• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

3. Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Siswa melalui

Dilihat dari nilai tes kemampuan berdiskusi siswa dari tahap pratindakan hingga siklus II, keterampilan diskusi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Kenaikan nilai siswa tidak lepas dari peningkatan keterampilan siswa dalam beberapa aspek penilaian keterampilan berdiskusi. Aspek yang dinilai dalam tes kemampuan diskusi siswa tersebut antara lain: a. kemampuan menyampaikan ide/pendapat, b. kemampuan menanggapi pendapat, c. kemampuan mempertahankan pendapat, d. kemampuan menerima pendapat orang lain, e. penguasaan topik, f. keberanian berbicara, g. kelancaran berbicara, h. pandangan mata, i. kenyaringan suara, dan j. Ketepatan struktur/kosakata. Peningkatan keterampilan berdiskusi siswa dari tahap pratindakan, Siklus I, hingga Siklus II dapat dilihat dalam tabel dan grafik yang disajikan berikut ini.

Tabel 15: Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Berdiskusi Siswa Setiap Aspek Tahap Pratindakan Hingga Siklus II

No Aspek

Pratindakan Siklus I Siklus II Peningkatan dari Pratindakan Hingga Siklus II Rata-rata Rata-rata Rata-rata 1. Kemampuan menyampaikan ide/pendapat 1,50 2,44 3,09 1,59 2. Kemampuan menanggapi pendapat 1,59 2,09 3,16 1,57 3. Kemampuan mempertahankan pendapat 1,44 2,09 2,78 1,34 4. Kemampuan menerima pendapat orang lain 1,34 2,41 3,00 1,66 5. Penguasaan topik 1,63 2,59 3,22 1,59 6. Keberanian berbicara 1,69 2,59 3,41 1,72 7. Kelancaran berbicara 1,65 2,44 3,13 1,48 8. Pandangan mata 1,63 2,63 3,22 1,59 9. Kenyaringan suara 1,88 2,84 3,38 1,50 10. Ketepatan struktur dan kosakata 1,53 2,50 3,16 1,63 Jumlah Skor 15,87 24,63 31,53 15,67

Berikut ini merupakan grafik peningkatan rata-rata skor dari pratindakan hingga siklus II.

Gambar II: Grafik Peningkatan Skor Rata-Rata Siswa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan grafik tersebut diketahui skor rata-rata keterampilan berdiskusi siswa pada siklus II meningkat dibandingkan dengan pratindakan dan siklus I. Skor rata-rata pratindakan sebesar 15,87; siklus I skor rata-rata mencapai 24,63; dan siklus II mencapai 31,53. Hal tersebut berarti rata-rata nilai siklus II mengalami kenaikan sebesar 15,66 dari pratindakan dan 6,9 dari siklus I. Pada pratindakan hanya terdapat 4 siswa yang mencapai KKM, pada siklus I terdapat 12 siswa, dan pada siklus II terdapat 28 siswa telah mencapai KKM. Hal tersebut menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM siklus II meningkat sebesar 24 siswa dari pratindakan, dan 16 siswa dari siklus I.

B.PEMBAHASAN

Bagian pembahasan pada penelitian ini, akan memfokuskan pada 1. deskripsi awal keterampilan diskusi siswa, 2. pelaksanaan tindakan kelas dengan model Group Investigation (GI), dan 3. peningkatan keterampilan berdiskusi menggunakan model Group Investigation (GI).

1. Deskripsi Awal Keterampilan Berdiskusi Siswa

Kegiatan pratindakan dalam diskusi dilakukan sebelum siswa dikenai tindakan berupa penerapan model Group Investigation (GI). Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterampilan awal diskusi siswa.

a. Pengamatan Proses 1) Kekompakan

Pada tabel pengamatan proses tahap pratindakan, aspek kekompakan termasuk dalam kategori kurang. Sebagian siswa masih mengandalkan temannya yang dianggap pandai. Permasalahan dalam diskusi diselesaikan oleh siswa yang dianggap pandai oleh teman satu kelompoknya. Kelompok yang hanya mengandalkan satu orang yang dianggap pandai dalam kelompok yaitu kelompok 1, 2, 5, 6, dan 8. Sedangkan kelompok yang cukup kompak dalam bekerjasama yaitu kelompok 3,4, dan 7. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 1 berikut ini.

