• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 DAFTAR GAMBAR... 9"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DITERBITKAN OLEH :

DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 95 / X / 2012

(3)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....………...………... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...………...………... 5 DAFTAR GAMBAR... 9 BAB I KINERJA…………....……... 11

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral... 11

1. World Trade OrganizationPublic Forum 2012... 11

2. Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa... 11

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….……….………….. 12

1. Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings... 12

2. Pertemuan ke-8 ASEAN - JapanComprehensive Economic Partnership Joint Committee... 19

3. Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials... 26

4. Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF)... 29

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya... 32

1. The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security.…... 32

2. Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20... 35

3. Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation... 38

4. Sidang Association of Natural Rubber Producing Countries... 47

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral... 49

1. Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke-10... 49

2. Kunjungan Kerja ke Selandia Baru... 51

3. Public Hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR)... 52

4. Scoping Exercise Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement... 55

5. Joint Trade Committee ke-2 Indonesia-Afrika Selatan... 56

6. Pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group ke-3... 58 7. Pertemuan Bilateral Pembahasan Transposisi Tariff Commitments

(4)

2 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa... 62

1. The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services..... 62

2. Sidang Working Party on General Agreement on Trade in Services Rules (WPGR) – WTO... 63

3. Sidang Committe on Trade in Financial Services (CTFS) – WTO... 66

4. Sidang Committe on Specific Commitments (CSC) – WTO... 69

5. Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR) – WTO... 71

6. Sidang Council for Trade in Services (CTS) – WTO... 74

F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional... 77

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan... 77

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT...………... 79

A. Kendala dan Permasalahan….………... 79

B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……….. 80

(5)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 3

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Oktober 2012 DIREKTORAT JENDERAL KPI

(6)
(7)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Oktober 2012, antara lain:

World Trade Organization Public Forum 2012

Forum kali ini membahas tentang kondisi sistem perdagangan multilateral yang

sedang krisis dengan mempertimbangkan kebuntuan proses perundingan Doha

Development Agenda (DDA) dan elemen program kerja World Trade Organization

(WTO) yang terus bekerja dengan baik.

Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa

Pertemuan bertujuan untuk menjelaskan dan mengharmonisasikan maksud dan tujuan dikeluarkannya kebijakan importasi produk pertanian Indonesia, khusus untuk produk hortikultura.

Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings

Pertemuan diselenggarakan back-to-back dengan: Pertemuan ke-28 Working Group on

Rules of Origin (28th WGROO), Pertemuan ad-hoc Expert Group on ACFTA Custom Procedures and Trade Facilitation (Ad-hoc CPTF), dan Pertemuan ke-11 Working Group on Economic Cooperation (11th WGEC).

Pertemuan ke-8 ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership Joint Committee

Rangkaian Pertemuan ke-8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

didahului dengan Pertemuan ASEAN Caucus untuk Joint Committee (JC),

Sub-Committee on Rules of Origin (SC-ROO), Sub-Committee on Services (SC-S), Sub-Committee on Investment (SC-I), dan Sub-Committee on Economic Cooperation (SC-EC).

Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Highlights of the First AEM Plus ASEAN FTA Partners Consultations; (ii) Highlights of the RCEP Working Groups on Trade in Services and Investment; (iii) Preparations for the Launch of the RCEP Negotiations;

(iv) Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations; dan (v) Roadmap to the RCEP Negotiations.

Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF)

Pertemuan ke-12 Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) membahas perkembangan dan

(8)

6 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

mengkaji ulang proyek-proyek di bawah Working Group Trade and Investment IOR-RAC. Sedangkan pertemuan Indian Ocean Rim Business Forum ke-18 membahas program dan proyek yang sedang dan telah berjalan antara lain di bidang pariwisata, promosi dan fasilitasi perdagangan, dan kerja sama kebudayaan, serta Usaha Kecil Menengah dan Business Travel Card.

The 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security

Pertemuan diawali dengan pembahasan oleh 5 (lima) working group (WG) yang dilaksanakan secara paralel pada tanggal 3 Oktober 2012, dilanjutkan Senior Official Meeting pada tanggal 4 Oktober 2012, dan diakhiri dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada tanggal 5 Oktober 2012.

Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-20

Formula permanen untuk menghitung alokasi pengurangan volume ekspor bagi masing negara melalui implementasi AETS belum disepakati karena masing-masing Negara memiliki usulan formula penghitungan yang berbeda. Berkenaan dengan hal tersebut, formula penghitungan AETS akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan tingkat Menteri ITRC mendatang.

Pertemuan 28th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation

Pertemuan diawali dengan Senior Official Meeting (SOM) dan dilanjutkan dengan

Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) Ministerial Meeting

yang dipimpin oleh Turki selaku ketua COMCEC.

Sidang Association of Natural Rubber Producing Countries

Rangkaian Sidang ANRPC yaitu Sidang Information and Statistics Committee ke-6,

Industry Matters Committee ke-6, Executive Committee ke-41 dan Assembly ke-35 dihadiri oleh 8 negara anggota ANRPC yaitu: Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.

Pertemuan Trade Ministers' Meeting Indonesia -Australia ke-10

Trade Ministers' Meeting (TMM) Indonesia-Australia merupakan forum pertemuan bilateral tahunan yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan kedua Negara untuk saling membahas isu-isu perdagangan dan investasi guna meningkatan hubungan perdagangan kedua Negara, termasuk membahas upaya-upaya kedua Negara dalam rangka mengatasi hambatan perdagangan yang diindikasikan dapat menurunkan performa perdagangan bilateral Indonesia-Australia.

Kunjungan Kerja ke Selandia Baru

Delri menyampaikan keberatan atas rencana Pemerintah Selandia Baru untuk menerapkan kebijakan Plain Packaging for Tobacco Products serta kebijakan label

(9)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 7

produk tembakau serta produk hasil kayu Indonesia. Selain itu, disampaikan juga keinginan Indonesia untuk dapat memasarkan produk buah-buahan tropis di Selandia Baru

Public Hearing Country Practice Review (CPR) on Intellectual Property Right (IPR)

Tujuan diikutinya public hearing oleh Pemerintah R.I. adalah menyampaikan komitmen Indonesia terhadap peningkatan perlindungan, penegakan dan penghormatan HKI di Indonesia kepada Pemerintah AS bahwa upaya-upaya yang dilakukan adalah penting bagi pembangunan ekonomi Rl.

Scoping Exercise Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership

Agreement

Pembahasan kali ini sifatnya pre negotiation dan pada prinsipnya, pembahasan tidak berharap dapat dilakukan suatu keputusan atau persetujuan, tetapi memberikan klarifikasi scoping paper yang telah diusulkan pihak Indonesia dan membahas usulan

counter draft dari EU.

Joint Trade Committee ke-2 Indonesia-Afrika Selatan

Pada pertemuan Joint Trade Committee, kedua pihak sepakat untuk melakukan studi

bersama untuk mengeksplorasi potensi yang ada antara kedua negara.  Pertemuan Indonesia-Australia Business Partnership Group ke-3

Tujuan pertemuan ialah untuk memfinalisasi sekaligus mengesahkan "Position Paper on Considerations Towards the IA-CEPA" yang merupakan hasil scoping study yang telah dilakukan oleh para anggota IA-BPG terhadap keberadaan Indonesia -Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dari perspektif bisnis. Pengesahan dimaksud dianggap sebagai momentum penting dalam menuju perundingan IA-CEPA demi meningkatkan kinerja perdagangan dan investasi antar dua kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Pertemuan Bilateral Pembahasan Transposisi Tariff Commitments Dalam Kerangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement

Pertemuan bilateral ini sangat penting karena hasil kesepakatan transposisi tersebut akan digunakan untuk menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru yang berlaku pada tanggal 1 Januari 2013 untuk mengganti PMK lama (No. 95/PMK.011/2008) yang masa berlakunya akan berakhir pada akhir tahun 2012.

