• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 19 Universitas Kristen Petra (Halaman 38-60)

Penilaian resiko merupakan hasil lanjut dari identifikasi bahaya. Dalam melakukan penilaian resiko, PT Santos Jaya Abadi memiliki tabel penilaian resiko tersendiri yang disebut sebagai tabel HIRAS (Hazard Identification and Risk Assessment). Pada tabel HIRAS ini berisi kegiatan, sumber bahaya, bahaya yang terjadi, akibat yang ditimbulkan, kondisi kegiatan dan juga penilaian resiko beserta dengan level resiko yang dapat dilihat lebih jelasnya pada lampiran 1.

Berdasarkan tabel HIRAS perusahaan, metode yang digunakan terdiri dari 3 macam parameter, yaitu frekuensi, kemungkinan (likelihood) dan keparahan (severity). Pada metode tersebut, penilaian resiko dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum ada metode pengamanan dari pihak perusahaan dan setelah ada metode pengamanannya. Kemudian dilakukan penilaian level resiko untuk mengetahui seberapa besar tingkat resiko dari sumber bahaya yang ada, sehingga dapat diambil suatu tindakan pengamanannya. Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada beberapa penjelasan hasil penilaian resiko di 5 area yang diamati di bawah ini. Tabel 4.7 di bawah ini merupakan potongan hasil penilaian resiko pada area luar, yaitu area jalan.

57

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.7 Tabel HIRAS Area Jalan

PT SANTOS JAYA ABADI

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM

Departemen : Jumlah Personel : 3 orang Area : Area Jalan PIC : Fajar R

Tanggal Pelaksanaan : 3 Januari 2011 Tim Penilai : Fajar R, Wenny, Daniel, Danny Tanggal Review : 25 April 2011

No. Risk Assessment : 1

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO

No. Kegiatan Sumber Bahaya, Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman S/H Bahaya yang Terjadi Akibat yang Ditimbulkan

Kondisi Penilaian Resiko

Metode Pengamanan (Jika Ada) Resiko Akhir Level Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko

1 Penyeberan gan

Lalu lintas padat S Tertabrak

Terluka

Rutin

3 2 3 18

Security standby

2 2 3 12 Trivial Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial

Jalan sempit S Tertabrak

Terluka 3 2 3 18 2 2 3 12 Trivial

Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial

Karyawan tidak

disiplin S Tertabrak

Terluka 3 2 3 18 2 2 3 12 Trivial

Patah tulang 3 2 4 24 2 2 4 16 Trivial Meninggal 3 2 5 30 2 2 5 20 Trivial

58

Universitas Kristen Petra

Di area jalan ditemukan potensi bahaya, yaitu di bagian penyeberangan. Sumber bahaya dari penyeberangan salah satunya adalah lalu lintas padat dikarenakan banyaknya kendaraan seperti mobil, truk, sepeda motor dan sepeda yang melewati area penyeberangan. Sumber bahaya tersebut dapat berdampak pada keselamatan seseorang (S: Safety/Keselamatan). Bahaya yang dapat terjadi saat karyawan menyeberang di kondisi lalu lintas yang padat adalah tertabrak. Dampak dari tertabrak menghasilkan 3 macam kemungkinan akibat, yang mana dinilai mulai dari kemungkinan akibat yang paling ringan sampai yang paling berat. Kemungkinan akibat yang paling ringan adalah terluka, kemudian dilanjutkan dengan patah tulang. Sedangkan kemungkinan terberatnya dari sebuah tabrakan adalah kematian. Kegiatan penyeberangan ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya lalu lintas padat.

 Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko) - F (frekuensi)

Frekuensi terjadinya bahaya adalah 3 (mingguan). Pemberian nilai tersebut didasarkan atas padatnya arus masuk kendaraan, sehingga kegiatan menyeberang menjadi hal yang cukup berbahaya. Kegiatan menyeberang dikatakan cukup berbahaya karena masih belum ada metode pengamanannya, sehingga apabila penyeberangan tidak dilakukan secara hati-hati, maka kecelakaan akan rawan terjadi.

- L (kemungkinan terjadi)

Kemungkinan terjadinya bahaya adalah 2 (jarang terjadi). Meskipun lalu lintas padat dan potensi terjadi tabrakan cukup besar, namun pada kenyataannya kemungkinan terjadi tabrakan dikatakan jarang terjadi. Kemungkinan ini dapat terjadi apabila karyawan menyeberang dengan tidak hati-hati.

