• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DITERBITKAN OLEH :

DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 114 / XII / 2012

(3)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....………...………... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...………...………... 5 DAFTAR GAMBAR... 9 BAB I KINERJA…………....……... 11

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral... 11

1. Sidang General Council WTO... 11

2. Trade Policy Review Amerika Serikat ke - 11... 14

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….……….………….. 16

1. Pertemuan ke-6 ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) Committee on Trade in Goods………. 16

2. Pertemuan ke-30 Jawatan Kuasa Kerja/Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Perbatasan Malaysia-Indonesia……… 24

3. The 6th Joint Working Group (JWG) Meeting of Senior Economic Officials for the Implementation of the Indonesia-Philippines MOU on Trade, Investments, Handicrafts, and Shipping (JWG-TIHS)……….. 26

4. Pertemuan ASEAN - India Senior Economic Officials Prep Meeting…. 30 5. ASEAN Economic Minister – India Consultation……… 31

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya... 32

1. Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council 32 2. Pertemuan Informal Tingkat Pejabat Senior APEC……… 35

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral... 37

1. Perundingan Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement Putaran Kedua... 37

2. Sosialisasi Bersama Pas Lintas Batas Indonesia - Timor Leste…………. 38

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa... 40

1. The 2nd Round of Negotiation Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement.... 40

2. Pertemuan ASEAN India Trade Negotiating Committee-Working Group on Services……… 41

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT...………... 43

A. Kendala dan Permasalahan….………... 43

B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……….. 44

(4)
(5)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 3

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Desember 2012 DIREKTORAT JENDERAL KPI

(6)
(7)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Desember 2012, antara lain:

Sidang General Council WTO

Chairman of General Council mengemukakan general principle untuk persiapan pelaksanaan Ministerial Conference 9 WTO yaitu: (i) Mengedepankan prinsip Full Participation, Inclusiveness, dan Transparansi; (ii) Apabila ada isu yang mengarah pada aksi atau decision of Minister haruslah tetap mengedepankan normal consensus principle; dan (iii) Apabila ada tindakan atau Keputusan yang akan diambil oleh Menteri haruslah disepakati sebelum Ministerial Conference 9 berlangsung;

Trade Policy Review Amerika Serikat ke - 11

Sidang dilaksanakan guna membahas dua agenda utama yaitu: (i) Laporan yang disusun Pemerintah AS (Government Report) dengan Nomor Dokumen WT/TPR/G/275 tanggal 13 November 2012; dan (ii) laporan yang disusun oleh Sekretariat WTO

(secretariat report) dengan nomor dokumen WT/TPR/S/275 tanggal 13 November 2012.

Pertemuan ke-6 ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) Committee on Trade in Goods

Pertemuan Committee on Trade in Goods dilaksanakan secara paralel dengan Sub-Committee on Investment, Sub-Committee on Services, Sub-Committee Rules of Origin (SC-ROO), dan Sub-Committee Economic Cooperation Budget.

Pertemuan ke-30 Jawatan Kuasa Kerja/Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Perbatasan Malaysia-Indonesia

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Usulan Entikong sebagai Pintu Ekspor Impor; (ii) Kerja Sama Pembangunan Pos Imigration, Custom, Quarantine, dan

Security Lubuk Antu – Nanga Badau; (iii) Kerja Sama Pembangunan Pos Lintas Batas Laut Sungai Nyamuk – Tawau; (iv) Pembahasan Revisi “Border Crossing Agreement; dan (v) Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara.

The 6th Joint Working Group (JWG) Meeting of Senior Economic Officials for the

Implementation of the Indonesia-Philippines MOU on Trade, Investments, Handicrafts, and Shipping (JWG-TIHS)

Agenda utama Sidang adalah: (i) Review of Bilateral Trade and Investment Relations;

(ii) Cooperation Activities; (iii) Review of Border Trade Agreement 1974; (iv) Trade Remedies; (v) Exports of Philippines Pharmaceutical Products to Indonesia; dan (vi)

(8)

6 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Pertemuan ASEAN - India Senior Economic Officials Prep Meeting

Senior Economic Officials ASEAN dan India mencatat serta mendapatkan penjelasan mengenai hasil perundingan 32ndASEAN India Trade Negotiating Committee, termasuk

15th AITNC Working Group on Services, dan 18th AITNC Working Group on Investment.

ASEAN Economic Minister – India Consultation

Pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dan India telah menyepakati bahwa: (i) seluruh proses perundingan Persetujuan Perdagangan Jasa dan Persetujuan Investasi di bawah kerangka kerja sama ASEAN India FTA secara resmi dinyatakan selesai dan mencantumkannya ke dalam draft ASEAN India Vision Statement; (ii) seluruh Pihak AIFTA berupaya maksimal agar proses legal scrubbing termasuk didalamnya untuk menuntaskan beberapa catatan kaki dua persetujuan dapat dituntaskan pada bulan Februari 2013; dan (iii) seluruh Pihak berupaya untuk dapat menandatangani keduanya pada bulan Agustus 2013.

Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council

Dewan Menteri sepakat untuk mengurangi supply karet alam di pasar internasional melalui percepatan replanting dan peningkatan konsumsi domestik karet alam. Atas usulan Indonesia, Dewan Menteri juga sepakat untuk menjadikan karet alam sebagai

green product yang diakui negara konsumen, dan mengupayakan agar karet alam dapat dimasukan ke dalam daftar Environmental Goods (EGs) di APEC dan WTO.  Pertemuan Informal Tingkat Pejabat Senior APEC

Informal Senior Officials Meeting dan Simposium dimaksudkan sebagai ajang pengumpulan pandangan para anggota APEC guna penajaman prioritas kerja APEC tahun 2013. Indonesia sendiri, sebagai Ketua, telah menetapkan tema besar APEC 2013 yaitu Resilient Asia-Pacific, the Engine of Global Growth.

Perundingan Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement Putaran Kedua

Pertemuan ini telah berhasil menyelesaikan Terms of Reference (TOR) IK CEPA yang terdiri dari: principles, scope and coverage, structure of negotiations, market access modalities, cooperation and capacity building, administrative arrangements, exchange of data and information, dan contact persons.

Sosialisasi Bersama Pas Lintas Batas Indonesia - Timor Leste

Sosialisasi Bersama dilaksanakan di Bikomi Utara untuk wilayah Indonesia dan untuk wilayah Timor Leste dilaksanakan di Bobometo. Sosialisasi bersama dihadiri berbagai unsur masyarakat perbatasan yang sangat antusias karena selama ini menunggu diberlakukannya Pas Lintas Batas.

(9)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 7

The 2nd Round of Negotiation Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership

Agreement

Beberapa isu yang dibahas berkaitan dengan jasa adalah sebagai berikut: (i) Services Sector pada special consideration; (ii) Undang-Undang Keimigrasian mengenai

temporary entry; (iii) Movement of natural persons; (iv) Exchange data and information; dan (v) Persiapan putaran ketiga IE-CEPA.

Pertemuan ASEAN India Trade Negotiating Committee-Working Group on Services Pertemuan telah membahas beberapa hal yang merupakan outstanding issues pada

draft text Trade in Services Agreement (TISA), Common definitions on Natural Persons,

(10)
(11)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pertemuan ke-6 JWG-THIS……… 26

Gambar 2 ASEAN Economic Ministers-India Meeting………. 32

Gambar 3 Pertemuan Tingkat Menteri ITRC………. 33

Gambar 4 APEC Symposium and Informal Senior Officials Meeting………. 36

(12)
(13)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 11

BAB I

KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral 1. Sidang General Council WTO

Sidang General Council dilaksanakan pada tanggal 10-11 Desember 2012 di Kantor WTO, Jenewa yang sebelumnya diawali dengan informal meeting pada tanggal 10 Desember 2012.

Pertemuan General Council merupakan representasi dari seluruh anggota WTO dan memiliki kewenangan yang sama dengan Ministerial Conference yang hanya bertemu setiap dua tahun. Pertemuan dihadiri oleh hampir seluruh anggota WTO setingkat duta besar.