Dalam kelompok 6, S21 menjadi pembicara utama yang mengeluarkan pendapat, sedangkan anggota lainnya S22, S23, dan S24 tidak menyampaikan pendapat dan hanya menyetujui pendapat S21.

2) Memotivasi Anggota Kelompok Lain

Pada tabel pengamatan proses tahap pratindakan, aspek memotivasi anggota kelompok masih dikategorikan kurang. Anggota kelompok tidak mempunyai semangat dan tidak bisa memberikan kesimpulan dengan baik dan tidak bisa mempergunakan waktu yang telah ditentukan. Kelompok yang masih kurang dalam memotivasi anggota kelompok lain adalah kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 8. Sedangkan kelompok yang cukup dapat memotivasi anggota kelompok adalah kelompok 6 dan 7. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 2 berikut ini.

3) Pengorganisasian Kerja Kelompok

Pada tabel pengamatan proses tahap pratindakan, aspek pengorganisasian kerja kelompok masih dikategorikan kurang. Dalam pembentukan kelompok, kelengkapan organisasi dan peran- peran anggota kelompok tidak tersusun dan tidak berjalan sesuai dengan perannya masing- masing. Kelompok yang termasuk dalam kategori kurang adalah kelompok 2, 4, 5, 6, dan 8. Sedangkan kelompok yang cukup baik dalam pengorganisasian kerja kelompok adalah kelompok 1, 3, dan 7. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 3 berikut ini.

... pada kelompok 3 yang didominasi oleh S11. S11 memiliki inisiatif untuk membagikan tugas pada anggota kelompoknya, akan tetapi pembagian tidak berjalan karena S11 mendominasi dalam berpendapat. S10, S12 tidak mengelurakan pendapatnya, S09 memberikan sedikit pendapat. Namun, sebagai ketua S11 belum berinisiatif memberikan kesempatan anggotanya untuk berpendapat.

4) Insiatif Kerja dalam Kelompok

Pada tabel pengamatan proses tahap pratindakan, aspek insiatif kerja dalam kelompok masih dikategorikan kurang. Dalam kelompoknya tidak ada siswa yang memunculkan ide -ide baru dan kesimpulan yang dihasilkan tidak sesuai dengan permasalahan yang ada. Kelompok yang termasuk dalam kategori kurang adalah kelompok 1, 2, 3, 5, 6, 7, dan 8. Sedangkan kelompok yang cukup baik dalam insiatif kerja dalam kelompok adalah kelompok 4. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 4 berikut ini.

5) Keaktifan

Pada tabel pengamatan proses tahap pratindakan, aspek keaktifan siswa masih dikategorikan kurang. Frekuensi interaksi dalam berbicara setiap siswa tidak berjalan, hanya salah satu anggota dari kelompok saja yang berani dan aktif, sehinnga waktu yang dicapai lebih dari 13 menit dan tidak menghasilkan kesimpulan. Kelompok yang termasuk dalam kategori kurang adalah kelompok 1,

... pada kelompok 3 yang didominasi oleh S11. S11 memiliki inisiatif untuk membagikan tugas pada anggota kelompoknya, akan tetapi pembagian tidak berjalan karena S11 mendominasi dalam berpendapat. S11 menyampaikan segala pendapatnya walapun masih dengan bercanda dan banyak tertawa dalam berbicara.

CT. PT. 12-04-2016

Selain masih didominasi oleh siswa tertentu diskusi menjadi terganggu dengan siswa yang bebicara di luar topik bahasan. Misalnya S21 yang membicarakan pelajaran pada pertemuan berikutnya dengan teman kelompoknya S23.

