• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kapasitas Lingkungan

Dalam dokumen Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat (Halaman 25-38)

B. Fungsi Peningkatan Kapasitas Masyarakat

3. Peningkatan Kapasitas Lingkungan

Gambar 10 Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat

Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat pada gambar 10 dapat dimaknai sebagai cakupan sasaran program kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dengan menitik fokuskan pada peningkatan kapasitas manusia sebagai fondasi kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat pada lingkup yang lebih luas. Penjelasan lebih lengkap mengenai lingkup kegiatan peningkatan kapasitas sebagai berikut:

1. Peningkatan Kapasitas Manusia

Peningkatan kapasitas manusia merupakan upaya yang pertama dan utama yang harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini, dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan peningkatan kapasitas adalah untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia. Di samping itu, dalam ilmu manajemen, manusia menempati unsur yang paling unik. Sebab, selain sebagai salah satu sumberdaya juga sekaligus sebagai pelaku atau pengelola manajemen itu sendiri. Termasuk dalam upaya peningkatan kapasitas manusia yaitu (a) pengembangan kapasitas individu, yang meliputi kapasitas kepribadian, kapasitas dunia kerja, dan pengembangan keprofesionalan, (b) pengembangan kapasitas entitas/kelembagaan, dan pengembangan kapasitas sistem (jejaring).

2. Peningkatan Kapasitas Usaha

Peningkatan kapasitas usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap program pengabdian kepada masyarakat. Sebab peningkatan kapasitas manusia yang tanpa memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan tidak akan laku, dan bahkan menambah kekecewaan. Sebaliknya, hanya peningkatan kapasitas manusia yang mampu (dalam waktu dekat/cepat) memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan keejahteraan yang akan laku atau memperoleh dukungan dalam bentuk partisipasi masyarakat.

3. Peningkatan Kapasitas Lingkungan

Peningkatan kapasitas lingkungan, sangat diperlukan karena peningkatan kapasitas usaha yang tidak terkendali dapat menjurus pada ketamakan atau kerakusan yang dapat

Kelembagaan

Lingkungan

Usaha

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 17 merusak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya). Peningkatan kapasitas lingkungan, menjadi sangat penting, utamanya sejak dikembangkan mahzab pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL (Analisis Manfaat dan Dampak Lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi, ISO 1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikasi ekolabal, dll. Selama ini, pengertian lingkungan seringkali dimaknai sekedar lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber daya alam dan lingkungan fisik. Tetapi, dalam praktik perlu disadari bahwa lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan kehidupan. Eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya alam berupa hutan tanpa mempertimbangkan AMDAL seperti contoh di gambar 11 merupakan kegiatan yang memicu bencana alam seperti tanah longsor, banjir, pemanasan global dan mengancam kehidupan hayati. Untuk itulah, peran masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam pencegahan dan penanggulangan bencana sangat diperlukan.

Gambar 11 Pengrusakan hutan sebagai akibat dari kurangnya peningkatan kapasitas lingkungan (Sumber: https://www.voaindonesia.com/)

4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Tersedianya dan efektivitas kelembagaan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kapasitas manusia, peningkatan kapasitas usaha, dan peningkatan kapasitas lingkungan. Pengertian tentang kelembagaan, seringkali dimaknai dalam arti sempit sebagai beragam bentuk lembaga (kelompok, organisasi). Tetapi, kelembagaan sebenarnya memiliki arti yang lebih luas yaitu sebagai suatu perangkat umum yang ditaati oleh anggota komunitas (masyarakat). Dalam kehidupan sehari-haris, kelembagaan yang merupakan terjemahan dari kata “institution” adalah satu konsep yang tergolong membingungkan dan dapat dikatakan belum memperoleh pengertian yang mantap dalam ilmu sosiologi.

Dalam praktiknya kegiatan peningkatan tidak hanya terfokus pada upaya perbaikan pendapatan. Pendapat seperti ini tidak sepenuhnya salah, tetapi belum lengkap. Sebab

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 18 hakikat dari peningkatan kapasitas masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian, serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat dengan atau tanpa dukungan pihak luar untuk mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan (ekonomi, sosial, fisik dan mental) secara berkelanjutan.