Agenda Pembahasan pada pertemuan General Council adalah sebagai berikut :

1) Report by the Chairman of the Trade Negotiations Committee;

2) Work Programme on Small Economies — Report by the Chairman of the Dedicated Session of the Committee on Trade and Development;

3) The development assistance aspects of cotton — Periodic Report by the Director-General;

4) Aid for Trade — Preparations for the Fourth Global Review — Statement by the Director-General;

5) Work Programme on Electronic Commerce — Review of Progress;

6) Ukraine's Article XXVIII notification;

7) Ninth Session of the Ministerial Conference — Statement by the Chair;

8) WTO Accessions — 2012 Annual Report by the Director-General — Statement by the Director-Director-General;

9) Improving the Guidelines for Granting Intergovernmental Organizations Permanent Observer Status in the WTO — Statement by the Chair;

10) Review under Paragraph 8 of the Decision on the Implementation of Paragraph 6 of the Doha Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health — Report of the Council for TRIPS;

(14)

12 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 11) Waivers under Article IX of the WTO Agreement :

- Introduction of Harmonized System 2002 changes into WTO Schedules of Tariff Concessions — Draft Decision (G/C/W/672/Rev.1)

- Introduction of Harmonized System 2007 changes into WTO Schedules of Tariff Concessions — Draft Decision (G/C/W/673)

- Introduction of Harmonized System 2012 changes into WTO Schedules of Tariff Concessions — Draft Decision (G/C/W/674)

- Kimberley Process Certification Scheme for Rough Diamonds — Extension of Waiver — Draft Decision (G/C/W/675/REV.2)

- Review of Waivers pursuant to Article IX: 4 of the WTO Agreement

12) Committee on Budget, Finance and Administration — Reports on meetings of October and November and 2012;

13) International Trade Centre UNCTAD/WTO — Report of the Joint Advisory Group on its Forty-sixth Session;

14) Review of WTO Activities;

15) Appointment of Officers to WTO bodies —

Announcement by the Chairman pursuant to paragraph 7.1(A) of the Guidelines.

Beberapa hal yang disampaikan Dirtjen WTO selaku ketua

Trade Negotiations Committee (TNC), adalah sebagai berikut: 1) Hasil pertemuan Trade Negotiation Committee yang

dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2012 merupakan refleksi dari prinsip transparansi dan inclusiveness;

2) Dalam konteks ekonomi, Global Trade Growth masih mengalami pertumbuhan yang lambat, yang diikuti dengan pelambatan impor dari negara-negara maju yang juga berakibat pada menurunnya ekspor dari negara-negara berkembang sampai pada pertengahan semester 2012;

3) Kondisi perekonomian dunia ini sangat berdampak pada sistem perdagangan multilateral, dengan banyaknya negara menerapkan kebijakan perdagangan yang dinilai

trade restrictive yang mengarah pada tindakan-tindakan proteksionisme;

(15)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 13

4) Dalam pertemuan TNC tersebut banyak negara yang mengharapkan bahwa Ministerial Conference 9 dapat menghasilkan ‘credible outcome’, walaupun Dirjen WTO juga menyampaikan bahwa Ministerial Conference 9 bukanlah ‘end of the line’ tetapi lebih pada stepping stone

untuk mencapai kesepakatan dalam Doha Development Agenda;

5) Dalam beberapa forum negosiasi, isu runding Trade Facilitation, beberapa isu dalam agriculture dan

development telah memperlihatkan kemajuan yang cukup

signifikan;

6) Menanggapi laporan ini, beberapa negara menyampaikan catatan dan pandangannya, antara lain Arab Saudi (mewakili Arab Group) dan Barbados, yang intinya menyampaikan bahwa MC9 harus menghasilkan “tangible outcome” yang seimbang dan development oriented.

Ministerial Conference 9

General Council menyepakati tanggal pelaksanaan Ministerial Conference 9 (MC9) WTO yaitu 3-6 Desember 2013 di Bali, Indonesia.

Chairman of General Council mengemukakan general

principle untuk persiapan pelaksanaan MC9 WTO, yaitu sebagai berikut:

1) Mengedepankan prinsip Full Participation, Inclusiveness

dan Transparansi;

2) Apabila ada isu yang mengarah pada aksi atau decision of

Minister haruslah tetap mengedepankan normal

consensus principle;

3) Apabila ada tindakan atau Keputusan yang akan diambil oleh Menteri haruslah disepakati sebelum MC9 berlangsung.

Dalam laporan Work Programme on Small Economies, negara

small and vulnerable economy (SVE) menyampaikan bahwa

key elements dalam special and differential treatment harus diklarifikasi dan disepakati dalam berbagai area, MC 9 di Bali bukanlah merupakan akhir dari Doha Development Agenda

(DDA) dan outcome Bali haruslah tetap berorientasi pada

development issue bagi negara berkembang dan least developed countries (LDCs).

Dalam laporan Director General’s Consultative Framework on Cotton yang terkait dengan development assistance aspects of cotton, Dirjen WTO telah menyampaikan perkembangan bantuan teknis yang diberikan negara donor kepada cotton

(16)

14 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012

countries (C-4-Mali, Burkina Faso, Chad, dan Benin). Dalam pertemuan tersebut perwakilan Brazil, China, India, dan Amerika Serikat telah mengambil peran dalam cotton technical assistance.

Dalam laporan rencana the Fourth Global Review on Aid for

Trade disebutkan bahwa pertemuan tersebut akan

diselenggarakan pada tanggal 8-10 Juli 2013 yang akan melibatkan International Chambers, International Trade Centre, International Telecommunication, dan beberapa organisasi internasional yang berperan dalam penigkatan

global value.

Dalam agenda pembahasan notifikasi Ukraine on Article XXVIII, banyak negara yang menyampaikan intervensi dan menyarankan Ukraina untuk mempertimbangkan kembali rencananya mengajukan usulan modifikasi schedule of commitment. Upaya Ukraina dinilai kurang transparan dan tidak akan bisa memberikan reciprocity treatment of market access karena mengajukan usulan modifikasi di sekitar 371 pos tarif yang dianggap terlalu banyak. Negara-negara yang menyampaikan keberatannya: negara anggota ASEAN, Australia, Brazil, Canada, Chile, Colombia, Croatia, Egypt, European Union, Guatemala, Hong Kong China, Iceland, Japan, Korea, Liechtenstein, Mexico, New Zealand, Norway, Oman, Paraguay, Switzerland, Turkey, dan Amerika Serikat.

2. Trade Policy Review Amerika Serikat ke - 11

Pada tanggal 18-20 Desember 2012 dilaksanakan sidang the Eleventh Trade Policy Review Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Ketua Trade Policy Review Body.

Sidang dilaksanakan guna membahas dua agenda utama yaitu: (i) Laporan yang disusun Pemerintah AS (Government

Report) dengan Nomor Dokumen WT/TPR/G/275 tanggal 13

November 2012; dan (ii) laporan yang disusun oleh Sekretariat WTO (secretariat report) dengan nomor dokumen WT/TPR/S/275 tanggal 13 November 2012. Tujuan dari Sidang Trade Policy Review (TPR) ini adalah untuk menciptakan transparansi atas peraturan-peraturan terkait perdagangan yang dilaksanakan oleh negara anggota WTO.

Hongkong-China Permanent Representative to the World Trade Organization ditunjuk sebagai discussant yang memberikan pandangan-pandangan mengenai kebijakan-kebijakan AS yang tertuang baik dalam secretariat report

(17)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 15

Delegasi AS dalam Sidang ini dipimpin oleh Deputy U.S. Trade Representative and U. S. Permanent Representative to the World Trade Organization.

