• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi

BAB I KINERJA

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi

High Level Meeting (HLM) "Towards Country-Led Knowledge Hubs dilaksanakan pada tanggal 10-12 Juli 2012 di Bali,

merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia, JICA, dan UNDP. Konferensi Internasional di Bali ini, bertujuan untuk menjadi wadah bagi negara-negara untuk saling sharing pengetahuan, solusi, dan pandangan-pandangan dalam mendiskusikan praktik-praktik terbaik pembangunan yang efektif dan berwawasan nusantara, serta bagaimana mengoordinasikan dan mendefinisikan tanggung jawab di antara aktor-aktor yang terlibat.

Pada hari pertama, 10 Juli 2012, acara diawali dengan sambutan-sambutan oleh: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Wakil Presiden Rl, World Bank, JICA dan UN Assistant Secretary General.

Sesi Diskusi Developing

an Agenda for South South Knowledge Exchange (SSKE) -The Importance of Political Leadership, Sound Policy and Coordination

Sesi pertama diskusi mengambil tema: Knowledge Hubs

Opportunities for Effective Development. Diskusi membicarakan mengenai tantangan utama dan peluang hub pengetahuan negara dan peran mereka sebagai jangkar pelaksanaan agenda South South Knowledge Exchange (SSKE) dalam menawarkan perspektif politik tingkat tinggi tentang pentingnya SSKE dan perlunya kerangka implementasi suara, serta memberikan contoh-contoh dari berbagai sudut pandang.

40 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

Sesi Diskusi

South-South Knowledge Exchange as an Instrument for

Development-Ensuring Effective Learning

Diskusi memberikan wawasan mengenai bagaimana SSKE dapat memainkan peran penting untuk melengkapi inistrumen pembangunan yang ada. Sesi ini membahas bagaimana kemitraan yang efektif antara negara-negara dapat memastikan bahwa pimpinan dapat mempelajari hasil-hasil terukur dari pembangunan. Pada sesi terakhir dieksplorasi cara bagaimana negara-negara baik pada permintaan dan sisi penawaran pembelajaran dapat mempersiapkan pertukaran pengetahuan Selatan Selatan.

Sesi Country Presentation (Developing Institutional and Operational Capacities for Knowledge

Exchange - Models for Knowledge Hubs)

Sesi Country Presentation (Developing Institutional and

Operational Capacities for Knowledge Exchange - Models for Knowledge Hubs) membahas tentang blok bangunan untuk

pelaksanaan hub pengetahuan. Dalam Sesi ini, peserta diajak untuk memperhatikan pengalaman negara tertentu dan model potensial untuk hub pengetahuan, dengan fokus pada pertanyaan yang terkait dengan koordinasi nasional, kemitraan, pendanaan, serta hasil, dan akuntabilitas.

Ringkasan hari pertama menghasilkan suatu Bali Communique by the Co-organizers High Level Meeting "Towards Country Led Knowledge Hubs" yang dibacakan oleh

Wakil Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Selanjutnya pada malam hari diadakan program budaya dan makan malam.

Pada hari ke-2, 11 Juli 2012, dilanjutkan sesi diskusi panel, sesi parallel round table, dan lessons learned and report in

plenary.

Dalam diskusi panel tersebut dibahas mengenai the

components of knowledge hubs-challenges and practical solutions. Dalam Sesi hari ke-2 ini, ditinjau kembali pelajaran

hari pertama dan menjelaskan dinamika dan tujuan diskusi. Selanjutnya diperkenalkan 10 topik untuk diskusi praktis tentang berbagai kamponen pembangunan dan pengetahuan yang harus dipertimbangkan ketika menerapkan pembinaan hub pengetahuan kelembagaan.

Sesi Parallel Round

Table

Sepuluh isu pada roundtable di hari ke-2 adalah sebagai berikut:

1) Knowledge exchange as an effective development

instrument - when and why to use it?

2) Setting up a knowledge hub -- implications at the

institutional, operational and humans resource levels

3) National coordination, engaging with in country partners 4) Developing the supply - identifying and packaging quality

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 41

5) The demand for knowledge - brokering, identifying and

connecting to interested partners.

