DITERBITKAN OLEH :
DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 57 / VI / 2012
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....………...………... 1 KATA PENGANTAR... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...………...………... 5 DAFTAR GAMBAR... 9 BAB I KINERJA…………....……... 11A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral... 11
1. Sidang Trade Policy Review China... 11
2. Sidang Committee Technical Barriers to Trade... 13
3. Pertemuan Informal Committee on Agriculture... 17
4. Pertemuan Committee on Agriculture Regular Session…... 18
B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….……….………….. 20
1. Pertemuan the 2nd ASEAN Committee on Sanitary and Phyto-Sanitary Measures... 20
2. Pertemuan Legal Experts on the ASEAN Trade in Goods Agreement 20 3. Pertemuan the 8th Sub-Committee on ASEAN Trade in Goods Agreement Rules of Origin... 21
4. The Eight Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ASEAN Trade in Goods Agreement... 24
5. Second ASEAN Preparatory Meeting for the RCEP Working Group on Trade in Goods... 26
6. The 30th ASEAN Small Medium Enterprise Working Group and Other Related Meetings... 28
7. The 10th Joint Consultation between ASEAN SMEWG and Plus 3 (Jepang, China, dan Korea)... 31
8. The 10th Joint Consultation between ASEAN SMEWG and Japan... 32
9. Pertemuan ke-2 ASEAN SME Advisory Board... 34
10.Pertemuan The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Goods... 35
C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya... 38
1. Pertemuan APEC Minister Responsible for Trade Tahun 2012…... 38
2. 1st Special Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years... 43
D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral... 45
1. Pertemuan Economic Dialogue pada Forum Konsultasi Bilateral II RI - Kanada... 45
2. Pertemuan Bilateral Indonesia – Ekuador... 49
3. Pertemuan Working Group on Rules of Origin Preferential Trade Agreement Indonesia-Pakistan... 51
2 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa... 54
1. Pembahasan Persiapan Pelaksanaan MNP IJ-EPA Pengiriman Nurses dan Caregivers dalam Kerangka IJ-EPA... 54
2. Sidang Working Party on General Agreement on Trades in Services Rules – WTO... 56
3. Sidang Committe on Specific Commitments – WTO... 57
4. Sidang Committe on Trade in Financial Services – WTO... 59
5. Sidang Council on Trade in Services – WTO... 62
F. Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional... 64
Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Jawa Barat... 64
BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT...………... 67
A. Kendala dan Permasalahan….………... 67
B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……….. 68
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 3
KATA PENGANTAR
Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN, APEC dan Organisasi Internasional Lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan, dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini, dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.
Terima kasih.
Jakarta, Juni 2012 DIREKTORAT JENDERAL KPI
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Juni 2012, antara lain:
Sidang Trade Policy Review China
Sidang Trade Policy Review China ke-4 ditujukan untuk me-review kebijakan, peraturan, dan praktik dagang China sebagai bentuk tranparansi yang merupakan kewajiban setiap negara anggota dalam hubungan perdagangan internasional.
Sidang Committee Technical Barriers to Trade
Kehadiran delegasi Indonesia pada sidang reguler Komite TBT kali ini bertujuan untuk
memberikan tanggapan atas Specific Trade Concern (STC) terkait: (i) Draft
Modification to the Technical Regulation HK.00.05.52.4040 on Alcoholic drinks;
(ii) Notifikasi Indonesia mengenai Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar Nasional (SNI) Baja lembaran tipis lapis timah
elekrolisa (BjLTE) secara wajib; dan (iii) Technical Guidelines for the
Implementation of the Adoption and Supervision of Indonesia National Standards for Obligatory Toy Safety.
Pertemuan Informal Committee on Agriculture
Pertemuan membahas notifikasi Export Restriction, Notification Submission of Agriculture Information Management System (AIMS) data base, dan review of the list of Significant Exporters.
PertemuanCommittee on Agriculture Regular Session
Pertemuan melakukan review atas berbagai kebijakan pertanian negara anggota yang
berpengaruh terhadap perdagangan.
Pertemuan the 2nd ASEAN Committee on Sanitary and Phyto-Sanitary Measures
Pertemuan menyepakati Work Programme ASEAN Committee on Sanitary and
Phyto-Sanitary 2011-2015, yang selanjutnya akan menggantikan sanitary and phyto-sanitary section dari ASEAN Trade Facilitation Working Programme (ATFWP).
Pertemuan Legal Experts on the ASEAN Trade in Goods Agreement
Pertemuan telah berhasil memfinalisasi draft text Protocol to Amend Certain ASEAN Economic Agreements.
6 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 Pertemuan the 8th Sub-Committee on ASEAN Trade in Goods Agreement Rules of
Origin
Beberapa isu yang dibahas adalah: (i) Transposition from the AHTN 2007 into the AHTN 2012 and its implication to ATIGA Tariff Reduction Schedules; (ii) Self-Certification Pilot Projects; (iii) ASEAN-wide Implementation of Self-Certification; (iv) The Aspect of Risk Management in Self-Certification; (v) Mechanism for Recognition ASEAN originating products imported under various Forms issued by ASEAN Member States with Dialogue Partners; (vi) Sectoral Study on the Most Appropriate ROO; (vii) Abolishment of the FOB Value in the CO Form D, AK, AJ, AANZ; dan (viii) Implementation Issues.
The Eight Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the
ASEAN Trade in Goods Agreement
Pertemuan difokuskan pada isu-isu: (i) AEC Scorecard; (ii) Transposition from the AHTN 2007 into the AHTN 2012 and its Implications to ATIGA Tariff Reduction Schedules; (iii)
Alcoholic and Tobacco Products; (iv) Review of the Waiver for Rice and Sugar for Indonesia and Philippines; dan (v) Elimination of Non-Tariff Barrier.
Second ASEAN Preparatory Meeting for the RCEP Working Group on Trade in Goods
Pertemuan sepakat untuk mengadopsi template ASEAN yang akan digunakan untuk memfasilitasi proses scoping excercise dengan mitra FTA ASEAN.
The 30th ASEAN Small Medium Enterprise Working Group and Other Related
Meetings
Beberapa isu yang dibahas adalah: (i) Implementation of the AEC Blueprint and AEC Scorecard; (ii) ASEAN SME Development and ASEAN Strategic Action Plan for SME Development 2010-2015; (iii) SMEWG Work Programme; dan (iv) SME Networking Private Sector Engagement and Enhance Market Access.
The 10th Joint Consultation between ASEAN SMEWG and Plus 3 (Jepang, China, dan
Korea)
Negara Plus 3 menyambut baik perkembangan implementasi ASEAN Strategic Action Plan for SME Development 2010-2015 yang telah dicapai, khususnya rencana ASEAN untuk mempublikasikan Directory tentang ASEAN SMEs secara reguler.
The 10th Joint Consultation between ASEAN SMEWG and Japan
Mengingat usaha kecil menengah di ASEAN belum memanfaatkan secara maksimal
ASEAN FTAs (utilization of ASEAN FTAs), Jepang mengusulkan proyek mengenai
pemanfaatan ASEAN FTAs oleh UKM di ASEAN.
Pertemuan ke-2 ASEAN SME Advisory Board
Isu utama yang dibahas pada pertemuan adalah progress mengenai ASEAN SME
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 7
berbagai inisiatif ASEAN dalam pengembangan UKM menuju integrasi AEC 2015, dan
utilization on ASEAN FTAs.
Pertemuan The First Meeting of the RCEP Working Group on Trade in Goods
Target utama dari working group ini adalah untuk memfinalisasi template ASEAN
sebelum the lauching of RCEP negotiations yang direncanakan pada bulan November
2012 (KTT ASEAN ke-21 di Kamboja).