Ketua Delegasi AS dalam opening statement menyampaikan sejak review sebelumnya telah secara aktif membuat kebijakan perdagangan yang mendukung penciptaan lapangan pekerjaan melalui perluasan perdagangan, penegakan aturan perdagangan dan meningkatkan hubungan perdagangan internasional. Pada tahun 2011, terdapat 68 negara yang menjadikan AS sebagai pasar ekspor terbesar pertama, kedua, dan ketiga. Hal ini membuktikan AS sebagai negara yang terbuka dalam perdagangan internasional. Ketua Delegasi AS juga menyampaikan peran aktif AS dalam perdagangan internasional baik dalam fora multilateral, regional, maupun bilateral. Dalam review ke-11 ini terdapat lebih dari 1.500 pertanyaan tertulis yang diajukan oleh 36 Negara anggota WTO dan telah dijawab secara tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dalam sidang tersebut ada 45 negara yang menyampaikan

remark statement terkait TPR AS. Seluruh negara

memberikan apresiasi akan peran serta aktif AS dalam berbagai fora perdagangan internasional dan menyatakan AS mempunyai peranan penting untuk menciptakan Multilateral Trading System (MTS) dan penyelesaian Perundingan Putaran Doha.

Akan tetapi beberapa negara menyampaikan bahwa masih tingginya trade barrier untuk sektor pertanian khususnya masih tingginya tarif impor dan non tariff measures yang diterapkan AS. Selain itu tingginya Domestic support pada sektor pertanian juga menjadi perhatian beberapa negara anggota sehingga menguntungkan produk pertanian AS yang diekspor maupun dijual di dalam negeri. Terkait hal ini beberapa negara anggota meminta AS untuk meningkatkan komitmennya untuk melakukan liberalisasi sektor pertanian. Negara anggota WTO juga mencatat bahwa terkait penyelidikan Anti Dumping (AD), AS masih menggunakan metode zeroing dalam penghitungan margin dumping untuk melakukan penyelidikan sunset review. AS sebelumnya menyatakan tidak akan menggunakan metode zeroing dalam penyelidikan AD. Untuk itu beberapa negara meminta otoritas AD konsisten untuk tidak menggunakan metode ini dan menghentikan penyelidikan sunset review tersebut.

(18)

16 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Beberapa negara Anggota WTO juga menanyakan mengenai perkembangan adopsi keputusan Dispute Settlement Body (DSB) atas beberapa kasus yang mewajibkan AS untuk menyesuaikan peraturannya agar sesuai dengan keputusan DSB. Indonesia dalam sidang ini juga menanyakan perkembangan implementasi keputusan DSB dalam kasus

clove cigarette.

Beberapa negara anggota WTO meminta AS untuk melakukan evaluasi atas kebijakan persyaratan 100%

scanning terhadap seluruh maritime containers yang

dikapalkan ke AS yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2012 di mana biaya scanning tersebut dibebankan kepada importir. Kebijakan ini akan menjadi hambatan perdagangan bagi produk yang akan masuk ke pasar AS.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. Pertemuan ke-6 ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) Committee on Trade in Goods

Pertemuan ke-6 ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) Comittee Trade in Goods (CTG) dan rangkaian pertemuan lainnya dilaksanakan pada tanggal 1 - 7 Desember 2012 di Adelaide, Australia.

Committee Trade in Goods

Transposition of the AANZFTA Tariff Schedule to HS 2012

Pertemuan mencatat perkembangan revisi transposisi Tariff Reduction Schedule (TRS), dari HS 2007 ke HS 2012 dan menyampaikan bahwa Malaysia masih mempunyai 21 pos tarif TRS dengan status pending.

Australia dan Selandia Baru menyampaikan perkembangan verifikasi teknis terhadap transposisi TRS yang telah disampaikan oleh ASEAN Member States (AMS) dan menginformasikan akan memberikan tanggapannya dalam waktu 2 minggu lagi. Disampaikan masalah yang timbul dalam verifikasi antara lain: (i) beberapa AMS menyampaikan

concordance table pada national tariff line level; (ii) salah satu AMS tidak menyediakan specific codes for tariff line splits, dan (iii) masalah akibat penggabungan beberapa pos tarif yang tingkat tarifnya berbeda.

Pertemuan juga membahas usulan ANZ untuk memasukkan

Artikel 13 (Amendments to the Harmonized System) dengan

tujuan untuk mengatasi masalah perubahan Harmonized System (HS) secara periodik.

(19)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 17 Monitoring the

Utilization of the AANZFTA Tariff Preferences

Pertemuan mengingatkan keputusan 4th CTG tentang penyampaian data utilisasi AANZFTA tariff preferences

dengan menggunakan format ANZ. Beberapa negara yang sudah menyampaikan data dimaksud yaitu Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Indonesia hanya berkewajiban untuk menyampaikan data sejak entry into force per 10 Januari 2012.

Pertemuan sepakat untuk memantau utilisasi preferensi tarif AANZFTA berdasarkan import declaration. Mengingat dalam pengumpulan data terdapat perbedaan pengetahuan di antara AMS, maka disepakati untuk mengadakan 2 (dua)

workshop di tingkat nasional (sub-regional). ASEAN Sekretariat diminta mempersiapkan project proposal untuk

workshop dengan persetujuan intersessionally dari CTG. Review of Non-Tariff

Measures (NTMs)

Dalam pertemuan disampaikan agar review Non-Tariff

Measures (NTMs) harus memberikan hasil yang dapat

dilaksanakan dan mempunyai arti bagi dunia usaha. Untuk itu disepakati: (i) ASEAN Secretariat (ASEC) akan menyiapkan TOR bagi Konsultan; (ii) Filipina akan menyelesaikan concept note for business survey dan disirkulasi sebelum Januari 2013; dan (iii) hasil studi NTM dan business survey akan menjadi dasar rekomendasi CTG kepada para Menteri sebagai langkah untuk menyelesaikan masalah NTM atau NTB yang menghambat perdagangan dan akan dilaporkan kepada para Menteri bulan Agustus 2013.

List of Contact Points Negara anggota ASEAN telah melakukan pemutahiran list of

contact point untuk Trade in Goods (TIG) kepada ASEC.

Sub-Committee Rules on Origin (SC-ROO)

Draft Protocol to Amend the AANZFTA Agreement

Pertemuan mencatat bahwa draft protocol ini pada awalnya dibuat untuk melaksanakan Keputusan para Menteri terkait dengan penghapusan nilai FOB Value pada CO Form AANZ khusus untuk origin criteria tidak termasuk RVC. Selain itu

draft protocol juga akan menggabungkan PSR dan proses transposisi HS dalam satu dokumen serta mendelegasikan wewenang kepada Committee AANZFTA untuk memutuskan

Minimum Data Requirement maupun prosedur administrasi, dan untuk itu Australia telah menyampaikan joint proposal.

Joint Proposal dimaksud akan menggantikan Chapter 3 dan

Annex-nya dengan mengamandemen Article 4 (Goods Not Wholly Produced or Obtained) dan Article 19 (Consultation, Review and Modification) dari Chapter 3, sebagaimana Rules

6, 7, 10 dari Annex on Operational Certification Procedures (OCP) dan Appendices.

(20)

18 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Pertemuan mencatat AMS membutuhkan waktu untuk melakukan konsultasi domestik dengan instansi terkait dalam membahas draft protocol dan SC-ROO akan membahas lebih lanjut untuk menyelesaikannya. Draft Protocol diharapkan dapat ditandatangani pada 18th AEM-CER Consultation. Transposition of

Product Specific Rules (PSRs)

Pertemuan mencatat bahwa AMS akan kembali melakukan konsultasi domestik terhadap usulan perubahan transposisi PSR dari HS 2007 ke HS 2012 dan ditargetkan selesai tanggal 31 Januari 2013 dengan menggunakan HS 2012. Pertemuan juga mendiskusikan komentar ASEAN untuk HS 0303.63, 0304.41, 0303.81, dan 2915.33. Sedangkan Australia untuk HS 8523.41 dan 8523.49.

