• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian penerapan gcg Perusahaan dilaksanakan oleh pihak eksternal independen, yaitu badan Pengawasan keuangan & Pembangunan

(bPkP). Dari penilaian tersebut, diperoleh skor sebesar 82,254 dari

bobot maksimal 100. Skor assessment tersebut menandakan bahwa

penerapan gcg di Perusahaan termasuk dalam kategori “baik”.

Prinsip gcg Definisi bentuk Implementasi

akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban kinerja pimpinan Perusahaan secara transparan dan wajar.

Perusahaan memiliki 3 (tiga) tingkatan akuntabilitas dalam setiap aktivitas, meliputi:

a. Akuntabilitas Korporasi

Adalah pertanggung jawaban atas aktivitas bisnis yang dijalankan. Masing-masing organ Perusahaan dapat dimintai akuntabilitas Masing-masing-Masing-masing sesuai tugas dan tanggung jawab dengan mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

b. Akuntabilitas Tim

Adalah pertanggung jawaban suatu unit kerja/bisnis/supporting atas tercapai/tidak tercapai tugasnya.

c. Akuntabilitas Individual

Adalah pertanggungjawaban atas aktivitas kinerja individu yang dijalankan dalam Perusahaan.

Pertanggung-jawaban (Responsibility)

Kepatuhan pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Responsibilitas juga diikuti komitmen untuk menjalankan aktivitas bisnis sesuai dengan standar etika yang baik.

Perusahaan menerapkan prinsip pertanggungjawaban antara lain dengan: a. Mematuhi ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan tepat waktu. c. Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR).

d. Melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi sesuai regulasi yang ditetapkan.

kemandirian (Independency)

Kemandirian Perusahaan yang dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun.

Bagi Perusahaan, independensi mendorong profesionalisme dan kreativitas dalam mengelola manajemen Perusahaan dengan menerapkan prinsip kemandirian, antara lain:

a. Saling menghormati hak, kewajiban, tugas, wewenang serta tanggung jawab di antara organ Perusahaan;

b. Pemegang saham dan Dewan Komisaris tidak boleh melakukan intervensi terhadap pengurusan Perusahaan;

c. Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan selalu menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam mengambil keputusan;

d. Kegiatan Perusahaan yang mempunyai benturan kepentingan harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari pemegang saham independen atau wakilnya yang diberi wewenang untuk itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana telah diatur, dan mematuhi peraturan tentang benturan kepentingan;

e. Penerapan kebijakan dan sistem yang meminimalkan terjadinya benturan kepentingan, seperti dalam kebijakan kepegawaian, pengadaan dan keuangan.

keadilan dan kesetaraan

(Fairness)

Kewajaran, keadilan, dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder.

Prinsip keadilan di lingkup Perusahaan diterapkan antara lain dengan: a. Pemegang saham berhak menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. Perusahaan memperlakukan semua rekanan secara adil dan transparan; c. Perusahaan memberikan kondisi kerja yang baik dan aman bagi

setiap pegawai sesuai dengan kemampuan Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

DaSar hukum PeneraPan gcg

Dalam penerapan GCG di Perusahaan, beberapa peraturan perundang-undangan yang diacu oleh Perusahaan adalah sebagai berikut:

Undang-Undang Republik Indonesia

a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. b. Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. c. Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

d. Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

e. Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang No.25 Tahun 2003.

f. Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Menteri BUMN No.PER-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara No.PER-01/ MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

b. Keputusan Menteri BUMN No.SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance).

Peraturan Bapepam-LK dan/atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

a. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-413/BL/2009 tanggal 25 November 2009, Peraturan Bapepam-LK No.XX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.

b. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009, Peraturan Bapepam-LK No.IX.E.1 tentang Transaksi Afliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

c. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-496/BL/2008 tanggal 28 November 2008, Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Internal Audit.

d. Lampiran Ketua Bapepam-LK No.Kep-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008, Peraturan Bapepam-LK No.IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perusahaan yang melakukan Penawaran Umum Efek bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.

e. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-29/PM/2004, Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

f. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-40/PM/2003, Peraturan Bapepam-LK No.VII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.

g. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-36/PM/2003 tanggal 30 September 2003, Peraturan Bapepam-LK No.X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.

h. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003, Peraturan Bapepam-LK No.X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.

i. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Perubahan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Bapepam No.VII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

j. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-86/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996, Peraturan Bapepam-LK No.X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Diumumkan Kepada Publik.

k. Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan.

l. Peraturan OJK No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. m. Peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tentang Komite Nominasi dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik. n. Peraturan OJK No.35/POJK.04/2014 tentang Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik.

o. Peraturan OJK No.38/POJK.04/2014 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

p. Peraturan OJK No.8/POJK.04/2015 tentang Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik. q. Peraturan OJK No.21/ POJK.04/2015 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka.

r. Peraturan OJK No.31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik.