Pertemuan APEC Minister Responsible for Trade Tahun 2012
Isu-isu yang dibahas dalam Pertemuan MRT dikelompokkan ke dalam dua topik utama, yaitu Supporting the Multilateral Trading System dan Priorities for APEC 2012, yang terdiri atas empat sub-agenda, yakni: (i) trade and investment liberalization, regional economic integration; (ii) strengthening food security; (iii) establishing reliable supply chain; dan (iv) intensive cooperation to foster innovative growth.
1st Special Meeting to Consider Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years
Pertemuan membahas concept paper mengenai peran ITRC sepuluh tahun yang akan
datang dan memberikan masukan sehingga menghasilkan Non Paper. Non paper
tersebut akan menjadi acuan pada special meeting kedua yang akan dilaksanakan di Penang, Malaysia pada tanggal 17-20 Juli 2012.
Pertemuan Economic Dialogue pada Forum Konsultasi Bilateral II RI - Kanada
Pihak Kanada sangat sependapat dengan upaya pemerintah Indonesia untuk pengembangan akses pasar di Kanada. Namun demikian, Kanada menghendaki Indonesia juga dapat bersikap terbuka untuk produk-produk impor dari Kanada dan tidak menjadikan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah RI sebagai hambatan bagi masuknya produk impor dari Kanada.
Pertemuan Bilateral Indonesia - Ekuador
Kunjungan ke Quito, Ekuador dilaksanakan untuk mempersiapkan dan mendampingi
kunjungan kerja Menteri Perdagangan untuk melakukan penandatanganan MoU on
Trade and Investment Cooperation dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Ekuador.
Pertemuan Working Group on Rules of Origin Preferential Trade Agreement
Indonesia-Pakistan
Kedua pihak sepakat menyelesaikan isu-isu yang harus diselesaikan sebelum implementasi Preferential Trade Agreement (PTA) dan berhasil menyepakati beberapa hal terkait dengan Rules of Origin (RoO) antara lain: pertukaran data untuk verifikasi Surat Keterangan Asal Barang antara penerbit dan penerima otoritas; penetapan bentuk Form Surat Keterangan Asal (SKA) yang akan digunakan PTA Indonesia – Pakistan; serta koreksi dan klarifikasi RoO.
8 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 Pembahasan Persiapan Pelaksanaan MNP IJ-EPA Pengiriman Nurses dan Caregivers
dalam Kerangka IJ-EPA
Pertemuan telah membahas dan menyepakati hal-hal terkait dengan persiapan pelaksanaan pelatihan bahasa Batch 6 yaitu jadwal serta komitmen kedua pihak.
Sidang Working Party on General Agreement on Trades in Services Rules - WTO
Agenda utama Sidang adalah membahas isu-isu: Negotiations on Emergency
Safeguard Measures (ESM) Under Article X of The GATS, Negotiations on Government Procurement Under Article XIII of The GATS, Negotiations on Subsidies Under Article XV
of the GATS, dan Other Business.
Sidang Committe on Specific Commitments - WTO
Agenda sidang meliputi: presentasi dari the Corporate Secretariat International Association (CSIA); pembahasan Informal Note Sekretariat WTO tentang klasifikasi
Computer and Related Services and Telecommunications; pembahasan Informal Note
Sekretariat WTO tentang isu klasifikasi Energy Services dan Climate Related Services,
serta Scheduling issues terkat Economic Need Test (ENT).
Sidang Working Party on General Agreement on Trades in Services Rules - WTO
Beberapa isu yang dibahas adalah: (i) Acceptance of the Fifth Protocol to the General Agreement on Trade in Services Embodying the Results of the Financial Services Negotiations; (ii) Recent Development in Financial Services Trade; (iii) Technical Issues;
(iv) Trade in Financial Services and Development; dan (v) Other Bussines. Sidang Council on Trade in Services - WTO
Pertemuan difokuskan pada isu-isu: (i) Notifications Pursuant to Art. lll:3, and V:7 of the GATS; (ii) Sectoral and Modal Discussion; (iii) Services Database - Presentation by the World Bank; (iv) Dedicated Discussion on International Mobile Roaming; (v) Work Programme on Electronic Commerce; dan (vi) Other Business.
Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Provinsi Jawa Barat
Dalam kegiatan sosialisasi tersebut dipaparkan empat topik, yaitu: (i) Perkembangan Perundingan Multilateral di Forum WTO; (ii) Perkembangan Kerja Sama ASEAN; (iii) Perkembangan Perundingan Perdagangan Jasa; dan (iv) Perkembangan Perekonomian dan Dampak Krisis Eropa.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 APEC Minister Responsible for Trade 2012......……... 39
Gambar 2 Pertemuan Bilateral dengan Amerika Serikat... 43
Gambar 3 1st Meeting the Future Roles of ITRC/IRCo in the Next Ten Years... 45
Gambar 4 Pertemuan Bilateral Indonesia – Ekuador... 49
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 11
BAB I
KINERJA
A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral 1. Sidang Trade Policy Review China
Sidang Trade Policy Review China ke-4 berlangsung pada tanggal 12-14 Juni 2012 di Jenewa, Swiss. Sidang dipimpin oleh Ambassador Eduardo Munoz dari Kolombia. Delegasi China dipimpin oleh Yu Jianhua, Assistant Minister of Commerce dan bertindak sebagai Discussant adalah
Ambassador Steffen Smidt dari Denmark.
Sidang TPR China ke-4 ditujukan untuk me-review kebijakan, peraturan dan praktik dagang China sebagai bentuk tranparansi yang merupakan kewajiban setiap negara anggota dalam hubungan perdagangan internasional. Tujuan Delegasi Rl hadir dalam sidang dimaksud untuk
menyampaikan concern Indonesia terkait hubungan
perdagangan dengan China.
Statement China Sidang dimulai dengan penyampaian Statement China yang
memaparkan hal terkait gambaran makro ekonomi yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi China, kemudian dilanjutkan pemaparan kebijakan perdagangan dan investasi, kebijakan impor dan ekspor, subsidi dan IntellectualProperty Rights (IPRs), kebijakan sektoral yang meliputi kebijakan di sektor pertanian dan perikanan, energi, industri, dan
financial services.
Statement Discussant Discussant Ambassador Steffen Smidt dalam Statement-nya
menyampaikan bahwa China mengalami pertumbuhan ekonomi signifikan pada periode 2010 dan 2011 dengan GDP per kapita yang setara dengan US$ 5,400 pada tahun 2011. China tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang didukung oleh penguatan strukturisasi sumber-sumber perekonomian. China tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru yang menempatkan China sebagai eksportir terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa dan negara pengimpor terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Selanjutnya Ambassador Steffen Smidt menyampaikan
beberapa kebijakan China yang menjadi highlight antara lain terkait subsidi dan bantuan pada sektor industri, di bidang pertanian, terkait input subsidi dari pemerintah yang semakin meningkat yang diberikan kepada para pelaku usaha, yang berpotensi untuk menimbulkan distorsi perdagangan.
12 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
Statement Negara
Anggota WTO
Dalam sesi penyampaian Statement oleh negara-negara
anggota, beberapa negara mitra dagang utama China seperti: Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada menyampaikan beberapa concern, antara lain: Uni Eropa
menyoroti kurangnya informasi mengenai subsidi,
persyaratan teknis yang pengurusannya berbelit-belit dan tidak sesuai standar internasional, masalah transparansi, IPRs, Government Procurement; sementara Amerika Serikat
menyoroti masalah IPRs, Government Subsidy, dan
diskriminasi perlakuan di bidang jasa.