Review of PSRs Pertemuan mengingatkan review PSRs yang dimandatkan

oleh AANZFTA Agreement seharusnya selesai dalam jangka waktu 3 tahun sejak entry into force, namun karena tidak selesai, pertemuan sepakat memperpanjang batas waktu

review sampai 31 Januari 2013. Review of the

AANZFTA’s cumulation rule

SC-ROO menyampaikan bahwa sampai saat ini AMS belum sepakat untuk cummulation rule di bawah AANZFTA, oleh sebab itu masalah tersebut perlu dibahas pada CTG untuk diambil keputusan. Pada 5th SC-ROO dimungkinkan untuk melakukan pilot project full cummulation berdasarkan

voluntary basis untuk produk/sektor tertentu. CTG

memerlukan tenaga ahli SC-ROO untuk membahas isu ini, untuk itu CTG sepakat menugaskan SC-ROO untuk menyiapkan laporan untuk disampaikan pada pertemuan CTG yang akan datang. Laporan tersebut mencakup feasibility of adopting full cummulation, pilot project basis pada produk/sektor yang mendapatkan keuntungan dari ROO. Self Certification Pilot

Project

Pada tanggal 5-6 Desember 2012 telah dilaksanakan

Workshop Preparatory Session on the AANZFTA Self Certification Pilot Project. Pertemuan meminta agar negara-negara peserta 2nd ATIGA Self Certification Pilot Project dapat memberikan informasi dan data utilisasi ATIGA Self Certification Pilot Project dari semua negara anggota ASEAN.

Implementation Issues Terkait dengan masalah apakah eksportir atau importir dapat

melakukan pencetakan CO Form AANZFTA dan mengirimkan

hard copy-nya kepada Bea Cukai, beberapa negara ASEAN membutuhkan persyaratan/prosedur legislasi bagi eksportir untuk dapat mencetak CO Form AANZFTA tersebut.

ROO Training Modules Pertemuan telah menyetujui final draft training Modul yang

disusun oleh konsultan dan telah disirkulasi kepada anggota SC-ROO. Train for Trainer training Modul ROO akan

(21)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 19

dilaksanakan tanggal 28 Januari - 1 Februari 2013 di Brunei Darussalam dan sebagai tindak lanjutnya akan dilaksanakan

in-country training pada bulan Maret dan April. Update COO to Reflect

Changes in the Draft Protocol

Apabila protokol telah disetujui maka diperlukan revisi COO Form AANZ termasuk FOB Value, origin criteria, and third-party invoicing.

List of Minor Discrepancies

Pertemuan sepakat untuk mensirkulasi revisi list Minor Discrepancies, dan masing-masing negara anggota ASEAN dapat melakukan update-nya.

Economic Cooperation Work Programme for Trade in

Goods (ECWP-TIG) ECWP Component

Implementation Plan (ECWP-CIP) for Trade in Goods

Pertemuan menyetujui proposal baru ECWP di bawah

Standards, Technical Regulation and Conformity Assesment

Procedures (STRACAP) dengan judul Workshop on

International Standards Development Best Practices, yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Sydney. ECWP Activities held

back-to-back with the 6th CTG

Beberapa kegiatan ECWP (Workshop) yang dilaksanakan

back-to-back dengan 6th CTG: (i) Policy Discussion on Review on NTMs; (ii). Capacity Building on Risk Management; dan (iii)

Preparatory Session for the Design of AANZFTA Self-Certification Pilot Project. Hasil Workshop akan dilaporkan pada CTG.

Workshop Non Tariff Measures (NTM) menyampaikan bahwa

perbedaan arti dan klasifikasi NTM menyebabkan perbedaan konsistensi dan komparabilitas data yang sulit dipahami para pelaku perdagangan barang (eksportir dan importir). Kesulitan timbul antara lain karena: Hambatan prosedural, dualitas dari tujuan NTM (Public Policy dan tujuan proteksi) dan perbedaan pendekatan pembuat peraturan nasional dan regional. Wakil dari Indonesia meminta agar Australia dapat menginformasikan apa saja NTM di Australia dan kiranya dapat dilihat di website.

Workshop Capacity Building on Risk Management:

memberikan pembelajaran mengenai identifikasi risk

management yang ada di Institusi Kepabeanan dan

menerangkan adanya perpindahan cara kerja Customs dari tipe “tradisional gatekeeper” menuju tipe risk management, serta bagaimana pemberlakuannya. Key element dari manajemen risiko adalah dasar kebutuhkan, stakeholder, teknik, dan mengefektifkannya. Selain itu diterangkan juga infrastruktur pendukung, sumber daya, dan kemampuan dalam menerapkan manajemen resiko.

(22)

20 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012

Workshop Preparatory Session for the Design of AANZFTA SC Pilot Project antara lain menyampaikan latar belakang SC

Pilot Project di ASEAN yaitu mandat yang memformulasikan mekanisme yang memperbolehkan produk-produk barang asli milik AMS dapat bergerak bebas di wilayah ASEAN tanpa proses yang menyulitkan dengan dokumen pendukung untuk mengamankan pengiriman. Tujuan SC memfasilitasi masuknya barang-barang sekaligus memastikan sesuai terhadap persyaratan aslinya. SC harus dapat memfasilitasi perdagangan dengan mudah, tidak ketat yang berlebihan, biaya efektif, transparan untuk publik dan pelaku ekspor dan impor. Yang dapat melakukan SC berdasarkan Agreement TIG adalah Badan Hukum atau perusahaan yang memenuhi syarat/eksportir yang tersertifikasi.

CTG Work Plan and Deliverable 2013

Beberapa hal yang harus diselesaikan dengan segera tahun 2013 yaitu: (i) Transposisi HS 2007 ke HS 2012 pada, Q1 2013; (ii) Finalisasi Draft Protocol to Amend the Agreement Establishing the AANZFTA (ditandatangani para Menteri Agustus 2013), Mei 2013; (iii) Progress report review NTMs,

Agustus 2013; (iv) Monitoring Utilization AANZ tariff preferences Agustus 2013; (v) Finalisasi transposisi PSR HS 2007 ke HS 2012, Q2; (vi) Complete review PSR, Mei 2013; (vii) Melanjutkan review STRACAP Chapter, on going; (viii) Implementasi proyek-proyek di bawah CIP-STRACAP

Worskhop International Standards Development Best Practices (proposal bersama antara BSN dan Australia), Pebruari 2013; (ix) Melanjutkan review of the progress of the implementation of the commitments under the SPS Chapter; dan (x) Implementasi projects under the CIP for SPS.

Committee on Trade in Services (CTS)

Workshop on MFN Treatment

Rangkaian pertemuan diawali oleh penyelenggaraan

Workshop on MFN treatment dan menghadirkan para

pembicara dari akademisi dan negosiator membahas beberapa isu mengenai konsep MFN, sejarah perkembangannya dan dikaitkan dengan penggunaan terminologi MFN dalam beberapa kerangka kerja sama perdagangan. Pada kesempatan ini, pembicara dari New Zealand menekankan konsep forward MFN yang dianggap dapat menjamin suatu perjanjian tetap update dengan memperluas cakupan komitmen bagi non party secara otomatis.

Dalam kesempatan tersebut, Indonesia (Direktur Perundingan Perdagangan jasa) sebagai discussant workshop

(23)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 21

khususnya negara berkembang untuk menerapkan konsep MFN tersebut. Selain kendala aspek ekonomi, disampaikan pula kendala aspek legal terkait adanya ketentuan prosedur yang dipersyaratkan oleh peraturan nasional untuk adanya prosedur hukum tertentu yang harus dilakukan dalam rangka mengikat diri dalam suatu perjanjian perdagangan.

Built in Agenda of Chapter 8 on Trade in Services

Dalam pembahasan MFN treatment, ANZ menyampaikan keuntungan yang akan diperoleh dari penerapan forward

MFN/automatic MFN. Terkait hal tersebut, Indonesia

meminta konfirmasi mengenai implementasi dari article 7 yaitu adanya kondisi di mana salah satu party memberikan perlakuan “more favorable” kepada non party, apakah kemudian pihak lainnya dapat meminta konsultasi untuk mendiskusikan kemungkinan perluasan perlakuan tersebut ke dalam agreement, atau harus menunggu sampai disetujuinya klausa forward MFN ke dalam text agrement

sebagaimana diusulkan oleh pihak ANZ dalam paper-nya. Atas hal ini ANZ menanggapi bahwa sekalipun ada mandat untuk mendiskusikan article 7 dengan tujuan mengamandemen, pelaksanaan mekanisme konsultasi tersebut dapat tetap dijalankan sesuai dengan mandat article

7.