- S (keparahan)

a. Terluka: menurut tabel severity, terluka terletak pada level resiko tingkat 3. b. Patah tulang: patah tulang diklasifikasikan sebagai terluka berat, sehingga

59

Universitas Kristen Petra

c. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko tingkat 5.

- Resiko

a. Terluka: resiko terluka didapatkan dari 3 x 2 x 3 = 18.

b. Patah tulang: resiko patah tulang didapatkan dari 3 x 2 x 4= 24. c. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 3 x 2 x 5= 30.

 Penilaian resiko setelah ada metode pengamanan (Resiko Akhir) - F (frekuensi)

Metode pengamanan yang perusahaan berikan untuk menyikapi potensi bahaya tersebut adalah dengan memberikan security, yang mana bertugas untuk mengatur lalu lintas di dalam perusahaan. Dengan adanya bantuan dari pihak security, frekuensi terjadinya bahaya pasti dapat berkurang, yaitu menjadi bulanan. Hal ini dikarenakan setiap ada karyawan yang hendak menyeberang, security akan membantu menyeberangkan, sehingga potensi terjadi tabrakan akan berkurang.

- L (kemungkinan terjadi)

Meskipun terdapat metode pengamanannya, namun kemungkinan untuk terjadinya bahaya tabrakan tentu masih ada, sehingga nilai kemungkinan terjadi pada tabrakan adalah 2, yaitu jarang terjadi.

- S (keparahan)

a. Terluka: menurut tabel severity, terluka terletak pada level resiko tingkat 3. b. Patah tulang: patah tulang diklasifikasikan sebagai terluka berat, sehingga

level resikonya adalah tingkat 4.

c. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko tingkat 5.

- Resiko

a. Terluka: resiko terluka didapatkan dari 2 x 2 x 3 = 12.

60

Universitas Kristen Petra

c. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 2 x 2 x 5= 20. - Level Resiko

a. Terluka: menurut tabel level resiko, resiko= 12 termasuk trivial. b. Patah tulang: menurut tabel level resiko, resiko= 16 termasuk trivial. c. Meninggal: menurut tabel level resiko, resiko= 20 termasuk trivial.

Level resiko dari kegiatan penyeberangan yang pada awalnya (sebelum ada metode pengamanannya) ada yang mencapai acceptable, setelah diberi metode pengamanan menjadi berkurang hingga mencapai trivial pada semua akibat. Jadi dapat dikatakan dengan adanya security, cukup membantu mengurangi potensi kecelakaan yang dapat terjadi.

Pengertian trivial dari level resiko yang didapat tersebut menandakan bahwa sumber bahaya yang didapatkan di dalam perusahaan masih dalam batas aman. Hal ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus, kecuali untuk sumber bahaya yang sampai dapat menyebabkan kematian. Perusahaan harus tetap melakukan pemantauan secara rutin khusus untuk sumber bahaya yang dapat menyebabkan kematian.

Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.

Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil form pengajuan program pada area luar, yaitu area jalan.

61

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.8 Form Pengajuan Program K3 Area Jalan

FORM PENGAJUAN PROGRAM No. Kegiatan Lokasi Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Akibat yang

Ditimbulkan Program K3 Target

1 Penyeberangan Area Jalan Lalu lintas padat Tertabrak Terluka Peringatan hati-hati, penyediaan zebra cross 1 hari Patah tulang Meninggal Jalan sempit Tertabrak Terluka Patah tulang Meninggal Karyawan tidak disiplin Tertabrak Terluka Patah tulang Meninggal Meninggal

Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya lalu lintas padat adalah dengan memberikan rambu peringatan hati-hati agar karyawan atau tamu dapat menyeberang dengan hati-hati meskipun dalam kondisi yang mendesak sekalipun. Selain itu, akan lebih baik apabila jalan penyeberangan dibuat jalur zebra cross supaya karyawan dan tamu dapat mengetahui letak jalur penyeberangan dengan cepat dan tidak menyeberang di sembarang jalur. Program K3 ini dapat dijalankan selama 1 hari.