Statement
Negara-negara Anggota ASEAN
Pada sidang TPR China dimaksud, Brunei Darussalam mewakili ASEAN menyampaikan Statement yang antara lain
menegaskan peran penting dari China sebagai partner
strategis dari ASEAN dalam hubungan ekonomi dan regional. Hubungan perdagangan ASEAN dengan China mengalami pertumbuhan yang cepat khususnya selama pasca
terbentuknya ASEAN-China Free Trade Area pada tahun 2010
yang lalu. Selain itu, ASEAN mendukung kebijakan China terkait pembentukan "Single Window" terkait kebijakan
Custom Procedures, ASEAN mengharapkan China untuk tetap aktif berpartisipasi dalam Sistem Perdagangan Multilateral dan mendorong penyelesaian perundingan DDA.
Statement Indonesia Dubes Rl untuk WTO menyampaikan Statement Indonesia,
menggarisbawahi beberapa hal pokok di mana China adalah mitra dagang yang strategis bagi Indonesia. Sebagai Negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar, China diharapkan dapat memainkan peran penting dalam konteks Sistem Perdagangan Multilateral. Selanjutnya Indonesia
menyampaikan concern terkait kebijakan subsidi dan
bantuan pemerintah China khususnya di bidang industri dan pertaniannya, di mana Indonesia mengingatkan pemerintah China bahwa kebijakan subsidi yang tidak sejalan dengan ketentuan WTO dapat menimbulkan kerugian bagi negara-negara anggota khususnya negara-negara-negara-negara berkembang lainnya.
Indonesia telah menyampaikan beberapa pertanyaan yang menjadi concern Indonesia antara lain Indonesia meminta China mempertimbangkan kembali proposal kerja sama bilateral yang diajukan Indonesia terkait The Certification and Verification of Certificate of Origin Form E. Indonesia telah
menyampaikan proposal dimaksud melalui electronic
arrangement (online).
Selain itu Indonesia menyampaikan concern bahwa sampai saat ini eksportir Indonesia mengalami kesulitan dalam hal
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 13
melakukan ekspor ke China terkait pemenuhan persyaratan prosedur impor China, Indonesia meminta klarifikasi kepada China terkait Customs Procedures.
Sebelum sidang berakhir, negara-negara mitra dagang seperti Amerika menanggapi kebijakan perdagangan China antara lain: terkait Government Subsidy di mana negara-negara mitra dagang mendorong China untuk lebih transparan dalam mengeluarkan kebijakan subsidinya melalui notifikasi sesuai dengan ketentuan WTO. Terkait IPRs negara mitra
dagang memandang China belum sungguh-sungguh
melaksanakan komitmennya dalam hal penegakan hukum untuk mengurangi pelanggaran IPRs. Terkait sektor Services and Investment negara mitra dagang mengharapkan China dapat menyusun regulasi dan kebijakan yang dapat mendorong pembukaan pasar Services yang lebih besar dan mendukung iklim investasi.
2. Sidang Committee Technical Barriers to Trade
Sidang Committee Technical Barriers to Trade (TBT)
dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2012, di Jenewa, Swiss. Kehadiran delegasi Indonesia pada sidang reguler Komite TBT kali ini bertujuan untuk:
Agenda Specific Trade
Concern No. 6
1)Memberikan tanggapan atas Specific Trade Concern
(STC) yang disampaikan oleh Meksiko dan South Africa
terkait Draft Modification to the Technical Regulation
HK.00.05.52.4040 on Alcoholic drinks yang ditetapkan pada tanggal 9 Oktober 2006.
a) Terkait rancangan perubahan peraturan teknis
HK.00.05.52.4040, 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan yang diterbitkan Badan POM, Pihak Meksiko dan Afrika Selatan telah meminta penjelasan tentang ketentuan dimaksud. Adapun hal-hal yang disampaikan, sebagai berikut:
-Klarifikasi mengenai definisi tequila dalam
rancangan perubahan peraturan teknis serta meminta penjelasan mengenai status rancangan perubahan peraturan teknis HK.00.05.52.4040;
- Meksiko meminta agar Indonesia dapat
memberikan pengakuan bahwa Tequila
merupakan produk Meksiko berdasarkan TRIPS
Agreement dan WIPO Paris Convention for the Protection of Intellectual Property;
14 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
- Meksiko meminta Indonesia agar dapat
melakukan proses notifikasi draf regulasi teknis sesuai dengan ketentuan Pasal 2.9 TBT
Agreement.
b) Sebelum menanggapi pertanyaan dari delegasi
Meksiko dan Afrika Selatan, Indonesia
menyampaikan kepada Sekretariat WTO untuk mengubah judul yang tertuang dalam agenda STC di mana agenda yang semula diberi judul "Draft Modification to the technical regulation HK. 00.05.52.4040 on alcoholic drinks", published on 9 October 2006 diubah menjadi "Draft Modification to the technical regulation HK.00.05.52.4040 on food category, published on 9 October 2006".
c) Indonesia menanggapi bahwa status modifikasi
peraturan tersebut masih dalam tahap proses penyempurnaan dan apabila telah disempurnakan Indonesia akan melakukan proses notifikasi ke WTO untuk mendapat tanggapan dari Negara anggota. Selain itu telah disampaikan pula tanggapan terkait pertanyaan definisi Tequilla, di mana Indonesia akan mempertimbangkan usulan Meksiko terkait definisi
Tequilla namun harus sesuai dengan ketentuan
dalam perjanjian TRIPS dan WIPO Paris
Convention for the Protection of Intellectual Property.
Agenda Specific Trade
Concern No. 6
2)Memberikan tanggapan atas STC yang disampaikan
Korea dan Jepang terhadap notifikasi Indonesia mengenai Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar Nasional (SNI) Baja lembaran tipis lapis timah elekrolisa (BjLTE) secara wajib (G/TBT/N/IDN/46)
a) Korea dan Jepang meminta kembali klarifikasi dari
Indonesia mengenai update terhadap Rancangan
Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) tentang pemberlakuan SNI wajib untuk baja lembaran tipis lapis timah elektrolisa (BjLTE). Selain itu, Pihak Jepang juga menyampaikan permintaan agar pemberlakuan SNI wajib BjLTE
dikenakan pada final, product bukan pada
intermediate product. Selanjutnya, Jepang juga menyampaikan Baja yang diimpor dari Jepang telah memenuhi sistem manajemen mutu ISO 9001, sehingga tidak diperlukan lagi untuk
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 15
dilakukan sertifikasi karena akan menambah biaya dan berdampak pada daya saing produk Jepang.
b) Menanggapi hal tersebut Indonesia
menyampaikan bahwa:
-Rancangan Permenperin tersebut belum ditetapkan
dan sedang dilakukan pembahasan untuk
penyempurnaan beberapa ketentuan mengenai SNI BjLTE yang pernah dinotifikasikan dalam dokumen G/TBT/IDN/46;
-Terkait dengan pemberlakuan Standar Baja,
Indonesia menyampaikan bahwa peraturan
mengenai Baja Canai Panas, telah dinotifikasikan melalui G/TBT/N/IDN/23 dan Baja Canai Dingin
melalui notifikasi G/TBT/N/IDN/33 beserta
adendumnya. Sedangkan SNI BjLTE saat ini sedang dalam tahap penyempurnaan. Indonesia akan menotifikasi rancangan peraturan ini apabila sudah final beserta adendumnya;
-Penerapan SNI wajib pada intermediate dan final product lebih ditujukan guna pemenuhan spesifikasi
teknis yang dibutuhkan untuk melindungi human
health and safety bagi konsumen;
-Selain itu menanggapi Jepang, disampaikan pula bahwa sertifikasi produk merupakan hal yang berbeda dengan sertifikasi sistem manajemen mutu, dalam hal ini produsen yang telah memenuhi sistem ISO 9001 tetap diwajibkan untuk memenuhi Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI).