6) The art of knowledge exchange-desingning and

implementing exchange that lead to results

7) Sustainable engagements-making knowledge exchanges

last

8) Monitoring and evaluation of knowledge exchange-how

to measure results and learning outcomes

9) Multilateral support-working vith development partners 10) Options for funding-securing and sustaining adequate

financing

Pada 10 isu round table tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga-lembaga yang aktif menjadi peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam mengimplementasikan infrastruktur pusat pengetahuan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dan memberikan rekomendasi terhadap praktik-praktik baik dalam isu pembangunan. Tujuan dari kelima roundtable tersebut adalah untuk mengakumulasi alur-alur tantangan dari pengimplementasian pengetahuan. Selanjutnya setiap panelis round table menyampaikan hasil diskusinya dalam setiap round table.

2. Sidang International Tripartite Rubber Council Committee Meetings

Sidang International Tripartite Rubber Council Committee

Meetings tanggal dilaksanakan pada tanggal 17-20 Juli 2012

di Penang, Malaysia.

The 5th Meeting of the Expert Group on Establishment of a Regional Rubber Market

Sidang dilaksanakan pada hari pertama tanggal 17 juli 2012 dan membahas tentang pembentukan Regional Rubber

Market. Sidang menyepakati untuk membentuk Technical Working Group dengan melibatkan perwakilan dari: Rubber Research Institute of Thailand (RRIT), Bursa Malaysia Derivatives Bhd (BMDB), dan dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).

Sidang juga membahas tentang konsep Regional Rubber

Market sebagai berikut:

1) Meningkatkan peranan tiga negara Thailand, Indonesia dan Malaysia dalam menstabilkan harga karet alam dan meningkatkan pendapatan petani karet.

2) Mempromosikan jaringan bisnis, penyampaian fisik, aktivitas arbitrase dan perdagangan karet alam.

42 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

3) Melakukan identifikasi dalam rangka merealisasikan pembentukan Regional Rubber market.

The 15th Meeting of the ITRC Statistical

Committee on Review Managed Expansion Program for Thailand, Indonesia, and

malaysia

Sidang dilaksanakan pada hari kedua pada tanggal 18 Juli 2012 dan menyepakati untuk merevisi Compounded Annual

Growth Rate (CAGR) dari semula 3,7 % menjadi 3,5 % sampai

dengan tahun 2020. Indonesia mendapatkan tambahan alokasi ekspansi lahan sebesar 81 ribu Ha sampai dengan tahun 2014 dengan keberhasilan merubah proyeksi produktivitas lahan dari semula 1,3 ton/hektar per tahun menjadi 1,1 ton/hektar per tahun. Angka 1,1 ton/hektar per tahun dipandang lebih realistis karena selama 10 tahun terakhir rata-rata produktivitas lahan per hektar tidak sampai 1 ton per hektar.

Sedangkan terkait dengan Report on the Progress of the

Implementation of the Supply Management Scheme (SMS) by the Three Countries, posisi Indonesia tidak mengalami

perubahan yang signifikan dari hasil pertemuan sebelumnya pada tanggal 12 Desember 2011 di Bali, yaitu penanaman kembali (replanting) karet alam seluas 50.000 Ha dan estimasi penanaman (planting) karet alam oleh petani karet di wilayah Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Jambi sebesar 18.700 Ha.

Sidang juga menyepakati bahwa masing-masing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) akan melaporkan perkembangan statistik karet alam pada setiap pertemuan

Statistical Committee serta untuk melakukan evaluasi

terhadap kinerja SMS dalam 5 (lima) tahun terakhir semenjak SMS diimplementasikan oleh komite statistik dan IRCo.

The Special Meeting to Finalise ITRC Price Schedule

Sidang yang dilaksanakan pada hari ketiga tanggal 19 Juli 2012 menyepakati untuk mengambil langkah-langkah sementara dengan memperhatikan kondisi ekonomi global yang masih belum membaik sebagaimana direkomendasikan oleh IRCo's BOD dan CSMO, yaitu sebagai berikut:

1) Menyesuaikan tingkat harga ITRC: - Alert Price pada 300 US cents/Kg - Trigger Price pada 280 US cents/Kg

2) Menyampaikan pengumuman tentang persiapan pemberlakuan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). 3) AETS akan diimplementasikan apabila dalam jangka

waktu 2 (dua) bulan setelah pengumuman persiapan pemberlakuan AETS harga menyentuh 280 US Cents/Kg.

