• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterwakilan umat Hindu dalam kehidupan berbangsa dan

BAB XV KETENTUAN PERALIHAN

POKOK-POKOK PIKIRAN DAN REKOMENDASI PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA

3. Peningkatan keterwakilan umat Hindu dalam kehidupan berbangsa dan

Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009

Mahasabha VIII Peradah Indonesia 85

bernegara. Upaya memberikan perlindungan kepada segenap bangsa Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa hanya akan dapat tercapai jika terdapat keterwakilan dari seluruh komponen anak bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterwakilan bukan saja dalam bentuk fisik, tetapi keterwakilan yang mencerminkan penyebaran kecerdasan dari masing-masing komponen anak bangsa tersebut. Keterwakilan tersebut mutlak diperlukan di instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan pengambilan keputusan publik dan instansi swasta terutama di lembaga-lembaga penyiaran, baik media cetak maupun elektronik. Pemberitaan melalui koran atau TV yang merugikan agama tertentu, seperti dalam kasus penyiaran dari Trans TV atas kejadian persembahyangan dalam suatu tempat oleh umat Hindu yang dinilai dari sudut agama lain, terjadi karena adanya ketidakpahaman. Untuk itu peran dari umat Hindu yang ada di lembaga tersebut haruslah diberdayakan.

Ketentuan tentang hak jawab dan hak koreksi sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka (11) dan (12) UU Pers, tidak cukup dijadikan sarana untuk memberikan tanggapan atau koreksi atas informasi yang salah, karena informasi yang tidak tepat yang sudah terlanjur disebarkan telah menimbulkan akibat langsung bagi masyarakat. Oleh karena itu Peradah Indonesia mendorong Pemerintah atau lembaga penyiaran tersebut agar lebih berhati-hati dalam menyiarkan berita yang sensitive, dan seyogyanya terlebih dahulu meminta opini dari pihak yang memahami topik yang akan disiarkan.

4. Peningkatan kualitas demokrasi. Untuk mewujudkan kesejahteraan umum, maka bangsa Indonesia telah memilih jalan demokrasi. Amandemen UUD 1945 yang telah dilakukan sampai 4 (empat) kali jelas dimaksudkan untuk terus-menerus mendorong proses demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adalah kewajiban setiap warga negara untuk secara serius dan konsisten mengawal dan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan demokrasi tidak dapat diserahkan

sepenuhnya kepada wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, karena seringkali mereka hanya mewakili kepentingan induk organisasinya. Kegagalan para politisi dalam mengawal proses demokratisasi, dan penggunaan dalil demokrasi atas dasar suara terbanyak bukan atas dasar hati nurani, akan menghancurkan masa depan Negara. Berbagai aturan yang dibuat dalam proses legislasi lebih banyak dimaksudkan untuk kepentingan sesaat, hal ini terbukti dari peraturan perundang-undangan yang ada tidak lebih dari 5 tahun dapat bertahan, untuk selanjutnya diganti lagi.

Oleh karenanya, Peradah Indonesia mendesak para politisi, para pemimpin partai, untuk memperkuat tekad mereka dalam mendorong dan menjalankan proses-proses demokrasi dalam sistem politik Indonesia dengan mengedepankan suara hati nurani dan suara rakyat. Peradah Indonesia mendorong agar para politisi yang duduk di DPR benar-benar mewakili rakyat bukan mewakili partai ataupun golongannya.

5. Mendorong Tokoh-tokoh Agama dan Kepercayaan untuk membentuk individu-individu yang berintegritas, jujur, bekerja keras, dan toleran. Sebagai bangsa yang berdasarkan atas Ketuhanan (Yang Maha Esa), seharusnya bangsa Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang besar, harmonis, sejahtera, dan terhormat, karena integritas individu, kejujuran, kerja keras, dan saling menghormati yang dapat dijadikan modal menuju kemajuan kolektif bangsa adalah inti dari ajaran universal setiap agama. Namun dalam realitasnya, bangsa yang berdasarkan atas