62

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.9 Tabel HIRAS Area Office

PT. SANTOS JAYA ABADI

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM

Departemen : Jumlah Personel : 3 orang Area : Gedung Utama (Lantai 1-3) PIC : Fajar R

Tanggal Pelaksanaan : 6 Januari 2011 Tim Penilai : Fajar R, Wenny, Daniel, Danny Tanggal Review : 11 April 2011

No. Risk Assessment : 6

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO

No. Kegiatan Sumber Bahaya, Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman S/H Bahaya yang Terjadi Akibat yang Ditimbulkan

Kondisi Penilaian Resiko

Metode Pengamanan (Jika Ada) Resiko Akhir Level Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko

1 Memadamkan kebakaran Lokasi fire extinguisher tidak diketahui S Kesulitan mencari letak fire extinguisher Luka bakar Emergency 1 1 4 4 Tidak ada 1 1 4 4 Trivial Kesulitan mengambil fire extinguisher Meninggal 1 1 5 5 1 1 5 5 Trivial Kebakaran gedung 1 1 4 4 1 1 4 4 Trivial

63

Universitas Kristen Petra

Di area office ditemukan potensi bahaya, salah satunya yaitu memadamkan kebakaran. Sumber bahaya dari memadamkan kebakaran adalah lokasi fire extinguisher tidak diketahui. Fire extinguisher tidak diletakkan di tempat yang standar. Sumber bahaya tersebut dapat berakibat pada keselamatan seseorang (S: Safety/Keselamatan). Dampak dari sumber bahaya tersebut adalah kesulitan mencari letak fire extinguisher dan kesulitan mengambil fire extinguisher. Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan mencari letak fire extinguisher adalah luka bakar. Luka bakar merupakan dampak akhir dari tidak ditemukan fire extinguisher dikarenakan kesulitan mencari fire extinguisher. Hal ini menyebabkan kebakaran semakin meluas dan akhirnya mengenai seseorang, sehingga orang tersebut mengalami luka bakar.

Sedangkan akibat lainnya dari kesulitan mengambil fire extinguisher adalah meninggal dan kebakaran gedung. Fire extinguisher diletakkan di tempat yang memojok dan terlalu dalam, sehingga hal inilah yang menyebabkan fire extinguisher sulit diambil. Apabila kebakaran sudah meluas dan mengenai seseorang, maka dampak terburuk yang bisa terjadi pada orang tersebut adalah meninggal. Sedangkan dampak lainnya adalah gedung ikut terbakar. Kondisi kegiatan memadamkan kebakaran ini dilakukan saat emergency, yaitu ketika terjadi kebakaran saja. Berikut merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya lokasi fire extinguisher tidak diketahui.

 Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko) - F (frekuensi)

Frekuensi terjadinya bahaya adalah 1 (tahunan). Pemberian nilai tersebut didasarkan atas jarangnya sumber bahaya kebakaran terjadi, sehingga fire extinguisher tidak digunakan selama kebakaran belum terjadi.

- L (kemungkinan terjadi)

Kemungkinan terjadinya bahaya adalah 1 (tidak pernah terjadi). Dari berdirinya perusahaan sampai saat ini, musibah kebakaran belum pernah terjadi, sehingga kemungkinan terjadi dikategorikan tidak pernah terjadi. Jika kemungkinan

64

Universitas Kristen Petra

sumber bahaya ini tidak pernah terjadi, maka kesulitan dalam mencari dan mengambil fire extinguisher juga dikategorikan tidak pernah terjadi.

- S (keparahan)

a. Luka bakar: menurut tabel severity, luka bakar terletak pada level resiko tingkat 4.

b. Meninggal: menurut tabel severity, meninggal terletak pada level resiko tingkat 5.

c. Kebakaran gedung: kebakaran gedung dikategorikan pada level resiko tingkat 4 karena kebakaran gedung merupakan musibah yang serius.

- Resiko

a. Luka bakar: resiko luka bakar didapatkan dari 1 x 1 x 4 = 4. b. Meninggal: resiko meninggal didapatkan dari 1 x 1 x 5= 5.

c. Kebakaran gedung: resiko kebakaran gedung didapatkan dari 1 x 1 x 4= 4.

 Perusahaan tidak memiliki metode pengamanan dari sumber bahaya yang ada. Oleh karena itu, penilaian resiko akhir sama dengan penilaian resiko sebelum ada metode pengamananya.