3)Memberikan tanggapan atas STC yang disampaikan
pihak Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait Technical Guidelines for the Implementation of the Adoption and Supervision of Indonesia National Standards for Obligatory Toy Safety. Adapun concern Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai berikut:
a) Meminta penjelasan mengenai rencana
pemberlakuan regulasi ini dan meminta Indonesia untuk segera menotifikasi rancangan regulasi teknis
ke TBT Committee.
b) Untuk melaksanakan prinsip transparansi, dalam
rangka penyusunan draf rancangan SNI keterlibatan daripada pelaku industri dan seluruh pemangku kepentingan perlu diakomodasi lebih lanjut.
16 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
c) Meminta Indonesia agar dapat menerima hasil
pengujian, yang dilakukan oleh laboratorium kompeten yang berada di luar Indonesia yang telah
mendapatkan pengakuan akreditasi dari Asia
Pacific Laboratory Accreditation Cooperation
(APLAC) dan International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC).
Menanggapi pertanyaan AS dan UE, Indonesia
menyampaikan bahwa sampai saat ini akan melakukan proses untuk menotifikasikan ke TBT Committee terkait rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang pemberlakuakn SNI Mainan Anak secara wajib dan Peraturan Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) tentang Petunjuk Teknisnya.
Agenda STC No. 31
(previously raise)
4) Brazil - Draft Resolution No. 112, 29 November 2010, Maximum levels of tar, nicotin and carbonmonoxide permitted on tobacco products and prohibition on additives (G/TBT/N/BRA/407)
Terkait dengan hal ini beberapa Negara seperti Kolumbia juga telah mengirimkan permintaan klarifikasi secara tertulis kepada Pemerintah Brasil, hal ini juga telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan. Selain hal tersebut. Kolombia juga mendapat dukungan dari Guatemala yang menyampaikan kekecewaannya karena hingga saat ini belum mendapatkan jawaban atau klarifikasi secara tertulis maupun statement yang disampaikan dalam sidang TBT ini.
Terkait dengan draf dimaksud, Australia menyampaikan
dukungannya terhadap draf ketentuan brazil. Australia
berpandangan bahwa merokok telah mengakibatkan kematian sejumlah 15.000 orang per tahunnya, kelompok yang dirugikan tersebut adalah ibu hamil, kaum muda, suku aborigin, torres trait islanders, people with mental illness, dan kaum pengangguran di Australia. Konsumen rokok di Australia mencapai tiga juta orang dengan nilai ekonomi lebih dari A$ 31,5 Miliar per tahun, oleh karena itu Australia perlu memberikan perlindungan terhadap para ibu dan generasi muda akan bahaya merokok sebagaimana yang dimandatkan WHO.
Terkait dengan Tobacco Plain Packaging Bill 2011
(G/TBT/N/AUS/67) delegasi Meksiko dan Republik Dominika masih mempertanyakan kebijakan tersebut terutama mengenai scientific evidence terkait plain packaging hill
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 17
untuk mengurangi jumlah perokok. Karena aturan tersebut belum pernah diberlakukan oleh negara lain di seluruh dunia, sehingga belum ada bukti bahwa kemasan rokok dapat mengurangi konsumsi rokok.
Tanggapan pemerintah Australia terhadap concern tersebut adalah aturan ini memiliki legitimate objective untuk melindungi kesehatan masyarakat dan plain packaging bagi produk tobacco dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengurangi konsumsi rokok masyarakat.
3. Pertemuan Informal Committee on Agriculture
Pertemuan konsultasi informal berlangsung pada tanggal 18-19 Juni 2012 di Jenewa, Swiss. Pertemuan Informal
Committee on Agriculture (COA) membahas agenda sebagai berikut:
1) Notification Submission of the Data Base Agriculture Information Management System (AIMS);
2) The Implementation of the Notification Requirements on Export Restriction – Proposal Jepang;
3) Review of the list of Significant Exporters - Submisi oleh China, India, Pakistan, Filipina, dan Turki.
Hal-hal yang patut menjadi catatan dalam pertemuan informal tersebut, antara lain sebagai berikut:
1)Beberapa anggota masih mempermasalahkan notifikasi
AIMS data base, seperti: technical assistance yang bisa
diberikan kepada negara berkembang dan Least
Developed Country (LDC). Penggunaan format Microsoft Word atau Excel dalam penerapan notifikasi. Perlunya
manual instruction untuk anggota sebagai referensi,
timeframe, dan prosedur untuk melakukan notifikasi
online.
2)Delegasi dari negara maju pada umumnya mendukung
submisi Jepang dan menjelaskan keuntungan dari notifikasi, serta mengusulkan seluruh anggota untuk melakukan notifikasi export restriction;
3)Terkait Penentuan Product Classification and
Disaggregation, anggota masih berbeda pandangan terkait metode pengelompokan produk pertanian yang dapat mengakibatkan inkonsistensi dalam notifikasi.
18 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
4. PertemuanCommittee on Agriculture Regular Session
Pertemuan Committee on Agriculture Regular Session (COA-RS) dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2012 di Kantor WTO Jenewa, Swiss.
Secara khusus, pertemuan membahas Domestic Program
oleh Brasil, Compliance Aggregate Measurement of Supports
(AMS) commitment oleh Costa Rica, notifikasi DS:2 dan
Export Restrictions oleh India, Insurance Crop Program oleh Morocco, serta kebijakan import quantitative restriction
produk pertanian Indonesia dan kewajiban Indonesia untuk menotifikasikan Domestic Support (DS:1). Selama pertemuan anggota melakukan tanya jawab dan pertukaran pandangan mengenai dampak berbagai kebijakan tersebut terhadap perdagangan dan kesesuaiannya dengan berbagai ketentuan di WTO khususnya Agreement on Agriculture (AoA).
Dalam Pertemuan COA, Delri menjelaskan hal-hal terkait sebagai berikut:
1) Permentan No. 37/2006, 89/2011, 15/2012, 18/2008,
90/2011 terkait importasi buah dan sayuran segar telah dicabut dan diganti dengan Permentan No. 42/2012 dan 43/2012 yang mulai berlaku tanggal 19 Juni 2012. Indonesia akan menotifikasi kedua peraturan tersebut ke Sekretariat WTO.
2) Indonesia juga menyampaikan tentang keputusan
penundaan Permendag 30/2012 dan Permentan No. 03/2012 hingga akhir September 2012.
3) Terkait dengan konsistensi Indonesia dengan aturan
WTO, Article III, XI GATT 1994, dan Article. 4.2 AoA, Delri menjelaskan bahwa kesesuaian ketentuan di Indonesia dengan provisi di WTO tersebut perlu dilihat dari konteks pembangunan dalam bidang pertanian di negara berkembang dan Indonesia memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk melakukan
importasi produk pertanian selama memenuhi
persyaratan administratif yang berlaku berdasarkan Undang-Undang No. 18/2009 dan 13/2010.
4) Indonesia juga menjelaskan akan me-review Permentan No. 50/2011, 51/2011, dan 52/2011 tentang importasi hewan dan produk hewan untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan stakeholders termasuk importir.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 19
5) Terkait notifikasi Domestic Support Indonesia (DS:1) yang tertuang dalam dokumen G/AG/N/IDN/30 Indonesia menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
a) Negara berkembang tidak mempunyai kewajiban
untuk menotifikasikan Table DS:1 sebagaimana diatur
dalam dokumen Committee on Agriculture no.
G/AG/2;
b) Indonesia sedang melakukan proses analisis data guna memenuhi kewajiban untuk melengkapi dokumen
Domestic Support periode tahun 2001-2003;
c) Dalam hal isu "reserve stock for emergency and price stabilization purposes" terkait Supporting Table D3:1 dan pertanyaan Amerika Serikat terkait Supporting Table DS:5. Indonesia menyatakan masih melakukan kajian internal dalam menanggapi isu dimaksud. Tanggapan yang mengemuka terhadap pernyataan Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, Selandia Baru, menyambut baik upaya Pemerintah Indonesia menunda implementasi Permendag No. 30/2012 dan Permentan No. 3/2012 dan mengganti Permentan No. 89/2012 dan No. 90/2012 dengan Permentan No. 42/2012 dan No. 43/2012. Diharapkan Indonesia segera dapat menotifikasikan berbagai ketentuan baru tersebut kepada Sekretariat WTO.