Mandiri di sini bukan berarti menolak bantuan dari pihak luar tetapi kemampuan dan keberanian untuk mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan:

a. keadaan sumberdaya yang dimiliki dan atau dapat dimanfaatkan

b. penguasaan dan kemampuan pengetahuan teknis untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

c. sikap kewirausahaan dan keterampilan manajerial yang dikuasai

d. kesesuaian sosial budaya dan kearifan tradisional yang diwariskan serta dilestarikan secara turun temurun.

Dalam melakukan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, dosen perlu memperhatikan tahapan-tahapan kegiatan. Dalam hal ini masyarakat mempunyai karakteristiknya masing-masing. Theresia (2015:217) menjelaskan beberapa tahapan dalam kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, seperti dijabarkan secara lengkap sebagai berikut.

1. Penetapan dan Pengenalan Wilayah Kerja

Langkah pertama yang dilakukan untuk mulai kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat adalah penetapan dan pengenalan wilayah. Ada tiga survey yang biasanya digunakan untuk penetapan wilayah kerja yaitu: survey mandiri (community

self-survey/CSS) atau Survei Mawas Diri (SMD), (2) Penilaian Keadaan (Participatory Rural Appraisal/PRA), dan (3) Analisis dan Pemetaan Sosial.

a. Survey mandiri (community self-survey/CSS) atau Survei Mawas Diri (SMD)

Survey mandiri merupakan survey yang dilakukan sendiri oleh masyarakat, namun dalam memulai survey ini masyarakat perlu mendapatkan pendampingan dari fasilistator sebagai narasumber. CSS/SMD bertujuan untuk mengajak masyarakat mengumpulkan data dan menilai sendiri mengenai keadaan mereka, yang meliputi (a) keadaan sosial-ekonomi, (b) masalah dan faktor penyebabnya, (c) peluang untuk memperbaiki keadaan masyarakat, (d) pilihan solusi yang dapat dilakukan. Melalui kegiatan CSS, masyarakat akan menyadari keadaan yang tengah terjadi dan memperoleh dukungan dari pemangku kebijakan atau tokoh masyarakat di tingkat lokal.

b. Penilaian Keadaan (Participatory Rural Appraisal/PRA)

Teknik penilaian keadaan merupakan teknik perbaikan dari teknik Rapid Rural

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 19 mengutamakan peran “orang luar” dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya, dalam PRA dilakukan secara partisipatif, yang lebih mengutamakan peran masyarakat sedangkan pihak luar hanya sebagai fasilitator atau narasumbernya. PRA dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan yang merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif. Kegiatan-kegiatan PRA meliputi: (1) pemetaan wilayah dan kegiatan terkait topik penilaian, (2) analisis keadaan, (3) pemilihan alternatif pemecahan masalah yang layak, (4) rincian kebijakan dari pemangku kepentingan dan peran yang diharapkan, (5) analisis situasi

Analisis situasi dapat disampaikan dalam bentuk narasi, matrik, dan peta situasi. Dalam hal penarikan kesimpulan dapat dinyatakan dalam bentuk narasi analisis situasi, yaitu uraian lengkap tentang hal yang diamati, perkembangan keadaan dan penyebabnya.

Tabel 2 Matrik Analisis Situasi dalam PRA Obyek yang Diamati Perubahan-perubahan Penyebab 10 tahun yang lalu Sekarang 10 tahun mendatang Keadaan Sumber daya alam Kondisi Sumber daya manusia Keadaan Sarana/Prasarana Kondisi Kelembagaan

c. Analisis Masalah dan Pemetaan Sosial

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah analisis masalah berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan. Dari hasil analisis masalah kemudian dirumuskan rekomendasi-rekomendasi yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut dari analisis masalah. Secara konseptual kata “masalah” memiliki perbedaaan dengan kata “gejala” sebab yang terlihat dipermukaan adalah “gejala” sedangkan untuk menemukan “masalah” perlu pengkajian yang lebih mendalam seperti diilustrasikan pada gambar 12. Namun, seringkali terjadi kerancuan untuk mendeskripsikan antara gejala yang timbul dan masalah yang terjadi.