 Level Resiko

a. Luka bakar: menurut tabel level resiko, resiko= 4 termasuk trivial. b. Meninggal: menurut tabel level resiko, resiko= 5 termasuk trivial.

c. Kebakaran gedung: menurut tabel level resiko, resiko= 4 termasuk trivial. Level resiko dari kegiatan memadamkan kebakaran dari semua sumber bahaya adalah trivial, yang mana hal ini menggambarkan bahwa sumber bahaya tersebut masih dalam batas aman. Hal ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus, kecuali untuk sumber bahaya yang sampai dapat menyebabkan kematian. Perusahaan harus tetap melakukan pemantauan secara rutin khusus untuk sumber bahaya yang dapat menyebabkan kematian.

65

Universitas Kristen Petra

Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.

Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil form pengajuan program pada area luar, yaitu area office.

Tabel 4.10 Form Pengajuan Program K3 Area Office

FORM PENGAJUAN PROGRAM No. Kegiatan Lokasi Sumber

Bahaya Potensi Bahaya Akibat yang Ditimbulkan Program K3 Target 1 Memadamkan kebakaran Gedung Utama (Lantai 1-3) Lokasi fire extinguisher tidak diketahui Kesulitan mencari letak fire extinguisher Luka bakar Penggantian letak fire extinguisher 1 hari Kesulitan mengambil fire extinguisher Meninggal Kebakaran gedung

Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya lokasi fire extinguisher tidak diketahui adalah dengan melakukan penggantian letak fire extinguisher (melakukan standarisasi letak fire extinguisher) supaya saat mencari dan mengambil fire extinguisher dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Peletakan fire extinguisher akan distandarkan di dekat pintu masuk/keluar. Program K3 ini dapat dijalankan selama 1 hari.

66

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.11 Tabel HIRAS Area Workshop

PT. SANTOS JAYA ABADI

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM

Departemen : Engineering Jumlah Personel : 3 Orang Area : Workshop PIC : Mustofa

Tanggal Pelaksanaan : 18 Januari 2011 Tim Penilai : Mustofa, Wenny, Daniel, Danny Tanggal Review : 20 April 2011

No. Risk Assessment : 9

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO

No. Kegiatan Sumber Bahaya, Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman S/H Bahaya yang Terjadi Akibat yang Ditimbulkan

Kondisi Penilaian Resiko

Metode Pengamanan (Jika Ada) Resiko Akhir Level Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko

1 Bekerja di workshop Banyak material keras tercecer di lantai S Kaki tertimpa material Memar Rutin 3 2 2 12 Safety shoes 3 2 1 6 Trivial Banyak material tajam tercecer di lantai Kaki tertimpa

material Luka sayat 3 2 3 18 3 2 1 6 Trivial

67

Universitas Kristen Petra

Di area workshop ditemukan potensi bahaya, yaitu bekerja di workshop. Sumber bahaya dari bekerja di workshop adalah banyaknya material keras dan tajam yang tercecer di lantai. Para teknisi mempunyai kebiasaan selesai bekerja, material tidak dirapikan terlebih dahulu, namun material-material yang digunakan dibiarkan begitu saja tercecer di lantai. Apabila tidak berhati-hati saat berjalan di dalam ruangan workshop, maka kecelakan kerja dapat terjadi. Sumber bahaya tersebut berefek pada keselamatan seseorang (S: Safety/Keselamatan). Bahaya yang dapat terjadi saat banyak material keras dan tajam tercecer di lantai adalah kaki tertimpa material dan tersandung. Akibat yang ditimbulkan memar dan luka sayat. Kegiatan bekerja di workshop ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya bekerja di workshop.

 Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko) - F (frekuensi)

Frekuensi terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 3 (mingguan). Pemberian nilai tersebut didasarkan atas seringnya material tercecer di lantai, sehingga kemungkinan kaki tertimpa material cukup sering. Sedangkan tersandung, frekuensi terjadinya bahaya adalah 4 (bulanan) karena kejadian tersandung jarang terjadi di workshop.

- L (kemungkinan terjadi)

Kemungkinan terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 2 (jarang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang tercecer di atas lantai, sehingga ada sedikit kemungkinan kaki tertimpa material apabila seseorang berjalan tidak dengan hati-hati. Sedangkan kemungkinan tersandung adalah 3 (kadang-kadang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang besar berada di atas lantai, sehingga apabila tidak berhati-hati, seseorang dapat tersandung material tersebut.