2) Secara khusus pihak New Zealand menyampaikan
beberapa pertanyaan untuk dapat dibahas pada sidang COA mendatang, sebagai berikut:
a) Informasi dan kejelasan atas data supply-demand
yang dinyatakan Indonesia dengan kalimat "telah memenuhi kebutuhan domestik";
b) Selain itu, kejelasan tentang perbedaan posisi distributor, retailer, Importir Terdaftar (IT), dan
Importir Produsen (IP) dalam menjalankan
fungsinya terkait sistem prosedur importasi di Indonesia.
3) Kanada juga menanyakan tanggapan Indonesia
mengenai undangannya kepada pejabat Direktorat Jenderal Peternakan untuk melakukan inspeksi ke Kanada guna melihat sistem pemotongan hewan di negara tersebut.
20 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN
1. Pertemuan the 2nd ASEAN Committee on Sanitary and Phyto-Sanitary Measures
Work Program AC-SPS Pertemuan ini menyepakati Work Programme ASEAN
Committee on Sanitary and Phyto-Sanitary Measures (AC-SPS) 2011-2015, yang selanjutnya akan menggantikan SPS section dari ASEAN Trade Facilitation Working Programme
(ATFWP). Pertemuan juga menyetujui usulan Filipina agar Sekretariat ASEAN melakukan inventarisasi terhadap ASEAN bodies yang terkait dengan isu SPS, sehingga ASEAN Member States (AMS) dapat memonitor kemajuannya dengan mengacu kepada Term of Reference (TOR) dari ASEAN bodies
tersebut. AC-SPS juga sepakat menunjuk beberapa AMS
sebagai Lead Countries untuk menyempurnakan pelaksanaan
Work Program dari AC-SPS, yakni: (i) Filipina sebagai Lead Country pengembangan template yang akan berfungsi sebagai alat monitor bagi AC-SPS; (ii) Vietnam sebagai Lead Country penyiapan draft guidelines penanganan masalah terkait SPS yang timbul; (iii) Indonesia sebagai Lead Country
untuk mempersiapkan guidelines pembentukan ASEAN SPS
Information Management System; dan (iv) Malaysia sebagai
Lead Country untuk melaksanakan workshop di tahun 2013.
Mekanisme Koordinasi
dan Monitoring AC-SPS
AC-SPS sepakat tentang perlunya mekanisme koordinasi dan
monitoring AC-SPS yang efektif, baik secara internal maupun eksternal. Sehubungan dengan hal tersebut, AC-SPS meminta
kesediaan Vietnam menyusun konsep paper tentang
mekanisme koordinasi AC-SPS yang akan dipresentasikan pada pertemuan AC-SPS selanjutnya.
AC-SPS Contact Point and National Experts
Indonesia telah menunjuk perwakilan dari Badan Karantina sebagai AC SPS Contact Point dan National Expert.
2. Pertemuan Legal Experts on the ASEAN Trade in Goods Agreement
Hal-hal yang telah dibahas dan disepakati dalam pertemuan
Meeting of Legal Experts (MLE) adalah sebagai berikut: 1)Finalisasi draft text Protocol to Amend Certain ASEAN
Economic Agreements.
2)Menunda pembahasan inclusion of the National Trade Repository (NTR) Into the ATIGA.
3)Terkait dengan rencana Thailand untuk juga bergabung dengan the 2nd SC Pilot Project, MLE berpandangan bahwa
tidak terdapat aturan yang melarang ASEAN Member
States (AMS) untuk ikut dalam kedua Pilot Projects
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 21
menyulitkan private sectors dari negara yang menerapkan dua Pilot Projects tersebut pada waktu yang bersamaan karena keduanya mempunyai prosedur yang berbeda.
4)Untuk mengimplementasikan abolishment of FOB value in
the COO form D, MLE mengusulkan penambahan pasal yaitu Rule 25 (FOB Price) dalam ATIGA OCP: “For the purpose of this agreement, notwithstanding Rule 11 (b), the Certicate of Origin (Form D) and the back-to-back Certificate of Origin shall only reflect the FOB price in cases where the goods have a regional value content of not less than forty percent (40%) calculated using the formula set out in Article 29 of this Agreement.”.
5)Terkait dengan 3 skenario Third Country Invoicing yang diusulkan oleh Singapura, MLE berpandangan bahwa skenario 1 in line dengan ATIGA OCP Rule 23. Sementara untuk skenario 2, MLE mencatat bahwa mayoritas negara ASEAN menyampaikan sesuai dengan ATIGA OCP Rule 23. MLE juga mencatat reservasi Thailand untuk skenario 2 dan 3, dan Indonesia untuk skenario 3 karena masih memerlukan konsultasi internal.
6)Terkait dengan rencana penerimaan electronically printed or affixed signatures, MLE mengusulkan amandemen Rule 7 (4) ATIGA OCP: “Each Certificate of Origin (Form D) shall bear the manually executed signature and seal, or electronically printed or affixed signatures and seal, of the authorised issuing authority”.
Sehubungan dengan rencana amandemen ATIGA OCP guna mengakomodasi beberapa isu yang telah disepakati,
Indonesia secara khusus mengindikasikan tentang
keharusannya melakukan prosedur internal ratifikasi untuk implementasinya sehingga diperlukan suatu legal instrument
dalam bentuk protokol atau Letter of Intent (LoI) meskipun ATIGA tidak mensyaratkannya.
3. Pertemuan the 8th Sub-Committee on ASEAN Trade in Goods Agreement Rules of Origin Transposition from the
AHTN 2007 into the AHTN 2012 and its implication to ATIGA Tariff Reduction Schedules
Pertemuan membahas revised draft transposisi Product
Specific Rules (PSR) dari HS 2007 ke HS 2012 berdasarkan
masukan dari beberapa ASEAN Member States (AMS). Dalam
kaitan ini, pertemuan sepakat mengadopsi transposisi PSR yang tidak mengalami perubahan dan mendiskusikan many-to-one transposition of different PSR Rules. Mengingat terdapat beberapa negara anggota yang belum memberikan tanggapan, pertemuan sepakat memberikan tambahan
22 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
waktu untuk melakukan konsultasi domestik untuk kemudian memberikan response atas revised PSR dimaksud paling lambat 30 Juni 2012.
Self-Certification Pilot Projects
Pertemuan mencatat perkembangan kemajuan pelaksanaan
Self Certification Pilot Project (SCPP) versi 1 serta perkembangan dan rencana pelaksanaan SCPP versi 2, sebagai berikut: (i) Terkait keputusan SEOM 2/43 untuk memperpanjang pelaksanaan SCPP versi 1, pilot countries
sepakat memperpanjang SCPP sampai dengan 31 Desember 2015; dan (ii) Peserta SCPP versi 2 menyampaikan finalisasi
Operational Certification Procedure (OCP) dan rencana penandatanganan MoU on the Second Pilot Project di
sela-sela 44th AEM di bulan Agustus 2012 sedangkan
implementasi akan dimulai pada kuartal ke-4 tahun 2012 atau kuartal 1 tahun 2013. Pertemuan juga mencatat keinginan Thailand untuk bergabung dalam SCPP versi ke-2 dengan tujuan memperluas dan mendapatkan benefit dari kedua pilot projects yang dilaksanakan.