Gambar 12. Perbandingan Gejala dan Masalah gejala

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 20 2. Sosialisasi Kegiatan

Metode sosialisasi kegiatan, biasanya dapat dilakukan melalui komunikasi antar pribadi (percakapan, kunjungan, pertemuan, diskusi, dll) maupun komunikasi dengan menggunakan media massa (cetak, gambar, atau multi-media) atau penggunaan forum media (yang menggabungkan antara media-masa dan media antar pribadi).

3. Penyadaran Masyarakat

Proses penyadaran, seringkali sulit dibedakan dengan kegiatan sosialisasi, karena kedua kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang kegiatan peningkatan yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, metode yang digunakan dalam proses penyadaran juga tidak berbeda dengan yang dilakukan pada proses sosialisasi.

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perubahan, serta menumbuhkembangkan keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan upaya-upaya perubahan yang akan dilakukan melalui peningkatan berbasis masyarakat, seringkali diterapkan metode pelatihan untuk menumbuhkembangkan motivasi atau Achievement

Motivation Training (AMT), yaitu latihan motivasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip

pendidikan orang dewasa yang memperhatikan 3 aspek dominan, yaitu achievement, power dan psikomotorik.

4. Pengorganisasian Masyarakat

Dewasa ini, pengorganisasian masyarakat dipandang sebagai alat yang menjanjikan dalam mencapai tujuan kemandirian masyarakat. Dalam pengorganisasian masyarakat, ada enam prinsip yaitu:

a. Prinsip kebutuhan yang dirasakan (Felt Need)

Tugas community organizer adalah untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan dan menyalurkan ketidakpuasan rakyat ke dalam organisasi dan tindakan. Hal ini juga lebih mudah untuk mengorganisir dan memobilisasi orang untuk mengatasi kebutuhan yang dirasakan yang banyak berbagi.

b. Prinsip Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kunci keberhasilan pengorganisasian masyarakat. Pemimpin harus diterima, dihormati, memiliki kharisma atau pengaruh terhadap sejumlah orang, demokratis, memiliki track record bekerja untuk kebaikan bersama, dan menunjukkan kemampuan membuat orang lain (mau) bekerja. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam pemilihan pemimpin dalam proses pengorganisasian masyarakat.

c. Prinsip Partisipasi

Orang yang terkena masalah harus secara aktif terlibat dalam semua tahapan proses pengorganisasian identifikasi kebutuhan, pengembangan kapabilitas, identifikasi sumberdaya dan pemanfaatan, tindakan tegas lainnya untuk memecahkan masalah dan

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 21 evaluasi. Pengorganisasian bertujuan untuk memungkinkan orang berada dalam kontrol manajemen proyek atau program yang dirancang untuk mengatasi masalah mereka, di mana mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

d. Prinsip Komunikasi

Membuka jalur komunikasi harus dibangun dan dipelihara antara penyelenggara masyarakat, pemimpin lokal dan anggota masyarakat. Selain komunikasi verbal, para organisator masyarakat dapat memanfaatkan media massa seperti media cetak dan yang disiarkan. Orang-orang akan termotivasi ketika mereka mendengar atau mengetahui perkembangan yang terjadi di komunitas mereka.

e. Prinsip Struktur

Organisator masyarakat harus mengembangkan struktur organisasi yang sederhana dan fungsional berdasarkan kebutuhan organisasi. Ini tidak perlu mengikuti struktur organisasi formal. Sebaliknya, para organisator masyarakat dapat mengatur komitmen kerja, pendidikan, penelitian, cara dan sarana logistik, keanggotaan dan mobilisasi, dan penghubung/negosiasi.

f. Prinsip Evaluasi

Penilaian merupakan proses menerus di pengorganisasian masyarakat. Upaya harus dilakukan untuk menilai keuntungan dari setiap mobilisasi atau tindakan sosial, kekuatan dan kelemahan, dan untuk meringkas pelajaran yang dipelajari. Proses ini juga disebut sebagai ARA, atau Aksi, Refleksi, Aksi

5. Perencanaan Kegiatan

Perencaan secara sederhana dapat diartikan sebagai pernyataan tertulis tentang masalah, cara mencapai tujuan, volume (unit dan frekuensi), kegiatan, pelaku kegiatan, penerima manfaat, metode, perlengkapan atau sarana/prasarana yang akan digunakan, lokasi, waktu, serta jumlah dan sumber pembiayaannya. Untuk merumuskan perencanaan kegiatan, biasanya diawali dengan CSS.SMD, penilaian keadaan baru, perencanaan keadaan melalui diskusi-diskusi yang dapat berbentuk”diskusi terarah” (Focus Group Discussion/FGD) dan lokakarya.