Ketuhanan (Yang Maha Esa) ini telah terjerembab dalam kondisi bangsa yang korup, miskin, dan terbelakang. Godaan kekuasaan dan kenikmatan duniawi telah mengingkari nilai-nilai agama yang dianutnya. Penyimpangan, pelanggaran, kejahatan yang dilakukan oleh individu ataupun melalui lembaga, disharmoni diantara sesama anak bangsa seakan-akan menjadi menu sehari-hari, bahkan terkadang berani bersumpah dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan untuk menutupi kejahatannya. Dalam keadaan seperti itu, timbul pertanyaan dimanakah peran agama-agama dalam membentuk individu yang jujur, bertanggung jawab, berintegritas, toleran, dan saling mencintai? Dimanakah peran tokoh-tokoh dan institusi-institusi keagamaan dalam membina umat agar setiap individu, apa pun agamanya, mampu menymbangkan potensi terbaiknya untuk mewujudkan bangsa yang besar dan sejahtera?

Untuk menjawab ironi yang terkandung dalam pertanyaan tersebut, Peradah Indonesia memandang perlunya upaya dari tokoh-tokoh agama dan institusi-institusi keagamaan untuk mempromosikan perubahan pandangan keagamaan setiap penganut agama dari bersifat ‘agama untuk Tuhan’ menjadi agama untuk Tuhan dan kemanusiaan’. Peradah Indonesia juga menentang masuknya agama dalam ranah-ranah politik yang selain menimbulkan kontradiksi dan disharmoni, juga secara mendasar telah mendistorsi ajaran-ajaran luhur setiap agama. Peradah Indonesia juga menentang upaya-upaya konversi agama melalui iming-iming kemewahan ataupun dengan menggunakan simbul-simbul tertentu yang mengelabui dengan tujuan untuk melakukan konversi. Peradah Indonesia menyerukan kepada setiap tokoh agama untuk ikut memikul tanggung jawab dalam membentuk individu-individu anak bangsa yang berintegritas, jujur, menghargai kerja keras, dan toleran. 6. Pendistribusian pendapatan negara kepada masyarakat dilakukan secara adil,

merata, dan transparan, serta berlandaskan pada hukum yang berlaku. Dalam upaya pembangunan dan pengembangan sumber daya masyarakat, pemerintah mengalokasikan berbagai anggaran, salah satunya melalui anggaran di departemen-departemen pemerintahan. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk mengelola pengembalian manfaat pendapatan negara kepada masyarakat melalui program-program yang sesuai. Pemerintah harus menjamin bahwa pengalokasian anggaran kepada setiap kelompok masyarakat, baik pengelompokan berdasarkan daerah maupun agama, dilakukan secara adil, merata, dan transparan. Sejarah mencatat bahwa ketidakadilan distribusi ekonomi dari pemerintah pusat kepada daerah telah menimbulkan masalah-masalah sosial yang serius, bahkan dapat mengancam integrasi NKRI.

Departemen Agama sebagai departemen yang menangani alokasi anggaran untuk setiap agama, juga berkewajiban untuk menjamin bahwa tanggung jawab tersebut telah dilaksanakan secara adil, merata, dan transparan. Peradah Indonesia mendesak Pemerintah baik Pusat ataupun Daerah agar memberikan anggaran yang cukup dan proporsional untuk Departemen Agama khususnya untuk Direktorat Agama Hindu dalam rangka pembinaan umat.

Tidak adilnya distribusi anggaran untuk Agama Hindu terlihat dari saat penerimaan pegawai negeri untuk lingkungan agama Hindu, ternyata posisi pegawai negeri uantuk guru bagi agama Hindu ternyata sangat jauh dari harapan. Untuk itu Peradah Indonesia menghimbau Pemerintah untuk sungguh-sungguh memperhatikan kesediaan guru agama Hindu dalam setiap daerah.

Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009

Mahasabha VIII Peradah Indonesia 87

dengan tegas telah mewajibankan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah untuk bersinergi dalam melaksanakan pelayanan kepemudaan. Dengan demikian Perdah Indonesia mendesak Pemerintah untuk menganggarkan secara rutin baik dalam APBN maupun APBD untuk kegiatan-kegiatan dari oaginasisi Hindu seperti Peradah.

INTERNAL

Dokumen terkait