ASEAN-wide
Implementation of Self-Certification
Terkait dengan keputusan SEOM 2/43 mengenai aspirational
target for ASEAN-wide implementation by 2015 subject to readiness of ASEAN Member States, masing-masing negara anggota mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam hubungan ini, Indonesia menyampaikan pandangannya
bahwa timeline ASEAN-wide implementation of
Self-Certification seharusnya in line dengan AEC Blueprint strategic schedules yaitu 31 Desember 2015, sementara Brunei dan Singapura berpandangan bahwa negara-negara anggota ASEAN seharusnya tidak meminta aspirational target
dari SEOM karena AFTA Council sebelumnya telah
memutuskan implementasi SC pada tahun 2012. Mengingat terdapat perbedaan pandangan diantara negara anggota, pertemuan sepakat untuk meminta arahan SEOM 3/43 mengenai timeline ASEAN wide self-certification.
The Aspect of Risk Management in Self-Certification
Dalam rangka confident building, keempat peserta SCPP versi
1 mempresentasikan penanganan risk management yang
dilakukan dalam pelaksanaan pilot project. Lebih lanjut, pertemuan sepakat bahwa diperlukan peningkatan kerja sama mengenai risk management pada saat ASEAN wide self-certification diimplementasikan. Sekretariat ASEAN juga
menyampaikan bahwa akan diselenggarakan workshop on
risk management bersamaan dengan pertemuan the 6th CTG
pada bulan Oktober 2012 mendatang.
Mechanism for Recognition ASEAN
Pertemuan kembali membahas mengenai mekanisme under
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 23 originating products
imported under various Forms issued by ASEAN Member States with Dialogue Partners
sepakat memasukkan RVC 40% dalam mekanisme ini. Namun Indonesia kembali menegaskan bahwa saat ini pelaku usahanya belum membutuhkan mekanisme ini. Mengingat tidak ada kemajuan terkait isu ini, pertemuan sepakat untuk
mempertimbangkan usulan Chair’s SCAROO mengenai
pathfinder approach guna penyelesaian isu dimaksud.
Sectoral Study on the Most Appropriate ROO
Pertemuan membahas theextracted list of product tariff lines
dari studi sektor otomotif yang dipersiapkan Sekretariat ASEAN. Dari 282 product tariff lines ditemukan sekitar 90
product tariff lines yang menggunakan RVC 40% sebagai
PSRs-nya sehingga dimungkinkan untuk mengadopsi co-equal
and alternative rules. Dalam hubungan ini, Indonesia, Malaysia, dan Thailand menegaskan kembali posisinya bahwa kalangan pelaku usaha lebih memilih menggunakan RVC 40%. Namun demikian, SCAROO meminta Indonesia, Malaysia, dan
Thailand untuk mempertimbangkan co-equal and alternative
rules untuk produk dengan nilai impor yang rendah dan menyampaikan responsnya pada pertemuan mendatang.
Abolishment of the FOB Value in the CO Form D, AK, AJ, AANZ
Pertemuan sepakat merekomendasikan SEOM untuk meminta persetujuan Menteri terkait dengan rencana amandemen ATIGA OCP dengan menambahkan pasal baru
dalam rangka mengimplementasikan penghapusan FOB
Value pada SKA Form D apabila kriteria CTC atau wholly obtain dan process criteria.
Implementation Issues Di bawah mata agenda ini terdapat beberapa sub isu yang
dibahas, antara lain: (i) Minor Discrepancies in CO Form D:
Pertemuan kembali membahas mengenai matriks minor
discrepancies in CO Form D yang disiapkan oleh Sekretariat
ASEAN dan meminta ASEAN Member States (AMS)
meng-update posisinya untuk kemudian dikonsolidasikan serta
di-upload pada website Sekretariat ASEAN; (ii) Electronically Printed or Affixed Signatures: Indonesia menyampaikan bahwa secara prinsip dapat menyetujui mekanisme dimaksud dengan mengamandemen ATIGA OCP. Pertemuan sepakat melanjutkan pembahasan ini pada pertemuan yang akan datang; (iii) Third Country Invoicing (TCI) Issues: Pertemuan mencatat posisi masing-masing negara anggota atas tiga skenario TCI yang disampaikan Singapura. AMS sepakat bahwa skenario 1 merupakan TCI yang selama ini telah diimplementasikan. Sementara untuk skenario 2, seluruh AMS kecuali Thailand secara prinsip dapat menerima. Terkait dengan skenario ke-3, Indonesia, Myanmar, dan Thailand menyampaikan masih dalam tahap konsultasi domestik.
24 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
4. The Eight Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ASEAN
Trade in Goods Agreement
AEC Scorecard Pertemuan meng-update AEC Scorecard yang terkait dengan
implementasi ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Dalam hubungan ini, Indonesia meminta negara-negara
anggota untuk mulai mempertimbangkan inisiatif
pengembangan National Trade Repository (NTR) ataupun
ASEAN Trade Repository (ATR) 2015 masuk dalam AEC Scorecard.
Transposition from the AHTN 2007 into the AHTN 2012 and its Implications to ATIGA Tariff Reduction Schedules (TRSs)
Sekretariat ASEAN menyampaikan updates hasil verifikasi transposisi Tariff Reduction Schedules (TRSs) ATIGA dari
ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN) 2007 ke AHTN 2012 yang telah disampaikan oleh Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Pertemuan mencatat tidak terdapat permasalahan teknis pada hasil verifikasi TRSs
Indonesia. Lebih lanjut, pertemuan sepakat
merekomendasikan the 26th AFTA Council melalui SEOM
untuk meng-endorse TRS Indonesia. Namun demikian,
Vietnam mengangkat isu mengenai TRS 10 digit Indonesia yang menurut asumsi Vietnam seharusnya dalam HS 8 digit. Sekretariat ASEAN menegaskan bahwa hal ini sesuai dengan
AHTN Protocol dan tidak ada tarif yang mengalami erosi meskipun Indonesia menyampaikan transposisinya dalam HS 10 digit.
Terkait permasalahan yang masih dihadapi oleh beberapa negara khususnya dalam hal penggabungan tariff lines,
Coordinating Committee on ATIGA (CCA) sepakat
menugaskan Sekretariat ASEAN untuk mengeksplorasi kemungkinan digunakannya metodologi WTO sebagai bahan
pertimbangan untuk didiskusikan pada pertemuan
mendatang. Lebih lanjut CCA juga mencatat bahwa transposisi HS 2007 ke HS 2012 akan berimplikasi terhadap produk yang masuk dalam kategori Priority Integration Sector
(PIS). Dalam hubungan ini, pertemuan meminta Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV) menyampaikan posisi mereka terkait dengan transposisi PIS produk (universe list) paling lambat 15 Maret 2012 dan menyampaikan negative list bersamaan dengan submisi TRS ATIGA kepada Sekretariat ASEAN.
Alcoholic and Tobacco Products
Indonesia, Malaysia dan Vietnam menyampaikan tidak ada
update terhadap isu dimaksud, namun demikian, ketiga
negara diminta untuk menyampaikan updates atas isu
dimaksud pada pertemuan CCA mendatang untuk dapat disampaikan ke AFTA Council pada bulan Agustus 2012.
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 25 Review of the Waiver
for Rice and Sugar for Indonesia and
Philippines
Indonesia dan Filipina menyampaikan justifikasi mengenai permohonan perpanjangan waiver atas produk beras dan gula yang dilengkapi dengan data statistik impor. Dalam hubungan ini, Thailand and Vietnam akan menyampaikan
approval terhadap submisi Indonesia secara intersessionally
setelah mendapatkan konfirmasi dari Kementerian Pertanian masing-masing negara.
