• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DITERBITKAN OLEH :

DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 62 / VII / 2012

(3)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....………...………... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...………...………... 5 DAFTAR GAMBAR... 9 BAB I KINERJA…………....……... 11

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral... 11

1. Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation... 11

2. Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary... 15

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….……….………….. 17

1. ASEAN-Latin Business Forum 2012... 17

2. The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings... 18

3. Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting... 29

4. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57.... 31

5. Pertemuan the 1st ASEAN Preparatory Meeting for the Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Investment... 34

6. Pertemuan The 2nd Chief Ministers and Governors’ Forum Retreat... 35

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya... 39

1. High Level Meeting "Towards Country-Led Knowledge Hubs”…... 39

2. Sidang International Tripartite Rubber Council Committee Meetings... 41

3. Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment Extraordinary Session... 43

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral... 44

1. Pertemuan ke-5 Working Group on Trade and Investment Indonesia - Uni Eropa... 44

2. Perundingan Putaran ke-5 Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement... 46

3. Pertemuan Bilateral RI-Meksiko... 47

4. Pertemuan Bilateral Rl - Peru dan Penandatanganan Memorandum of Understanding on Trade Promotion Activities... 49 5. Pertemuan Working Group on Trade and Investment ke-1

Indonesia – Brazil... 50

(4)

2 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

6. Perundingan Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic

Partnership Agreement... 52

7. The Fourth Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting Indonesia – RRT... 53

8. Pertemuan Trade and Investment XII RI-AS Tingkat Senior Official... 55

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa... 57

1. Perundingan ke-5 Working Group on Trade in Service IE-CEPA... 57

2. Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services... 57

3. Pertemuan the First ASEAN Preparatory Meeting of Regional Comprehensive Economic Partnership Working Group on Services... 66

F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional... 69

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sulawesi Tenggara... 69

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT...………... 71

A. Kendala dan Permasalahan….………... 71

B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……….. 72

(5)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 3

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Juli 2012 DIREKTORAT JENDERAL KPI

(6)
(7)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Juli 2012, antara lain:

Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Sidang kali ini bertujuan untuk mencatat kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dalam pertemuan-pertemuan informal NGTF yang dilaksanakan pada tanggal 4-27 Juni 2012 dengan pembahasan terkait beberapa article yang termuat dalam Draft Consolidated Text hasil revisi ke-12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary

Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia menyatakan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Rl atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012 dan pengakuan yang telah diberikan kepada negara tersebut terkait dengan sistem keamanan pangan segar asal tumbuhan.

ASEAN-Latin Business Forum 2012

ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan.

The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings

Isu-isu yang dibahas dalam Pertemuan SEOM-3/43 dikelompokkan ke dalam tiga topik utama yaitu: (i) ASEAN Internal Agenda; (ii) ASEAN Relation With FTA Partners; dan (iii)

ASEAN Relations with Other Strategic Partners.

Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting

The High Level Task Force membahas strategi untuk menggandakan upaya untuk mewujudkan ASEAN Economic Community tahun 2015 termasuk melalui prioritas kegiatan dan langkah-langkah kunci yang konkret.

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57

Pada pertemuan kali ini, CCI memfokuskan pembahasannya pada persiapan materi pertemuan the 15th AIA Council pada tanggal 27 Agustus 2012, antara lain: SEOM chairman report to the AIA Council, ASEAN Surveillance Investment Report (AISR), kajian mengenai Study on Investment Trend and Prospects in ASEAN, dan rencana penyelenggaraan ASEAN Investment Forum (AIF) yang ke-2 sebelum Pertemuan ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) pada tanggal 16 November 2012.

(8)

6 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 Pertemuan the 1st ASEAN Preparatory Meeting for the Regional Comprehensive

Economic Partnership Working Group on Investment

Pertemuan Preparatory RCEP-WGI ke-1 ini bertujuan untuk menyamakan persepsi di antara negara anggota ASEAN untuk menetapkan prinsip-prinsip spesifik dan template

di bidang investasi yang nantinya akan menjadi pedoman dan acuan ketika ASEAN mengadakan perjanjian investasi dalam rangka RCEP. Pertemuan ini membahas

template for RCEP-WGI, term of reference (TOR) of the RCEP-WGI, dan work plan of the RCEP-WGI 2012-2013.

High Level Meeting "Towards Country-Led Knowledge Hubs”

Konferensi Internasional di Bali ini, bertujuan untuk menjadi wadah bagi negara-negara untuk saling sharing pengetahuan, solusi, dan pandangan-pandangan dalam mendiskusikan praktik-praktik terbaik pembangunan yang efektif dan berwawasan nusantara, serta bagaimana mengoordinasikan dan mendefinisikan tanggung jawab di antara aktor-aktor yang terlibat.

Sidang International Tripartite RubberCouncil Committee Meetings

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) The 5th Meeting of the Expert Group on The Establisment of a Regional Rubber Market (EGERRM); (ii) The 15th Meeting of the ITRC Statistical Committee on Review Managed Expansion Program (SMS) for Thailand, Indonesia and Malaysia (TIM); (iii) The ITRC Special Meeting to Finalise ITRC Price Schedule; dan (iv) The 2nd Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years (2012-2021).

Pertemuan APEC Committee on Trade and Investment Extraordinary Session

Sebagai tindak lanjut dari permasalahan EGS List, para ekonomi sepakat akan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai APEC EGs List yang akan dilaporkan pada APEC Ministerial Meeting dan APEC Economic Leaders' Meeting 1 (satu) hari sebelum Concluding Senior Official Meeting (CSOM) di Vladivostok, Rusia.

Pertemuan ke-5 Working Group on Trade andInvestment Indonesia - Uni Eropa

Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperkuat hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara dengan mengangkat isu-isu spesifik terkait akses pasar ke dua negara.

Perundingan Putaran ke-5 Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement

Delegasi Indonesia telah melakukan perundingan dengan pihak EFTA yang berasal dari empat negara (Swiss, Norwegia, Islandia dan Lichenten) melalui sembilan working group (WG) telah berlangsung dalam suasana yang sangat bersahabat dan konstruktif.

(9)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 7

Pertemuan Bilateral Indonesia - Meksiko

Indonesia akan mengkaji kembali usulan FTA yang dikaitkan dengan Trans Pasific Partnership. Ditjen KPI akan segera menindaklanjuti amandemen Trade Agreement

Indonesia-Meksiko.

Pertemuan Bilateral Rl - Peru dan Penandatanganan Memorandum of Understanding

on Trade Promotion Activities

Menteri Perdagangan RI menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru. Nota Kesepahaman ini memuat tentang kerja sama antara kedua negara di bidang promosi perdagangan dan diharapkan dapat menjadi salah satu wahana dalam upaya untuk meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara.

Pertemuan Working Group on Trade and Investment ke-1 Indonesia - Brazil

Working Group on Trade and Investment merupakan pertemuan penting bagi Indonesia dan Brazil dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi.

Perundingan Pertama Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership

Agreement

Pertemuan telah membahas dan bertukar pendapat mengenai beberapa bagian dari

Term of References (TOR) Perundingan IK-CEPA yang meliputi Introduction, Principles,

dan Scope and Coverage. Pertemuan sepakat untuk melanjutkan beberapa bagian TOR lainnya secara intersession.

The Fourth Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting Indonesia - RRT

Pada pertemuan ke-4 ini kedua pihak membahas secara mendalam mengenai kesepakatan untuk membentuk Joint Task Force (JTF) yang sudah diajukan oleh pihak Indonesia pada pertemuan EWG ke-3 di Beijing.

Pertemuan Trade and Investment XII RI-AS Tingkat Senior Official

Kedua negara sepakat untuk mengaktifkan kembali Working Group on Intellectual Property Rights (IPR) dalam meningkatkan komunikasi terkait IPR kedua negara. Kedua negara juga sepakat untuk melakukan amandemen MOU Combating Illegal Logging.