ANZ akan mempersiapkan semacam “practical case study” mengenai implementasi automatic MFN pada FTA yang mereka miliki saat ini. Dokumen tersebut akan disampaikan oleh ANZ sebelum pertemuan formal CTS bulan Maret 2013. Dalam agenda review of commitments (build in agenda)

pembahasan fokus pada paper yang disampaikan oleh Australia mengenai sectoral cluster approach dan New Zealand mengenai Education services sector. Pada pembahasan paper Sectoral cluster approach, AMS memberikan 2 (dua) opsi yaitu meminta waktu lebih agar dapat menanggapi paper tersebut secara lebih rinci yang akan disampaikan secara intersession atau menyiapkan

counter paper ASEAN. Concern utama ASEAN adalah terkait konsep supply chain connectivity yang dimaksudkan oleh Australia pada paper tersbeut, dikaitkan dengan prioritas pada 4 sektor jasa untuk di-review kemungkinan peningkatan komitmennya.

Indonesia menyampaikan usulan agar sebelum masuk pada perundingan, ANZ menyiapkan semacam inventory yang berisikan komitmen semua pihak pada 4 (empat) sektor jasa yang diprioritaskan oleh Australia dalam kerangka kerja sama AANZFTA. Terkait hal tersebut, ANZ menyampaikan bahwa

(24)

22 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 saat ini tidak dimungkinkan untuk melakukan inventarisasi, namun akan mempertimbangkan hal tersebut di fase selanjutnya saat pembahasan isu ini.

Dalam agenda pembahasan education services sector yang disampaikan oleh New Zealand, AMS mengusulkan untuk mengaitkan 4 (empat) isu utama menjadi work program CTS yaitu: (i) qualifications recognition; (ii) quality assurance relating to distance education; (iii) streamlined, interoperable requirements for registration for in-market suppliers, (iv) a process/framework for achieving greater convergence on teacher registration requirements, pada project yang ada/akan dilaksanakan di bawah pendanaan ECWP. Pertemuan sepakat untuk memberikan waktu kepada AMS melihat kembali dan memberikan comment terhadap paper tersebut.

Trade In Services Implementation Plan Under The ECWP

Dalam agenda services ECWP implementation plan, pertemuan menyepakati untuk memberikan waktu kepada AMS untuk memberikan comment secara intersession

terutama melihat implementasi dari component plan

tersebut. Hal yang juga banyak dibahas pada pertemuan kali ini terkait dengan update project fase kedua capacity building for NQF dan Capacity building on SITS fase kedua, di mana pada kesempatan tersebut untuk pertama kalinya chair on

TF-ASEAN Qualifcation Regional Framework (TF-AQRF)

memberikan laporan hasil pertemuan pertama TF on AQRF

kepada CTS. Hal ini akan dilakukan secara reguler untuk menjaga kesinambungan pembahasan dan perlunya arahan dari CTS untuk isu-isu yang dibahas di TF on AQRF.

Pertemuan juga membahas dan menyepakati 4 (empat) usulan project baru yaitu capacity building for NQF phase 3, Capacity building on SITS phase 3, Case study on the benefit of services liberalisation, dan education and health services policy review. Endorsement terhadap keempat project proposal tersebut adalah berdasarkan beberapa revisi yang diusulkan oleh AMS dan ANZ, untuk kemudian diinkorporasi pada revised project proposal.

Merujuk pada beberapa reaksi atas proposal Australia dan New Zealand, Indonesia menyampaikan perlunya pembedaan yang jelas antara project dalam kerangka ECWP dengan capacity building dan technical assistance yang tidak harus menjadi posisi untuk meningkatkan komitmen negara. Atas hal ini ANZ menjawab dengan penekanan bahwa project

hanya merupakan tempat untuk stocktaking issue terkait

(25)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 23

pemaksaan bagi negara anggota ASEAN untuk memberlakukannya.

Sub-Committe on Investment (SCoI)

Workshop MFN Treatment

Workshop bertujuan menambah wawasan dan pemahaman

partisipan mengenai prinsip dan aplikasi dari MFN Treatment. Fokus workshop antara lain: Mengetahui bahwa tujuan pasal MFN adalah untuk mengurangi/menghindari perlakuan diskriminatif yang dilakukan para pihak yang melakukan perjanjian; Aplikasi pasal MFN dalam perjanjian jasa dan FTA; Mengetahui beberapa hal yang umumnya dikecualikan dari cakupan MFN; Penggunaan pasal MFN di perjanjian internasional (ekonomi).

Investment Chapter Built-in Agenda

Pihak ANZ menyampaikan kembali posisinya agar AANZFTA Investment Chapter dapat memiliki perlakuan MFN yang bersifat otomatis. ANZ berpendapat bahwa pemberian perlakuan MFN yang bersifat otomatis dapat menjaga tingkat komitmen yang tinggi dalam AANZFTA Investment Chapter. ANZ juga menyatakan bahwa pemberian perlakuan MFN secara otomatis hanya terbatas kepada perlakuan yang diberikan oleh ASEAN atau ANZ secara keseluruhan kepada pihak lain dalam future agreements. Pihak ANZ berpendapat bahwa seluruh jenis investasi dalam bidang jasa yang tidak tercakup dalam mode 3 services seharusnya menjadi cakupan perjanjian bidang investasi (AANZFTA Investment Chapter). ANZ kemudian meminta tanggapan ASEAN mengenai perlakuan terhadap investasi yang tidak dikategorikan sebagai non mode 3 services. ASEAN berpendapat bahwa perjanjian investasi pada dasarnya telah mencakup non mode 3 investment in services karena hal tersebut tergantung dari kebijakan persetujuan penanaman modal asing sebagaimana menjadi bagian dari definisi covered investment dalam

AANZFTA Investment Chapter. Economic Cooperation

Work Program (Investment)

Sekretariat ASEAN menyampaikan laporan Inception Workshop on Investment Trends, Issues and Prospects in AANZFTA yang dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2012 di Bohol, Filipina. Disampaikan juga mengenai Update IPR (Investment Policy Review) for Interested ASEAN Countries. Beberapa negara ASEAN yang melakukan IPR adalah Malaysia, Myanmar, Filipina, Laos, dan Kamboja. Vietnam memaparkan usulan project mengenai Technical Workshop on Investor-State Dispute Settlement and Prevention. Thailand memaparkan usulan project mengenai Investment Roadshow yang menurut rencana akan dilaksanakan bulan Oktober 2013. Roadshow akan melibatkan badan promosi

(26)

24 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 investasi dari seluruh negara anggota ASEAN dan Australia-Selandia Baru.

Sub-Committee Economic Budget

Pertemuan membahas update ECWP Componenent Implementation Plans selama tahun 2012 dan untuk tahun 2013 serta terdapat 13 proposal baru yang dibahas dan untuk mendapatkan persetujuan anggaran dari ECWP. Terdapat 3 (tiga) proposal yang langsung berkaitan dengan Indonesia yaitu: (i) Workshop on Internasional Standards Developement Best Practices-STRACAP akan dilaksanakan Februari 2013 di Australia; (ii) Workshop Building Law Enforcement Capability through Investigation Skils Training

yang disponsori oleh Australia Competion & Consumer Commission (ACCC), (iii) Training Modul ROO.

Pertemuan mencatat e-mail dari Lead Australia FJC saat 17th AEM-CER Consultation bulan Agustus 2012 yang disampaikan kepada semua lead FJC AANZ tentang proposal establishing and AANZ Comittee on Competition Policy untuk memberikan arah yang lebih strategis dalam kerja sama ekonomi dan kebijakan persaingan di seluruh wilayah pada pertemuan FJC bulan Mei 2013.

2. Pertemuan ke-30 Jawatan Kuasa Kerja/Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Perbatasan Malaysia-Indonesia

Pertemuan ke-30 Jawatan Kuasa Kerja/Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Perbatasan Malaysia-Indonesia (JKK/KK SOSEK MALINDO) tingkat pusat tahun 2012 berlangsung pada tanggal 11-14 Desember 2012 di Shah Alam, Selangor, Malaysia.

Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 11-14 Desember 2012, diawali dengan pertemuan informal tanggal 11 Desember 2012 dengan pembahasan mengenai rencana

revisi Border Crossing Agreement (BCA) Malaysia-Indonesia (MALINDO) dan mempersiapkan laporan yang diperlukan dalam pertemuan tingkat Dirjen pada hari berikutnya.

Usulan Entikong sebagai Pintu Ekspor Impor (entry point)

Pihak Malaysia mengusulkan kepada pemerintah Indonesia agar Entikong dapat dijadikan sebagai salah satu pintu ekspor/impor terkait dengan pemberlakuan peraturan Menteri Perdagangan No. 57/M-DAG/PER/12/2010 mengenai impor produk tertentu berdasarkan pelabuhan yang ditetapkan oleh peraturan tersebut. Pemerintah Indonesia menyarankan agar Pemerintah Malaysia untuk melakukan ekpor/impor melalui pintu masuk yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan

(27)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 25

yang berlaku dimaksud. Kedua Pemerintah setuju agar pembahasan ini dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan Tim Teknis tahun 2013.

Kerja Sama

Pembangunan Pos Imigration, Custom, Quarantine, dan Security (ICQS) Lubuk Antu – Nanga Badau

Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa P.T. Smart (Sinar Mas Group) perusahaan perkebunan yang berlokasi di Kabupaten Kapuas Huluakan mengekspor CPO dan mengimpor material/barang modal pembangunan pabrik melalui PLB Lubuk Antu-Nanga Badau. Menanggapi usulan Indonesia, pihak Malaysia mengusulkan agar kegiatan ekspor/impor CPO dilakukan melalui PLB ICQS Internasional Entikong-Tebedu karena Pihak Malaysia telah membangun

inland port di Tebedu, Malaysia. Indonesia menyampaikan bahwa dry port Entikong segera akan dibangun pada tahun 2013, sehingga sistem pengoperasian inland port Tebedu, Malaysia dapat beroperasi setelah Dry Port Entikong selesai dibangun.

Kerja Sama

Pembangunan Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Sungai Nyamuk

(KALTIM) - Tawau

Pihak Malaysia menyampaikan keberatannya kepada Pemerintah Indonesia mengenai tidak tertibnya beberapa kapal yang masuk ke daerah Malaysia (Tawau) tanpa melalui PLBL semestinya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Malaysia. Mengingat hal ini berjalan sudah cukup lama, maka Pemerintah Malaysia akan melarang kapal yang berhenti dari/menuju Sungai Nyamuk-Tawau yang ditetapkan pada akhir tahun 2012. Pemerintah Indonesia meminta pihak Malaysia untuk menunda keputusannya hingga akhir tahun 2013 untuk menghindari adanya gejolak sosial pada masyarakat mengingat kebutuhan masyarakat Sungai Nyamuk sangat tergantung kepada Malaysia. Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Malaysia mengusulkan agar Indonesia c.q. Pemerintah Kalimantan Timur untuk mengirimkan permohonan resmi kepada pemerintah Sabah, Malaysia mengenai penundaaan penutupan jalur Sungai Nyamuk – Tawau sebelum akhir tahun 2012.

Pembahasan Revisi “Border Crossing Agreement”(BCA)

Pertemuan membahas jadwal dimulainya pembahasan revisi BCA Indonesia-Malaysia tahun 2013, mengingat perjanjian ini belum diratifikasi oleh kedua negara dan masa berlaku perjanjian ini telah berakhir ahun 2011 sejak ditandatangani tahun 2006. Kedua Pemerintah sepakat agar pembahasan revisi BCA ini nantinya dibahas pada forum khusus antar Kementerian Dalam Negeri kedua negara di luar forum JKK/KK SOSEK MALINDO. Pembahasan awal rencananya akan dimulai pada bulan Februari tahun 2013 di Indonesia.

PembentukanProvinsi Kalimantan Utara

Terkait dengan rencana pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan

(28)

26 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Timur, Pemerintah Malaysia meminta informasi lebih lanjut mengenai rencana pembentukan provinsi tersebut dan agar dapat disampaikan pada pertemuan yang akan datang. Apabila Provinsi Kalimantan Utara ini nantinya terbentuk, maka akan berdampak terhadap perubahan susunan struktur SOSEK MALINDO di tingkat pusat dan provinsi pada pertemuan selanjutnya.

3. The 6th Joint Working Group (JWG) Meeting of Senior Economic Officials for the

Implementation of the Indonesia-Philippines MOU on Trade, Investments, Handicrafts, and Shipping (JWG-TIHS)

Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 14-15 Desember 2012 di Mandaluyong City, Filipina. Pertemuan terakhir JWG berlangsung pada tahun 2006 di Jakarta. Sesuai kesepakatan, pertemuan JWG seyogyanya diselenggarakan sekali setiap 2 (dua) tahun.

Gambar 1. Pertemuan ke-6 JWG-TIHS Review of Bilateral

Trade and Investment Relations

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Filipina terus berkembang dengan surplus neraca di pihak Indonesia. Hal ini terutama disumbangkan oleh ekspor batubara, minyak bumi, kendaraan dan suku cadang, serta urea dari Indonesia. Sedangkan di bidang investasi, Filipina mencatat 27 perusahaan berinvestasi di Indonesia selama Semester I tahun 2012 dengan nilai investasi sebesar USD 95,32 juta. Sebaliknya jumlah investasi Indonesia yang tercatat di Filipina masih sangat terbatas. Oleh karena itu pihak Filipina sangat mengharapkan kedua Negara dapat mengaktifkan

Investment Task Force sebagai mekanisme dalam

(29)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 27

Kedua pihak juga mencatat bahwa sementara pertumbuhan perdagangan kedua Negara terus terjadi dan masih banyak peluang yang dapat digali, pencatatan statistik perdagangan oleh kedua Negara menunjukkan angka yang sangat berbeda. Indonesia menyarankan agar Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan Badan Statistik Filipina (NSO) dapat mengatasi perbedaan pencatatan data statistik tersebut agar selanjutnya dapat menjadi acuan kedua Negara untuk mengevaluasi dan menetapkan target perdagangan ke depan.

Air and Sea Connectivity Improvement

Pihak Filipina menyampaikan usulan untuk mengkaji ulang Air

Transport Agreement antara kedua Negara yang

ditandatangani pada tahun 1972. Indonesia akan mengkonsultasikan usulan tersebut dengan Kementerian terkait dan menggarisbawahi agar kedua Negara mempertimbangkan keberadaan perjanjian ASEAN di bidang ini serta potensi ekonomi yang dapat digali dalam melakukan

review dimaksud.

Kedua Delegasi juga mengkaji kemajuan yang dicapai melalui kerja sama ASEAN dan BIMP-EAGA, termasuk: (i)

Memorandum of Cooperation yang ditandatangani oleh lima

perusahaan swasta dalam rangka implementasi Davao-General Santos-Bitung Link; dan (ii) studi kelayakan yang dilakukan bersama JICA di bawah payung Master Plan of

ASEAN Connectivity dalam rangka pengembangan ASEAN

RORO Network dan Short Sea Shipping di wilayah perbatasan kedua Negara

Trade Promotion Activities

Kedua Delegasi saling menginformasikan kegiatan promosi perdagangan yang akan dilakukan pada tahun 2013 seperti pameran furniture di bulan Maret 2013, INAFA di bulan Maret 2013, dan Simposium Rumput Laut pada bulan April 2013. Filipina mengundang partisipasi aktif dari para buyers

Indonesia pada setiap kegiatan promosi tersebut. Indonesia juga menginformasikan gagasan untuk mengundang partisipasi negara anggota ASEAN dalam Trade Expo Indonesia (TEI) dengan membangun ASEAN Corner.

Business Collaboration for the Sourcing and Supply of Certain Commodities

Indonesia menyambut baik usulan Filipina terkait kerja sama bisnis antara Philippine International Trading Corporation

(PITC) dan Indonesia Trading Company (ITC) untuk beberapa komoditi. Sebagai langkah awal, Indonesia menyarankan agar kedua BUMN tersebut melakukan pertukaran informasi tentang bidang usaha yang akan dikerjasamakan ke depan.