2, 3, 5, 6, 7, dan 8. Sedangkan kelompok yang cukup baik dalam keaktifan kelompok adalah kelompok 4. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 5 berikut ini.

b. Pengamatan Produk

Hasil nilai siswa pada tahap pratindakan masih jauh dari harapan. Pada tahap pratindakan skor rata-rata kelas yang diperoleh yaitu hanya sebesar 15,87. Pada tahap ini hanya ada 4 siswa atau sekitar 12,5% yang mencapai nilai KKM, sehingga kelas dikatakan tidak mencapai ketuntasan karena banyaknya siswa yang mencapai belum mencapai KKM ≥75% dari keseluruhan jumlah siswa. Nilai tertinggi siswa adalah 75, sedangkan nilai terendah siswa adalah 25. Hal ini disebabkan oleh siswa yang tidak menguasai aspek-aspek dalam keterampilan berdiskusi. Hal tersebut menjadi permasalahan utama bagi siswa. Berikut ini merupakan penjabaran penguasaan aspek-aspek keterampilan berdiskusi siswa pada tahap pratindakan sesuai dengan lampiran 13.1.

1) Aspek Kemampuan Menyampaikan Ide/ Pendapat

Pada tahap pratindakan aspek memberikan pendapat termasuk dalam kategori cukup dengan perolehan skor rata-rata kelas yang didapatkan yaitu 1,28. Sebagian besar siswa cenderung belum berani mengungkapkan pendapatnya. Hanya sebanyak 9 orang siswa sudah mampu dan berani berbicara yaitu mampu mengemukakan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok lain. Siswa tersebut adalah S01, S04, S07, S11, S15, S19, S21, 26, dan S29. Sebagian besar siswa masih belum aktif dalam mengeluarkan pendapat karena cenderung masih malu dan ragu-ragu dalam berpendapat. Dari pengamatan yang dilakukan banyak

siswa yang ingin mengungkapkan ide dan pendapatnya akan tetapi hanya berbisik dan meminta temannya yang lain untuk mengungkapkan ide tersebut.

2) Aspek Menanggapi Pendapat

Pada tahap pratindakan ini hanya ada 9 siswa yang mampu menanggapi pernyataan ataupun pendapat dari anggota kelompok lain. Siswa tersebut adalah siswa yang juga banyak melontarkan pertanyaan saat diskusi berlangsung, antara lain S01, S04, S07, S11, S15, S19, S21, 26, dan S29. Pernyataan yang diberikan masih sekedar tanggapan namun belum menyertakan alasan yang rasional, sehingga skor rata-rata kelas yang diperoleh hanya 1,50 yang dikategorikan cukup. Hal tersebut dapat lihat pada catatan lapangan dalam Vignette 6 berikut ini.

3) Aspek Mempertahankan Pendapat

Skor rata-rata yang diperoleh dalam aspek ini adalah 1,25 dan termasuk dalam kategori cukup. Siswa cenderung mempertahankan pendapatnya namun belum menggunakan alasan yang rasional. Hal tersebut terlihat dari pendapat yang dipertahankan oleh S01, S04, S07, S11, S15, S21, S26, dan S29. Hal tersebut dapat dilihat dari Vignette 7 berikut ini.

.... S15 masih menjawab sekerdarnya saat S01 bertanya “Bagaimana jika sekolah tetap melalukan kecurangan?”. S15 menjawab maka sekolah akan dihukum tanpa memberikan alasan lebih lanjut sehingga suasana kelas menjadi sedikit gaduh, karena banyak yang belum menerima jawaban S15.

4) Aspek Kemampuan Menerima Pendapat Orang Lain

Skor yang didapatkan dalam aspek ini adalah 1,06 dan termasuk dalam kategori cukup. Sebagian besar siswa yang berbicara pada umumnya langsung menerima pendapat orang lain namun tanpa disertai dengan alasan yang tepat. Hanya ada 2 siswa yang menerima pendapat dengan memberikan pendapat yaitu S01 dan S26.