Perundingan ke-5 Working Group on Trade in Service IE-CEPA

Secara umum pembahasan chapter trade in services telah banyak mengalami kemajuan dengan dibukanya beberapa bracket yang diusulkan oleh masing-masing pihak. Selanjutnya untuk beberapa isu yang masih belum dapat disepakati pada pertemuan ini, kedua belah pihak sepakat untuk meninjau kembali secara dalam draft text chapter trade in services sebelum perundingan berikutnya.

(10)

8 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 Pertemuan the 70th Meeting of the ASEAN Coordinating Committee on Services

ASEAN MNP Agreement merupakan isu utama yang dibahas, dan CCS telah berhasil menyelesaikan draft text ASEAN MNP Agreement sebelum pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) ke-44 pada bulan Agustus 2012.

Pertemuan the First ASEAN Preparatory Meeting of Regional Comprehensive

Economic Partnership Working Group on Services

Pertemuan preparatory ini merupakan forum untuk saling bertukar pandangan dan menyamakan persepsi di antara ASEAN Member States (AMS) untuk menetapkan posisi ASEAN di bidang Jasa sebelum bertemu dengan ASEAN FTA Partners.

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sulawesi Tenggara

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional mengambil empat topik, yaitu: (i) Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia; (ii) Perkembangan Kerja Sama ASEAN dan ASEAN dengan Mitra Dialog; (iii) Perkembangan Perundingan Perdagangan Internasional Bidang Jasa; serta (iv) Perdagangan Internasional Ditinjau dari Perspektif Perekonomian Indonesia.

(11)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pembukaan ASEAN-Latin Business Forum 2012...... 17

Gambar 2 Pertemuan ke-5 WGTI Indonesia - Uni Eropa... 45

Gambar 3 Pertemuan Bilateral Indonesia -Meksiko... 47

Gambar 4 Pertemuan Bilateral Indonesia – Peru... 49

Gambar 5 WGTI ke-1 Indonesia - Brazil... 51

Gambar 6 Pertemuan Pertama Indonesia – Korea CEPA... 52

Gambar 7 Pertemuan ke-12 Trade and Investment Council... 56

(12)
(13)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 11

BAB I

KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral

1. Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation

Pada tanggal 9 - 13 Juli 2012 telah dilaksanakan Sidang Reguler Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF) di Jenewa, Swiss. Sidang kali ini bertujuan untuk mencatat kemajuan-kemajuan yang dihasilkan dalam pertemuan-pertemuan informal NGTF yang dilaksanakan pada tanggal 4-27 Juni 2012 dengan pembahasan terkait beberapa article

yang termuat dalam Draft Consolidated Text hasil revisi ke-12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Rangkaian Sidang Reguler tersebut terdiri dari Sidang Plenary

NGTF, penyelenggaraan Simposium dengan tema "Practical Experience of Implementing Trade facilitation Reforms, Including Their Costs and Benefits", dan Informal Open-ended Meeting NGTF dengan pembahasan Draft Consolidated Negotiating Text Rev. 12 (TN/TF/W/165/Rev.12).

Sidang Plenary (9 Juli 2012)

Sidang Plenary diawali dengan laporan para fasilitator terkait hasil pembahasan article 10.6 - Preshipment Inspection (PSI),

Article 10.7- Use of Customs Brokers, Article 11 - Freedom of Transit, dan Section II- Special and Differential Treatment

(S&D) dalam rangkaian pertemuan informal bulan Juni 2012.

JOB/TF/96 - Article 10.6- Pre-Shipment Inspection (PSI)

1) Masih terdapat perbedaan pandangan antara negara anggota WTO mengenai penghapusan kewajiban melakukan PSI. Mesir, India, Kuba, dan negara least-developed countries (LDCs) lainnya yang berpandangan bahwa mereka memahami tujuan dari Article 10.6 adalah untuk menghapus kewajiban melaksanakan PSI dalam hal klasifikasi tarif dan penghitungan tarif, namun PSI untuk tujuan selain untuk klasifikasi tarif dan penghitungan tarif tetap diperbolehkan sepajang diatur dalam peraturan dalam negeri masing-masing negara.

JOB/TF/97 Addendum-

Article 10.7 - Use of Customs Brokers

2) Norwegia sebagai fasilitator mengusulkan paket teks baru, yaitu Alt 7.1 dan 7.2. yang pada intinya tidak menginginkan keharusan penggunaan customs broker.

Negara LDCs dan negara berkembang diharapkan secara bertahap dapat menghilangkan praktik tersebut selama periode tertentu. Di samping itu keseluruhan Article 7

(14)

12 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

JOB/TF/98/Add 1 -

Article 11 - Freedom of Transit

3) Meksiko sebagai fasilitator mengusulkan pemisahan hal mengenai charges dengan regulations and formalities

dalam transit sehingga para 3 dan para 7 dapat digabungkan.

Negara Anggota dapat menyepakati usulan Fasilitator bahwa badan kepabeanan dengan sendirinya berwenang melakukan tindakan yang sesuai apabila terjadi pelanggaran dalam transit.

Turki mengajukan usulan baru mengenai voluntary restraints yang tercantum pada dokumen JOB/TF/100. Umumnya negara-negara Anggota menginginkan klarifikasi lebih lanjut mengenai definisi voluntary restraints.

Kanada mengajukan usulan teks baru dengan mengutip GATT Article V. Namun India tidak setuju dimasukkan teks tersebut baik dalam teks maupun sebagai footnote,

karena menurutnya teks dalam TF Agreement tidak terlepas dari keterkaitannya dengan GATT 1994.

JOB/TF/99 Addendum -

Section II Special and Differential Treatment

4) Pembahasan topik Special and Differential Treatment

yang difasilitasi oleh Malaysia tersebut belum dapat memperoleh konsensus dan masih terdapat perbedaan pemahaman di antara negara anggota.

Kegiatan Simposium "Practical Experience of

Implementing Trade Facilitation Reforms, Including Their Costs and Benefits" (10-11 Juli 2012)

Di sela-sela sidang diselenggarakan Simposium Fasilitasi Perdagangan yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 Juli 2012 dan membahas pengalaman beberapa negara anggota WTO dalam implementasi pengaturan fasilitasi perdagangan.

Pengalaman Sektor Swasta

Presentasi sektor swasta disampaikan oleh wakil-wakil dari

eBay, Imperial Logistic Africa, dan Common Market of Eastern and Southern African (COMESA) Business Council.

Dari diskusi yang berlangsung dapat disimpulkan terdapat tiga hal yang berkontribusi dalam memfasilitasi perdagangan yaitu: infrastruktur yang terintegrasi, perkembangan teknologi, dan penurunan biaya logistik.

Pengalaman Negara

Anggota WTO

Presentasi pengalaman dari berbagai negara Anggota WTO dalam mengimplementasikan pengaturan teknis yang sedang dibahas dalam Sidang, yaitu :

1) Implementasi Pengaturan Pre-Arrival Processing (Section I - Article 7.1)

(15)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 13

Jepang, Peru, dan Nigeria mempresentasikan pengalamannya dalam menerapkan aturan Pre Arrival Processing. Peru menyampaikan perbedaan operasional

customs di berbagai negara menjadi tantangan yang paling utama dalam legislasi dan proses pembaharuan sistem. 2) Implementasi Pengaturan Authorized Operators (Section I

- Article 7.6)

Republik Dominika, Kenya, dan Swedia mempresentasikan pengalamannya dalam menerapkan aturan Authorized Operator Ketiga negara tersebut menyampaikan bahwa penerapan aturan Authorized Operators memberikan manfaat bagi sektor swasta, kepabeanan, dan juga pemerintahan.