(30)

28 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Proposed MOU on the

Establishment of Institutional Cooperation between the National Commission on Muslim Filipinos (NCMF) and Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Atas usulan National Commission on Muslim Filipinos (NCMF) yang telah secara proaktif menyampaikan keinginannya untuk membangun kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), pihak Filipina meminta konfirmasi respons MUI atas usulan tersebut. Indonesia mengindikasikan respons positif MUI atas usulan tersebut dan meminta NCMF untuk juga melakukan konsultasi dengan BPOM dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia agar kerja sama yang akan dibangun lebih bersifat holistik.

Study Visit to Nucleus Estate and Small Holders of Palm Oil in Indonesia

Filipina menegaskan keinginannya untuk melakukan study visit ini sesuai usulan pada pertemuan JWG ke-5 tahun 2006. Indonesia menyarankan agar pihak Filipina menyampaikan kembali usulannya untuk selanjutnya disampaikan ke pihak terkait di dalam negeri untuk ditindaklanjuti.

Strengthening the Smallholder Coconut-Based Industries in the Philippines and

Indonesia

Proposal kerja sama ini merupakan inisiatif Filipina dan Indonesia untuk mengembangkan industri UKM berbasis kelapa khususnya di wilayah Sulawesi Utara. Kedua Negara telah menyampaikan proposalnya ke pihak Japan-ASEAN Integrated Fund (JAIF) dan sepakat untuk meningkatkan koordinasi guna mempercepat proses persetujuan JAIF untuk mendanai proyek tersebut.

Cooperation on Fisheries in Border Areas between Indonesia and the Philippines

Kedua Delegasi bertukar pandangan mengenai perlunya kerja sama perikanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan kedua Negara. Untuk itu, Indonesia akan menyampaikan draf usulannya untuk mendapatkan pertimbangan dari pihak Filipina.

Establishment of Food and Beverage Canning Factories in the

Province of North Sulawesi

Pada tahun 2006 Filipina menyampaikan minat sejumlah perusahaan untuk melakukan investasi di bidang industri pengalengan makanan dan minuman di Sulawesi Utara. Namun mengingat telah terjadi perubahan kepemilikan dan struktur manajemen dari perusahaan-perusahaan tersebut, Indonesia mengusulkan agar Pemerintah Filipina berkoordinasi kembali dengan perusahaan-perusahaan dimaksud maupun perusahaan lainnya di Filipina dan menyampaikan usulan baru.

Collaboration in Construction and Furniture

Filipina akan mengirimkan kembali proposal konkretnya atas kerja sama di bidang jasa konstruksi untuk mendapat pertimbangan dari kementerian terkait di Indonesia. Demikian halnya dengan kerja sama di bidang furniture,

kedua Negara sepakat untuk meminta masing-masing asosiasinya (dalam hal ini ASMINDO-Indonesia dan Chamber

of Furniture Industries of the Philippines) untuk

(31)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 29

mengingat tidak ada perkembangan lebih lanjut sejak pertemuan JWG terdahulu.

Review of Border Trade Agreement (BTA) 1974

Delegasi Indonesia mengemukakan sejumlah pertimbangan sehingga dipandang perlu untuk melakukan kaji-ulang terhadap BTA 1974. Kedua Delegasi sepakat bahwa penyelesaian amandemen terhadap BTA 1974 merupakan bagian dari agenda kerja JWG yang akan datang. Dalam hal ini Indonesia akan menyiapkan draf amandemen BTA tersebut sesegera mungkin untuk mendapatkan tanggapan dari Filipina.

Trade Remedies Kedua Negara menginformasikan perkembangan kebijakan

trade remedies (safeguard dan anti-dumping) yang diberlakukan atas produk masing-masing. Filipina melaporkan perkembangan pengenaan safeguards atas tiga produk yakni: (i) clear float glass; (ii) tinted float glass; dan (iii) figured glass yang akan berakhir pada tanggal 16 Oktober 2013. Sementara itu Indonesia juga melaporkan perpanjangan bea masuk anti-dumping yang dikenakan atas pisang Cavendish Filipina sampai dengan tanggal 17 November 2016. Kedua Negara sepakat untuk memastikan bahwa penerapan kebijakan trade remedies ini sesuai dengan perjanjian WTO. Exports of Philippines Pharmaceutical Products to Indonesia (Minister of Health Regulation No. 1010/Menkes/Per/XI/2 008 on Drug Registration

Indonesia mencatat permintaan Filipina agar peraturan Indonesia terkait produk farmasi dapat dibuat lebih transparan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi investasi asing. Sehubungan dengan itu, Delegasi Indonesia akan menyampaikan hal ini ke pihak terkait, dan menginformasikan upaya yang sedang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan transparansi dari kebijakan tersebut.

Food Safety Control over Import and Export of Fresh Food of Plant Origin (FFPO) (MOA 88/2011) and MOA and MOT Regulation No. 60 on Import Restriction on Food and

Horticulture Products

Filipina menyampaikan perhatian khusus atas kebijakan ini karena berdampak negatif terhadap ekspor Filipina. Delegasi Indonesia menyatakan upaya peningkatan transparansi telah dan akan terus dilakukan. Delegasi Indonesia juga menginformasikan bahwa masalah ini juga akan diangkat oleh sejumlah Negara pada saat WTO-Trade Policy Review

bulan April 2013. Terkait dengan usulan Filipina untuk dapat diverifikasi sebagai pest-free country untuk shallot, pineapple, dan banana, Indonesia menginformasikan bahwa sertifikat pest-free untuk shallot sudah dapat diberikan sedangkan untuk pineapple dan banana masih dalam proses

risk analysis. Filipina juga meminta kelonggaran waktu dari Pemerintah Indonesia untuk dapat memenuhi persyaratan

(32)

30 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 menyatakan akan menyampaikan hal ini kepada Kementerian Pertanian.

Isu lainnya Pertemuan juga membahas secara intens dan menyepakati langkah tindaklanjut atas beberapa isu berikut: (i) keinginan Filipina untuk mengekspor daging sapi ke Indonesia; (ii)

concern Filipina atas kebijakan ketenagakerjaan dan masalah demonstrasi buruh di Indonesia; (iii) kebijakan Kementerian ESDM Indonesia atas ekspor batubara; (iv) isu terkait rencana beberapa Negara eksportir beras ASEAN (Thailand, Kamboja, Myanmar dan Vietnam) untuk membentuk Federasi Beras ASEAN; (v) permintaan tanggapan Indonesia atas draft joint plan of action; dan (vi) lamanya proses registrasi pada FDA Filipina atas produk baru Indonesia yang akan memasuki pasar Filipina.

Pertemuan sepakat untuk menyiapkan matriks tindak lanjut JWG ke-6 secara intersessional dan menjadikannya sebagai acuan tindak lanjut oleh masing-masing Negara dan perkembangan implementasinya akan dilaporkan pada pertemuan JWG ke-7 di Indonesia pada tahun 2014.

4. Pertemuan ASEAN - India Senior Economic Officials Prep Meeting

Pertemuan ASEAN-India Senior Economic Officials Preparatory Meeting (Prep SEOM ASEAN-India) dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2012 di kantor Ministry of Commerce, Industry and Textiles of India yang dipimpin bersama oleh Director-General, Ministry of Commerce of Cambodia selaku Ketua SEOM ASEAN, dan Joint Secretary, Department of Commerce of India. Pertemuan dihadiri seluruh delegasi Negara anggota ASEAN kecuali Filipina. Dalam pertemuan ini, SEOM ASEAN dan India mencatat serta mendapatkan penjelasan mengenai hasil perundingan 32nd ASEAN India Trade Negotiating Committee (AITNC) termasuk

15th AITNC Working Group on Services dan 18th AITNC Working Group on Investment yang berlangsung pada tanggal 12-14 Desember 2012 di Kementerian Perdagangan RI di Jakarta. Pertemuan tingkat TNC tersebut sebagai upaya untuk menuntaskan perundingan perdagangan jasa dan investasi AIFTA yang telah diamanatkan oleh para Kepala Negara pada saat pertemuan KTT ASEAN India di Phnom Penh bulan November 2012 lalu.