Pada awalmya, FGD digunakan sebagai teknik wawancara pada penelitian kualitatti yang berupa “in depth interview” kepada sekelompok informasi secara terfokus. Dewasa ini, FGD nampaknya semakin banyak diterapkan dalam kegiatan perencanaan dan atau evaluasi program. Sejalan dengan itu, pelaksanaan FGD dirancang sebagai diskusi kelompok terarah yang melibatkan semua pemangku kepentingan suatu program, melalui diskusi yang partisipatif dengan dipandu atau difasilitasi oleh seorang pemandu dan seringkali juga mengundang narasumber. Sebagai suatu metode pengumpulan data, pemandu/fasilitator memegang peran strategis, karena keterampilannya memandu diskusi akan sangat menentukan mutu proses dan hasil FGD.

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 22 6. Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan berbasis masyarakat dapat juga dipahami sebagai proses edukasi atau proses perubahan melalui pendidikan. Karena itu, sejak awal dan selama proses pelaksanaan kegiatan harus dilakukan pelatihan-pelatihan. Berbeda dengan kegiatan pelatihan konvensional, pelatihan yang diterapkan dalam proses peningkatan berbasis masyarakat harus dirancang sebagai pelatihan partisipatif dengan mengimplementasikan metode pendidikan orang dewasa (POD).

Terkait dengan penyelenggaraan pelatihan, dalam peningkatan kapasitas masyarakat harus diawali dengan “scooping” atau penelusuran tentang program pendidikan yang diperlukan dan analisis kebutuhannya, disusunlah program atau acara peningkatan kapasitas masyarakat yang dalam pendidikan formal (sekolah) disebut dengan silabus dan kurikulum, dan perumusan modul/lembar persiapan fasilitator pada setiap pelaksanaan peningkatan kapasitas masyarakat.

Untuk lebih mengefektifkan keberhasilan pelatihan, dewasa ini dikembangkan suatu metode yang menggabungkan antara pelatihan dan praktik kegiatan nyata (bukan sekedar latihan) dalam bentuk PLA (Participatory Learning and Action) atau proses belajar dan praktik secara partisipatif. PLA merupakan bentuk baru dari metode peningkatan kapasitas masyarakat yang dahulu dikenal sebagai “learning by doing” atau belajar dengan melakukan. Secara singkat, PLA merupakan metode peningkatan kapasitas masyarakat yang terdiri dari proses belajar tentang suatu topik, seperti persemaian, pengolahan lahan, perlindungan hama tanaman, dll. Setelah kegiatan PLA segera diikuti aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi peningkatan kapasitas masyarakat.

Terkait dengan hal itu, sebagai metode belajar partisipatif, PLA memiliki beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Multi prespective, yang mencerminkan beragam interpretasi pemecahan masalah yang riil dilakukan oleh para pihak yang beragam dan berbeda cara pandangnya.

b. Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak yang terlibat

c. Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan anggota kelompok belajar) yang bertindak sebagai katalisator dan fasilitator dalam pengambilan keputusan, dan jika diperlukan mereka akan meneruskannya kepada pengambil keputusan.

d. Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan yang diambil melalui PLA akan dijadikan acuan bagi perubahan-perubahan yang akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Lebih lanjut, peningkatan kapasitas pada hakikatnya merupakan upaya yang berkelanjutan, yang di dalamnya mensyaratkan berlangsungnya proses aksi dan refleksi yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, pelaksanaan kegiatan seringkali harus dilakukan dengan menerapkan kaji-tindak atau action research yaitu sebuah metode untuk

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 23 menyadarkan masyarakat terhadap potensi dan masalah yang ada pada masyarakat, yang diawali dengan kajian-dasar (baseline study), aksi/perlakuan atau intervensi (treatment), evaluasi (refleksi), rekonsiderasi, aksi lagi, dilanjutkan refleksi begitu terus-menerus. Dalam perkembangannya kaji tindak seperti itu dilakukan secara partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama (bukan objek atau penonton) melalui

Participatory Action Research.