3) Implementasi Pengaturan Post Clearance Audit (Section I –

Article 7.4) dan Risk Management (Section I -Article 7.3) a) Taiwan, Senegal, Cameroon, dan New Zealand

mempresentasikan pengalamannya dalam melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management. Berdasarkan pengalaman yang ada para pembicara menjelaskan alasan perlunya melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management dikarenakan semakin meningkatnya volume ekspor dan impor untuk menunjang proses kepabeanan dan khususnya kelancaran arus barang ekspor dan impor.

b) Tantangan terbesar yang mungkin akan dihadapi dalam pelaksanaan Post Clearance Audit adalah dana yang cukup besar untuk mendanai pembentukan sistem infrastruktur yang terintegrasi dengan jaringan internet serta pembentukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan Post Clearance Audit dan Risk Management.

4) Implementasi Pengaturan Customs Cooperation (Section I - Article 12)

a) World Customs Organisation (WCO) memberikan menyampaikan pengalamannya dalam mengharmonisasikan hal-hal yang berkaitan dengan kepabeanan anggota WCO. Disampaikan juga pengalaman negara anggota WTO (Kanada, Brazil, dan Jamaika) dalam melaksanakan kerja sama kepabeanan.

(16)

14 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

b) Hambatan utama yang sering ada dalam melakukan kerja sama kepabeanan adalah perbedaan treatment

terhadap dokumen rahasia level confidential yang sering berbeda.

Dari sisi bantuan teknis, dihadirkan pembicara dari

Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) yang menguraikan capacity building yang dilakukan melalui Air for Trade Facilitation, serta program kegiatan yang dilakukan oleh Trade Mark Southern Africa dalam mendukung fasilitasi perdagangan di Selatan Afrika.

 Pertemuan Informal Open-ended Meeting NGTF (12 Juli 2012)

Beberapa fokus isu pembahasan pada pertemuan informal yang dikoordinasi oleh Fasilitator selama berlangsungnya Sidang Reguler antara lain adalah isu Use of Customs Brokers

dan beberapa Article pada isu Special and Differential Treatment. Adapun hasil pembahasan tersebut sebagai berikut:

Indonesia menyampaikan bahwa penambahan bracket pada kata "the implementation" adalah untuk memperjelas pilihan penggunaan kata antara "the implementation" atau "'the aquisition of implementation capacity", karena kedua kata tersebut tidak dapat berdiri bersamaan dalam para ini. Oleh karena itu, Indonesia mendukung usulan Fasilitator, karena pada Draft Text Rev 12 bracket pada kata "the implementation''' telah dibuka namun kata "the acquisition of implementation capacity" belum dihapus. Namun dengan tidak tercapainya konsensus maka pada Draft Text Rev 13. Artikel tersebut ini akan tetap sama seperti yang tertulis pada Draft TextRev 12.

Closing Plenary Terdapat tiga fokus pembahasan pada saat closing plenary,

yaitu: laporan para Fasilitator terkait hasil pertemuan

Informal Open-ended; penyampaian proposal baru oleh Amerika Serikat; dan pembahasan proposal Need Assessment

oleh negara-negara LDCs. Adapun hasil dari pembahasan ketiga isu tersebut sebagai berikut:

1) Masing-masing Fasilitator memberikan laporannya terkait hasil pembahasan pada pertemuan informal

open-ended, tanggal 12 Juli 2012, di mana hasil pembahasan yang berhasil mencapai konsensus direncanakan untuk dimasukkan pada perubahan draft text rev 13 mendatang pada bulan Oktober 2012.

(17)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 15

2) Dalam closing plenary, Amerika Serikat menyampaikan proposal terkait isu Expedited Shipment (Article 7.7) yang telah disirkulasikan kepada Negara Anggota pada tanggal 11 Juli 2012 dengan nomor dokumen TN/TF/W/182. Namun terkait proposal yang disampaikan Amerika Serikat tersebut mendapatkan tanggapan bahwa perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah pusat dan antara Negara Anggota untuk dapat memasukkan isu tersebut pada pertemuan Oktober 2012.

3) Isu terakhir yang dibahas adalah penyampaian proposal para Negara LDCs terkait Needs Assessment. Proposal tersebut mendapatkan tanggapan yang cukup baik dari Negara Anggota lainnya dan dianggap cukup penting untuk dilaksanakan guna mempersiapkan implementasi dari aturan-aturan Fasilitasi Perdagangan dalam mengetahui kesiapan para Anggota khususnya untuk Negara LDCs dan Negara Berkembang. Fasilitator fasilitasi perdagangan terhadap Needs Assessment

bahwa hal ini perlu pengkajian lebih lanjut dan belum dapat diterapkan dalam waktu dekat.

2. Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary

Reguler Meeting Sidang Komite Sanitary and Phitosanitary

(SPS) berlangsung pada tanggal 9-11 Juli 2012 di Jenewa, Swiss.

Pertemuan Informal Komite SPS

Pertemuan Informal Mengenai isu-isu dalam Implementasi Perjanjian SPS, telah membahas: (i) Ad-hoc Consultation; (ii) SPS Related Private Standards; dan (iii) Observer dalam komite SPS.

Pertemuan Formal Komite SPS

Pembahasan Specific Trade Concern Negara mitra dagang terhadap market access produk hortikultura tertentu di Indonesia:

1)Delegasi New Zealand menyampaikan bahwa permasalahan market access produk hortikultura tertentu telah diselesaikan melalui pertemuan bilateral di Jakarta. Delegasi New Zealand menyampaikan apresiasi atas penundaan pemberlakuan Permentan No. 3/2012 dan Permendag No. 30/2012 sampai dengan tanggal 28 September 2012. untuk memberikan kesempatan semua pihak terkait untuk memahami dan mempersiapkan implementasinya.

(18)

16 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

2)Delegasi Australia menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012.

3)Delegasi Amerika Serikat menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Indonesia atas pemberlakuan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012.

4)Afrika Selatan mempertanyakan notifikasi Permentan No. 42/2012 dan No 43/2012, dan menginginkan pertemuan bilateral.

5)Uni Eropa menanyakan bahwa keterbatasan kapasitas dan infrastruktur tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan pembatasan tempat pemasukan, karena akan menimbulkan biaya tinggi dan menurunkan kualitas produk buah dan sayuran buah segar

6)Jepang menyatakan keinginan untuk kerja sama yang lebih erat dalam market access.

7)Korea Selatan juga menyampaikan keinginannya untuk meningkatkan kerja sama dalam market access.

Tanggapan Indonesia Menanggapi komentar dan pertanyaan Negara-negara

sebagaimana tersebut di atas, Indonesia menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1)Indonesia telah menotifikasikan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012 ke Sekretariat SPS, WTO pada tanggal 2 Juli 2012.

2)Indonesia menegaskan bahwa melalui pertemuan konsultasi bilateral dengan beberapa Negara pengekspor telah dicapai kesepakatan penyelesaikan market access. 3)Indonesia menegaskan bahwa Kebijakan Permentan No.

42/2012 dan No. 43/2012 tidak dimaksudkan untuk menutup impor produk hortikultura dan Negara mitra dagang Indonesia.

4)Indonesia tetap memberikan kesempatan untuk mengadakan diskusi lebih lanjut secara bilateral ke Negara-negara mitra dagang.

Penyampaian Informasi Penyampaian Informasi:

1)Terjadinya outbreak penyakit flu burung di Meksiko, dan saat ini sedang dilakukan tindakan pengendalian dan tindakan pencegahan penyebarannya.

2)Sedang terjadi outbreak penyakit mulut di Botswana, pemerintah sedang berusaha untuk mengendalikan dan mencegah penyebarannya.

3) African Horse disease telah dinyatakan masuk secara resmi ke dalam daftar penyakit OIE.

4)Beberapa standar IPPC yang terbaru telah diterapkan mulai tahun ini dan beberapa standar akan

(19)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 17

diselesaikan sampai tanggal 1 Desember 2012. IPPC juga mengembangkan web page e-phyto.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. ASEAN-Latin Business Forum 2012

ASEAN-Latin Business Forum (ALBF) tahun 2012 diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-10 Juli 2012. ALFB dihadiri kurang lebih 400 peserta dari kalangan pengusaha, akademisi dan pemerintah, organisasi regional dari Negara ASEAN dan Negara Amerika Latin Karibia. ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan.

