• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2010). Menurut Suharjo (1996), status Gizi Anak adalah

keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

Penilaian status gizi merupakan pemeriksaan keadaan gizi individu dengan cara mengumpulkan data dan membandingkan data dengan standar yang ditetapkan (Arisman, 2009). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung melalui antropometri, klinis, biokimia dan biofisik sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung melalui survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2001).

Penilaian status gizi kesehatan individu sangat dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi. Bila status gizi kesehatan individu adalah baik, itu merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang salah atau tidak sesuai akan menimbulkan masalah kesehatan. Selain masalah gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari konsumsi berlebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak balita. Masalah yang sering muncul adalah obesitas (berat badan berlebih) (Sulistyoningsih, 2011).

Anak balita merupakan kelompok rawan yang mudah sekali mengalami masalah kesehatan dan gizi. Masalah status gizi pada anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya. Penilaian status gizi anak balita pada prinsipnya serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lainnya. Penilaian dengan metode antropometris yang penting

dilakukan ialah dengan memperhatikan umur, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi badan (Arisman, 2010). Menurut Samsudin (1985) yang dikutip oleh Santoso (2009), nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi, merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai keadaan tumbuh kembang fisik anak dan nilai keadaan kesehatan anak tersebut. Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yang biasa dipergunakan adalah berat badan.

Penilaian Status Gizi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:

a. Antropometri

Metode penilaian status gizi yang paling sering digunakan yaitu antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos dan Metros. Anthropos artinya tubuh dan Metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, diantaranya adalah: umur, berat badan, dan tinggi badan.

Antropometri gizi berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dengan berbagai tingkat umur dan keadaan gizi. Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas (LILA).

Pemakaian antropometri untuk penilaian status gizi, disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes RI, 2004).

Faktor umur penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat, akan menjadi tidak

berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year), contoh: 7 tahun 2 bulan; dihitung 7 tahun, dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month), contoh: 4 bulan 5 hari; dihitung 4 bulan.

2. Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Abunain, 1990). Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat ukur dacin yang angka ketelitiannya 0,1 kg dengan kapasitas minimum 20 kg dan maksimum 25 kg, tetapi apabila menggunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga dilakukan, tetapi hasilnya agak kasar. Selain dacin, jenis timbangan lain yang di gunakan di Puskesmas adalah detecto.

3. Tinggi badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004).

Sedangkan untuk melakukan pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi.

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi

kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO Anthro 2005

Indeks Kategori

Status Gizi

Ambang Batas ( Z – Score ) Berat Badan Menurut Umur

(BB/U)

Anak Umur 0 – 60 Bulan

Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Panjang Badan Menurut Umur

(PB/U) atau

Tinggi Badan Menurut Umur

(TB/U)

Anak Umur 0 – 60 Bulan

Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) atau

Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Anak Umur 0 – 60 Bulan

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Anak Umur 0 – 60 Bulan

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Anak Umur 5 – 18 Tahun

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2SD -2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometri adalah:

a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah serta biaya relatif murah.

b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif serta pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

c. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.

d. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua Negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

Keunggulan dari antropometri gizi adalah sebagai berikut:

a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.

c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.

d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan serta dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

e. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.

f. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Kelemahan metode penilaian status gizi secara antropometri, yaitu:

a. Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu.

b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.

c. Kesalahan yang terjadi saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

d. Kesalahan ini terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, dan analisis/asumsi yang keliru.

e. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera (kalibrasi), dan kesulitan pengukuran.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan kecukupan zat gizi. Perubahan ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dilakukan dengan pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

d. Biofisik

Dilakukan dengan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dapat di bagi tiga, yaitu: a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2008).

Dokumen terkait