- S (keparahan)

68

Universitas Kristen Petra

b. Luka sayat: luka sayat diklasifikasikan sebagai terluka, sehingga level resikonya adalah tingkat 3.

- Resiko

a. Memar: resiko memar didapatkan dari 3 x 2 x 2 = 12.

b. Luka sayat: luka sayat terbagi menjadi 2, yang mana dikarenakan kaki tertimpa material dan tersandung. Untuk resiko kaki tertimpa material didapatkan dari h 3 x 2 x 3= 18. Sedangkan untuk resiko tersandung didapatkan dari 4 x 3 x 3= 36.

 Penilaian resiko setelah ada metode pengamanan (Resiko Akhir)

Metode pengamanan yang diberikan oleh perusahaan untuk mengatasi sumber bahaya adalah dengan penggunaan safety shoes saat berada di area workshop. Penggunaan safety shoes ini hanya berefek pada tingkat severity saja. Sedangkan untuk frekuensi dan kemungkinan terjadinya sumber bahaya belum dapat teratasi dengan baik melalui metode pengamanan yang diberikan tersebut.

- F (frekuensi)

Frekuensi terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 3 (mingguan). Pemberian nilai tersebut didasarkan atas seringnya material tercecer di lantai, sehingga kemungkinan kaki tertimpa material cukup sering. Sedangkan tersandung, frekuensi terjadinya bahaya adalah 4 (bulanan) karena kejadian tersandung jarang terjadi di workshop.

- L (kemungkinan terjadi)

Kemungkinan terjadinya bahaya untuk kaki tertimpa material adalah 2 (jarang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang tercecer di atas lantai, sehingga ada sedikit kemungkinan kaki tertimpa material apabila seseorang berjalan tidak dengan hati-hati. Sedangkan kemungkinan tersandung adalah 3 (kadang-kadang terjadi). Hal ini dikarenakan banyaknya material yang besar berada di atas lantai, sehingga apabila tidak berhati-hati, seseorang dapat tersandung material tersebut.

69

Universitas Kristen Petra

- S (keparahan)

a. Memar: setelah ada metode pengamanan, yaitu dengan menggunakan safety shoes, maka tingkat severity menjadi berkurang. Biarpun kaki tertimpa material tajam dan keras, kaki tidak mengalami luka apapun, sehingga level resiko berada pada tingkat 1 (tidak terjadi luka).

b. Luka sayat: setelah ada metode pengamanan, yaitu dengan menggunakan safety shoes, maka tingkat severity menjadi berkurang. Biarpun tersandung, namun kaki tidak mengalami luka apapun, sehingga level resiko berada pada tingkat 1 (tidak terjadi luka).

- Resiko:

a. Memar: resiko memar didapatkan dari 3 x 2 x 1 = 6.

b. Luka sayat: luka sayat terbagi menjadi 2, yang mana dikarenakan kaki tertimpa material dan tersandung. Untuk resiko kaki tertimpa material didapatkan dari 3 x 2 x 1= 6. Sedangkan untuk resiko tersandung didapatkan dari 4 x 2 x 1= 8.

- Level Resiko:

a. Memar: menurut tabel level resiko, resiko memar= 6 termasuk trivial.

b. Luka sayat: menurut tabel level resiko, resiko luka sayat akibat kaki tertimpa material= 6 termasuk trivial. Sedangkan untuk resiko luka sayat akibat tersandung= 8 termasuk trivial.

Level resiko dari kegiatan bekerja di workshop yang pada awalnya (sebelum ada metode pengamanannya) ada yang mencapai acceptable, setelah diberi metode pengamanan menjadi berkurang hingga mencapai trivial pada semua akibat. Jadi dapat dikatakan dengan adanya penggunaan safety shoes cukup membantu mengurangi potensi kecelakaan yang dapat terjadi.

Pengertian trivial dari level resiko yang didapat tersebut menandakan bahwa sumber bahaya yang didapatkan di dalam perusahaan masih dalam batas aman. Hal ini dikarenakan trivial merupakan level resiko yang paling rendah, sehingga dari sumber bahaya tersebut tidak diperlukan adanya suatu tindakan atau catatan khusus.