Gambar 1. Pembukaan ASEAN-Latin Business Forum 2012

Sejumlah orang terkemuka, seperti Duta Besar, Menteri, dan CEO, dari negara-negara ASEAN dan Amerika Selatan juga turut hadir, antara lain: Menteri Perdagangan Brasil, Menteri Ekonomi Meksiko, Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura.

Forum yang diselenggarakan dalam dua hari ini menampilkan sesi pleno dan paralel seperti: 20-Year Outlook for Southeast Asia & Latin, the future of investing in emerging economies, tariffs in trades, dan lain-lain. Dalam sesi penutup, peserta dari ASEAN-Latin Business Forum 2012 telah sepakat bahwa forum telah melakukan prestasi yang luar biasa yang menjembatani dua kawasan yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan jaringan yang ada dan hubungan perdagangan serta merintis jalan baru untuk masa depan yang

(20)

18 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

berkelanjutan untuk dua kawasan melalui bidang (green economy, peningkatan kapasitas usaha kecil dan menengah, serta tindak lanjut untuk keamanan pangan, infrastruktur, dan keamanan energi).

2. The Third ASEAN Senior Economic Officials Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers (SEOM-3/43) and Related Meetings

Pertemuan the 3rd Senior Economic Official Meetings (SEOM 3/43) and Related Meetings berlangsung pada tanggal 16-20 Juli 2012 di Chiang Rai, Thailand.

ASEAN INTERNAL AGENDA Phnom Penh Agenda

for ASEAN Community Building

SEOM membahas langkah-langkah doubling efforts dalam upaya ASEAN merealisasikan ASEAN Economic Community

(AEC) pada tahun 2015 sebagaimana ditetapkan dalam

Phnom Penh Agenda sebagai fokus ASEAN di masa

chairmanship Kamboja pada tahun 2012. SEOM lebih lanjut menyepakati 2 (dua) hal penting yang perlu segera ditetapkan yakni: (i) key measures (prioritizing activities)yang akan diimplementasikan hingga 2015; dan (ii) key deliverables yang akan dicapai pada tahun 2015, dan menugaskan Sekretariat ASEAN menyiapkan drafnya dengan mengacu pada berbagai referensi antara lain: (a) laporan akhir Mid-Term Review of the AEC Blueprint oleh ERIA; (b)

AEC Implementation Scorecard; (c) rekomendasi HLTF- EI terkait dengan high-impact indicators, (d) masukan dan rekomendasi pertemuan Committee of the Whole (COW) ke-3 yang berlangsung pada tanggal 18 Juli 2012, di sela-sela pertemuan SEOM; serta (e) rekomendasi lebih lanjut dari

sectoral bodies yang diharapkan dapat disampaikan pada 1 Agustus 2012. SEOM juga sepakat untuk memfinalisasi draft key measures dan key deliverables tersebut pada pertemuan

Special SEOM pada tanggal 11-12 Juli 2012 di Bogor, Indonesia.

Equitable Economic Development (EED)

Pertemuan mencatat perkembangan stock-take matrix yang dikompilasi dari program kerja dan capacity building di

sectoral bodies, termasuk update dari ASEAN SME Working Group sebagai bahan pertimbangan SEOM dalam merumuskan Work Plan of ASEAN Framework for AFEED. SEOM sepakat untuk merumuskannya setelah mendapatkan hasil studi ADBI "Strengthening ASEAN Transitional Economies”.

Pertemuan mencatat laporan Indonesia tentang outcomes

(21)

27-Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 19

28 Juni 2012 di Jakarta dan usulan pembentukan ASEAN Forum on Financial Inclusion (AFFI), dan sepakat bahwa isu-isu terkait financial inclusion sepatutnya berada di bawah

purviewASEANFinance Ministry.

Public-Private Sector Engagement (PPE)

Sekretariat ASEAN menginformasikan hasil konsultasi dengan

ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dalam upaya meningkatkan efektivitas PPE. SEOM juga mencatat rekomendasi Sekretariat ASEAN dari konsultasi tersebut agar

SME-Advisory Board dapat bergabung ke dalam ABAC. Sekretariat ASEAN juga melaporkan rencana penyelenggaraan the 5th Business Dialogue between Secretary-General of ASEAN with Federation of Japanese Chamber of Commerce and Industry in ASEAN (FJCCIA)

tanggal 21 Juli 2012 di Bangkok, Thailand.

Indonesia melaporkan pelaksanaan ASEAN-Latin Business Forum (ALBF) di Jakarta pada tanggal 9-10 Juli 2012. ALFB dihadiri kurang lebih 400 peserta dari kalangan pengusaha, akademisi dan pemerintah, organisasi regional dari Negara ASEAN dan Negara Amerika Latin Karibia. ALBF bertujuan antara lain meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan dan investasi serta merumuskan action plans kerja sama kedua kawasan. Menteri Perdagangan Mexico menginformasikan bahwa Mexico dan Pacific Alliance (Peru, Chili, Kolombia, dan Meksiko) ingin melakukan dialog dengan ASEAN untuk meindaklanjuti forum ALBF tersebut. SEOM sepakat untuk menunggu permintaan secara resmi dari mereka sebelum membahas isu ini lebih lanjut.

Perwakilan dari ASEAN Furniture Industries Council (AFIC) memaparkan perkembangan, industri furniture ASEAN, strategi menghadapi AEC dan proyek-proyek yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing produk

furniture di pasar global, untuk mendapatkan masukan dan saran dari SEOM dalam rangka persiapan AEM-AFIC Dialogue

pada bulan Agustus 2012. SEOM mengusulkan agar isu-isu dan hambatan yang dihadapi oleh AFIC dapat dijabarkan secara lebih spesifik kepada AEM.

Priority Integration Sector (PIS)

SEOM mencatat laporan kemajuan/implementasi kegiatan yang cukup konsisten pada area otomotif, perikanan,

Healthcare, Rubber-Based Products, dan Textiles and Apparels. Indonesia (country coordinator otomotif) menyampaikan rencana pelaksanaan the 7th Indonesia International Automotive Conference, pada bulan September 2012 dan mengharapkan partisipasi aktif seluruh negara anggota ASEAN.

(22)

20 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 Tariff Reduction

Schedule

SEOM sepakat untuk merekomendasikan pengesahan Indonesia’s transposed tariff reduction schedule in AHTN 2012 kepada AFTA Council.

Non Tariff Measures

(NTMs)

Pertemuan lebih lanjut membahas isu NTMs yang telah lama disinyalir sebagai penyebab stagnannya perdagangan intra ASEAN. SEOM mencatat tantangan dan hambatan utama ASEAN dalam menangani isu ini antara lain: (i) tidak ada transparansi dan lemahnya mekanisme notifikasi NTMs; dan (ii) kurangnya instrumen yang efektif dalam melakukan evaluasi NTMs. Dalam hubungan ini, pertemuan menugaskan Sekretariat ASEAN untuk melakukan pendataan pengaduan NTMs dari AMSs dan mempelajari mekanisme penanganan notifikasi NTMs di WTO. Thailand mengusulkan agar ASEAN dapat membentuk sistem monitoring-notifikasi seperti WTO serta membentuk ASEAN Roadmap on Elimination of NTBs.

Indonesia juga menyampaikan bahwa ASEAN harus memiliki

guidelines/pendekatan sistematik untuk mengkategorikan NTMs sebagai NTBs. Lebih lanjut SEOM juga menyetujui rekomendasi CCA untuk meng-upload resolved cases dari

matrix of actual cases on NTMs ke website Sekretariat ASEAN, dan meminta CCA untuk menyempurnakan konten dan format informasi dari materi yang akan di-upload

tersebut sebelumnya.