The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Decisions of the First AEM-AFP Consultations; (ii) Terms ofReference (TOR) of RCEP-WGTIS; dan (iii) Guiding Principles and Objectives for Negotiations.

(10)

8 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

Sidang Working Party on General Agreement on Trade in Services Rules (WPGR) - WTO

Agenda utama Sidang adalah membahas isu-isu: Negotiations on Emergency

Safeguard Measures (ESM) Under Article X of The GATS, Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of The GATS, Negotiations on Subsidies Under Article XV

of the GATS, dan Other Businesses, yakni isu penjadwalan ulang pertemuan kluster yang memiliki Agenda kurang padat pada Services Week Desember 2012.

Sidang Committe on Trade in Financial Services (CTFS) - WTO

Pertemuan membahas beberapa hal antara lain: (i) Acceptance of the Fifth Protocol to the General Agreement on Trade in Services Embodying the Results of the Financial Services Negotiations; (ii) Recent Development in Financial Services Trade; (iii)

Technical Issue; (iv) Trade in Financial Services and Development; dan (v) Argentina Measures that discriminate against products and services from certain WTO Members.

Sidang Committe on Specific Commitments (CSC) - WTO

Pembahasan Sidang meliputi agenda sebagai berikut: (i) Classification Issues; (ii) Postal and courier services: overview of classification issues, informal note by the secretariat (JOB/SERV/110); (iii) Scheduling Issues; dan (iv) Review of procedures under Article XXI.

Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR) - WTO

Agenda utama Sidang adalah membahas perkembangan diskusi regulatory disciplines

di bawah Artikel Vl:4 GATS yakni: (i) Technical Issues yang diajukan Anggota; (ii)

Regulatory Issue berdasar Note by Secretariat (S/WPDR/W/48), dan (iii) Note by Secretariat mengenai Technical Standards di bidang jasa (S/WPDR/W/49).

Sidang Council for Trade in Services (CTS) - WTO

Agenda Sidang mencakup isu-isu:(i) Notifikasi berdasar Artikel lll:3; lll:5; dan V:7 GATS; (ii) Pembukaan kembali the Fifth Protocol GATS untuk menerima Jamaika; (iii) Diskusi mengenai international mobile roaming; (iv) Diskusi mengenai e-commerce; dan (v)

other business.

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan

Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional mengambil empat topik, yaitu: (i) Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Potensi Perdagangan ASEAN dan Peluang Indonesia; (ii) Perkembangan Perundingan Kerja Sama APEC; (iii)

Pemanfaatan Peluang Ekspor melalui Comprehensive Economic Partnership

Agreement; dan (iv) Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional Terhadap Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan.

(11)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Opening Ceremony the 3rd D8 Agricultural Ministerial Meeting on Food

Security...... 32

Gambar 2 COMCEC Ministerial Meeting... 39

Gambar 3 Kunjungan Kerja Mendag ke Australia... 49

Gambar 4 Pertemuan Bilateral Indonesia-Afrika Selatan... 57

Gambar 5 The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Services... 62

Gambar 6 Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Palembang... 78

(12)
(13)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 11

BAB I

KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral

1. World Trade Organization Public Forum 2012

Forum kali ini membahas tentang kondisi sistem perdagangan multilateral yang sedang krisis dengan

mempertimbangkan kebuntuan proses perundingan Doha

Development Agenda (DDA) dan elemen program kerja

World Trade Organization (WTO) yang terus bekerja dengan baik. Secara khusus pembahasan pada: (i) trade monitoring;

(ii) pengelolaan WTO Rules; dan (iii) trade capacity building

untuk negara maju.

Manfaat WTO Public Forum

Manfaat yang diperoleh dari terselenggaranya Public Forum

2012, adalah:

1)Perumusan/pendekatan baru untuk membuka sistem

perdagangan multilateral

Dilakukan diskusi aktif untuk isu jasa dan pembahasan isu Fasilitasi Perdagangan (TF) sebagai isu yang dianggap maju dalam proses negosiasi DDA dan bisa difinalisasi.

2)Addressing 21st century issues

Membahas peranan WTO rules yang selama ini digunakan

ternyata sudah tidak sesuai (update) lagi dengan permasalahan dan tantangan di abad ke 21, diantaranya isu: food security, global supply chains, perdagangan dan lingkungan, dan hubungan trade and Jobs.

3)Peranan aktor non-state dalam penyelesaian sistem

perdagangan multilateral

Pembahasan fokus pada bagaimana civil society dapat memonitor perkembangan implementasi dari perjanjian dagang yang menjamin akuntabilatas dan transparansi yang sejalan dengan WTO Rules.

2. Pertemuan Retreat dengan Perutusan Tetap Republik Indonesia Jenewa

Pertemuan bertujuan untuk menjelaskan dan

mengharmonisasikan maksud dan tujuan dikeluarkannya kebijakan importasi produk pertanian Indonesia, khusus untuk produk hortikultura. Hal ini menjadi penting dikarenakan kebijakan tersebut sering menjadi sorotan anggota WTO karena diindikasikan melanggar prinsip-prinsip dalam perjanjian WTO.

(14)

12 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 Kesimpulan dan Tindak

Lanjut

Kesimpulan retreat yang telah dicapai dan dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah pusat, adalah sebagai berikut:

1) Keanggotaan Indonesia dalam WTO dapat dimanfaatkan

dengan pembuatan kebijakan yang melindungi petani dari dan meningkatkan akses pasar. Tentunya dengan mengetahui secara benar hak dan kewajiban sebagai

anggota yang tertuang dalam WTO agreement.

2) Dalam rangka melindungi petani dan peningkatan akses pasar dalam negeri dapat dimanfaatkan dengan menggunakan: (i) instrumen trade remedies; (ii) semua instrumen trade defence yang sejalan dengan WTO; dan (iii) penggunaan Schedule of commitment-pemanfaataan

margin bound tariff.

3) Sebagai langkah offensive dalam rangka peningkatan

ekspor pertanian, Indonesia perlu melakukan update

permasalahan ekspor yang dihadapi Indonesia di pasar negara tujuan ekspor.

4) Penyiapan argumen dan jawaban yang harmonis atas

kebijakan pertanian di setiap komite WTO dan disiplin

dalam menyampaikan kewajiban notifikasi

kebijakan/peraturan di WTO, serta pemantapan persiapan proses Trade Policy Review Mechanism (TPR) Indonesia pada bulan April 2013.

5) Penguatan kinerja Komite Anti Dumping (KADI) dan

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. Pertemuan 2nd ASEAN-China Free Trade Agreement Joint Committee (2nd ACFTA-JC) and Related Meetings

Rangkaian Pertemuan 2nd ASEAN-China FTA Joint Committee

(2nd ACFTA-JC) diselenggarakan di Singapura, pada tanggal 22-24 Oktober 2012.

Highlights From the 10th

AEM-MOFCOM Consultations

ASEAN dan China mencatat hasil Pertemuan ke-10

AEM-MOFCOM Consultations yang membahas: (i) peningkatan kinerja perdagangan antara ASEAN dengan China; (ii) implementasi komitmen penurunan tarif ACFTA per 1 Januari 2012; (iii) penandatanganan Third Protocol to Amend the ASEAN-China Framework Agreement dan Protocol to Incorporate Technical Barrier to Trade and Sanitary and Phytosanitary into the Agreement on Trade in Goods saat

Pertemuan ke-15 ASEAN-China Summit; dan (iv) status

(15)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 13

Specific Commitments under the Agreement on Trade in Services between ASEAN and China.

Dalam sambutannya, China menyampaikan 4 (empat) hal yang perlu dibahas pada pertemuan ini yaitu: (i) rencana

pembentukan monitoring mechanism terhadap implementasi

komitmen ACFTA; (ii) peningkatan manfaat kerja sama ACFTA; (iii) peningkatan kerja sama di berbagai sektor industri; dan (iv) perluasan kerja sama ACFTA (open regionalism).