Updates on the Non-Tariff Measures Database
Pertemuan membahas kembali matriks kasus-kasus teraktual mengenai hambatan perdagangan yang disusun Sekretariat
ASEAN berdasarkan masukan dan updates dari
negara-negara anggota ASEAN. Dari 86 kasus yang dibahas, 35 kasus disepakati sebagai resolved cases. Pertemuan sepakat bahwa harus ada format standar penyampaian kasus masing-masing negara anggota. Lebih lanjut, CCA sepakat menyampaikan 14 kasus ke ASEAN Consultative Committee on Standards & Quality (ACCSQ) dan untuk dimintakan tanggapan serta meminta Sekretariat ASEAN untuk berkoordinasi dengan
sectoral bodies yang terkait. Pertemuan juga sepakat
meminta arahan SEOM untuk meng-upload kasus-kasus yang
sudah terselesaikan di website Sekretariat ASEAN.
Dalam pertemuan, Indonesia menekankan pentingnya format penyampaian kasus dan indikator dalam hal menentukan suatu measure dianggap Non tariff barriers
(NTBs) atau bukan agar tidak semua kasus masuk dalam matriks sehingga pembahasan di tingkat CCA dapat berlangsung secara lebih efektif. Pertemuan juga sepakat dengan usulan Indonesia agar pembahasan isu yang sifatnya teknis dan di luar kewenangan CCA, seperti sanitary and phytosanitary (SPS) dan standardisasi, dapat disampaikan ke badan sektoral terkait dan hasil pembahasannya dilaporkan ke CCA.
Work Programme on NTBs Elimination
Terkait dengan isu ini, Thailand menyampaikan kemungkinan adanya NTBs yang dimiliki Myanmar, Laos, dan Vietnam (MLV) dan perlu dihapus. Ketiga negara dimaksud menegaskan bahwa tidak ada kebijakan negara tersebut yang masuk dalam kategori NTBs. Untuk memastikan hal tersebut, pertemuan sepakat meminta MLV untuk memberikan informasi yang lebih detail ke Sekretariat ASEAN.
Monitoring System on the Notification/ Implementation of NTMs
Pertemuan membahas kembali proposal Sekretariat ASEAN mengenai diagram sistem monitoring notifikasi NTMs sebagaimana diatur dalam Article 11 ATIGA. Pertemuan belum mencapai kesepakatan terkait prosedur notifikasi NTMs yang harus dilakukan oleh masing-masing negara anggota. Thailand mengusulkan bahwa implementation and
26 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 monitoring system dalam notifikasi dan implementasi NTMs sebaiknya menggunakan mekanisme notifikasi WTO (format notifikasi). Pertemuan sepakat untuk mendiskusikan isu dimaksud pada pertemuan CCA mendatang.
ASEAN Trade Repocitory (ATR)
CCA mencatat sembilan elemen parameter berdasarkan Pasal 13 ATIGA dan presentasi Sekretariat ASEAN mengenai program kerja ATR yang menekankan arti penting National Trade Repository (NTR). Dalam kaitan ini, ASEAN Member States (AMS) diminta menyampaikan tanggapan terkait sembilan parameter dimaksud dan program kerja ATR serta
updates hasil internal konsultasi terkait dengan pembentukan ATR/NTR pada pertemuan yang akan datang.
ASEAN Consultation to Solve Trade and Investment
Sekretariat ASEAN menyampaikan update hasil konsultasi dengan EU terkait sumber pendanaan dalam rangka peningkatan ACT. Mengingat ACT telah lama tidak aktif digunakan oleh AMSs, masing-masing negara diminta untuk mengaktifkan kembali dan memperbarui contact point-nya.
Trade Statistic CCA mencatat presentasi Sekretariat ASEAN terkait
metodologi kalkulasi utilisasi FTAs Forms. Lebih lanjut CCA juga mendorong negara-negara ASEAN untuk menyampaikan data utilisasi Form D dan Forms FTAs (sesuai dengan format yang telah ditetapkan pada the 19th AFTA Council) sebagaimana mandat the 25th AFTA Council paling lambat tanggal 31 Juli 2012. Pertemuan juga mencatat bahwa Indonesia dan beberapa negara anggota ASEAN lainnya telah menyampaikan data perdagangan sampai dengan akhir tahun 2011.
5. Second ASEAN Preparatory Meeting for the RCEP Working Group on Trade in Goods
Pertemuan Second ASEAN Preparatory Meeting for the RCEP
Working Group on Trade in Goods (RCEP-WGTIG) berlangsung pada tanggal 3 Juni 2012 di Singapura. Pertemuan dihadiri oleh perwakilan dari seluruh anggota ASEAN kecuali Myanmar serta wakil dari Sekretariat ASEAN. Highlights of the SEOM
2/43 Discussion on the RCEP
Pertemuan mencatat highlight of the SEOM 2/43 terkait dengan RCEP, beberapa di antaranya adalah: (i) untuk
mengikuti deadlines yang telah disepakati dalam
melaksanakan mandat RCEP; (ii) Memfinalisasi template TIG yang kemudian segera didistribusikan kepada mitra FTA sebelum sidang WGTIG pertama. Lebih lanjut pertemuan mencatat respons positif mitra FTA yang secara khusus
memberikan perhatian pada paragraph 49 of the Chairman’s
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 27
forward to the launch of the RCEP Negotiations” pada KTT ASEAN ke-21 mendatang. Mitra FTA berharap agar dilibatkan sedini mungkin dalam mengembangkan RCEP khususnya
template ASEAN.
Consideration of the Template for Trade in Goods under the RCEP/Modality for Liberalizing Trade in Goods under the RCEP
Dalam pembahasan template, pertemuan berusaha untuk
mengakomodasi seluruh masukan yang disampaikan Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Terkait dengan special and differential treatment pertemuan sepakat
untuk menggunakan language pada laporan AFTA Council
kepada Leaders dan presentasi SEOM pada pertemuan
SEOM+FTA Partners Consultations serta menambahkan kata
“aspirational” atas liberalisasi sebesar 95% dari total tariff lines sebagai level of ambition. Pertemuan juga sepakat untuk tidak mengindikasikan jumlah angka tertentu dalam eliminasi tarif pada saat entry into force (EIF) dan exclusion tariff commitment karena ASEAN Member States (AMS) masih dalam proses konsultasi domestik membahas level ambition
dan modality untuk tariff reduction dan elimination.
Pertemuan mencatat usulan Sekretariat ASEAN untuk eliminasi sisa komitmen tarif dalam jangka 10 tahun setelah
entry into force (EIF) of the agreement.
Selanjutnya pertemuan sepakat untuk mengadopsi template
ASEAN yang akan digunakan untuk memfasilitasi proses
scoping excercise dengan mitra FTA ASEAN. Template akan dilaporkan kepada SEOM agar SEOM dapat membahasnya secara inter-sessional sebelum dikirim kepada mitra FTA ASEAN pada tanggal 6 Juni 2012.
Pertemuan sepakat untuk mendiskusikan lebih lanjut beberapa usulan yang telah disampaikan beberapa Negara ASEAN untuk dapat dimasukkan ke dalam draft trade in goods template sebagai berikut :
1) Vietnam mengusulkan untuk menambahkan objective
template mengenai konsolidasi ASEAN+1 FTA terkait
trade in goods dan economic cooperation untuk meningkatkan benefit bagi Negara yang berpartisipasi dalam RCEP.
2) Indonesia mengusulkan untuk memasukkan klausul
penyediaan online electronic tools yang dapat diakses oleh Customs negara pengimpor dalam rangka untuk melakukan proses verifikasi sebagaimana yang telah diusulkan oleh Bea dan Cukai Indonesia.
3) Beberapa masukan dari Kamboja, Filipina, Myanmar
28 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
Pertemuan sepakat untuk memberikan masukan terhadap usulan tersebut dan menyampaikan usulan baru untuk
di-circulate kepada AMS pada tanggal 16 Juni 2012.
6. The 30th ASEAN Small Medium Enterprise Working Group and Other Related Meetings
The 30th SMEWG Meetings diawali dengan penyerahan tanggung jawab keketuaan dari Malaysia kepada Filipina selaku Chair di tahun 2012. Pertemuan membahas hal-hal penting yang telah dicapai dari hasil pertemuan the 20th ASEAN Summit, the 6th ASEAN Economic Community Council
(AECC) Meeting, the 18th ASEAN Economic Ministers (AEC)
Retreat, the 21sth High Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) and the Senior Economic Officials Meeting (SEOM) pada tahun 2012. Keputusan penting yang perlu diperhatikan antara lain: (i) The ASEAN Economic Community (AEC) – High Impact Targets; (ii) Mid-Term Review (MTR) of the AEC Blueprint; (iii) ASEAN Framework on Equitable Economic Development (AFEED); (iv) the establishment of the ASEAN SME Regional Development Fund; (v) Engagement of the Private Sector; (vi) Indonesia’s initiative to convene a Forum to discuss best practices in financial inclusion di Jakarta tanggal 27 dan 28 Juni 2012; dan (vii) Indonesia’s initiative to convene International Microfinance Conference on Microfinance Innovation di Yogyakarta padatanggal 22 dan 23 Oktober 2012.
Implementation of the AEC Blueprint and AEC Scorecard
Pertemuan mencatat kemajuan perkembangan Mid Term
Review (MTR) AEC Blueprint yang dipaparkan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). ASEAN SMEWG telah menyampaikan masukan MTR terkait dengan
section SME kepada ERIA untuk difinalisasi dan dilaporkan pada pertemuan SEOM 3/43 pada bulan Juli 2012. Pertemuan SMEWG lebih lanjut membahas daftar
deliverables untuk kerja sama SME pada AEC Scorecard tahap
III (2012-2013) dan mengusulkan untuk memasukkan project
program regional terkait “Promotion of Internship Scheme for Staff Exchanges and Visits for Skills Training” yang diusulkan Filipina, sebagai salah satu key deliverable di AEC scorecard. Overview of the
Implementation of SME Projects under the AEC Blueprint & ASEAN Strategic Action Plan
Menyadari pentingnya UKM ASEAN untuk mencapai pembangunan ekonomi yang merata dan inklusif menuju AEC 2015, pertemuan sepakat setiap negara ASEAN menjadi
Country Coordinator untuk enam akses, dan berfungsi merancang Roadmap untuk setiap akses menuju AEC 2015. Akses tersebut antara lain: (i) Akses Keuangan - Indonesia dan Malaysia; (ii) Akses Pasar dan Internasionalisasi UKM –
Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012 29
Singapura; (iii) Akses Teknologi – Vietnam; (iv) Akses Sumber Daya Manusia - Brunei Darussalam; (v) Akses terhadap Informasi dan Advisory Services - Thailand; dan (vi)
Publication dan Directory - Filipina. Pertemuan meminta
Sekretariat ASEAN untuk mengembangkan template untuk
mengembangkan Roadmap dan disampaikan kepada setiap
Country Coordinator paling lambat 29 Juni 2012.
Access to SME Financing
Indonesia c.q. Bank Indonesia melaporkan persiapan penyelenggaraan the 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion pada tanggal 27 - 28 Juni 2012 di Jakarta. Selain itu disampaikan pula secara singkat paparan mengenai revisi proyek Credit Rating System untuk UKM di ASEAN dan kemungkinan kolaborasi kerja sama dengan Japan on the Credit Risk Database (CRD) Development Project.
ASEAN SME Regional Development Fund
Office of Small and Medium Enterprise Promotion (OSMEP) Thailand dan Chair SMEWG ASEAN tahun 2011 (Malaysia)
menghadiri ASEAN Finance and Central Bank Deputies
Working Group (AFDM-WG) yang telah diselenggarakan pada tanggal 29 Februari 2012 di Siem Reap, Kamboja. Terkait dengan Pertemuan tersebut, ASEAN SMEWG akan melakukan tindaklanjut sebagai berikut:
1)Pertemuan membahas isu yang disampaikan oleh
AFDM-WG terkait dengan Framework for the ASEAN SME
Develope Fund, khususnya tentang: (i) kelanjutan pendanaan, (ii) jumlah total dana yang dibutuhkan, (iii) manfaat bagi Mitra Dialog untuk berkontribusi dalam pendanaan; dan (iv) peran Asian Development Bank (ADB). Karena tidak ada keputusan pada pertemuan maka ASEAN SME akan melakukan pendekatan dengan ADB untuk
membicarakan pembentukan ASEAN SME Regional
Development Fund; dan
2)Sekretariat ASEAN akan menyampaikan Conceptual
Framework for the ASEAN SME Regional Development Fund kepada SEOM dan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM)
atas permintaan AFDM-WG untuk mendapatkan
pandangan dan arahan SEOM untuk dilaporkan kepada AEM.
Access to Market/ Promotion
Pertemuan mencatat proposal proyek Indonesia yang telah disahkan oleh Committee of Permanent Representative (CPR) pada tanggal 8 Maret 2012, dan telah disampaikan ke Jepang (JAIF) untuk dipertimbangkan. Usulan proyek Indonesia yang direvisi harus dikembalikan ke Sekretariat ASEAN paling lambat 15 Juni 2012. Sekretariat ASEAN menginformasikan proyek usulan Filipina yang telah disetujui JAIF yang
30 Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Juni 2012
dirancang untuk mengembangkan 19 studi kasus mengenai
benchmarks di sektor ICT, elektronik dan pengolahan hasil pertanian, di negara anggota ASEAN dan Jepang. Proyek ini direncanakan akan segera dimulai pelaksanaan dan pendanaannya.
Access to Technology and Innovation
Pertemuan mencatat laporan akhir dari kegiatan Multi-Media Self-Reliant System Toolkit Package saat ini sedang dikaji oleh Tim Manajemen JAIF. Selain itu daftar yang disusun dari Pusat Inkubasi (incubator centre) UKM di setiap negara ASEAN yang akan dimasukkan dalam Direktori Inovatif UKM ASEAN 2012.
Human Resource Development
Sekretariat ASEAN menginformasikan bahwa proyek
Common Curriculum for Entrepreneurship in ASEAN telah selesai dan laporannya akan disampaikan bersama dengan diterbitkannya buku Kurikulum untuk Kewirausahaan di
ASEAN. Pertemuan mencatat bahwa pembentukan
Association for the ASEAN - Japan Entrepreneurship Education (AAJEE) belum dapat terlaksana karena terkendala persetujuan CPR terkait pendirian Consultant Based Learning for ASEAN SMEs (COBLAS). Pertemuan pun mencatat bahwa
proposal proyek ASEAN Small Business Competitiveness
Program telah disampaikan kepada Jepang sejak 5 Mei 2011 dan sampai saat ini masih dalam pertimbangan Jepang (JAIF). Pertemuan memperkirakan Jepang akan menyetujui usulan tersebut.
Access to Information and Advisory Services
Seluruh negara ASEAN telah menyampaikan update SME
data dan Statistic kepada Sekretariat ASEAN dan data tersebut telah tersedia di situs website Sekretariat ASEAN.
Internationalisation of SMEs
Pertemuan mencatat bahwa Sekretariat ASEAN telah menggabungkan Portal UKM di ASEAN dan mendorong Negara Anggota lainnya untuk melakukan hyperlink portal UKM mereka. Indonesia c.q. Kementerian Koperasi dan UKM
Indonesia akan menyelenggarakan International
Microfinance Conference on Microfinance Innovation di Yogyakarta pada bulan Oktober 2012.
New Development in the SME Policy and Related Experiences
Menyadari bahwa tenaga kerja merupakan salah satu isu di Singapura, Pertemuan mencatat bahwa Singapura telah menyusun roadmap sebagai berikut Broad-based Assistance for SMEs: SME Productivity Roadmap” (SME-PRO) untuk meningkatkan produktivitas UKM dengan memperkenalkan kebijakan dan inisiatif baru.