5) Aspek Penguasaan Topik

Skor rata-rata kelas yang diperoleh dalam aspek ini adalah 1,44 dan termasuk dalam kategori cukup. Dalam mengemukakan pendapat dan menanggapi pendapat siswa masih cenderung kurang menguasai topik karena masih membaca teks dan masih tersendat-sendat dalam berbicara. Siswa masih cenderung lama dalam berfikir dan berdiskusi untuk menanggapi pertanyaan dan pendapat kelompok lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam Vignette 8 berikut ini.

.... S26 bertanya mengenai “mengapa UN harus tetap dilaksanakan?” lalu S07 menjawab “karena UN akan menunjukkan sekolah yang akan dilanjutkan”. Meskipun berani mengemukakan pendapatnya, namun pendapat S07 masih menggunakan alasan yang kurang tepat untuk menjawab pertanyaan S26 untuk mempertahankan pendapatnya.

CT. PT. 12-04-2016

.... S12 membacakan pertanyaan lalu S11 menyampaikan hasil diskusi kelompok namun membaca teks.

.... S18 menyampaikan pertanyaan dan hasil diskusi disampaikan oleh S20. S20 masih membaca teks dan masih tersendat-sendat dalam menyampaikan hasil diskusi.

6) Aspek Keberanian Berbicara

Pada aspek ini masih banyak siswa yang masih takut untuk berbicara. Diskusi didominasi oleh beberapa siswa yang berani bertanya dan menanggapi pendapat orang lain. Dari 32 siswa hanya ada 10 orang yang berani untuk berbicara walaupun masih dengan malu-malu, gugup, dan masih takut salah. Siswa tersebut antara lain adalah S01, S04, S07, S09, S11, S15, S19, S21, S26, dan S29. Hal tersebut didukung oleh hasil skor rata-rata kelas yaitu 1,63 dan dikategorikan cukup.

7) Aspek Kelancaran Berbicara

Dalam aspek ini kemampuan kelancaran berbicara siswa masih dalam kategori cukup dengan skor rata-rata kelas 1,53. Rata-rata siswa masih kurang lancar berbicara karena tersendat-sendat dalam mengemukakan ide atau pendapatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari Vignette 9 berikut ini.

8) Aspek Pandangan Mata

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan siswa masih kurang terarah pandangannya pada lawan bicara ataupun peserta diskusi. Banyak siswa yang menunduk dan menutup muka dengan kertas yang di bawanya. Saat berbicara siswa lebih banyak melihat ke arah teman kelompoknya untuk mendapat bantuan jawaban. Hasil rata-rata pandangan mata siswa saat diskusi masih dalam

.... e.. ee.. jadi itu bukan hanya itu tapi bisa dilihat dari awal sekolah, jadi nek pas UN gimana-gimana... E.. e.. Jadi bisa dilihat dari awal saja”. sementara S21 menjawab, S23 bercanda dengan S22 dan S24.

kategori cukup dengan skor rata-rata 1,44 saja. Hal tersebut dapat dilihat dari Vignette 10 berikut ini.

9) Aspek Kenyaringan Suara

Dalam menyampaikan pendapatnya siswa sudah ada yang berbicara dengan cukup nyaring, tetapi ada pula siswa yang suaranya pelan bahkan hampir tidak terdengar oleh peserta diskusi lain. Skor rata-rata yang diperoleh termasuk dalam kategori cukup dengan skor 1,72. Hal tersebut dapat dilihat dari Vignette 11 berikut ini.

10) Aspek Ketepatan Struktur dan Kosakata

Hasil pengamatan aspek penggunaan struktur dan kosakata siswa rata-rata masih dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 1,25. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan struktur dan kosakata yang digunakan dengan masih banyaknya siswa yang menggunakan bahasa daerah dalam mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Vignette 12 berikut ini.