Implementasi ASEAN-China FTA Persetujuan Perdagangan Barang

Trade Data for The Review of The Sensitive Track

Pertemuan mencatat hanya Kamboja, Laos, Myanmar, dan Singapura yang belum menyampaikan data pendukung untuk keperluan review of the sensitive track. Selain itu, pertemuan turut mencatat bahwa Indonesia (Juli 2012) dan Filipina (April

2012) telah menerbitkan legal enactment (LE) untuk

penurunan tarif atas produk sensitive track. Sehubungan dengan penerbitan LE kedua negara tersebut tidak sesuai komitmen per 1 Januari 2012, China mengusulkan

pembentukan monitoring mechanism untuk mengawasi

implementasi komitmen ACFTA.

Adapun prosedur monitoring mechanism yang disepakati

pada pertemuan ini adalah sebagai berikut: (i) Sekretariat ASEAN akan mengumpulkan informasi mengenai seluruh komitmen yang telah disepakati pada ACFTA dan

mengumpulkan aturan-aturan domestic procedures

masing-masing Negara untuk dapat mengimplementasikan

komitmen dimaksud; (ii) Sekretariat ASEAN sesuai kapasitasnya akan mengingatkan seluruh pihak terkait agar

dapat menjalankan komitmen sesuai dengan domestic

procedures yang berlaku di masing-masing Negara; (iii) Pihak terkait tersebut diharapkan dapat menginformasikan kesiapannya paling lambat 2 (dua) bulan sebelum komitmen tersebut diimplementasikan. Apabila pihak tersebut tidak dapat menjalankan komitmennya sesuai kesepakatan, maka harus memberikan pernyataan resmi secara tertulis dengan menjelaskan alasan keterlambatan proses penerbitan peraturan domestik dimaksud dan apabila alasan tersebut tidak dapat diterima maka remedial actions dapat dilakukan oleh pihak lain sesuai ketentuan yang diatur pada perjanjian ACFTA.

General Exception (GE) Lists

Pertemuan mencatat penyampaian justifikasi GE List oleh

Myanmar yang melengkapi seluruh justifikasi yang

(16)

14 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

mempertahankan komitmen tarif pada produk yang terdapat di GE List ACFTA. Pertemuan sepakat seluruh tarif yang tercantum pada GE List harus dapat dijustifikasi dan review

atas GE List tersebut akan dilakukan setiap tahun.

Protocol to Implement Second Package AC-TIS

Pertemuan mencatat bahwa ratifikasi Protocol to Implement

Second Package AC-TIS untuk Indonesia masih dalam proses dan ditargetkan selesai pada bulan Desember 2012.

Pertemuan sepakat bahwa sesuai dengan Article 27

Persetujuan TIS, masing-masing pihak dapat melakukan konsultasi domestik terkait kemungkinan pembahasan third package of specific commitments pada pertemuan selanjutnya.

Non-tariff barriers Pertemuan mencatat permasalahan non-tariff measures yang

kerap menghambat laju perdagangan dan investasi. Oleh karena itu, kedua pihak sepakat agar masing-masing negara anggota ASEAN dan China dapat menotifikasikan rencana

penerapan kebijakan non-tariff measures sebelum

mengimplementasikannya. Pembahasan lebih lanjut terkait

non-tariff barriers yang diatur pada ketentuan ACFTA Article

8 (quantitative restrictions and non-tariff barriers) akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Transposisi Penurunan Tarif dari HS 2007 ke HS 2012

Indonesia telah menyelesaikan transposisi penurunan tarif ACFTA dari HS 2007 ke HS 2012 dengan diterbitkannya PMK No. 117/PMK.011/2012.

Rencana

penandatanganan Third Protocol to Amend the Framework of ACFTA dan Protocol to Incorporate SPS and TBT into TIG ACFTA

ASEAN dan China sepakat bahwa kedua protokol mengenai: (i) Third Protocol to Amend the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and China; dan (ii) Protocol to Incorporate TBT and SPS Measures into the Agreement on TIG ACFTA akan ditandatangani oleh Para Menteri di sela-sela pertemuan ke-15 ASEAN-China Summit tanggal 18 November 2012, di Phnomp Penh, Kamboja.

Working Group Rules of Origin

Implementasi Transposisi Product Specific Rules (PSR) HS 2007

ASEAN dan China mencatat bahwa Indonesia telah

mengimplementasikan PSRs berdasarkan HS 2007 dan hal ini telah dinotifikasikan kepada seluruh Negara Anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN pada tanggal 4 Juli 2012, sehingga seluruh pihak telah dapat memanfaatkan PSRs ACFTA berdasarkan HS 2007 tersebut.

Review of the ACFTA Rules of Origin

Berdasarkan konsultasi domestiknya, China tidak dapat menerima proposal ASEAN untuk merubah Rules of Origin

(ROO) ACFTA, dari “RVC 40%” menjadi “RVC 40% or CTH dan

(17)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 15

yang berlaku dirasakan memenuhi kebutuhan implementasi dari kerja sama ACFTA. Menanggapi hal tersebut, ASEAN

mengusulkan pembahasan PSRs secara line-by-line atau

chapter-by-chapter hal ini sesuai dengan mandat dan

keputusan tingkat Menteri pada Pertemuan 11th

AEM-MOFCOM Consultations di bulan Agustus 2012 yang mengharapkan peningkatan utilisasi ACFTA oleh pelaku usaha dengan memperbaiki ROO. Terkait hal tersebut, China akan melakukan konsultasi internal lebih lanjut dan menyampaikan posisinya atas proposal ASEAN tersebut pada pertemuan ACFTA-JC selanjutnya.

Transposition of the Product Specific Rules (PSRs) from HS 2007 to HS 2012

Pertemuan mencatat Indonesia, Brunei, Malaysia, Laos, dan Vietnam telah dapat menyetujui hasil transposisi PSRs ACFTA dari HS 2007 ke HS 2012 dengan beberapa tanggapan yang disampaikan oleh Singapura dan Thailand. Sedangkan Filipina, Kamboja dan Myanmar menyampaikan bahwa pihaknya masih memerlukan waktu untuk konsultasi internal dalam melakukan verifikasi hasil transposisi dan sepakat

untuk menyampaikan tanggapannya paling lambat tanggal 21 November 2012 ke Sekretariat ASEAN, untuk kemudian

disampaikan ke China pada tanggal 30 November 2012. Pada pertemuan selanjutnya diharapkan hasil transposisi tersebut sudah dapat difinalisasi.

Third Party Invoicing (TPI)

Pertemuan sepakat bahwa ASEAN dan China dapat

menerima pencantuman nilai FOB Value dengan

menggunakan harga manufaktur ataupun menggunakan harga transaksi terakhir dengan catatan harus memberikan

check list pada kolom 13 sebagai indikasi mekanisme TPI, hal ini sejalan dengan rule 23 dari OCP.

Signature and Official Name of Authorized Signatory of the Issuing Authority

ASEAN mengusulkan pembuatan website oleh China yang

dapat memberikan informasi atas penerbitan CO Form E

sebagai upaya memfasilitasi proses verification check

keaslian CO Form E dan turut berfungsi untuk meng-upload specimen signature dan authorized signatory CO Form E oleh seluruh pihak. Terkait hal itu, China menyampaikan concern -nya terkait faktor keamanan dari website tersebut namun akan mempelajari proposal ASEAN tersebut lebih lanjut.

Specimen Signatures and Official Seals of the Lao National Chamber of Commerce and Industry (LNCCI)

Laos menyampaikan bahwa CO Form E yang diterbitkan oleh LNCCI sempat ditolak oleh China dan meskipun saat ini telah dapat diterima, Laos mengharapkan kedepannya hal ini tidak

terulang kembali karena dapat menghambat arus

perdagangan di kawasan. Oleh karena itu, untuk

mengantisipasi seluruh pihak diharapkan dapat

(18)

16 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 official seals ACFTA kepada seluruh pihak terkait secara lengkap dan tepat waktu.