Self-Certification (SC) Indonesia, Filipina, dan Laos menyampaikan kesiapannya dalam menandatangani Self-Certification Pilot Project-2 (SCPP-2). Pada kesempatan ini, Indonesia dan negara anggota peserta SCPP lainnya mendorong 3 negara AMS yang belum terlibat dalam pilot project manapun untuk bergabung ke salah satu pilot project. Thailand juga menyampaikan keinginannya untuk ikut serta dalam SCPP 2. Merespons terhadap masukan Indonesia, pertemuan sepakat bahwa meskipun komitmen SC bukan merupakan inisiatif AEC Blueprint, namun karena telah disepakati oleh AFTA Council

ke-23, pertemuan menyetujui agar ASEAN-wide SC dapat dilaksanakan pada tahun 2015 dan mengharapkan negosiasi konvergensi antara SCPP-1 dan SCPP-2 dapat dimulai pada tahun 2014. SEOM juga meminta Sekretariat ASEAN menyiapkan laporan ke AFTA Council yang berisi alasan ASEAN tidak dapat memenuhi deadline tahun 2012 dan rencana langkah selanjutnya setelah 2015 terkait SC.

Abolishment of FOB value

SEOM menyetujui usulan CCA untuk menghapus FOB value di CO form D, dengan melakukan amandemen terhadap ATIGA OCP dan menugaskan SC-AROO untuk melanjutkan diskusinya mengenai RVC case. Pertemuan lebih lanjut

(23)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 21

membahas concern Indonesia tentang legal instrument yang diperlukannya untuk melakukan internal procedures sebelum amandemen tersebut dapat diberlakukan di Indonesia meskipun Article 94 of the ATIGA tidak mensyaratkan ratifikasi untuk pemberlakuannya (cukup dengan endorsed by the AFTA Council). SEOM meminta MLE (Meeting of Legal Expert) untuk mencari solusinya dan melaporkannya pada Prep-SEOM bulan Agustus 2012. Indonesia juga berjanji akan melakukan konsultasi domestik untuk melihat kemungkinan penyelesaiannya.

Tobacco SEOM menerima informasi dari Malaysia tentang hasil Pertemuan ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-11 pada 2-6 July 2012 di Phuket, Thailand dan pertemuan ke-4

ASEAN-China Health Ministers Meeting (ACHMM) yang akan meminta tobacco dikeluarkan dari AFTA list sehubungan denganimplikasi negatif dari FTA terhadap produk tembakau ini. SEOM memutuskan tidak akan membahas isu ini lebih lanjut jika belum ada permintaan resmi dari AHMM.

ASEAN MRA on Type Approval of Automotive Products

SEOM mencatat 2 tahapan pemberlakuan MRA otomotif yang diusulkan oleh APWG yaitu: (i) MRA-Otomotif tersebut berlaku hanya bagi produk otomotif yang diproduksi dan dijual di ASEAN kecuali secara bilateral negara anggota ASEAN menyepakati hal serupa dengan negara non-ASEAN; serta (ii) pemberlakuan MRA terhadap produk otomotif yang berasal dari negara di luar ASEAN dengan melakukan negosiasi antara ASEAN dengan Negara non-ASEAN yang bersangkutan. Thailand sudah menyatakan setuju dengan keputusan SEOM, sedangkan Indonesia, Vietnam, Malaysia, Filipina masih memerlukan konsultasi internal dan akan memberikan jawabannya sebelum Prep SEOM bulan Agustus 2012.

Trade in Services SEOM membahas 4 (empat) isu pokok hasil dari pertemuan CCS ke-70 yang akan disahkan oleh AEM ke-44 pada bulan Agustus 2012, sebagai berikut: (1) AFAS Paket 8. Filipina menyampaikan konfirmasi penyelesaian final offer AFAS Paket 8-nya sesegera mungkin agar AFAS Paket 8 dapat disahkan oleh AEM pada bulan Agustus 2012; (2) ASEAN MNP Agreement. SEOM mencatat finalisasi dan legal scrubbing ASEAN MNP Agreement dan meminta AMS untuk dapat mulai melakukan prosedur internalnya, termasuk penyiapan

SoC MNP Agreement dalam rangka mempersiapkan penandatanganan MNP Agreement pada ASEAN Summit

bulan November 2012; (3) Achievement of AFAS 2015 Targets. Pertemuan mengesahkan work plan penyelesaian

(24)

22 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

AFAS paket 9 dan paket 10 dan meminta AMS menyampaikan initial offer AFAS Paket 9 pada bulan Agustus 2012; dan (4) Enhancement of AFAS. SEOM mengesahkan

paper yang telah disusun oleh Sekretariat ASEAN tentang

objective dan general principles serta elemen-elemen yang memungkinkan untuk dimasukkan dalam “enhancement the AFAS”. Namun demikian, SEOM meminta CCS lebih mengutamakan penyelesaian AFAS sesuai target AEC 2015.

Small and Medium Enterprises (SME)

SEOM mencatat 2 (dua) isu utama yang akan diangkat oleh SME Advisory Body (SMEAB)pada saat pertemuan konsultasi dengan AEM pada bulan Agustus 2012 yakni: (i) SMEs’ Access to Finance, dan (ii) SMEs’ Access to Market and the Internationalisation of SMEs. Saat ini policy paper tentang kedua isu tersebut sedang disusun dan akan disampaikan ke SEOM sebelum Prep-SEOM bulan Agustus 2012. SEOM sepakat bahwa hasil konsultasi SMEAB dan AEM akan dilaporkan oleh AEM kepada AEC Council. SEOM juga membahas usulan tentang rencana pembentukan ASEAN SME Regional Development Fund yang telah disampaikan kepada AFMD. Untuk dapat memberikan arahan lebih lanjut, SEOM sepakat untuk menunggu Conceptual Framework on ASEAN SME Regional Development Fund yang saat ini sudah dalam tahap finalisasi oleh SMEWG dan akan disampaikan ke SEOM pada akhir Juli 2012. Pertemuan juga mencatat pandangan bahwa hendaknya pendanaan dapat diperoleh dari pihak ketiga dari pada mengandalkan dari Negara-negara anggota ASEAN sendiri.

Competition Policy SEOM mencatat kesepakatan pertemuan the 2nd High Level Meeting on Competition (HLMC) yang mengusulkan reporting line ASEAN Expert Group on Competition (AEGC) tetap kepada SEOM sementara HLMC memberikan cross-sectoral inputs and policy advice on strategic competition-related issues kepada AEC Council. HLMC juga mengusulkan perlu adanya suatu forum reguler dialog antara HLMC dan AEC

Council paling tidak setahun sekali untuk membahas isu-isu strategis yang berkembang dalam competition policy yang membutuhkan collective actions dari Negara anggota. Namun mengingat belum terdapat mekanisme dialog atau konsultasi langsung antara sectoral bodies dengan AEC Council, merekomendasikan HLMC melakukan konsultasi dengan AEM apabila terdapat isu-isu yang memang perlu mendapat perhatian para Menteri.

Intellectual Property Rights

SEOM mencatat bahwa konsultasi AEM dan Director-General of World Intellectual Property Organization (WIPO) pada

(25)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 23

bulan Agustus 2012 akan difokuskan pada penguatan kerja sama WIPO-ASEAN berdasarkan kerangka kerja ASEAN IPR Action Plan for 2011-2015. Information Paper akan disiapkan oleh AWGIPC untuk kemudian disampaikan kepada AEM melalui SEOM pada bulan Agustus 2012.

Streamlining of ASEAN Meetings, Country Coordinators, and Strengthening ASEAN Secretariat

SEOM membahas upaya mengefisienkan (mengurangi) pertemuan ASEAN mulai dari tingkat WGs hingga tingkat Menteri yang saat ini berjumlah 523 pertemuan. Pertemuan sepakat hal tersebut dapat dilakukan dan meminta semua

sectoral bodies melakukan upaya streamlining dengan mempertimbangkan key measures dan key deliverables yang akan dicapai pada tahun 2015 dan melaporkannya ke Sekretariat ASEAN. Upaya streamlining dapat dilakukan termasuk dengan menggabungkan (back-to-back) pertemuan dari beberapa sectoral bodies terkait.