.... S25 menyampaikan pertanyaan lalu hasil diskusi disampaikan oleh S27 dan S28 yang masih membaca teks. Suara S27 dan S28 masih sangat pelan sehingga harus diulangi oleh S26.

CT. PT. 12-04-2016 .... S11 nampak ragu dalam menjawab pertanyaan S19. Pandangan mata S11 kurang fokus menatap S19 saat menjawab sesekali masih melihat ke S10 untuk mendapat bantuan jawaban.

Jika dilihat dari hasil penilaian pada pratindakan semua aspek baik proses maupun produk belum memperlihatkan hasil yang baik, sehingga diperlukan sebuah model untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa. Dalam hal ini, peneliti akan mencoba menerapkan model Group Investigation (GI) dalam pembelajaran berdiskusi.

Berdasarkan hasil angket pratindakan yang diterima menunjukkan bahwa dalam berdiskusi yaitu dalam menyampaikan ide, pendapat atau gagasan sebanyak 29 dari 32 siswa atau sekitar 90,7% merasa dirinya sudah tidak malu, takut, atau minder. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa hanya ada 9 siswa atau sekitar 28,1% yang berani mengemukakan ide, pendapat atau gagasannya. Hal tersebut senada tentang soal siswa yang masih malu atau minder dalam menyampaikan ide, pendapat atau gagasan. Dalam hasil angket sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,7% menyatakan sudah tidak malu dalam mengemukakan pendapat, namun berbeda saat dilapangan, hanya ada 9 siswa atau sekitar 28,1% yang berani berpendapat.

Pertanyaan pada angket mengenai pemerataan kesempatan berbicara siswa, sebanyak sebanyak 20 dari 32 siswa menyatakan bahwa diskusi masih didominasi oleh siswa tertentu sehingga belum adanya pemerataan kesempatan berbicara dalam kelompok diskusi. Pada soal angket selanjutnya sebanyak 31 dari

.... Misalnya saat S29 bertanya “Mengapa kalian setuju UN bukan menjadi standar kelulusan?” Lalu S21 menjawab, “piye yo le njelaske, e.. ee.. Jadi itu bukan hanya itu tapi bisa dilihat dari awal sekolah, jadi nek pas UN gimana-gimana, mudeng to? E.. e.. Jadi bisa dilihat dari awal saja”.

32 siswa menyatakan diperlukan model pembelajaran yang baru untuk lebih meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Model Group Investigation (GI) Sebelum tindakan dilakukan peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, mengenai kendala apa saja yang dihadapi saat melaksanakan diskusi. Peneliti juga membagikan angket untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan awal siswa tentang diskusi. Berdasarkan wawancara, observasi, dan angket dapat disimpulkan kendala yang dihadapi saat berdiskusi adalah sebagai berikut.

a. Siswa masih malu berbicara di depan umum, bahkan di depan teman sekelasnya.

b. Kurangnya inisiatif siswa dalam kelompok.

c. Diskusi yang masih didominasi oleh siswa yang aktif dan pintar. d. Sulitnya siswa mengeluarkan pendapat atau ide-ide baru.

Dari hasil penilaian pratindakan masih banyak siswa yang enggan berpendapat, banyak siswa yang malu dan takut salah dalam berbicara. Diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar saja sehingga pengorganisasian kerjasama masih sangat kurang. Banyak siswa yang tidak fokus pada pembelajaran dan berbicara mengenai topik lain dalam diskusi.

Dalam rangka mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam berdiskusi, akan digunakan beberapa aspek sebagai alat ukur penilaian. Alat ukur tersebut digunakan untuk menilai hasil secara produk diskusi kelas. Aspek tersebut antara lain, a. Kemampuan menyampaikan ide/ pendapat; b. kemampuan

menanggapi pendapat orang lain; c. kemampuan mempertahankan pendapat; d. kemampuan menerima pendapat orang lain; e. penguasaan topik; f. keberanian berbicara; g. kelancaran berbicara, h. pandangan mata; i. kenyaringan suara; dan j. ketepatan struktur/kosakata.