Other Implementation issues raised by the Parties

China menyampaikan beberapa permasalahan terkait isu

implementasi ACFTA khususnya bagi receiving authority

Indonesia, antara lain:

1)China meminta agar permintaan retroactive check yang diajukan oleh Indonesia dapat dilakukan oleh national focal points (kantor pusat Ditjen Bea dan Cukai) bukan diajukan oleh masing-masing customs port offices. Karena

selama ini China menganggap permintaan retroactive

check oleh masing-masing customs port office tersebut menyulitkan pihaknya dalam memastikan permintaan tersebut resmi atau tidak (legitimasi) dan menganggap sebagai permintaan yang bersifat informal. Sementara ini respons Indonesia adalah bahwa aturan tersebut tidak diatur dalam OCP.

2)China juga menyampaikan bahwa masih terdapat pihak

customs Indonesia yang menolak CO Form E terbitan China yang tanggalnya berbeda dengan tanggal yang tertera pada Bill of Lading.

3)China menganggap bahwa teatment oleh customs

Indonesia yang menolak pemberian preferensi tarif atas

retroactive request yang diputuskan pada satu bulan merupakan bentuk pelanggaran atas ketentuan yang diatur di OCP, di mana sesuai ketentuan OCP rule 18 batas akhir atas jawaban retroactive request paling lambat 90 hari.

4)China menyampaikan verification check yang dilakukan

customs Indonesia perlu memperhatikan penulisan tujuan

port dengan baik mengingat sering terjadi kesalahan penulisan yang umumnya ditujukan ke port “Shaanxi” ditulis ke port “Shanxi”. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan penulisan dalam melakukan

verification check perlu dilakukan pengecekan sesuai

official signatory dan stamp yang tertera pada CO Form E. Selain itu, China menyampaikan beberapa permasalahan terkait isu implementasi ACFTA khususnya bagi issuing authority Indonesia yaitu:

The wording in the Form E is incorrect or differs from the CO format

1) Terdapat kesalahan penulisan kata “Rules” pada box 11 CO Form yang diterbitkan oleh Indonesia yaitu “Rules”. China menyarankan agar kesalahan penulisan pada CO Form E oleh Indonesia tersebut dapat diperbaiki sesuai ketentuan yang disepakati pada OCP.

(19)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 17 The verification

response is not efficient

2) China menyampaikan mekanisme verifikasi yang dilakukan

dengan issuing authority Indonesia, seringkali tidak efektif, sebagai contoh tanggapan dilakukan melebihi batas waktu maksimal 6 (enam) bulan, dan seringkali tanggapan disampaikan tidak melalui surat resmi bahkan kerap menggunakan email pribadi. Oleh karena itu, China mengharapkan agar ke depan dapat dilakukan komunikasi sesuai dengan aturan dan dilakukan melalui focal point

secara resmi.

The Inconsistency of the Verification Result

3) China menyampaikan bahwa hasil verifikasi dari Indonesia tidak konsisten, sebagai contoh hasil verifikasi Indonesia ke China atas Form E No.001157/MDN/2010, divonis palsu pada bulan September 2011, namun pada bulan Mei 2012 Indonesia mengirimkan surat resmi yang menyatakan bahwa Form E tersebut benar keasliannya. China mengharapkan agar dalam pemberian hasil verifikasi dapat dilakukan secara konsisten.

ACFTA Monitoring Sheet

China menyampaikan proposalnya terkait format template Monitoring Sheet ACFTA yang didasarkan pada Top 10 Produk Ekspor dan Impor (HS 6 digit) berdasarkan nilai dan dilengkapi dengan jumlah CO yang diterbitkan baik oleh pihak receiving atau issuing authority. Pertemuan sepakat

akan membahas bentuk formatyang akan digunakan sebagai

cara memonitor utilisasi ACFTA ini lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya.

Ad-hoc Custom Procedures dan Trade Facilitation (CPTF)

Pertemuan membahas Draft ACFTA Customs Procedures and

Trade Facilitation Chapter proposal yang diajukan oleh China untuk nantinya akan menjadi chapter sebagai bagian dari

ASEAN China TIG Agreement. Pertemuan mencatat kemajuan yang cukup baik yaitu dari 19 Articles yang dibahas, 6 provision telah diselesaikan: (i) Article 3. definisi custom administration; (ii) Article 3. definisi custom law; (iii) Article 9.

risk management; (iv) Article 10.2.b. advance rulling, (iv) Article 10.5.a. advance rulling; (vi) Article 18. temporary admission. Sedangkan article yang masih perlu dibahas lebih lanjut antara lain: (i) Article 2. scope; (ii) Article 3. means of transport; (iii) Article 4.4. facilitation; (iv) Article 10. advance rulling; (v) Article 11; (vi) Article 12; dan (vii) Article 13.

consultations. Pertemuan sepakat perundingan ad-hoc CPTF berikutnya tetap dilanjutkan secara paralel dengan pertemuan AC-JC.

(20)

18 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

Working Group Economic Cooperation (WGEC)

ASEAN Culture and Business Center

Business Portal Operational Center (BPOC)

mempresentasikan rencana pembentukan ASEAN Culture

and Business Center di Shanghai, China. Proyek ini berupa pembangunan gedung 6 lantai seluas 6.000 sqm, di mana setiap lantai akan diperuntukan bagi seluruh negara anggota ASEAN untuk mempromosikan produk UKM. Terkait hal tersebut, pertemuan mengharapkan pihak BPOC dapat menyediakan brosur berisi informasi yang lebih detail mengenai proyek tersebut untuk dapat disampaikan kepada seluruh pelaku usaha di ASEAN.

Portal Bisnis (PB) ASEAN - China

Telah diselenggarakan pelatihan bagi para BPC (Business Portal Coordinators) setiap AMS untuk dapat mengunggah informasi ke dalam ACFTA Business Portal dan informasi terkait Manual Operational Instruction serta penambahan fitur forum pada website tersebut. Pelatihan dihadiri oleh 4 (empat) negara AMS, yaitu: Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Thailand.

E-trade Readiness Survey

Terkait dengan survei e-trade readiness, pihak China telah

menyimpukan bahwa AMS belum siap untuk melakukan

e-trade. Namun demikian AMS merasa bahwa kesimpulan yang diberikan tersebut tidak merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya, mengingat hanya 5 (lima) AMS yang telah mengumpulkan kuesioner. Untuk itu ketua WGEC menginginkan agar BPOC dapat melakukan analisis ulang atas kesimpulan kuesioner tersebut.

Status/Perkembangan Proyek dalam WGEC

Indonesia telah mempresentasikan hasil pelaksanaan proyek

Training of Trainers on Clean Technology and Energy Efficiency Practices in ASEAN Manufacturing Industry: Case Study Paper Industry (Indonesia) yang telah dilaksanakan di Bandung pada tanggal 24 - 30 Juni 2012. Adapun proposal proyek Indonesia yang telah disetujui namun masih

menunggu persetujuan skema pembiayaan adalah

ASEAN-China SME Conference 2012 di Jababeka, Bekasi, menurut rencana akan diselenggarakan pada triwulan ke-4 tahun 2013. Proposal baru yang diusulkan pada pertemuan ini antara lain: (i) ASEAN China Capacity Building Workshop on Rules and Regulations under the Trade in Services (Thailand); dan (ii) Best Practice on Good Agriculture Practice (Thailand).