7. Monitoring dan Evaluasi

Dalam melaksanakan seluruh kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, antara perencanaan dan pengawasan/pengendalian sering dikatakan sebagai dua-sisi dari keping uang yang sama. Dikatakan demikian karena, sebelum pelaksanaan kegiatan diperlukan adanya perencanaan yang matang, dan sebaliknya, agar proses dan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai yang direncanakan, mutlak diperlukan adanya pengendalian kegiatan.

Berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, dikenal sebagai kegiatan monitoring dan evaluasi. Kata “evaluasi” dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari “penilaian”, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Dari pengertian singkat tentang evaluasi diatas dapat ditemukan beberapa hasil yang merupakan pokok-pokok pengertian tentang evaluasi, yang mencakup:

a. evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis terhadap sesuatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau sesuatu obyek.

b. membandingkan segala sesuatu yang diamati dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah diketahui dan atau dimiliki

c. melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan.

Di sisi lain evaluasi memiliki kegunaan dalam kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Kegunaan bagi masyarakat itu sendiri yakni:

1) untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan telah dicapai

2) untuk mencari bukti apakah seluruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan, dan apakah semua perubahan-perubahan yang terjadi memang sesuai dengan penerima manfaat.

3) untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan

4) untuk mengukur efektivitas dan efisiensi sistem kerja dan metode-metode pembangunan berbasis masyarakat yang telah dilaksanakan

5) untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat, bahwa program yang dilaksanakan itu memang memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh untuk

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 24 selanjutnya, dengan adanya simpati itu diharapkan lebih meningkatkan aktivitas dan partisipasi dalam kegiatan peningkatan kapasitas di masa mendatang.

b. Kegunaan bagi fasilitator kegiatan peningkatan kapasitas, yang meliputi:

1) adanya kegiatan evaluasi, fasilitator merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mampu mendorong aktivitas peningkatan kapasitas masyarakat di masa mendatang

2) melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan fasilitator itu sendiri, yang sangat penting artinya karena melalui evaluasi biasanya juga akan menentukan masa depan/promosi bagi pengembangan karier yang bersangkutan.

3) dengan adanya kegiatan evaluasi, setiap fasilitator akan selalu mawas diri, dan selalu berusaha.

Untuk memudahkan Anda memahami kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, Pada tabel 3 berikut disajikan contoh kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat yang secara umum memuat tahapan-tahapan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat.

Tabel 3 Contoh Kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat No Segmen/Bagian Penjelasan Isi Segmen

1 Penulis Sahadi Humaedi, Yulinda Adharani, Yusshy Kurnia Herliani

2 Judul Kegiatan

Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Secara Mandiri dan Pemetaan Sosial

3 Ringkasan Umum Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri dan pemetaan sosial yang dilakukan di wilayah RW 01 Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Latar belakang ditulisnya karya ini karena adanya permasalahan sampah di lingkungan RW 01 Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Tujuan jangka pendek diadakannya kegiatan ini adalah mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada khalayak sasaran tersebut mengenai pengelolaan sampah secara mandiri. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah merubah pola dan perilaku masyarakat

untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kelompok sasaran dalam mengelola sampah secara organik dan diharapkan pula dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

4 Tantangan dan Latar Belakang Masalah

a. Untuk meningkatkan keterampilan dasar mahasiswa diadakan program Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 25 b. Penanaman karakter dasar diperlukan agar mahasiswa

mampu menggali pengetahuan kehidupan masyarakat c. Masyarakat di desa Jatiroke membutuhkan

pengelolaan sampah secara mandiri guna menganggulangi persoalan sampah

5 Solusi yang dijalankan Dilakukan kegiatan penguatan kapasitas masyarakat melalui kegiatan pelatihan yang mendukung pengelolaan sampah secara mandiri. Kegiatan pelatihan dipandu oleh narasumber sebagai fasilitator dan dibantu seperangkat alat untuk melakukan simulasi atau praktik secara langsung 6 Proses/langkah penyelesaian masalah/tantangan a. Persiapan kegiatan PPM  Pembuatan proposal  Mencari data awal  Melakukan re-assesment b. Pemetaan Wilayah