Pada siklus I, diskusi dengan model Group Investigation (GI) belum berjalan dengan baik, karena masih banyak siswa yang tidak paham dengan penggunaan model tersebut. Suasana kelas sempat gaduh saat ketua kelompok meminta presentasi, sehingga siswa perlu diingatkan. Dalam diskusi masih banyak siswa yang tidak berperan aktif. Aspek menanggapi dan mempertahankan pendapat pun masih mendapatkan skor terendah.

Berdasarkan hasil yang di dapatkan pada siklus I, peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindak lanjut dengan melaksanakan siklus II. Pada siklus II akan lebih ditekankan mengenai penerapan model Group Investigation (GI) sehingga pemahaman siswa lebih meningkat daripada siklus I. Pada siklus II bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki aspek yang belum meningkat secara maksimal pada siklus I. Aspek yang perlu diperbaiki antara lain adalah aspek menanggapi dan memepertahankan pendapat, aspek penguasaan topik, aspek kelancaran siswa dalam berbicara, dan aspek pandangan mata. Hasil pada siklus II pun menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dari siklus I, seiring dengan meningkatnya pemahaman siswa tentang model Group Investigation (GI). Dari target ketuntasan kelas >75% telah tercapai ketuntasan sebesar 87,5% pada siklus II.

Pembelajaran diskusi melalui model Group Investigation (GI) ternyata mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pada pratindakan siswa cenderung tidak aktif dan kurang fokus pada pembelajaran.

Gambar III :Peran Siswa yang Masih Didominasi Siswa Tertentu Kondisi pembelajaran mulai membaik pada siklus I. Siswa terlihat antusias dengan adanya model yang diterapkan. Meskipun demikian pemahaman siswa yang kurang menyebakan diskusi masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Kondisi terbaik tejadi pada siklus II. Siswa mulai paham dengan langkah penggunaan model Group Investigation (GI). Siswa memiliki peran dan tanggungjawab masing-masing dalam diskusi, sehingga diskusi menjadi lebih terorganisir dan setiap anggota memiliki inisiatif dalam kelompok. Aspek penilaian produk meningkat secara signifikan, karena adanya pembagian tugas dalam diskusi. Siswa yang biasanya tidak berbicara saat di depan kelas, sudah berani menyampaikan pendapatnya pada siklus II ini. Penguasaan topik,

pandangan mata siswa pun meningkat dan semakin baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan Vignette 13 berikut ini.

Gambar IV: Siswa Aktif dalam Diskusi Kelompok

Gambar V: Siswa Berperan Masing-Masing Dalam Diskusi Kelas .... Pertanyaan datang dari S21. Jawaban diberikan oleh S28 dengan baik, tetapi S21 kurang puas sehingga ditambahkan lagi oleh S28 dibantu S13 dan S24. Pertanyaan selanjutnya datang dari S11. S11 menanggapi pernyataan dari S09, lalu dijawab oleh S28. S28 berhasil mempertahankan pendapat awalnya. Pertanyaan terakhir datang dari S21 kembali, lalu dijawab oleh S09.

Tabel 16: Hasil Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan No. Pertanyaan Akumulasi Jawaban dalam Presentase (%) Ya Tidak 1.

Apakah Anda merasa sulit menerapkan diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)?

6,3% 93,7%

2.

Apakah setiap anggota kelompok telah melaksanakan proses diskusi menggunakan model Group Investigation (GI) dengan benar?

90,7% 9,3%

3.

Apakah semua peserta kelompok Anda menyampaikan ide, gagasan, pendapat, penolakan, persetujuan, dan sanggahan dalam diskusi secara merata?

81,2% 18,8%

4.

Apakah Anda masih merasa malu, takut, atau gugup untuk menyampaikan pendapat di depan orang lain Setelah mendapatkan tugas untuk melakukan diskusi dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)?