s. Peraturan OJK No.29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

t. Peraturan OJK No.10/POJK.04/2017 tentang Perubahan atas Peraturan OJK No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

u. Peraturan OJK No.11/POJK.04/2017 tentang Laporan Kepemilikan atau Setiap Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka.

v. Peraturan POJK No.30/POJK.04/2017 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka.

w. Surat Edaran OJK No.32/SEOJK.04/2015 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka.

x. Surat Edaran OJK No.30/SEOJK.04/2016 tentang Bentuk dan Isi Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan Lainnya

a. OECD Principles of Corporate Governance tahun 2004.

b. Pedoman Umum GCG Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan Governace (KNKG) tahun 2006.

c. Surat Keputusan Direksi No.40.3/SK/WBP/PEN/2015, tanggal 1 Desember 2015 tentang Prosedur Tata Kelola Perusahaan PT Waskita Beton Precast.

d. Anggaran Dasar Perusahaan yang terakhir disahkan melalui Akta No. 60 tanggal 26 Juli 2017 tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Waskita Beton Precast Tbk yang dibuat dihadapan Dina Chozie, S.H. C.N, Notaris pengganti Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta

e. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang tercantum dalam risalah RUPS.

aSeSmen PeneraPan gcg

Untuk mengukur efektivitas penerapan GCG, Perusahaan melakukan penilaian (assessment) GCG setiap tahunnya. Penilaian GCG tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian Dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.

Indikator/Parameter Penilaian GCG Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. SK16/S.MBU/2012 komITmen TerhaDaP

PeneraPan TaTa keLoLa PeruSahaan Yang baIk Secara berkeLanjuTan

DIrekSI PengungkaPan InformaSI

Dan TranSParanSI Pemegang Saham Dan

ruPS/PemILIk moDaL DeWan komISarIS/DeWan PengaWaS

aSPek LaInnYa

Berdasarkan Pasal 44 Ayat 1 Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, assessment GCG dilakukan secara berkala setiap 2 (dua) tahun sekali oleh assessor eksternal, dengan diselingi oleh self assessment yang dilakukan oleh assessor internal setiap tahun berikutnya.

Pelaksanaan Penilaian gcg Tahun 2020

Penilaian penerapan GCG Perusahaan untuk periode tanggal 1 Januari hingga 31 Desember 2020 dilaksanakan pada tanggal 19 Januari - 19 Maret 2021 oleh pihak eksternal independen, yaitu Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP). Dari penilaian tersebut, diperoleh skor sebesar 82,254 dari bobot maksimal 100. Skor assessment tersebut menandakan bahwa penerapan GCG di Perusahaan termasuk dalam kategori “Baik”.

hasil assessmen gcg Tahun 2020

no. aspek Pengujian assessment gcg bobot Skor Pencapaian

(%) kategori

1. Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

secara Berkelanjutan 7 6.518 93,12 Sangat baik

2. Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal 9 8.054 89,49 Sangat Baik

3. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas 35 29.283 83,67 Baik

4. Direksi 35 30.197 86,28 Sangat Baik

5. Pengungkapan Informasi dan Transparansi 9 8.201 91,13 Sangat Baik

6. Aspek Lainnya 5 - -

-jumlah 100 82.254 82,25 baik

Keterangan:

0-50: Tidak Baik | 50-60: Kurang Baik | 60-75: Cukup Baik | 75-85: Baik | 85-100: Sangat Baik

Pencapaian Hasil Assessmen GCG WSBP Tahun 2017-2020 adalah sebagai berikut:

Tahun ukur

assessmen Skor assessmen Predikat jenis Penilaian dan Penilai

2020 82,25 baik badan Pengawasan keuangan & Pembangunan (bPkP).

2019 89,14 Sangat Baik Self Assessment

2018 78,16 Baik Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP).

2017 76,81 Baik Self Assessment

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian GCG Perusahaan pada tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Segenap insan PT Waskita Beton Precast Tbk akan terus meningkatkan penerapan GCG sehingga diperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah ada. Perusahaan berkomitmen penuh untuk menjalankan secara sungguh-sungguh rekomendasi dari tim asesor penerapan GCG tahun buku 2020 sehingga hasil yang lebih baik dapat diperoleh.

STrukTur TaTa keLoLa [102-18]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) menyebutkan bahwa Organ Perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Sistem kepengurusan di Waskita Beton Precast menganut sistem dua badan (two tier system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai fungsinya masing-masing sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas, maka struktur tata kelola Waskita Beton Precast terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi. Untuk memaksimalkan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris dibantu oleh organ pendukung berupa Sekretaris Dewan Komisaris, Komite Audit, serta Komite Risiko dan Asuransi. Sementara itu, Direksi dibantu oleh Sekretaris Perusahaan dan Audit Internal/Satuan Pengawasan Intern. Struktur tata kelola selengkapnya disajikan dalam bagan berikut: