• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

3. Bagian Akhir

Bagan akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Kata belajar mungkin sudah tidak asing lagi dalam pikiran kita, seringkali kita mengingatkan orang lain untuk belajar, bahkan terkadang kita yang diingatkan untuk belajar. Tapi apa arti belajar sesungguhnya itu, seringkali kita bingung, dan mungkin kita juga tidak tahu yang kita tahu mungkin bahasa lain dari belajar. Seperti halnya di dalam bahasa Jawa belajar itu “sinau”, atau dalam bahasa Inggris “learning”.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:121) pengertian belajar jika dilihat dari psikologi adalah:

Suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Masih banyak sekali perbedaan pendapat tentang arti belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, seperti dalam buku (Agus Suprijono 2011:2)

Menurut Gagne dalam buku (Susanto, 2013:4) Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Menurut (Susanto, 2013:4) Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh (Lilik Sriyanti, Suwardi, Muna Erawati, 2009 : 17) Para ahli juga belum seragam dalam memberikan definisi belajar:

Berikut akan diuraikan beberapa definisi belajar:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian ilmu (Baharudin & Esa N. W, 2007)

Dan dari definisi diatas memiliki ciri-ciri tertentu, dan ciri-ciri belajar itu adalah:

a. Belajar ditandai adanya perubahan perilaku

b. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen

c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diaamati pada saat berlangsung proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial

d. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.

Belajar dapat juga diartikan sebagai proses mencari ilmu. Dalam islam belajar juga sangat dianjurkan bahkan hukumnya adalah fardhu kifayah. Seperti dalam Firman Allah Swt yang terdapat di dalam

Al-Qur’an dalam Surat At-taubah ayat 122 yang berbunyi:

Artinya :

Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semua (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(At- taubah 122).

Dalam ayat ini Alah menerangkan bahwa tidak semua orang muslim pergi ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian muslim saja. Tetapi harus bisa berbagi tugas, yang sebagian pergi ke medan perang dan yang sebagian bisa pergi belajar, atau memperdalam ilmu-ilmu, dan khususnya dalah ilmu agama Islam.

Dari penjelasan mengenai belajar sekarang dapat kita perluas dengan pengertian hasil belajar, dari belajar kita akan mendapatkan hasil, tapi apakah itu hasil belajar.

Seperti yang dikemukakan oleh (Agus Suprijono 2012:5)Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Ketrampilan intelektual yatiu kemampuan mempresentsikan konsep dan lambang. Kemampuan Intelektual terdiri dari kemampuan mengintrogasi, kemampuan analistis-sintetis fakta konsep dan mengembbangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakuakan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain Kognitif knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunbaru), dan evaluasi (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberi respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-rountine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengetahuan, dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.

Seperti yang ditulis oleh (Agus Susanto,2013:5)Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

2. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip-prinsip belajar terdiri dari (Suprijono,2012:4):

Pertama, Prinsip belajar adalah perubahan perilaku, perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari

2. Kontinyu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan di lakukan.

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral

reperoire that occurs as a result of experience. 7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses

sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on interaction with a rich varied and propocative environtment.

3. Faktor-Faktor Belajar

Faktor-faktor yang mengaruhi Belajar menurut (Abror, 1993 dalam Kastolani,2014:72) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu faktor yang terdapat dalam diri pelajar (siswa) dan faktor situasi. Lebih lanjut ia membagi faktor-faktor dalam diri pelajar yang meliputi:

a. Perubahan stuktur kognitif adalah sifat-sifat yang substantif atau riil dan organisasi pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dalam bidang subject matter yaitu yang relevan untuk mengesimilaskan tugas belajar lainnya dalam bidang yang sama.

b. Kesiapan yang berkembang yaitu kesiapan khusus yang mencerminkan taraf perkembangan intelektual siswa dan kapasitas intelektualnya serta cara-cara berfungsi intelektual yang memang khas untuk taraf ini. Jadi, siswa yang usianya lebih tua cendeung akan siap menghadapi bermacam tugas daripada siswa yang relatif lebih muda

c. Kemampuan intelektual yaitu tingkat yang nisbi dari bakat skolastik umum individu (tingkat intelegensi atau kecerdasan dan kedudukannya yang nisbi dalam hubungannya dengan kemampuan kognitif yang lebih berbeda atau luar biasa).

d. Faktor motivasi dan sikap meliputi keinginan akan pengetahuan, keinginan akan prestasi dan peningkatan diri dan keterlibatan ego atau minat dalam suatu jenis subject matter tertentu. Faktor ini mempengaruhi kesiapan, perhatian, tingkat usaha, ketekunan (persistensi) dan konsentrasi.

e. Kepribadian yaitu perbedaan-perbedaan individu dalam tingkat dan jenis motivasi, penyesuaian diri, sifat-sifat khas kepribadian lainnya dan tingkat kegelisahan dan keresahan.

Sedangkan faktor- faktor situasi yang ditemukannya meliputi: 1) Praktik meliputi frekuensi, distribusi, metode, dan kondisi-kondisi

umum.

2) Susunan atau rencana bahan pengajaran yaitu meliputi jumlah, kesulitan, tingkat ukuran, logika yang mendasari, urutan pengaturan kecepatan, dan penggunaan dan alat-alat peraga dalam pengajaran.

3) Faktor kelompok dan sosial tertentu, seperti suasana kelas, kerjasama, dan kompetensi, keadaan kultur yang tidak menguntungkan dan pemisahan rasial.

4) Karakteristik guru seperti kemampuan guru, pengetahuan tentang subject matter, kemampuan dan kesanggupan pedagogis, kepribadian dan tingkah lakunya.

4. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan diatas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), ketrampilan proses(aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan sebagai berikut (Susanto, 2013: 6-7):

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam (Susanto, 2013:6)

diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang iya rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang iya lakukan.

Menurut Doroti J. Skeel dalam Nursid Sumaatmadja (2005:2-3), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi, konsep ini merupakan suatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu

konsep atau citra mental tentang sessuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak .

b. Ketrampilan Proses

Indrawati dalam buku Ahmad Susanto (2013:9) merumuskan bahwa ketrampilan proses merupakan keseluruhan ketrampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain, ketrampilan ini digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip, dan teori. Selanjutnya Indrawati mengemukakan ada enam aspek ketrampilan proses, yang meliputi:

1) Observasi 2) Klasifikasi

3) Pengukuran

4) Mengomunikasikan

5) Memberi penjelasan atau interprestasi terhadap suatu pengamatan 6) Melakukan exsperimen

c. Sikap

Menurut Lange (dalam Susanto, 2013:10) sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan

fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukannya. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif.

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap

2) Komponen Afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional 3) Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

Sudjana(2013:22) Horward Kingley membagi tiga macam hasi belajar, yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Benyamn Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a.Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingakat tinggi.

b.Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c.Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerak refleks, ketrampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan intepretatif.

Diantara ke tiga ranah tersebut dalam penelitian ini termasuk dalam ranah kognitif.

5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak hal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Djamara (2013:176) ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu unsur dari luar dan dalam. Dari luar sendiri ada dua unsur lagi yaitu lingkungan dan instrumental. Dari lingkungan masih ada unsur lagi yaitu alami dan sosial budaya, sedangkan instrumental itu program, sarana, fasilitas,guru. Sedangkan dari dalam yaitu unsur fisiologis dan psikologis. Dari fisiologis sendiri ada beberapa unsur lagi yaitu kondisi fisiologis, dan kondisi panca indra. Sedangkan dari unsur psikologis terdapat beberapa unsur lagi yaitu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif.

a.Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai yang

disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.

Selama hidup anak tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi keduanya lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah.

1) Lingkungan Alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha di dalamnya. Pecemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Belajar pada keadaan segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.

Berdasarkan kenyataan yang demikian, orang cenderung

berpendapat bahwa belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya dari pada belajar sore hari.

Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yagn didalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Kesejukan lingkungan membuat anak didik betah tinggal berlama-lama di dalamnya. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki. Bukan lingkungan sekolah yang gersang, pengap, tandus, dan panas yang berkepanjangan. Oleh karena itu,

pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan lingkungan, bukan memusuhi lingkungan.

Pengalaman telah banyak membuktikan bagaimana

panasnya lingkungan kelas, dimana suatu sekolah yang miskin tanaman atau pepohonan di sekitarnya. Anak didik gelisah hati untuk keluar kelas lebih besar dari pada mengikuti pelajaran di dalam kelas. Daya konsentrasi menurun sebab suhu udara yang panas. Daya serap semakin melemah akibat kelelahan yang tak terbendung. 2) Lingkungan Sosial Budaya

Sebagai anggota masyarakat anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya di lingkungan sekolah. Ketika anak berada di sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial di sekolah.Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati. Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuan denga jenis dan berat ringannya pelanggaran. Lahir peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan belajar disekolah.

Lingkungan sosial budaya diluar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tesendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah tak jauh dari

hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik – pabrik yang didirikan disekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas. Bagaiman anak didik dapat brkonsentrasi dengan baik bila berbagai gangguan itu selalu terjadi disekitar anak didik.

Mengingat pengaruh yang kurang menguntungkan dari lingkungan pabrik, pasar, dan arus lalu lintas tentu akan sangat bijaksana bila pembangunan gedung sekolah ditempat yang jauh dari lingkungan pabrik, pasar, arus lalulintas, dan sebagainya.

b.Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semua dapat diperdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.

1) Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur subtansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus

mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

2) Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.

3) Saran dan Fasilitas

Saran mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Suatu syarat untuk membuat suatu sekolah adalah adanya gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium dan halaman sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.

Selain masalah sarana, masalah fasilitas juga kelengkapan yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Lengkap tidaknya buku-buku perpustakaan ikut menentukan kualitas sekolah. Perpustakaan

sekolah, laboraturium ilmu. Tempat ini harus menjadi sahabat karib bagi anak didik. Di sekolah, kapan dan dimana ada waktu luang anak didik harus datang ke sana untuk membaca buku atau meminjam buku demi kebehasilan belajar.

4) Guru.

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.

Kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik tapi guru tidak ada , maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan tidak ada guru, kekurangan guru pun menjadi masalah.

Tidak mudah untuk menuntut guru, lebih profesional, karena semuanya terpulang dari sikap mental guru. Guru yang profesional lebih mengedepankan kualitas pengajaran dari pada materiil oriented.

c.Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan kelelahan.

Selain itu menurut Noehi hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh). Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal, orang melakukan penelitian untuk

menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan di dengar.

d.Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berati belajar tidaklah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologi sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak didik. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kogitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Demi jelasnya maka akan diuraikan satu per satu:

1) Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

2) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.

3) Bakat

Disamping inteligensi (keserdasan), bakat juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

Suatu kenyatan yang tidak dapat dipungkiri bahwa bakat bukan persoalan yang berdiri sendiri. Paling tidak ada dua faktor yang ikut mempengaruhi perkembangannya, yaitu faktor anak itu sendiri misalnya anak tidak atau kurang berminat mengembangkan bakat-bakat yang iya miliki, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi, sehingga iya mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan presatasi sesuai dengan bakatnya. Lingkungan anak sebagai faktor diluar diri anak, bisa menjadi penghalang perkembangan bakat anak. Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang iya butuhkan, atau ekonomi cukup tinggi tapi kurang memberikan perhatian pendidikan anak. Begitupun jika anak ingin mengembangkan bakatnya, karena lingkungan tidak mendukungnya, maka bakat anak mengalami kendala yang serius dalam perkembanganya. Jadi kedua faktor anak didik dan lingkungan anak didik itu harus mendorong ke arah perkembangan bakat yang optimal.

4) Motivasi

Dokumen terkait