Joint Study on Hong Kong Accession to the ACFTA

Pertemuan membahas proposal China yang mengusulkan

joint study on HK accesion to the ACFTA yang melibatkan unsur pemerintah, pengusaha, dan akademisi dari Hong Kong dan ASEAN. ASEAN menanggapi bahwa masih terlalu dini

(21)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 19

untuk melakukan joint study mengingat berdasarkan mandat

Para Menteri pada 11th AEM-MOFCOM Consultations perlu dilakukan kajian dan konsultasi domestik oleh masing-masing negara anggota ASEAN. China mengharapkan kejelasan dan kepastian serta batas waktu proses konsultasi domestik yang akan dilakukan ASEAN. Oleh karena itu, ASEAN mengusulkan untuk membawa permasalahan ini ke tingkat SEOM sebelum

pertemuan ASEAN-China Summit di bulan November 2012

mendatang untuk kemudian dapat diinformasikan kepada China.

China-ASEAN Expo 2012 and Forum on China-ASEAN FTA

Pertemuan mencatat hasil dari China-ASEAN Expo 2012 dan

Forum on China-ASEAN FTA yang telah berlangsung secara baik pada tanggal 21 September 2012 di Nanning, China.

2. Pertemuan ke-8 ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership Joint Committee

Rangkaian Pertemuan ke-8 ASEAN-Japan Comprehensive

Economic Partnership (AJCEP) telah dilaksanakan di Tokyo, Jepang tanggal 29-31 Oktober 2012, didahului dengan Pertemuan ASEAN Caucus untuk Joint Committee (JC), Sub-Committee on Rules of Origin (SC-ROO), Sub-Committee on Services (SC-S), Sub-Committee on Investment (SC-I),dan Sub-Committee on Economic Cooperation (SC-EC).

Pertemuan AJCEP-JC dipimpin bersama oleh Assistant

Secretary, Department of Trade and Industry, Filipina (ASEAN) dan Deputy Director General, Economic Affairs Bureau, Ministry of Foreign Affairs, Jepang serta dihadiri oleh seluruh Negara Anggota ASEAN, Jepang, dan Sekretariat ASEAN.

Joint Committee

Status Transposisi Jadwal Penurunan Tarif dari HS 2002 ke HS 2007

Pertemuan mencatat bahwa beberapa negara ASEAN masih dalam proses verifikasi teknis transposisi jadwal komitmen penurunan tarif kecuali untuk Brunei, Singapura, dan Thailand. Untuk menyelesaikan masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007, Jepang telah melakukan pertemuan bilateral dengan Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar dan Indonesia. Posisi Indonesia terkait transposisi tariff reduction schedule

dari HS 2002 ke HS 2007 masih terdapat 204 pos tarif yang belum disepakati oleh kedua belah pihak dan memerlukan pembahasan lebih lanjut.

Status Transposisi Jadwal Penurunan Tarif dari HS 2007 ke HS 2012

Pertemuan sepakat bahwa pembahasan transposisi tariff

reduction schedule dari HS 2007 ke HS 2012 baru dapat dilanjutkan setelah selesai pembahasan transposisi dari 2002 ke HS 2007. Para pihak yang telah menyelesaikan transposisi

(22)

20 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

HS 2002 ke HS 2007 dapat segera menyampaikan transposisi jadwal penurunan tarif dari HS 2007 ke HS 2012 kepada Jepang untuk dilakukan verifikasi.

Permasalahan Entry Into Force AJCEP bagi Indonesia

Jepang menyampaikan bahwa secara legal Indonesia bukan merupakan bagian/pihak (Party) dari AJCEP karena belum mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada AJCEP. Pertemuan mencatat pernyataan kekecewaan

Indonesia atas pernyataan Jepang tersebut dan

menyampaikan secara tegas bahwa pihaknya merupakan bagian/pihak resmi dari kerja sama AJCEP sesuai dengan notifikasi yang dilakukan Pemerintah RI kepada sekretariat ASEAN per tanggal 22 Desember 2010 (sesuai prosedur hukum entry into force pasal 79 paragraf 2 perjanjian AJCEP). Walaupun dalam kenyataannya hingga saat ini Indonesia belum dapat mengimplementasikan komitmen penurunan tarif pada perjanjian perdagangan barang AJCEP. Kondisi ini terjadi karena masih terdapat perbedaan pendapat antara Indonesia dan Jepang dalam menentukan tarif dan kategori hasil transposisi terhadap 204 pos tarif HS 2007 sehingga

legal enactment yang mengatur komitmen tarif tersebut belum dapat diterbitkan.

ASEAN mempertanyakan posisi Jepang atas status Indonesia yang dianggap bukan sebagai bagian/pihak dari AJCEP mengingat Indonesia telah secara resmi menandatangani dan menjalankan aturan sebagai pihak pada persetujuan AJCEP. Malaysia dan Vietnam menyampaikan keluhannya atas posisi Jepang tersebut yang memberi dampak bagi eksportirnya sehingga tidak dapat menikmati preferensi tarif AJCEP apabila menggunakan metode accumulation untuk sebagian produknya yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari Indonesia. Jepang kembali menegaskan posisinya atas status Indonesia sehingga accumulation yang berasal dari Indonesia tidak dapat menerima preferensi tarif AJCEP. Selanjutnya, Jepang menyampaikan akan menindaklanjuti dan membahas lebih lanjut permasalahan ini dengan Indonesia. Pertemuan sepakat agar pihak legal expert dari Indonesia dan Jepang dapat segera membahas dan menyelesaikan permasalahan ini untuk kemudian dapat menyampaikan hasilnya ke sekretariat ASEAN.

Pertemuan Bilateral Dalam pertemuan bilateral Indonesia dengan Jepang, Delri menawarkan solusi agar dapat segera mengimplementasikan

AJCEP, yaitu dengan mengusulkan penerbitan legal

enactment terhadap transposisi yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak sekitar 9500 an pos tarif HS 2012,

(23)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 21

sedangkan terhadap 204 pos tarif HS 2007 yang belum disepakati, berlaku tarif MFN sampai masalahnya dapat diselesaikan, namun Jepang tidak menyetujuinya.

AJCEP JC Work Programme and Deliverables for 2013

Pertemuan membahas program kerja dan deliverables yang telah disusun Sekretariat ASEAN untuk tahun 2013. Jepang mengharapkan agar program kerja disusun secara realistik khususnya terkait target penyelesaiannya. Hal ini dikaitkan dengan beberapa pending matters pada Sub Committee on ROO yaitu transposisi jadwal penurunan tarif dan PSR dari HS 2007 ke HS 2012 membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya.

Hasil Pertemuan ke-1 ASEAN-Japan Sub-Committee on STRACAP

Pertemuan mencatat hasil pertemuan ke-1 AJ STRACAP yang telah dilaksanakan pada tanggal 14-16 Maret 2012 di Brunei Darussalam.

Sub-Committee on Rules of Origin

Implementasi Transposisi Product Specific Rules (PSR) HS 2002 ke HS 2007

Jepang sepakat atas usulan ASEAN untuk melakukan pertukaran nota diplomatik secara bilateral melalui

diplomatic channel dengan 2 (dua) tahapan. Pada tahap pertama, Jepang akan mengirimkan nota diplomatik kepada seluruh negara anggota ASEAN, kemudian masing-masing negara anggota ASEAN akan membalas nota diplomatik tersebut kepada Jepang. Tahap kedua pertukaran nota diplomatik dilakukan antar ASEAN dengan anggota ASEAN lainnya, sehingga total nota diplomatik keseluruhan yang akan diterbitkan oleh seluruh pihak sejumlah 110 nota diplomatik. Terkait finalisasi draft text nota diplomatik masih terdapat perbedaan pendapat pada paragraf 3 yang mengharuskan Indonesia menotifikasikan kembali atas pemberlakuan Persetujuan AJCEP. Jepang menyampaikan pandangannya bahwa paragraf tersebut disusun berdasarkan posisinya yang menganggap Indonesia bukan merupakan pihak pada AJCEP. Indonesia menolak pandangan Jepang

tersebut mengingat Indonesia telah secara resmi

menotifikasikan entry into force perjanjian AJCEP melalui penyampaian note verbale KBRI di Tokyo kepada Kemenlu Jepang tanggal 18 Januari 2010 dan tidak pernah menarik notifikasi tersebut yang memperkuat posisi Indonesia sebagai bagian dari AJCEP. Mengingat hal tersebut pertemuan

mengharapkan agar Indonesia dan Jepang dapat

menyelesaikan permasalahan finalisasi draft text nota diplomatik ini secara bilateral.

