• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan dan Pembangunan Perumahan – Permukiman

Perumahan, sarana sosial dan umum merupakan penunjang pokok kegiatan utama di dalam suatu wilayah. Dengan demikian pembahasan sarana dan prasarana akan berkaitan dengan program pengadaan perumahan dan sarana umumnya.

Prinsip dasar perencanaan perumahan, yaitu suatu bagian wilayah dengan kegiatan utamanya berupa hunian atau daerah perumahan, terutama hunian bagi keluarga dan segala kegiatan serta kehidupannya, dipisahkan oleh suatu buffer zone yang dapat berbentuk bentangan landscape buatan atau alam maupun bangunan jalan dan lainnya.

Untuk menentukan lokasi perumahan digunakan parameter sebagai berikut

 Tidak terganggu oleh polusi (air, udara dan suara).  Air bersih tersedia

 Mempunyai aksesibilitas yang baik

 Mudah dan aman mencapai tempat kerja

Pada dasarnya pembangunan perumahan dan sarana umum dimaksudkan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang mendukung pengadaan rumah tinggal sesuai kebutuhan masyarakat.

2. Mengatur distribusi jumlah dan kepadatan rumah tinggal, sehingga tercapai keseimbangan dan kesesuaian distribusi pusat-pusat pelayanan, penataan penggunaan lahan serta arahan distribusi penduduk.

3. Menciptakan lingkungan permukiman yang layak dan nyaman.

4. Membentuk hubungan yang serasi antara manusia dengan lingkungan hidupnya.

5. Didukung oleh sarana pelayanan dan prasarana umum yang sebanding dengan luas lingkungan dan banyaknya penduduk.

6. Pemanfaatan rencana tapak yang ada sesuai dengan kondisi fisik alam yang ada.

Adapun tujuan penataan perumahan di wilayah perencanaan yaitu :

 Mewujudkan pola penyebaran kepadatan perumahan yang proposional dengan mempertimbangkan potensi daya dukung lahan, efisiensi pemanfaatan lahan, serta mendukung kelestarian lingkungan.

 Menjadikan alat intervensi penataan struktur tata ruang yang diharapkan bersama-sama dengan pengembangan aksesibilitas (jalan) dan penempatan pelayanan sarana umum.

 Menjadi elemen pelengkap dan pendukung aktivitas pada wilayah baik industri, perdagangan dan jasa.

Sektor perumahan direncanakan dengan tujuan pokok dapat memberikan sarana hunian serta pelayanan masyarakat untuk seluruh penduduk Kabupaten Bogor, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sementara adalah 4.922.205 orang, yang terdiri atas 2.510.325 laki-laki dan 2.411.880 perempuan. Dari hasil SP 2012 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Bogor masih bertumpu di kecamatan Cibinong yakni sebesar 6,93 persen, kemudian diikuti oleh kecamatan Gunung Putri sebesar 6,69 persen dan kecamatan Cileungsi sebesar 5,29 persen sedangkan kecamatan lainnya dibawah 4 persen.

Perhitungan kebutuhan lahan perumahan di wilayah perencanaan didasarkan pada perbandingan kebutuhan perumahan berdasarkan jenis yaitu kecil, sedang dan mewah (sesuai dengan surat keputusan bersama 3 (tiga) Menteri Negara RI, untuk type besar/mewah, 3 untuk type sedang dan 6 untuk type kecil).

Besar luas lahan terbangun untuk type kecil (dibawah 36 m²) diarahkan dengan luas tanah di bawah 70 m², untuk type sedang (luas lahan terbangun 54 m²) dengan luas tanah 100 m² serta untuk luas lahan terbangun dengan type besar/mewah (diatas 70 m²) dengan luas tanah diatas 100 m².

Secara umum, pengembangan dan penataan perumahan di wilayah perencanaan terdiri dari pola pengembangan perumahan dalam skala besar yang dibangun oleh pengembang, pengembangan dan penataan perumahan perorangan atau perumahan non struktur serta penataan perumahan pada kawasan slum.

Pengembangan Perumahan Skala Besar

Pengembangan perumahan skala besar yang dilakukan oleh pengembang diprioritaskan pada lahan yang telah dikeluarkan izinnya.

Pengembangan perumahan oleh pengembang ini meliputi tiga tipe (jenis) perumahan dengan komposisi perbandingan 1:3:6

Hal penting yang harus dilakukan dalam pengembangan permukiman skala besar, adalah mengarahkan pengembangan kawasan perumahan pada wilayah yang telah dikeluarkan izin lokasinya agar saling terintegrasi dengan struktur ruang kota. Arahan penataan bangunan untuk perumahan meliputi kepadatan bangunan, ketinggian bangunan serta garis sempadan yang mengacu pada rencana arahan penataan bangunan.

Pengembangan dan Penataan Perumahan Perorangan

Pengembangan perumahan non-pengembang yang dilakukan oleh perorangan diarahkan untuk lebih mengoptimalkan lahan-lahan kosong dengan intensitas yang lebih tinggi dengan tata letak yang lebih teratur. Hal penting untuk dijaga adalah mengarahkan pengembangan perumahan tersebut agar tidak membentuk perumahan dengan kepadatan tinggi dan menimbulkan kekumuhan. Perencanaan infrastruktur kota dimaksudkan juga untuk mengarahkan pengembangan perumahan agar tidak berkembang secara sporadis.

Untuk mengantisipasi kebutuhan penduduk akan perumahan dan juga dengan mempertimbangkan keterbatasan lahan di wilayah perencanaan, maka pengembangan perumahan akan diarahkan secara vertikal.

Penataan Kawasan Khusus

Penataan kawasan kumuh diprioritaskan pada permukiman tidak terstruktur yang terletak di pusat perkotaan. Penataan perumahan di kawasan slum dilakukan melalui :

 Meningkatnya pembangunan infrastruktur perdesaan, seperti pembangunan jalan setapak dan jalan lingkungan pedesaan

 Meningkatnya kualitas sarana prasarana lingkungan perumahan dan permukiman yang layak huni (ALADIN)

 Meningkatnya pengembang yang menyerahkan tanah fasos fasum kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor

Menertibkan rumah yang tidak sesuai dengan fungsi perencanaan akan dilakukan pula dengan cara memperbaiki kualitas lingkungan perumahan belum layak huni tersebut melalui program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dan Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Program pembangunan infrastruktur perdesaan merupakan program untuk memperbaiki komponen infrastruktur dalam permukiman pedesaan, sehingga diharapkan dengan adanya program ini lingkungan perumahan yang kumuh dapat menjadi tempat yang layak huni. Program pembangunan infrastruktur perdesaan yang dituju diantaranya penyediaan/pembangunan MCK, pembangunan jalan lingkungan dan jalan setapak serta rehabilitasi rumah-rumah tidak layak huni.

Dalam pengembangan perumahan baik pengembangan perumahan terstruktur dan non struktur perlu peraturan yang disertai dengan pengawasan di lapangan, untuk mengurangi ketidakteraturan perkembangan perumahan perorangan.

Peraturan yang mengikat perkembangan perumahan perorangan ini antara lain Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan Jalan (GSJ), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

Rasio Bangunan Ber-IMB Per Satuan Bangunan di Kabupaten Bogor

Tahun 2009 – 2012

No Uraian 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Bangunan

Ber-IMB 31,031 178,815 206,629 233,320 2 Jumlah Bangunan 895,459 1,157,391 1,207,084 1,233,775 3 Rasio Bangunan

Ber-IMB 3.47 3.86 4.28 4.73 Sumber Data : IKU DTBP Kab. Bogor, 2012

Dokumen terkait