70

Universitas Kristen Petra

Langkah berikutnya setelah ditetapkan level resiko adalah melakukan penetapan pengendalian (determining control). Level resiko yang didapat adalah trivial¸ yang mana resiko tersebut termasuk dalam batas aman, sehingga tidak diperlukan adanya penetapan pengendalian. Penetapan pengendalian diperlukan saat sumber bahaya termasuk di luar batas aman, sehingga tingkat resiko harus diturunkan terlebih dahulu supaya aktifitas kerja dapat dilanjutkan kembali.

Kemudian langkah selanjutnya setelah dilakukannya penilaian resiko adalah membuat form pengajuan program K3. Tujuan pembuatan program K3 supaya sumber bahaya tersebut tidak sampai menyebabkan kecelakaan kerja dan mengantisipasi agar sumber bahaya tidak terjadi. Berikut merupakan potongan hasil form pengajuan program pada area workshop.

Tabel 4.12 Form Pengajuan Program K3 Area Workshop

FORM PENGAJUAN PROGRAM No. Kegiatan Lokasi Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Akibat yang

Ditimbulkan Program K3 Target

1 Bekerja di workshop Workshop Banyak material keras tercecer di lantai Kaki tertimpa material Memar Pemberian prosedur mutu, instruksi kerja 1 hari Tersandung Banyak material tajam tercecer di lantai Kaki tertimpa

material Luka sayat Tersandung

Program K3 yang diberikan untuk menangani sumber bahaya di area workshop adalah dengan memberikan prosedur mutu dan instruksi kerja. Di dalam prosedur dan instruksi kerja membimbing para teknisi untuk selalu merapikan material-material yang tercecer di lantai selesai bekerja. Hal ini bertujuan agar kondisi lantai menjadi bersih, sehingga aman dilalui oleh banyak orang. Program K3 ini dapat dijalankan selama 1 hari.

71

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.13 Tabel HIRAS Area Maintenance

PT. SANTOS JAYA ABADI

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT FORM

Departemen : Technic Jumlah Personel : 3 orang Area : Maintenance PIC : Januardi

Tanggal Pelaksanaan : 18 Januari 2011 Tim Penilai : Januardi, Wenny, Daniel, Danny Tanggal Review : 22 Maret 2011

No. Risk Assessment : 10

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO

No. Kegiatan Sumber Bahaya, Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman S/H Bahaya yang Terjadi Akibat yang Ditimbulkan

Kondisi Penilaian Resiko Metode Pengamanan

(Jika Ada)

Resiko Akhir

Level Resiko R/NR/E F L S Resiko F L S Resiko

1 Mengambil barang di lemari Memanjat lemari S Terjatuh Memar dan keseleo Rutin 2 2 2 8 Tidak ada 2 2 2 8 Trivial

Patah tulang 2 2 4 16 2 2 4 16 Trivial

72

Universitas Kristen Petra

Di area maintenance ditemukan potensi bahaya, yaitu mengambil barang di lemari. Sumber bahaya dari mengambil barang di lemari adalah memanjat lemari. Para teknisi mempunyai kebiasaan saat mengambil barang di lemari bagian atas, cara mengambil barangnya tidak menggunakan tangga atau alat bantu lainnya, tetapi dengan memanjat lemari. Jika dilihat dari sisi waktu, memanjat lemari lebih cepat, namun jika dilihat dari sisi K3 hal seperti ini sangat berbahaya dan tidak diijinkan. Bahaya yang dapat terjadi saat memanjat lemari adalah terjatuh. Dampak dari memanjat lemari menghasilkan 3 macam kemungkinan akibat, yang mana dinilai mulai dari kemungkinan akibat yang paling ringan sampai yang paling berat. Kemungkinan akibat yang paling ringan adalah memar dan keseleo, kemudian dilanjutkan dengan patah tulang. Sedangkan kemungkinan terberatnya adalah meninggal. Kegiatan mengambil barang di lemari ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap hari. Berikut merupakan penjelasan dari penilaian resiko pada sumber bahaya mengambil barang di lemari.

 Penilaian resiko sebelum ada metode pengamanan (Penilaian Resiko) - F (frekuensi)

Frekuensi terjadinya bahaya terjatuh adalah 2 (bulanan). Pemberian nilai tersebut didasarkan atas seringnya para teknisi memanjat lemari saat hendak mengambil

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 19 Universitas Kristen Petra (Halaman 38-60)

Dokumen terkait