Transposisi PSR AJCEP dari HS 2007 ke HS 2012

Jepang menyepakati usul ASEAN mengubah origin criteria

PSR untuk 7 (tujuh) pos tarif (HS 7102.10, HS 7102.21, HS 7102.29, HS 7102.31, 7102.39 dan HS 7222.20 sesuai origin

(24)

22 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 criteria pada kesepakatan awal yaitu menjadi “RVC 40% or CTH”. Pertemuan sepakat agar tambahan tanggapan dari pihak ASEAN dapat disampaikan kepada Jepang sebelum akhir tahun ini.

Monitoring Pemanfaatan Certificate of Origin (CO) Form-AJ

Pertemuan membahas format data terkait proses

pengumpulan dan pertukaran data perdagangan untuk memonitor utilisasi AJCEP diantaranya menggunakan data total impor dan data import declaration. Pertemuan sepakat membahas HS yang akan digunakan (4 atau 6 digit) dan perlu tidaknya menuliskan deskripsi produk pada pertemuan selanjutnya.

Amendemen

Implementing Rules and Regulation (IRR) dan CO Form AJ

Jepang dapat menerima posisi ASEAN untuk tidak menghapus usulan Jepang sebelumnya terkait perubahan

text IR, Para 14 (e) mengenai mekanisme writen determination saat menggunakan fasilitas EPA CO reference system. Pengaturan ini perlu tetap tercantum di IR karena bila tidak, maka dapat berdampak pada kesalahan prosedur

written determination saat menggunakan EPA CO reference system. Terkait usulan perubahan CO Form AJ, Jepang akan

mempertimbangkan usulan ASEAN untuk menghapus FOB

Value kecuali untuk RVC pada CO Form AJ.

Permasalahan implementasi AJCEP

Pertemuan membahas permasalahan implementasi pada ROO antara lain mengenai: (i)requirement to fill out the CO Form AJ - ASEAN diharapkan dapat selalu mencantumkan

origin criteria yang tepat pada box 8 dengan mengindikasikan

penulisan ACU untuk accumulation dan DMI untuk de

minimis; (ii) retroactive issuance of CO Form AJ - pertemuan membahas perlunya kesepahaman terkait pengertian 3 (tiga) hari pada rule 7 IR yang mengharuskan CO diterbitkan pada saat pengapalan atau tidak lebih dari 3 hari sejak tanggal pengapalan, apakah menggunakan 3 hari tanggal kalender atau 3 hari kerja, untuk selanjutnya dibahas pada pertemuan selanjutnya; (iii) rule 13 of the IRR procedures to exchange the sample of COO, specimen signatures, and official seal -

seluruh pihak diingatkan agar dapat memperhatikan pengaturan dalam IRR rule 13 terkait prosedur pertukaran contoh COO, specimen tanda tangan dan official seals; (iv)

box on third-country invoicing – seluruh pihak diharapkan dapat selalu menandai boxthird country invoicing” saat invoice diterbitkan oleh pihak negara ketiga; (v) amendments of PSRs for chemicals and semi-conductor products – Jepang kembali menyampaikan keinginannya untuk merubah origin criteria PSR khusus produk kimia dan semi konduktor yang sebelumnya telah ditolak oleh ASEAN dan akan membahas

(25)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 23

hal ini lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya; (vi) for provisional use of old format for CO Form AJ–Jepang menyampaikan agar seluruh pihak dapat mengindikasikan deskripsi untuk produk yang bersifat spesifik pada box 7 CO Form AJ ketika menggunakan format CO yang lama. Sebagai contoh curry of sub heading of 0910.00 sehingga produk tersebut dapat dikenakan tarif yang sesuai.

Perundingan Investasi Approach on

Investment Negotiations

Pertemuan Sub-Committee on Investment kali ini membahas

isu-isu utama baik yang berkaitan dengan rumusan naskah maupun modalitas negosiasi perjanjian investasi ASEAN-Japan. Jepang dapat menerima proposal ASEAN terkait

penyusunan Work Programme untuk elemen liberalisasi

(reservation list). Oleh karena itu, diharapkan perundingan

difokuskan pada penyelesaian text investment chapter.

Jepang menyampaikan harapannya agar masing-masing Negara Anggota ASEAN dapat memberikan komitmen melebihi elemen-elemen yang telah disepakati dalam perjanjian bilateral masing-masing Negara Anggota ASEAN dengan Jepang. ASEAN menanggapi bahwa pemberian nilai tambah perlu disesuaikan dengan timeline dan ekspektasi atas level ambition pada pembahasan di RCEP, sehingga perlu

mempertimbangkan perbedaan perkembangan dan

perubahan yang terjadi pada masing-masing pihak sehingga

perlu dibedakan dengan treatment yang diberikan pada perundingan bilateral (EPA) dengan Jepang.

Negotiation of ASEAN-Japan Consolidated Text

Pertemuan melanjutkan pembahasannya terkait

ASEAN-Japan Consolidated Draft Text untuk pasal: Most Favoured Nation, Investor State DSM, dan Umbrella Clause. ASEAN menyampaikan proposal text mengenai “Relation to Other Agreements” yang bertujuan mengatur kemungkinan inkonsistensi persetujuan investasi yang telah ada antar pihak terkait dan kemungkinan multiplicity disputes/claim

yang muncul pada Persetujuan ini. ASEAN menjelaskan bahwa article ini tidak bertujuan mengurangi tingkat

perlindangan bagi investor hanya untuk mencari

keseimbangan antara kepentingan pemerintah dan

perlindungan investor.

Sub-Committee on Services

Pertemuan AJCEP-SCS ke 8 berjalan dengan baik dan memperlihatkan kemajuan yang berarti, walaupun masih banyak isu-isu yang belum dapat diperoleh kesepatan, namun kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan

(26)

24 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

Sejalan dengan perubahan posisi Jepang pada negotiation principles and modalities untuk menggunakan pendekatan

positive list dengan catatan bahwa perjanjian ini memberikan nilai tambah melebihi komitmen bilateral yang telah ada, maka negosiasi dilanjutkan dengan prioritas pembahasan pada beberapa isu proposal Jepang, yaitu Tranparency list,

Standstill (SS) Commitments, non-conditional MFN Treatment, Domestic Regulation, Administrative Guidance, Review, dan Services Commitment.

Menanggapi hal tersebut, ASEAN masih belum dapat menerima usulan Jepang dikarenakan perbedaan tingkat

development, pengetahuan dan pengalaman pada negara ASEAN untuk melaksanakan usulan Jepang terutama pada

penyusunan transparency list dan pencantuman SS

Commitments pada SOC. Jepang menyampaikan akan memberikan waktu yang lebih panjang kepada ASEAN untuk

menyusun transparency list dan memberikan asistensi

kepada ASEAN dalam rangka penyusunan tranparency list,

termasuk menyelenggarakan workshop. Jepang

menambahkan bahwa keikutsertaan AMS dalam workshop

tidak berarti AMS menerima proposal Jepang akan

transparency list.

Sebagai nilai tambah, ASEAN mengusulkan agar pada Chapter

Trade in Services (TIS) dipertimbangkan untuk memiliki

Movement of Natural Person (MNP) yang dituangkan dalam

Annex atau Chapter terpisah dari TIS. Namun demikian, ASEAN akan membahas dan menyepakati terlebih dahulu secara internal. Mengingat usulan MNP tersebut datang dari Malaysia dan didukung oleh Thailand, maka kedua negara tersebut diminta untuk mempersiapkan draft pertama MNP untuk dibahas bersama oleh AMS lainnya sebelum diusulkan kepada Jepang.

Pembahasan consolidated draft teks memperlihatkan

kemajuan yang berarti di mana Jepang menyampaikan posisinya untuk menerima cukup banyak usulan ASEAN sebagaimana diperlihatkan pada draft text. Atas fleksibilitas yang telah disampaikan Jepang, diharapkan pada pertemuan berikutnya ASEAN dapat memberikan tanggapan dan memberikan fleksibilitas yang sama sehingga perundingan akan berjalan maksimal.

Pembahasan Annex on Financial Services

Dalam kesempatan ini pihak Jepang menghadirkan financial expert-nya untuk membahas draft Annex dimaksud, namun hanya Indonesia yang menghadirkan financial expert-nya. Sehubungan dengan hal tersebut, ASEAN mengusulkan agar

(27)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 25

pembahasan annex sebaiknya dilakukan antara financial expert Jepang dan seluruh financial expert ASEAN. Dalam kaitan tersebut ASEAN Chair menjelaskan bahwa selama ini pembahasan Annex on financial services untuk seluruh perjanjian FTA dengan AFP dibahas oleh WC-FSL karena isu keuangan termasuk isu yang sensitif sehingga harus dibahas oleh para expert dari seluruh AMS dan Jepang. Hal ini juga dilakukan pada saat pembahasan annex on financial services

pada AANZFTA dan ASEAN-Korea. ASEAN chair juga

menyampaikan rencana untuk menulis surat kepada Chair

WCFSL untuk meminta advise dan tanggapannya.

Terdapat 2 alternatif yang ditawarkan, yaitu WC-FSL mengundang Jepang dalamm pertemuan WC-FSL mendatang (Februari 2013) atau financial expert seluruh ASEAN diundang dalam pertemuan AJCEP berikutnya (Maret 2013). Terhadap hal ini Jepang bersikap fleksibel, namun Jepang

mengusulkan sebaiknya ASEAN menyiapkan common

position sebelum pertemuan selanjutnya sehingga pada pertemuan mendatang (WCFSL atau AJECP) dapatdilakukan

diskusi atas annex proposal Jepang dimaksud.Dalam

kesempatan ini financial expert dari Indonesia (BI dan Bapepam LK) menegaskan kembali keberatannya atas proposal Jepang, khususnya terkait dengan penggunaan kalimat “understanding on commitment of financial services”

WTO dalam proposalnya. Pertimbangannya, antara lain, tidak

semua AMS tunduk dan terikat pada “understanding”

tersebut, termasuk Indonesia, sehingga harus dibahas bersama dengan ASEAN untuk mencapai common position. Salah satu penggunaan bahasa understanding adalah artikel ‘new financial services’. Indonesia meminta klarifikasi kepada Jepang terkait contoh konkret new financial services tersebut namun Jepang tidak dapat menjelaskannya. Karena bagi Jepang yang paling penting dalam artikel ini adalah kesediaan ASEAN untuk membuka akses pasar terhadap produk keuangan baru yang belum dikenalnya meskipun di negara AJCEP lainnya sudah dikenal.

Pembahasan Annex on Telecommunication Services

Indonesia menyampaikan bahwa pada pertemuan AJCEP-SCS yang lalu telah dibahas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh negara anggota ASEAN terkait dengan article – article

yang diajukan pada annex on telecommunication services

oleh Jepang terutama article – article baru yang sebelumnya tidak terdapat pada dokumen GATS atau perjanjian ASEAN FTA lainnya. Lebih lanjut, Indonesia menyampaikan kepada

Jepang bahwa pembahasan lebih rinci terhadap articleannex

(28)

26 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012

dikarenakan belum disepakatinya modalitas yang akan digunakan pada negosiasi AJCEP-SCS.

Sebagai tanggapan awal terhadap annex on

telecommunication services usulan Jepang, Indonesia telah

menyampaikan keberatan terhadap article portability

number dan telah mempresentasikan alasannya hal tersebut sulit dilaksanakan bagi Indonesia, namun jepang masih belum dapat menerima alasan Indonesia tersebut.

Kerja Sama Ekonomi Pertemuan mencatat beberapa isu penting guna memperkuat hubungan kerja sama ekonomi di bawah AJCEP, diantaranya: (i) Technical Support Format oleh JAPAN-ASEAN

Integration Fund Management Team (JMT); (ii) Status implementasi approved AJCEP-SCEC Project Proposals; (iii) Status revised project proposals yang telah diusulkan pada

pertemuan sebelumnya, mengingat expiry deadline terhadap

fund yang diberikan oleh Japan-ASEAN Integration Fund

(JAIF) hanya diperpanjang sampai Maret 2013.

Terkait dengan Technical Support Format, JMT selaku tim

yang memonitor proses implementasi approved project

proposal dalam SCEC, akan membuat format yang diharapkan dapat menghasilkan keseragaman teknik dalam mempersiapkan usulan project proposal yang sesuai dan tepat dengan latar belakang dan tujuan SCEC.

Tercatat sejumlah 10 Project Proposals yang diusulkan pada pertemuan ke-3 telah direvisi dan disetujui JAIF, diharapkan dapat segera diimplementasikan sebelum Maret 2013.Selain itu, pertemuan juga membahas 3 (tiga) revised project proposal susulan Myanmar pada saat pertemuan ke-4.

New project proposals yang diusulkan pada pertemuan ke-5 ini tercatat sejumlah 19 new project proposals, diantaranya adalah Kamboja mengusulkan 10 project proposals, Malaysia 1 project proposal, Filipina 2 project proposals, Laos 2 project proposals, Thailand 1 project proposal, dan Jepang 3 project proposals. Usulan new project proposals ini selanjutnya akan segera di-rating oleh pihak Jepang selaku counter part guna

memutuskan usulan new project proposals yang akan

disetujui.

3. Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials

Pertemuan Special Meeting of the RCEP Senior Economic Officials berlangsung pada tanggal 26-27 Oktober 2012 di Jakarta dan diawali dengan pertemuan kaukus Negara anggota ASEAN dan Negara mitra dialog.

(29)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 27 Highlights of the First

AEM Plus ASEAN FTA Partners Consultations

Pertemuan mencatat hasil pertemuan pertama AEM Plus FTA

Partners Consultations pada bulan Agustus 2012 dan sepakat untuk membahas tindak lanjut hasil pertemuan dimaksud

guna mempersiapkan peluncuran RCEP Negotiations pada

KTT EAS ke-7 pada bulan November 2012.

Highlights of the RCEP Working Groups on Trade in Services (RWGTIS) and Investment (RWGI)

Malaysia dan Vietnam selaku Chair untuk RWGTIS dan RWGI

menyampaikan hasil kedua pertemuan dimaksud yang telah dilaksanakan secara paralel pada tanggal 9-12 Oktober 2012 di Bandung, Indonesia. Kedua WGs tersebut masing-masing telah menghasilkan draft awal Guiding Principles dan sepakat untuk menyampaikannya kepada SEOM guna mendapatkan arahan lebih lanjut. Dalam merespons hal tersebut,

pertemuan sepakat bahwa outcome documents dari RCEP

WGs (TIG,TIS,Investment) merupakan work-in-progress dan masih terus berkembang dari waktu ke waktu serta perlu

penyempurnaan lebih lanjut bahkan setelah peluncuran RCEP

Negotiations dan/atau pada saat negosiasi berlangsung. Indonesia selaku country coordinator RCEP menyampaikan akan perlunya untuk memberikan arahan yang jelas kepada

RCEP WGs guna memastikan bahwa outcome documents

yang dihasilkan oleh RCEP WGs sejalan dengan diskusi yang selama ini telah dilakukan oleh SEOM dan konsisten dengan

the over-arching guiding principles yang telah diadopsi oleh Menteri. Untuk meminimalisir ambiguitas, pertemuan sepakat bahwa outcome documents dari RCEP WGs dapat disebut sebagai template, scoping paper, atau specific guiding elements for the negotiations (proposal NZ).

Pertemuan juga menyepakati bahwa outcome documents

RCEP WGs sifatnya adalah non-binding dan should not pre-empt the negotiations.

Pertemuan mencatat New Zealand paper/proposal dalam

memberikan arahan kepada RCEP WGs yang di mana

outcome documents of the RCEP WGs harus: (i) mampu mengidentifikasi dan mencakup detail sebagaimana yang terelaborasi pada general guiding principle; (ii) areas of convergent di antara Negara peserta guna memfasilitasi progres awal negosiasi; dan (iii) mengidentifikasi dan melihat isu-isu lainnya yang masih divergent khususnya threshold issues yang merupakan fokus awal proses negosiasi. Lebih lanjut, pertemuan sepakat bahwa pertemuan RWGTIS dan RWGI selanjutnya akan diselenggarakan secara back-to-back

dengan Special Meeting RCEP Senior Economic Officials di bulan Prebruari 2012 guna memfasilitasi finalisasi outcome documents kedua WGs tersebut.

(30)

28 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 Preparations for the

Launch of the RCEP Negotiations

Kamboja selaku host country KTT ASEAN ke-21 dan KTT terkait lainnya menyampaikan susunan acara peluncurun

RCEP Negotiations yang akan dilakukan oleh 16 (enam belas) Kepala Negara/Pemerintahan yang juga disaksikan oleh Sekjen dan DSG ASEAN dan masing-masing Menteri dan SEOM setiap Negara yang direncanakan pada KTT EAS ke-7 tanggal 20 November 2012.

Pada sesi kaukus ASEAN, pertemuan saling bertukar

pandangan dalam merevisi draft Joint Declaration

peluncuran RCEP Negotiations dan sepakat agar draft

dimaksud dibuat cukup sederhana dan dengan

mempertimbangkan beberapa masukan dan tanggapan Negara mitra dialog. Indonesia selaku Country Coordinator

RCEP menyampaikan hasil kesepakatan AMS tersebut kepada Negara mitra dialog dan pertemuan sepakat untuk

mengadopsi the draft revised Join Declaration dan

menyampaikannya kepada Menteri terkait secara

intersession untuk mendapatkan persetujuan dan kemudian

untuk disampaikan kepada Leaders untuk diadopsi.

Pertemuan sepakat agar treatment dokumen dimaksud “for official use only” dan meng-embargo penggunaanya sebelum menjadi dokumen publik pada saat peluncuran.

Pertemuan mencatat bahwa seluruh AMS kecuali Myanmar dan Vietnam telah memfinalisasi prosedur domestik terkait

dengan peluncuran RCEP Negotiations. Pertemuan juga

mencatat bahwa saat ini Negara mitra dialog berada di tahap prosedur domestik yang berbeda-beda. Dengan demikian, pertemuan sepakat agar masing-masing Negara dapat menyampaikan konfirmasi keikutsertaanya pada peluncuran

RCEP Negotiations paling lambat tanggal 13 November 2012.

Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations

Terkait dengan pendekatan dan struktur negosiasi RCEP, pertemuan telah mempertimbangkan beberapa dokumen antara lain: (i) NZ/AUS Paper: Guiding Approaches for the Organization of RCEP Negotiations; (ii) proposed structure for the RCEP Negotiations; dan (iii) draft Terms of Reference (TOR) for the RCEP Trade Negotiating Committee (TNC).

Pertemuan mencermati bahwa sebagian besar elemen pada

NZ/AUS paper telah terefleksikan pada draft TOR dan sepakat untuk membahas dan memberikan tanggapan lebih lanjut pada TOR dimaksud secara intersession dan memfinalisasinya pada pertemuan Special SEOM RCEP berikutnya di bulan Februari 2012. Setelah TOR difinalisasi pertemuan sepakat agar AEM Chair dapat menyurati RCEP Participating Countries

(31)

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2012 29

Khusus mengenai elemen Chairmanship/Co-Chairmanship

pada draft TOR, Indonesia menekankan kembali akan

pentingnya sistem Co-Chairmanship pada RCEP-TNC. Hal ini juga merujuk pada pasal 42 ASEAN Charter dimana co-chair

pada relevant meeting diterapkan guna memperkaya kerja sama berdasarkan prinisip mutual respect dan kesetaraan. Indonesia juga menyampaikan bahwa dengan adanya sistem dimaksud dapat memfasilitasi pembagian tanggung jawab atau facillitative of burden sharing.

Mengingat sebagian besar pekerjaan SEOM+AFPs

Consultations berikutnya akan dilakukan oleh RCEP-TNC,

pertemuan sepakat agar pertemuan SEOM+AFPs

Consultations hanya dilakukan sekali dalam setahun khususnya dalam mempersiapkan pertemuan tingkat Menteri (AEM-AFPs Consultations).

Roadmap to the RCEP Negotiations

Pertemuan melanjutkan pembahasan roadmap RCEP

Negotiations dan mempertimbangkan the proposed work program on the RCEP di tahun 2013. Pertemuan juga

mencatat minat Australia, Brunei, China dalam

menyelenggarakan RCEP-TNC di tahun 2012. Khusus untuk

Brunei selaku Chair ASEAN di tahun 2013, Brunei

menyampaikan minatnya untuk menyelenggarakan first

round negosiasi RCEP.

4. Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan Indian Business Forum (IORBF)

Pertemuan Working Group on Trade Investment (WGTI)

Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) dan India Business Forum (IORBF) dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober – 1 Nopember 2012 di Gurogon City, Haryana, India.

Working Group Trade and Investment IOR-RAC

Pertemuan ke-12 Working Group on Trade Investment

(WGTI) Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) membahas perkembangan dan

mengkaji ulang proyek-proyek di bawah Working Group

Trade and Investment IOR-RAC yang meliputi: (i) Maritim Safety and Security; (ii) Fisheries Management; (iii) Trade and Investment Facilitation; (iv) Preferential Trade Agreement (PTA); (v) Trainning Course for Accreditation Bodies; (vi) Expert on Health Issue; (vii) Climate Change and Food Security; (vii) Project with no Progress; (viii) New Project Proposal; dan (ix) Project for Financing from IOR-ARC Special Fund.

Gambar

Gambar 1.  Opening Ceremony the 3 rd  D8 Agricultural Ministerial Meeting  on Food Security
Gambar 2. COMCEC Ministerial Meeting
Gambar 3. Kunjungan Kerja Mendag ke Australia
Gambar 4. Pertemuan Bilateral Indonesia-Afrika Selatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan ini akan lenyap dengan sendirinya kalau kaum intelektual kita dapat didikan di dalam perguruan sehingga diperoleh orang-orang Indonesia yang cinta pada nusa dan

Skripsi yang berjudul “Pemilihan Bahan Amelioran untuk Mengatasi Keracunan Aluminium pada Tanaman Padi di Tanah Sulfat Masam” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

Kualitas dari sistem informasi tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat pada waktunya dan relevan (Siagian, 2006:37). a) Akurat, maksudnya adalah

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang

Wakil ketua DPRD Sumut Ruben Tarigan mengatakan, meski sudah disahkan sejak 18 Desember 2015, tapi APBD Sumut TA 2016 belum bisa digunakan karena belum ada pergub

(perjudian). Alasannya karena tertanggung mengharap-harap sejumlah harta tertentu bila benar-benar mengalami musibah, seperti kematian terlalu cepat atau pemegang

Klik icon line lagi, dari sudut kiri bawah tidak diklik hanya disenter kemudian ditarik keatas lurus 30mm klik, kemudian tarik kesamping kanan dengan ukuran

Dalam bentuk uang pangsa ekspor cokelat dan produk cokelat dalam volume produksi cokelat di Rusia dalam beberapa tahun ke depan akan naik dan pada tahun 2015 akan