SEOM membahas kembali pembagian tugas country coordinator untuk masing-masing sectoral body di bawah

purview SEOM. Pertemuan meminta kesediaan Indonesia menjadi country coordinator EAS di samping juga sebagai

country coordinator RCEP. Pertemuan juga meminta Indonesia menjadi country coordinator WG on Economic Cooperation dalam rangka RCEP, namun Indonesia akan menyampaikan konfirmasinya setelah mengkonsultasikannya dengan instansi terkait.

Pertemuan membahas laporan Sekjen tentang upaya penguatan kapasitas Sekretariat ASEAN dalam mengawal proses perundingan dan implementasi AEC Blueprint menuju AEC 2015. Pertemuan sepakat bahwa hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut dengan CPR maupun dengan Sekjen ASEAN untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang langkah-langkah yang diusulkan Sekjen tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, SEOM meminta Sekretariat ASEAN melihat kemungkinan adanya pertemuan SEOM dengan CPR untuk membahas hal tersebut.

Deliverables under the AEC

Pertemuan juga membahas daftar deliverables pilar ekonomi yang dapat disahkan pada pertemuan AEM ke-44 di bulan Agustus 2012 dan pada ASEAN Summit ke-21 di bulan November 2012. Pertemuan meminta AMS mempercepat penyelesaian hal-hal terkait internal procedures dan approval

dari parliament atau cabinet.

Persiapan Pertemuan

AFTA Council, AIA Council, AEM, dan AEC Council

SEOM membahas dan memfinalisasi program dan agenda pertemuan AFTA Council, AIA Council, AEM, dan AEC Council

yang akan berlangsung back-to-back di Siem Reap, Kamboja pada tanggal 25 Agustus – 1 September 2012. Pertemuan

(26)

24 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

juga membahas deliverables pilar ekonomi yang akan disahkan maupun ditandatangani oleh Menteri.

ASEAN Relation With FTA Partners

ASEAN – China Pertemuan menyepakati 2 (dua) deliverables utama yang

akan ditandatangani oleh para Menteri pada pertemuan the 11th AEM-MOFCOM Consultations yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 di Kamboja, yaitu (i) the 3rd Protocol to Amend the ACFTA Framework Agreement; dan (ii) Protocol to Incorporate Sanitary and Phytosanitary (SPS) and Technical Barrier to Trade (TBT) TIG-ACFTA yang keduanya ditargetkan pemberlakuannya pada 1 Januari 2013. Sedangkan usulan ASEAN untuk memasukkan alokasi dana khusus untuk berbagai proyek dalam WG on Economic Cooperation (WGEC) - ACFTA sebagai deliverable tambahan, belum dapat disetujui oleh pihak China karena masih dalam proses konsultasi internal China. Pertemuan mencatat usulan China untuk memasukkan: (i) China-ASEAN Committee on Connectivity Cooperations; dan (ii) The Development of Pan Beibu Gulf Economic Cooperation kedalam agenda pertemuan AEM-MOFCOM ke-11 bulan Agustus 2012. Terkait dengan usulan

AEM Road Show to China, Indonesia mengingatkan agar dilihat kembali rencana Road Show yang belum dilaksanakan seperti AEM Road Show to US yang sudah tertunda 2 (dua) kali. Pertemuan sepakat agar usulan AEM Road Show to China dan Road Show lainnya dibahas dalam pertemuan AEM bulan Agustus 2012.

Aksesi Hong Kong ke ACFTA

SEOM meminta AMS mempelajari hasil (sementara) studi tentang implikasi masuknya Hong Kong ke ACFTA yang dilakukan oleh konsultan independen yang ditunjuk oleh Sekretariat ASEAN. Berdasarkan studi tersebut, Negara yang lebih banyak mendapatkan gain di bidang perdagangan adalah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura, sedangkan gain yang diperkirakan cukup signifikan bagi Indonesia adalah aliran FDI. Lebih lanjut, dalam pertemuan konsultasi SEOM-MOFCOM, SEOM meminta agar China dapat menyampaikan hasil studi yang telah dilakukan oleh Chamber of Commerce of Hong Kong terkait hal yang sama kepada ASEAN.

ASEAN – Jepang Pertemuan mencatat 5 (lima) target deliverables untuk the

18th AEM-METI Consultation yaitu: (i) transposisi dari HS 2002 ke HS 2007; (ii) transposisi PSR dari HS 2002 ke HS 2007; (iii) finalisasi ASEAN-Japan 10-Year Strategic Economic Cooperation Roadmap; (iv) update implementasi AJCEP; dan (v) tindak lanjut konsultasi AEM-FJCCIA. Untuk keperluan

(27)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 25

finalisasi Roadmap, seluruh pihak diharapkan dapat menyampaikan tanggapannya paling lambat pada akhir bulan Juli 2012 kepada Sekretariat ASEAN. Sedangkan untuk transposisi PSR dari HS 2002 ke HS 2007, kedua belah pihak memperkirakan kemungkinan tidak dapat diselesaikan mengingat pertukaran nota diplomatik sebagai Legal Instrument atas implementasi transposisi PSR tersebut hingga saat ini belum dilakukan.

ASEAN – Korea Pertemuan sepakat atas beberapa key deliverables yang akan

dicapai pada the 9th AEM-ROK Consultations yaitu: (i)

amendment of the OCP of the AKFTA; (ii) transposition of the tariff reduction schedules; (iii) laporan joint study on the impact of services liberalisation under AKFTA; (iv) future Work Program to review the Sensitive Track. Pertemuan juga meminta negara yang belum mengimplementasikan Second Protocol to Amend TIG, dapat mempercepat proses penyelesaian prosedur internalnya. Rencana peluncuran

website resmi ASEAN-Korea FTA disepakati menjadi salah satu agenda the 9th AEM-ROK Consultations. Pertemuan juga mencatat posisi Indonesia yang akan menerbitkan (final process) Legal Enactment (PMK) bagi penurunan tarif produk ST yang pemberlakuannya pada saat diundangkan (tidak retroaktif). Merespons posisi Indonesia, pihak Korea menyampaikan posisinya yang akan menempuh langkah

reciprocal.

ASEAN – CER Berkenaan dengan usulan Australia dan New Zealand untuk

menjadikan proses transposisi Tariff Reduction Scheddule

(TRS) dan Products Specific Rules (PSRs) dari HS 2007 ke HS 2012 sebagai prioritas utama, pertemuan meminta Sekretariat ASEAN menyiapkan matriks tentang status

update proses transposisi dari masing-masing Negara sebelum pertemuan AEM bulan Agustus mendatang. Pertemuan juga sepakat untuk memberikan perhatian dan arahan khusus terkait kesulitan yang dihadapi dalam mengoordinasikan perundingan Jasa dan Investasi. Lebih lanjut, pihak Australia dan New Zealand juga menginformasikan tentang beberapa proyek bantuan kedua Negara tersebut kepada ASEAN (beberapa telah selesai dan masih berjalan) serta menegaskan kembali keseriusannya dalam mendorong kerja sama ekonomi AANZ di masa-masa yang akan datang.

ASEAN – India Pertemuan SEOM-India Consultations mencatat adanya

kemajuan perundingan di bidang investasi, namun tidak di bidang jasa. Indonesia dan Filipina merupakan 2 (dua) Negara

(28)

26 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

ASEAN yang masih dimintakan peningkatan komitmen jasanya oleh India. Meski pembahasan berlangsung cukup intens, namun pertemuan tidak berhasil mencapai kata sepakat. Indonesia dan Filipina menyampaikan posisinya yang tidak dapat memenuhi permintaan India untuk memberikan offers melebihi posisi yang telah ditawarkan sebelumnya. India kembali menyampaikan posisinya yang ingin menerima offers yang melebihi perundingan GATS dalam WTO, namun Indonesia menilai offers yang diberikan tersebut sudah cukup sebanding dengan offers yang diberikan India dan Negara anggota ASEAN lainnya dan telah disetujui India.