21,9% 78,1%

5. Apakah masih ada peserta diskusi yang

mendominasi diskusi? 31,2% 68,8%

6.

Apakah semua peserta diskusi ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah dalam proses diskusi?

78,1% 21,9%

7. Apakah Anda sudah saling mendengarkan

pendapat satu sama lain? 90,7% 9,3%

8.

Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam pembelajaran diskusi dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan berdiskusi Anda?

100% -

9.

Menurut Anda, apakah kegiatan diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) perlu diterapkan di dalam sekolah?

100% -

10.

Apa pembelajaran berdiskusi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) menyenangkan?

96,8% 3,2%

Berdasarkan wawancara dengan dua orang perwakilan siswa dan hasil angket pascatindakan, sebanyak 31 dari 32 menyatakan bahwa pembelajaran

diskusi menggunakan model Group Investigation (GI) memberikan kesan positif bagi mereka. Selain itu, hasil angket pascatindakan menunjukkan hasil sebagai berikut.

a. Siswa menjadi lebih berani dalam mengungkapkan ide, pendapat, persetujuan, dan penolakan. Berdasarkan angket pascatindakan, 25 dari 32 siswa atau sekitar 78,1% menyatakan bahwa kini mereka lebih berani dalam berpendapat di depan teman-temannya.

b. Siswa sudah mendengarkan pendapat satu sama lain. Siswa telah memberikan kesempatan bagi orang lain dalam menyampaikan pendapat. Berdasarkan angket pascatindakan sebanyak 29 siswa atau sekitar 90,7% telah mendengarkan satu sama lain.

c. Kemampuan berbicara siswa meningkat. Berdasarkan angket pascatindakan sebanyak 26 siswa atau sekitar 81,2% menyatakan bahwa mereka lebih berani dalam mengungkapkan pendapat.

d. Siswa senang dengan model Group Investigation (GI) dalam pembelajaran diskusi Bahasa Indonesia. Berdasarkan angket pascatindakan semua siswa atau 100% menyatakan bahwa mereka senang dengan penerapan model tersebut.

Berdasarkan wawancara dan hasil angket yang diterima dapat disimpulkan bahwa model Group Investigation (GI) dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk berdiskusi. Model Group Investigation (GI) disenangi siswa dan dianggap dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena model ini mendorong siswa untuk berpendapat dengan adanya pemerataan dalam berbicara.

Penilaian keterampilan masing-masing siswa didapatkan melalui pengamatan yang dilakukan saat siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya di depan kelas. Penilaian keterampilan siswa dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa sebelum dan sesudah dikenai tindakan.

Kegiatan diskusi menggunakan model Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Muntilan menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa secara signifikan. Sebelum dikenai tindakan, siswa cenderung malu untuk mengeluarkan pendapat, gagasan, ide, persetujuan, maupun sanggahan. Diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar saja, sehingga tidak ada pemerataan dalam mengemukakan pendapat. Setelah dikenai tindakan berupa penggunaan model Group Investigation (GI), siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya, siswa diberikan tanggungjawab masing-masing untuk berpendapat. Segala macam aspek yang dinilai dalam pembelajaran diskusi untuk masing-masing siswa juga meningkat.

Di antara siswa yang mengalami peningkatan skor signifikan dari tahap pratindakan hingga siklus II adalah S02, S03, S08, S09, S12, S16, dan S27. Pada tahap pratindakan S02 siswa tersebut belum berani memberikan pendapat, S02 cenderung diam dan tidak memiliki kontribusi dalam menyampaikan pendapatnya. S02 hanya membacakan pertanyaan dalam kegiatan diskusi dan S02 hanya diam saat diskusi kelas berlangsung. S02 belum serius dalam diskusi dan banyak menunduk. Hal tersebut dapat terlihat dari kutipan Vignette 14 berikut ini.

Dokumen terkait