Persetujuan Perdagangan Jasa

Dalam hal perundingan Persetujuan Perdagangan Jasa AIFTA, SEOM telah membahas dan sepakat bahwa: (i) draft teks Persetujuan Perdagangan Jasa AIFTA telah disetujui dan

(33)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 31

tuntas seluruhnya; (ii) Masalah catatan kaki (footnote) Philipinnes terkait definisi Contractual Services Supplier pada

Annex on MNP dan tambahan catatan kaki dari India atas hal tersebut akan difinalisasi pada saat legal scrubbing; (iii) tambahan paragraf pada pasal Security Exceptions oleh India akan dibahas pula saat legal scrubbing & India siap menarik apabila ASEAN tidak dapat menerima usulan tersebut.

Persetujuan Investasi Dalam hal perundingan Persetujuan Investasi AIFTA, SEOM telah membahas dan sepakat bahwa: (i) draft teks Persetujuan Investasi AIFTA telah disetujui dan tuntas seluruhnya; (ii) usulan catatan kaki India kepada Thailand terkait pemberlakuan proteksi investasi yang terdapat di dalam Persetujuan Promosi dan Proteksi Investasi Bilateral antara keduanya, disepakati akan diselesaikan pada saat

legal scrubbing; (iii) masalah keberagaman persetujuan investasi (multiplicity agreements) yang diangkat oleh India saat pertemuan AITNC di Jakarta akan ditindaklanjuti saat

legal scrubbing.

Pertemuan juga membahas berbagai agenda yang akan dibahas pada pertemuan tingkat Menteri ASEAN dan India termasuk membahas dan memberikan koreksi atas draft Vision Statement of the ASEAN-India Commemorative Summit yang akan diadopsi oleh para Pemimpin ASEAN dan India saat pelaksanaan Commemorative Summit tanggal 20 Desember 2012.

5. ASEAN Economic Minister – India Consultation

Pertemuan ASEAN Economic Minister (AEM) – India Consultation dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012 di New Delhi dan dipimpin bersama oleh Senior Minister and Minister of Commerce of Cambodia selaku Ketua AEM dan

Minister of Commerce and Industry of India. Pertemuan dihadiri seluruh Negara anggota ASEAN.

Kerja Sama FTA Pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dan India telah menyepakati bahwa: (i) seluruh proses perundingan Persetujuan Perdagangan Jasa dan Persetujuan Investasi di bawah kerangka kerja sama ASEAN India FTA secara resmi dinyatakan selesai dan mencantumkannya ke dalam draft ASEAN India Vision Statement; (ii) seluruh Pihak AIFTA berupaya maksimal agar proses legal scrubbing termasuk didalamnya untuk menuntaskan beberapa catatan kaki dua persetujuan dapat dituntaskan pada bulan Februari 2013; dan (iii) seluruh Pihak berupaya untuk dapat menandatangani keduanya pada bulan Agustus 2013.

(34)

32 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 Di samping isu kerja sama FTA, para Menteri Ekonomi ASEAN dan India sepakat untuk meningkatkan hubungan kemitraan strategis kedua belah pihak dengan cara memperluas serta memperdalam kerja sama melalui beberapa prakarsa berikut: (i) melibatkan media secara aktif dalam setiap kegiatan ASEAN India; (ii) meningkatkan pembangunan UKM; (iii) membentuk ASEAN-India Trade Center di New Delhi; (iv) memperkuat ASEAN-India Business Council (AIBC); serta (v) meningkatkan kerja sama dengan para pelaku usaha, pebisnis muda serta UKM.

Terkait dilaksanakan pertemuan AIBC dalam rangkaian

ASEAN India Commemorative Summit 2012, para Menteri memandang perlunya pertemuan AIBC dilaksanakan minimal sekali dalam setahun baik bersamaan atau bahkan sebelum pertemuan AEM India berlangsung. Dari pertemuan AIBC tersebut diharapkan adanya masukan atau rekomendasi yang selanjutnya dapat dibahas oleh Sekjen ASEAN, Pejabat Ekonomi Senior, dan pada tingkat Menteri.

Gambar 2. ASEAN Economic Ministers-India Meeting

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya 1. Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council

Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council (ITRC) dilaksanakan di Phuket, Thailand, pada tanggal 12 Desember 2012. Pertemuan dihadiri Menteri Perdagangan R.I., Wakil Menteri Pertanian R.I., Deputy Minister of Agriculture and Cooperatives Thailand, dan Minister of Plantation Industries and Commodities Malaysia. Pertemuan Dewan Menteri didahului pertemuan tingkat pejabat senior

(35)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Desember 2012 33

ITRC dengan Board of Directors International Rubber Consortium Limited (IRCo) pada tanggal 10-11 Desember 2012.

Gambar 3. Pertemuan Tingkat Menteri ITRC Peran ITRC/IRCo 10

tahun Mendatang

Menindaklanjuti hasil Pertemuan Dewan Menteri di Bali pada tanggal 12 Desember 2012, IRCo menyusun paper mengenai

Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years (2012-2021) dan mengusulkan beberapa rekomendasi. Dalam tanggapannya, Dewan Menteri sepakat agar tujuan ITRC dan IRCo tetap sebagaimana tercantum dalam Joint Declaration

2001 dan MoU 2002, yaitu:

1) Tujuan ITRC: menjaga harga pada level yang remuneratif bagi produsen dan mengatasi ketidakseimbangan supply-demand karet alam yang menyebabkan harga menurun, melalui dua mekanisme: Supply Management Scheme

(SMS) dan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).

2) Tujuan IRCo: menjalankan Strategic Market Operation

(SMO), yang meliputi pembelian dan penjualan karet alam, sebagai pendukung SMS dan AETS.

Atas usulan Indonesia, Dewan Menteri meminta peningkatan kapasitas ITRC/IRCo dalam menanggapi secara pre-emptive

setiap ancaman terhadap stabilitas dan peningkatan harga karet alam, serta meminta IRCo untuk memiliki tujuan-tujuan komersial yang terfokus guna memberikan keuntungan optimal kepada Pemerintah ketiga negara selaku pemegang saham IRCo.

Additional Capital Call-up IRCo

Memperkuat kesepakatan pada Pertemuan Bali (2011), ketiga negara akan menggenapi registered capital IRCo sebesar US$ 12 juta dengan menambah modal IRCo sebesar US$ 7,5 juta. Dalam hal ini tambahan modal yang menjadi

Gambar

Gambar 1. Pertemuan ke-6 JWG-TIHS
Gambar 2. ASEAN Economic Ministers-India Meeting
Gambar 3. Pertemuan Tingkat Menteri ITRC
Gambar 4. APEC Symposium and Informal Senior Officials Meeting
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan ini akan lenyap dengan sendirinya kalau kaum intelektual kita dapat didikan di dalam perguruan sehingga diperoleh orang-orang Indonesia yang cinta pada nusa dan

Skripsi yang berjudul “Pemilihan Bahan Amelioran untuk Mengatasi Keracunan Aluminium pada Tanaman Padi di Tanah Sulfat Masam” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

Kualitas dari sistem informasi tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat pada waktunya dan relevan (Siagian, 2006:37). a) Akurat, maksudnya adalah

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang

Wakil ketua DPRD Sumut Ruben Tarigan mengatakan, meski sudah disahkan sejak 18 Desember 2015, tapi APBD Sumut TA 2016 belum bisa digunakan karena belum ada pergub

Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, konsumsi pangan, kebiasaan sarapan, status gizi, kebiasaan olahraga, dan

(perjudian). Alasannya karena tertanggung mengharap-harap sejumlah harta tertentu bila benar-benar mengalami musibah, seperti kematian terlalu cepat atau pemegang

Dalam bentuk uang pangsa ekspor cokelat dan produk cokelat dalam volume produksi cokelat di Rusia dalam beberapa tahun ke depan akan naik dan pada tahun 2015 akan