 Mempelajari potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan

c. Pelaksanaan Pelatihan

 Melaksanakan proses pelatihan  Melaksanakan proses administrasi d. Monitoring dan Evaluasi

 Melakukan pengkajian dan pengukuran  Mengumpulkan informasi kebermanfaatan

pelatihan

7 Hasil Capaian Setelah dilakukan pelatihan tentang sampah dan cara pengelolaannya

a. Pengetahuan peserta pelatihan tentang sampah semakin bertambah dan terjadi peningkatan

b. Peserta memiliki pengetahuan mengenai jenis sampah selain sampah organik dan non-organik

c. Peserta mendapatkan pengetahuan tentang cara pengelolaan sampah

d. Peserta mendapatkan pengetahuan tentang pemanfaatan sampah

8 Rekomendasi a. Masyarakat perlu monitoring yang berkelanjutan untuk memastikan kebermanfaatan hasil kegiatan b. Perlunya membangun jejaring dengan berbagai pihak

untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan aktivitas agar berjalan lebih baik

Langkah pengusulan proposal pengabdian kepada masyarakat program kegiatan peningkatan masyarakat secara umum telah dijelaskan dalam Buku Panduan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Edisi XII yang diterbitkan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Untuk

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 26 mengusulkan proposal pengabdian kepada masyarakat ,dosen menyampaikan usulan kegiatan terlebih dahulu harus mempunyai akun di Simlitabmas di alamat

http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/login.aspx

Gambar 13 Buku Panduan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Edisi XII Dalam buku panduan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat edisi XII telah dijelaskan bahwa pengusul login dengan mengisi formulir online meliputi identitas ketua pengusul, identitas usulan dan lembaga pengusul. Ringkasan usulan maksimal 500 kata yang memuat permasalahan, solusi, dan target luaran yang akan dicapai sesuai dengan masing-masing skema pengabdian kepada masyarakat. Bagian pendahuluan maksimum 2000 kata yang berisi uraian analisis situasi dan permasalahan. Solusi permasalahan maksimum terdiri atas 1500 kata yang berisi uraian semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara sistematis. Metode pelaksanaan maksimal terdiri atas 2000 kata yang menjelaskan tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan mitra. Pada bagian luaran dan target capaian pengusul wajib mengisi luaran wajib dan tambahan, tahun capaian, dan status pencapaiannya. Luaran publikasi pengabdian kepada masyarakat berupa artikel dan wajib menyebutkan nama jurnal yang dituju dan luaran berupa buku harus mencantumkan nama penerbit yang dituju. Justifikasi anggaran disusun secara dengan format yang langsung diisikan melalui Simlitabmas.

Proposal peningkatan kapasitas masyarakat berisi bagian-bagian yang secara rinci dijabarkan berikut ini.

Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat 27 1. Ringkasan

Ringkasan usulan maksimal 500 kata yang memuat permasalahan, solusi dan target luaran yang akan dicapai sesuai dengan masing-masing skema pengabdian kepada masyarakat. Ringkasan juga memuat uraian secara cermat dan singkat rencana kegiatan yang diusulkan.

2. Kata Kunci

Kata kunci maksimal 5 kata 3. Pendahuluan

Bagian pendahuluan maksimum 2000 kata yang berisi uraian analisis situasi dan permasalahan mitra. Deskripsi lengkap bagian pendahuluan memuat hal-hal berikut.

4. Analisis Situasi

Pada bagian ini diuraikan analisis situasi fokus kepada kondisi terkini mitra yang mencakup hal-hal berikut.

a. Untuk Mitra yang bergerak di bidang ekonomi produktif

1) Tampilkan profil mitra yang dilengkapi dengan data dan gambar/foto situasi mitra. 2) Uraikan segi produksi dan manajemen usaha mitra.

3) Ungkapkan selengkap mungkin persoalan yang dihadapi mitra. b. Untuk Mitra yang mengarah ke ekonomi produktif

Dalam dokumen Modul Peningkatan Kapasitas Masyarakat (Halaman 25-38)

Dokumen terkait