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 43

4) Setelah 2 (dua) bulan sejak pengumuman, apabila harga masih berada di antara Alert Price danTrigger Price, maka

Committee on Strategic Market Operation (COSMO) akan

me-review pasar dan memberikan rekomendasi yang diperlukan.

The 2nd Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in The Next Ten Years (2012-2021)

Pertemuan membahas tentang proposal Demand Management Scheme (DMS), Tapping Holidays dan

pembiayaan operasional IRCo, dan menyepakati beberapa hal antara lain:

1) Merubah istilah "Demand Management Scheme (DMS)" menjadi "Demand Promotion Scheme (DPS)", karena permintaan terhadap karet alam dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pertumbuhan ekonomi dunia dan iklim di Negara produsen utama karet.

2) Demand Promotion Scheme (DPS) akan dimasukkan dalam

Non Paper of the Future Roles of ITRC and IRCo in the Next Ten Years (2012 - 2021). Adapun skema DPS diharapkan

dapat meningkatkan konsumsi karet di dalam negeri melalui upaya promosi untuk diversifikasi industri hilir karet.

3) Thailand, Indonesia, dan Malaysia menyepakati untuk segera memenuhi pembiayaan operasional IRCo sebesar USD 7,5 juta secara proporsional. Indonesia menyampaikan bahwa proposal terkait dengan pembiayaan tersebut telah disetujui oleh Menteri Keuangan dan akan diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan, serta diharapkan akan dilakukan pembayaran di tahun 2013. Adapun sisa tambahan modal agar IRCo dapat membiayai seluruh kegiatannya akan ditentukan pada Pertemuan Tingkat Menteri pada bulan Desember 2012.

3. Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment Extraordinary Session

Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment (CTI)

Extraordinary Session pada tanggal 25-26 Juli di Mexico City,

Meksiko.

Environmental Goods and Services List

Meskipun telah dilakukan beberapa rapat terkait

Environmental Goods and Services (EGs) List termasuk

persiapan posisi Delri untuk mempersiapkan Indonesia dalam pertemuan kali ini secara relatif dibandingkan ekonomi APEC lainnya sangat kurang. China dan Filipina yang selama ini menjadi salah satu oponen dari penyusunan list, pada

44 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

pertemuan kali ini memperlihatkan kemajuan dengan memperlihatkan kejelasan mengenai produk-produk yang dapat didukung maupun ditolak.

Indonesia belum dapat menyampaikan masukan spesifik atas 83 produk inclusion maupun usulan produk untuk disampaikan dalam EGs List karena sampai saat ini Kementerian/lnstansi terkait belum memberikan masukan atau persetujuan apapun mengenai produk yang dapat dimasukkan maupun tidak dapat dimasukkan beserta justifikasinya meskipun Ditjen KPI sudah melayangkan permintaan secara formal, hal ini menyebabkan Indonesia tidak dapat memberikan tanggapan atas List yang dipersiapkan oleh FoTC Lead, namun demikian Ditjen KPI telah berupaya memberikan general comment berdasarkan masukan Kementerian terkait sebelum pertemuan dan

men-submit Indonesia comments atas 83 inclusion product pada

saat pertemuan meskipun dengan banyak keterbatasan. Sebagai tindak lanjut dari permasalahan EGS List, para ekonomi sepakat akan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai APEC EGs List yang akan dilaporkan pada APEC

Ministerial Meeting dan APEC Economic Leaders' Meeting 1

(satu) hari sebelum Concluding Senior Official Meeting (CSOM) di Vladivostok, Rusia.

Next Generation Trade and Investment

Terkait dengan Next Generation Trade and Investment, Indonesia menyampaikan intervensi atas konsep paper transparansi yang merupakan masukan dari beberapa ekonomi yang telah menyampaikan kuesioner, dalam hal ini Indonesia akan menyampaikan masukan atas konsep paper tersebut sesuai dengan batasan deadline yang disepakati.

Dokumen terkait