Isu lain yang juga masih pending dalam penyelesaian perjanjian bidang jasa adalah masalah financial services

(usulan ASEAN untuk masuk jadi annex) dan independent professional workers (usulan India untuk masuk menjadi

coverage). Untuk mendorong kemajuan perundingan jasa, ASEAN menyampaikan kesediaannya untuk men-drop

penambahan Annex on Financial Services jika India tidak lagi memasukkan klausul mengenai independent professional workers pada Movement of Natural Persons (MNP) di perjanjian bidang Jasa. India akan menyampaikan posisi tersebut kepada pemerintahnya untuk memperoleh arahan lebih lanjut.

ASEAN Plus Three (APT) Consultations

SEOM mencatat laporan yang disampaikan oleh EABC mencakup isu antara lain: (i) Update on EABC activities periode Juli 2011-Mei 2012; (ii) Issues proposed to be reported to ASEAN+3 Ministers; serta (iii) new issues and recommendations. Beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh EABC antara lain adalah mengurangi hambatan non-tariff bagi perdagangan, meningkatkan engagement dengan

public sector dan kesempatan untuk berkonsultasi dengan dengan Leaders pada pertemuan ASEAN+3 Summit bulan November 2012. SEOM menyambut baik rekomendasi tersebut dan menyarankan agar EABC cukup berkonsultasi dengan AEM dan selanjutnya AEM akan melaporkan concern

EABC apabila dinilai penting kepada AEC Council dan Leaders. SEOM juga mencatat usulan China untuk menyelenggarakan suatu workshop (tema, waktu dan tempat penyelenggaraan akan disampaikan segera) untuk dijadikan sebagai salah satu

AEM+3 deliverable tahun 2012.

SEOM-EAS Consultation Konsultasi ini merupakan pertemuan pertama yang melibatkan Amerika Serikat dan Rusia sejak kedua Negara tersebut resmi menjadi anggota EAS pada pertemuan EAS

(29)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 27

Summit di Bali tahun 2011. Pertemuan mencatat paparan ERIA mengenai updates on ERIA Activities tahun 2012. Indonesia sebagai country coordinator EAS menyarankan agar peran ERIA dapat dioptimalkan dalam mengembangkan program kerja EAS. Di samping itu, Indonesia juga memandang perlunya segera dibentuk mekanisme kerja EAS dan menyusun work program atau priority areas of cooperation. Pertemuan sepakat untuk menyampaikan draft work program tersebut kepada Menteri pada pertemuan AEM-EAS bulan Agustus 2012. Australia dan New Zealand menyambut baik prakarsa yang dilakukan oleh Negara ASEAN untuk memberikan kontribusi pembiayaan kepada ERIA. Sehubungan dengan hal tersebut, Australia akan melakukan konsultasi domestik tentang jumlah kontribusi Australia ke ERIA. Terkait agenda Regional and Global Development yang akan dibahas dalam AEM-EAS Consultations yang akan datang, Pertemuan lebih lanjut sepakat meminta Rusia memimpin diskusi tentang isu APEC, Amerika Serikat untuk isu WTO, sedangkan isu Enchancement of Connectivity in the Region dan Sustainable Development (law carbon growth, energy and environmental related issues) oleh Jepang.

ASEAN Framework for Regional

Comprehensive Economic Partnership (AFRCEP)

Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, SEOM

sepakat bahwa template of RCEP akan menjadi outcome document yang akan disahkan oleh ASEAN FTA Partners

bulan Agustus 2012 sebagai guiding principle dalam melakukan negosiasi RCEP. Guiding principles tersebut diharapkan tidak terlalu detail namun cukup luas mencakup semua elemen penting dalam perdagangan barang, jasa dan investasi. Pertemuan juga sepakat untuk tidak mencantumkan angka level of ambition dalam guiding principles sebelum AMS selesai memetakan komitmen tarif dengan masing-masing Negara mitra FTA agar dapat diindikasikan threshold penurunan tarif yang bisa diterima dan lebih rasional. AMS diminta menyampaikan hasil pemetaan tersebut ke Sekretariat ASEAN selambat-lambatnya pada tanggal 31 Juli 2012.

Pada pertemuan konsultasi dengan Negara mitra FTA, Indonesia sebagai country coordinator menyampaikan konsep Guiding Principles (GP) for the RCEP Negotiations

yang merupakan living document yang masih perlu dibahas lebih lanjut oleh SEOM dan masukan dari AEM. Konsep GP mendapat tanggapan yang kritis dari Negara Mitra FTA, mengklarifikasi maksud, tujuan dan esensi berbagai point yang tertuang dalam GP serta perlunya time line yang jelas dalam proses penyelesaian/persiapan RCEP sampai dengan

(30)

28 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

saat negosiasi. Lebih lanjut Negara Mitra FTAs mengharapkan agar GP yang akan dikembangkan ini dapat memberikan gambaran yang konkret dari tingkat ambisi RCEP baik di bidang Trade in Good, Trade in Services, dan Investasi. Negara Mitra FTA akan melakukan konsultasi domestik untuk meyakinkan masing-masing stakeholders tentang konsep RCEP. Oleh karenanya, kosep GP perlu dibahas lebih intensif di antara SEOM sebelum disampaikan pada pertemuan AEM mendatang. Korea secara khusus menyampaikan bahwa Korea perlu final outcome document RCEP untuk dapat melakukan konsultasi domestik dan mendapatkan persetujuan dari parlemen sebelum bergabung dengan RCEP. Pertemuan sepakat mengadakan Special SEOM + FTA Partners Consultations pada tanggal 11 - 12 Agustus 2012, di Bogor, Indonesia, untuk membahas dan mematangkan konsep GP, menyusun Roadmap serta Work Plan RCEP. Pada pertemuan Special SEOM tersebut kedua Working Group Trade in Service (WGTIS) dan Investasi (WGI) diharapkan dapat menyampaikan hasil pertemuannya yang pertama kepada SEOM (WGIS di Bangkok; dan WGI di Myanmar untuk mendapat arahan dari SEOM sebelum mengundang Negara Mitra FTA pada pertemuan WGTIS dan WGI berikutnya.

ASEAN Relations with other Strategic Partners SEOM-AUSTR

Consultations

Pertemuan internal SEOM 3/43 sepakat bahwa posisi Country Coordinator untuk ASEAN-US yang saat ini dipegang oleh Indonesia akan dilanjutkan oleh Brunei Darussalam (2013) dan Thailand (2014-seterusnya). Pertemuan mencatat perkembangan implementasi dan tindak lanjut ASEAN-US TIFA 2012 Work Plan antara lain: (i) AEM Road Show to US

ke-2 tentatif akan dilaksanakan pada kuartal ke-2 tahun 2012; (ii) ASEAN-US Business Summit akan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2012 di Siem Reap, Kamboja, dengan fokus digital dialogue. Untuk itu, US akan mengirimkan proposal “Non-binding Principle on ICT” kepada ASEAN; (iii) Draft ASEAN-US TIFA 2013 Work Plan akan dikembangkan dan SEOM akan membahas secara intersession dengan merujuk pada 2012 Work Plan dan area prioritas integrasi ASEAN seperti SMEs dan Connectivity. Indonesia akan memimpin diskusi mengenai APEC dalam pertemuan AEM-USTR Consultation pada tanggal 30 Agustus 2012.

ASEAN – EU Setelah mendukung rencana pelaksanaan Sectoral dialogue

on Green Technologies secara back-to-back dengan pertemuan ASEAN Senior Officials Meeting on Energy (SOME) pada bulan Desember 2012 di Kamboja, pertemuan secara

(31)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 29

singkat membahas konsep baru ASEAN-EU Trade and Investment Work Programme yang akan dikembangkan oleh Vietnam (Country Coordinator) di mana pihak EU menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlangsungan kerja sama sectoral dialogue (dalam area: green technologies, trade facilitation, standard, custom, dan

investment), pelaksanaan AEBS 2013, serta kembali menghimbau ASEAN untuk lebih pro-aktif dalam mengembangkan inisiatif kerja sama.

