluktuasi, rata-rata terjadi kenaikan pada triwulan III dan penurunan di triwulan IV. Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah aset lancar masih berada pada kisaran angka yang lebih besar dari pada jumlah kewajiban lancar dan kewajiban lancar tersebut yang sebagian besar berupa hutang dapat dibayar dengan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah aset lancar berada dibawah jumlah kewajiban lancarnya sehingga nilai aset lancar pada tahun ini dibawah 100 persen.
Rasio Lancar terkecil terjadi pada tahun 2008 hal ini disebabkan karena pada bulan September 2008, terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang membawa dampak terjadinya krisis keuangan secara global, termasuk di negara Indonesia dan PT PLN (Persero). Pengaruh dari krisis ini mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US Dollar. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas pada triwulan IV tahun 2008 dan tingginya tingkat suku bunga serta kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula penurunan harga saham dan pengetatan penyediaan kredit PT PLN (Persero).
Pada tahun 2009 kondisi ekonomi mulai relatif stabil pada triwulan III yang ditandai dengan berkurangnya fluktuasi kurs mata uang asing dengan nilai Rupiah cenderung menguat sehingga rasio likuiditas PT PLN (Persero) pun
menunjukkan perubahan ke angka yang lebih besar. Tahun 2010 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 81,6 %, menurun dari posisi 98,12 % di tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
Proyeksi trend Rasio Lancar PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 9 :
Tabel 9. Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar PT PLN (Persero)
Tahun Periode Peramalan
2011
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 93,4 %
Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 91,7 %
Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 89,8 %
Tahun yang berakhir pada 31 Desember 87,8 %
Kecenderungan pada proyeksi trend rasio lancar pada empat (4) periode ke depan adalah menurun dalam satu periode, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 trend rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 6,18 persen.
b. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar tepat pada waktunya. perusahaan belum cukup memiliki kas untuk memenuhi kewajibannya.
Nilai rata-rata rasio kas perusahaan adalah 34,64 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- kewajiban lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 34,64 uang kas dan bank. Dalam hal ini perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dengan kas, meskipun sebagian besar pemasukan aset lancar perusahaan berasal dari kas dan bank.
Perkembangan indikator rasio kas pada triwulan IV dalam lima periode terakhir cenderung menurun dan kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2009, ini berarti pada tahun 2009 terjadi peningkatan nilai kas dan bank yang tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah kewajiban lancar yang sepadan. Perusahaan pada tahun 2009 mengalami peningkatan dalam kemampuannya membayar kewajiban lancarnya sebesar 34,59 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 15,71 persen.
Tahun R a si o K a s (% ) 2010 2009 2008 2007 2006 70 60 50 40 30 20 10 Accuracy Measures MAPE 28,903 MAD 9,300 MSD 139,670 Variable Forecasts Actual Fits
Trend Analysis Plot for Rasio Kas (%) Growth Curve Model
Yt = 31.9893 * (1.00066**t)
Gambar 5. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan yaitu hasil emisi obligasi dan perolehan hutang bank. Peningkatan ini sesuai dengan prioritas jangka pendek perusahaan yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas, dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek. Akibat adanya tiga kegiatan dalam perusahaan, yaitu kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan terdapat jumlah penyesuaian pada ketiga kegiatan ini yang dapat dilihat pada tabel 10.
Proyeksi trend Rasio Kas PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 10. Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas PT PLN (Persero)
Tahun Periode Peramalan
2011
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 32,43 % Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 32,45 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 32,47 %
Kecenderungan pada proyeksi trend rasio kas pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Namun penurun yang terjadi tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 11. Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN (Persero) Periode 2006- 2010 Uraian Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Penyesuaian Aktivitas Operasi 6838882 16890143 7780481 5898187 22969258 Penyesuaian Aktivitas Investasi -5285440 -20759837 -21952056 -30566969 -30720965 Penyesuaian Aktivitas pendanaan 7998939 7192056 4268420 31324351 14425309 Kenaikan Bersih Kas dan
Setara Kas 9552381 3322362 -9903155 6655569 6673602 KAS & SETARA KAS
AWAL TAHUN 5361749 12968420 16290782 6387627 13043196 rekening dibatasi
penggunaannya -1945710 0 0 0 0
KAS & SETARA KAS
AKHIR TAHUN 12968420 16290782 6387627 13043196 19716798 Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)
4.15 Analisis Profitabilitas
Rasio Profitabilitas perusahaan dinyatakan dalam Return on Equity/ROE (perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas) dan Return on Asset/ROA (perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total harta). Ringkasan perkembangan rasio profitabilitas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 12. Analisis Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun 2006-2010
KOMPONEN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata ROE -2,90% -4,14% -9,69% 7,33% 6,74% -1,24% ROA -0,44% -1,13% -4,19% 3,66% 3,08% 0,00% Rasio Profitabilitas -1,67% -2,64% -6,94% 5,50% 4,91% -0,62%
Sumber : laporan keuangan diolah
a. Return On Equity (ROE)
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh para pemegang saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian
dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut.
Tahun R O E (% ) 2010 2009 2008 2007 2006 15 10 5 0 -5 -10 Accuracy Measures MAPE 92,8737 MAD 2,1197 MSD 8,2967 Variable Forecasts Actual Fits
Trend Analysis Plot for ROE (%) Quadratic Trend Model
Yt = -0.800008 - 0.644635*t + 0.0549537*t**2
Gambar 6. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010
Tabel 13. Analisis Return on Equity/ROE PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 Tahun laba bersih (dalam jutaan rupiah) total ekuitas (dalam jutaan rupiah) ROE (%) perubahan laba bersih perubahan ekuitas perubahan ROE 2005 (4.920.595) 139.753.678 -3,52% - - - 2006 (4.057.843) 139.837.946 -2,90% ↑ 17,53% ↑ 0,06 % ↑ 0,62% 2007 (5.645.107) 136.412.740 -4,14% ↓ 39,12 % ↓ 2,45 % ↓ 1,24 % 2008 (12.303.716) 126.986.567 -9,69% ↓ 117,95% ↓ 6,91% ↓ 5,55% 2009 10.355.679 141.196.085 7,33% ↑ 184,17% ↑ 11,19 % ↑ 17,02% 2010 10.086.686 149.585.568 6,74% ↓ 2,6 % ↑ 5,94 % ↓ 0,59 % Sumber : laporan keuangan diolah
Berdasarkan tabel 13 analisis Return On Equity (ROE), dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT PLN Persero sejak tahun 2006 hingga 2010 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2006, ROE PT PLN (Persero) mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 17,53%. Hal