SEOM-ADB Consultations

Pertemuan mencatat paparan ADB terkait dengan kerja sama dan bantuan pendanaan ADB untuk Negara ASEAN, serta peran ADB dalam meningkatkan kerja sama subregional di ASEAN seperti IMTGT dan BIMP EAGA. Pertemuan juga mencatat permintaan ADB untuk melakukan pertemuan SEOM-ADB Consultations secara reguler.

3. Pertemuan the 22nd Meeting Of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting

Pertemuan the 22nd Meeting of The High Level Task Force on ASEAN Economic Integration to the 44th ASEAN Economic Ministers’ Meeting dilaksanakan pada tanggal 23-24 Juli 2012, di Manila, Filipina.

ASEAN Economic Community by 2015

Pertemuan the High Level Task Force ke-22 mencatat bahwa pengakuan dari pihak para pemimpin ASEAN di mana diperlukan banyak upaya untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut dan meningkatkan distribusi pada hasil pembangunan, baik di tingkat nasional maupun regional antara negara anggota ASEAN. Dalam Pertemuan juga mencatat bahwa para pemimpin ASEAN menggarisbawahi tantangan regional dan global, yang mana batasan nasional akan membutuhkan pendekatan yang lebih kooperatif dan komprehensif, khususnya melalui kerja sama regional.

Dalam hal ini, the High Level Task Force dibahas pada strategi untuk menggandakan upaya untuk mewujudkan MEA tahun 2015 termasuk melalui prioritas kegiatan dan langkah-langkah kunci yang konkret.

Dalam pertemuan the High Level Task Force

merekomendasikan bahwa badan/komite sektoral ASEAN yang relevan dapat:

1) Memperjelaskan apa yang merupakan aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran bebas modal tahun 2015.

(32)

30 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012

2) Menilai relevansi tindakan yang diatur dalam cetak biru MEA dengan mempertimbangkan perkembangan yang telah terjadi secara regional maupun global.

3) Mengatasi penghapusan hambatan non-tarif dengan cara yang lebih pragmatis termasuk: (i) memanfaatkan mekanisme yang ada seperti Konsultasi ASEAN untuk memecahkan isu-isu perdagangan dan investasi (ACT) sehingga memungkinkan para stakeholder untuk melaporkan tindakan perdagangan terbatas; (ii) merancang mekanisme untuk membedakan tindakan non-tarif dan hambatan non tarif; (iii) mengembangkan program kerja untuk menghilangkan hambatan non tarif yang teridentifikasi; dan (iv) menilai sejauh mana peraturan dalam negeri berkontribusi terhadap NTBs. 4) Menyusun ASEAN Trade Repository (ATR), yang

merupakan sebuah sistem online untuk mengakses prosedur dan hukum perdagangan untuk semua negara anggota ASEAN, dalam hal ini juga akan berfungsi sebagai salah satu titik acuan untuk semua tarif dan langkah-langkah non-tarif yang akan diterapkan untuk barang yang masuk dan keluar serta transit di suatu Negara Anggota, termasuk semua persyaratan pemerintah mengenai komoditas tertentu; dan

5) Menjaga para Menteri Ekonomi ASEAN agar dapat mengikuti perkembangan dari kemajuan yang dibuat untuk menghilangkan hambatan non-tarif, baik itu di bawah ATIGA, maupun ASEAN+1 FTAs, atau kemitraan ekonomi masa depan yang komprehensif

Daerah Kemitraan Ekonomi Menyeluruh

The High level Task Force, bertukar pandangan tentang bagaimana negosiasi untuk perjanjian RECP dapat efektif diluncurkan pada akhir tahun dengan tetap mempertahankan sentralitas ASEAN. The High level Task Force

merekomendasikan agar:

1)ASEAN harus mencapai posisi umum sebelum bernegosiasi dengan mitra FTA;

2)ASEAN harus menentukan inti dari non-negotiables dan keharusan. ASEAN setuju pada batas tertentu untuk mencapai secara substansial semua perdagangan dalam perdagangan barang yang berada di kisaran 90% sampai 95%, dengan tetap menjaga target aspirasi selama negosiasi FTA dengan mitra; dan

(33)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juli 2012 31

yang prioritas untuk sektor perdagangan jasa dan investasi dalam menutupi empat pilar (promosi, perlindungan, fasilitasi dan liberalisasi) selama negosiasi FTA dengan mitra.

4. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment ke-57

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Investment

(CCI) ke-57 berlangsung pada tanggal 23-26 Juli 2012 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Pertemuan CCI dipimpin oleh Assistant Director, Ministry of Foreign Affairs and Trade, Brunei Darussalam, dan dihadiri oleh wakil dari seluruh negara anggota ASEAN serta Sekretariat ASEAN.

Investment Liberalisation - Modification of Commitments

Pertemuan membahas paper yang telah dipersiapkan oleh Sekretariat ASEAN mengenai Mechanism for Amendment of

the Agreement and Modification of

Reservations/Commitments under the ASEAN Comprehensive Investment Agreement. Paper ini berisi mekanisme untuk

Amandment atas Reservation List ACIA yang mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan yang diambil oleh negara anggota ASEAN, seperti: (i) pengurangan atau penghapusan reservasi; (ii) penyesuian reservasi untuk new and emerging sectors, sub-sectors, industries, products or activities ataupun

existing sectors, sub-sectors, industries, products or activities;

dan (iii) penarikan reservasi.

Indonesia melakukan update terkait terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2012, tanggal 21 Februari 2012 tentang Perubahan Atas PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang merevisi ketentuan divestasi ke pihak Indonesia di mana saham Indonesia yang semula sebesar 20% dalam 5 tahun sejak produksi komersial menjadi sebesar 51% dalam 10 tahun. Selain itu pada PP No.24 Tahun 2012 juga merevisi istilah “modal asing pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus)” menjadi “pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus)” dalam rangka PMA. Selain Indonesia, negara anggota ASEAN yang melakukan perubahan reservation list yaitu Brunei Darussalam yang sifatnya ke arah lebih liberal mengenai aspek lahan/pertanahan. Perubahan reservation list ini akan disampaikan ke AIA Council ke-15 pada bulan November 2012 untuk endorsement.

Gambar

Gambar 1. Pembukaan ASEAN-Latin Business Forum 2012
Gambar 2. Pertemuan ke-5 WGTI Indonesia - Uni Eropa
Gambar 3. Pertemuan Bilateral Indonesia
Gambar 4. Pertemuan Bilateral Indonesia - Peru
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan ini akan lenyap dengan sendirinya kalau kaum intelektual kita dapat didikan di dalam perguruan sehingga diperoleh orang-orang Indonesia yang cinta pada nusa dan

Skripsi yang berjudul “Pemilihan Bahan Amelioran untuk Mengatasi Keracunan Aluminium pada Tanaman Padi di Tanah Sulfat Masam” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

Kualitas dari sistem informasi tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat pada waktunya dan relevan (Siagian, 2006:37). a) Akurat, maksudnya adalah

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang

Hal in i terlihat bahwa masih rendahnya kinerja produk yang dihasilkan pada fa mily firm a wa l berdiri, tetapi saat ini fa mily firm te lah mengala mi peningkatan

Selain itu pada saat mengaitkan antara Standar operasinonal prosedur yang satu dan yang lain, program ini adalah program yang saling terkait, untuk itu mahasiswa PPL selalu

Klik icon line lagi, dari sudut kiri bawah tidak diklik hanya disenter kemudian ditarik keatas lurus 30mm klik, kemudian tarik kesamping kanan dengan ukuran

Dalam bentuk uang pangsa ekspor cokelat dan produk cokelat dalam volume produksi cokelat di Rusia dalam beberapa tahun ke depan akan naik dan pada tahun 2015 akan