• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Analisis Data

3. Peningkatan Pemahaman Siswa

6 D. Manfaat Penelitian

Penelitian Berbasis Proyek yang dilakukan dapat bermanfaat:

1.Bagi Guru

1). Metode Berbasis Proyek dapat digunakan untuk alternatif pembelajaran di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta oleh guru IPA.

2). Guru IPA dapat menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek untuk materi IPA yang lain.

2.Bagi Siswa

Siswa dapat belajar IPA lebih aktif

3.Bagi Penelitian

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Filsafat Konstruktivisme

Filsafat Konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi.Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentuk (konstruksi) kita yang sedang menekuninya.Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri.Maka pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar kita, tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri dalam pikiran kita.Jadi pengetahuan itu selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang.Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses penentukan itu berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piaget, dalam Suparno, 2007: 8).

Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus berkembang. Semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas bukan

8 sekali jadi, tetapi bertahap (Suparno, 2007).

2. Sosiokulturalisme (Vygotsky)

Vygotsky meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak secara psikologis. Dia menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang – orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik (Cobb, dalam Suparno, 2007: 11). Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.Dalam interaksi dengan mereka itulah, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli.

Menurut sosiokulturalis, kegiatan seseorang dalam mengerti sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktek – praktek sosial dan kultur yang ada, seperti situasi sekolah, masyarakat, teman, dll. Situasi sekolah jelas dapat membantu dan menghambat siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan.Masyarakat dapat juga memacu siswa mengerti, tetapi juga menghalangi. Menurut Cobern (Suparno, 2007: 11), konstruktivisme adalah kontektual .

B. Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran Berbasis Proyek merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Model Pembelajaran Berbasis Proyek juga dapat meningkatkan keyakinan diri para siswa, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri (Santyasa, 2006)

Menurut Thomas (2000: 1), pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelolah pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Menurut Thomas (2000: 1), model pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas - tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan menghasilkan produk karya siswa.

Depdiknas (2003: 7) menegaskan bahwa pembelajaran Berbasis Proyek merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran yang komprehensif dimana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pembelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

Melalui project – based learning (PjBL), proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun ( a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan strategi pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan - kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran Berbasis Proyek memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang jasa Bender (2012)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasisi proyek (project - based learning) adalah suatu model yang menekankan siswa untuk dapat belajar secara mandiri dengan memecahkan masalah yang dihadapi serta siswa juga dapat menghasilkan suatu proyek atau karya nyata. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning = PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Guru menugaskan peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Proyek dalam pembelajaran Berbasis Proyek tidak ditentukan oleh hasil belajar yang didapatkan oleh siswa saja, namun juga dilihat pada proses dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Adapun implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek mengikuti enam langkah yaitu: membentuk kelompok dan orientasi tema, merancangkan kegiatan kelompok, melaksanakan investigasi, merencanakan laporan, mempresentasikan laporan dan evaluasi.

1. Langkah - Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah - langkah pembelajaran Bioners (2014: 4) dalam Implementasi kurikulum 2013 adalahsebagai berikut:

a. Mulai dengan Pertanyaan Mendasar (Start with the Essential Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi

tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyan - pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal ( Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

1) Membuat jadwal waktu untuk menyelesaikan proyek;

2) Membuat batas waktu penyelesaian proyek;

3) Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru;

4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat langkah yang tidak berhubungan dengan proyek;

5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara;

d. Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi

mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing - masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

2. Karakter Pembelajaran Berbasis Proyek (Bioners, 2014: 8)

b. Adanya permasalahan atau tantangan tentang sebuah kerangka kerja.

c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.

d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengolah informasi untuk memecahkan permasalahan.

e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.

f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.

g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kuantitatif.

h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

3. Hambatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Bioners, 2014 : 11)

a. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek;

b. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.

c. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah. Untuk itu disarankan menggunakan team

teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton.

4. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek (Bioners, 2014: 12)

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai;

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;

c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem - problem yang kompleks;

d. Meningkatkan kolaborasi;

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi;

f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelolah sumber;

g. Memberikan pengelaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;

h. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan sesuai dunia nyata;

i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian

diimplementasikan dengan dunia nyata;

j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

5. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek (Bioners, 2014: 12)

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak;

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas;

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan;

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan;

f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok;

g. Ketika topik yang diberikan kepada masing - masing kelompok berbeda, dikwatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan;

6. Mengatasi Kelemahan dari Pembelajaran Bebasis Proyek (Bioners, 2014: 13)

a. Seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah;

c. Meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar;

d. Memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya;

e. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran;

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaboratif dan refleksi.Menurut penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas.Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.

Pembelajaran Berbasis Proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak - anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.

C. Pemahaman Konsep

Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang

dibicarakan. Seseorang dikatakan dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan suatu situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam persamaan matematis, mengubah persamaan matematis kedalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Imina Umi Purwanti, 2002: 17). Fisika pada hakekatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep – konsep fisika, prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuwan dan sikap keilmuwan. Maka memfasilitasi siswa, dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep, hukum dan teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memiliki keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut (Kartika Budi, 1992: 133).

Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah membantu siswa menguasai konsep yang benar. Untuk siswa yang salah konsep maka konsepnya harus diubah ke konsep yang benar.

Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori artinya untuk memahami prinsip dan teori haruslah dipahami terlebih dahulu konsep – konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.Berdasarkan hal ini pemahaman konsep penting dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek – aspek yang lainnya.Pemahaman menurut Kartika Budi (1987: 233) merupakan salah satu aspek kognitif yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah.Aspek ini merupakan aspek yang menonjol atau aspek yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan pembelajaran,

maka pertama - tama yang dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang dipelajari.

Pemahaman merupakan tahap belajar pada taraf kognitif siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan menjelaskan konsep tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka pelajari (Sudjana, 1990). Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria atau indikator - indikator. Kriteria atau indikator yang menunjukkan indikator pemahaman konsep siswa, antara lain (Kartika Budi,1992: 114):

1.Dapat menyatakan definisi konsep kalimat sendiri;

2.Dapat menjelaskan makna konsep pada orang lain;

3.Dapat menganalisis suatu konsep kedalam hukum;

4.Dapat menerapkan konsep untuk;

a. Menganalisis dan menjelaskan gejala - gejala alam khusus;

b. Untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis dan praktis

c. Memprediksikan kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi pada suatu sistem pada kondisi tertentu dipenuhi;

5.Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan lebih cepat;

6.Dapat membedakan konsep yang satu dengan yang lain yang saling berkaitan;

7.Dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep - konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator di atas.

Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana : 1990) tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu:

1. Aspek Kognitif

2. Aspek efektif

3. Aspek psikomotorik

Pemahaman merupakan aspek kognitif, karena berhubungan dengan hasil belajar inteligensi. Hasil belajar inteligensi dapat dikategorikan menjadi kebenaran tingkat menurut (Bloom, dalam Chabib Thoha, 1990: 28) yaitu:

1. Pengetahuan tentang fakta - fakta dan 2.Prinsip – prinsip pemahaman

a. Pemahaman fakta - fakta dan ide - ide;

b. Penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru);

c. Analisis (menganalisis atau membagi konsep dalam bagian - bagiannya kemudian melihat hubungannya satu sama lain;

d. Sintesis (mengumpulkan tentang fakta - fakta dan ide - ide);

Pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan empat hasil belajar yang lain dikategorikan pada golongan berpikir tingkat tinggi.

D. Zat dan Wujudnya 1.Wujud Zat

Segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa disebut zat (Mikrajudin, Saktiyono, 2007: 123). Pengelompokan zat didasarkan pada wujudnya, yaitu padat, cair, dan gas. Masing - masing wujud zat memiliki sifat tertentu yang dapat kita amati.

Zat Padat

Sifat - sifat zat padat adalah mempunyai bentuk dan volume yang tetap (Kanginan, 2004: 54). Contoh zat padat misalnya: gelas, bentuk dan volume gelas akan tetap seperti semula meskipun dipindah - pindahkan.

Zat Cair

Zat cair, seperti air ada pada umumnya tidak memiliki bentuk tetap.Bentuk zat cair mengikuti wadahnya (Kanginan, 2004: 55).

Contohnya air.Bentuk air selalu berubah - ubah, ketika air berada di dalam gelas, air berbentuk seperti gelas. Ketika air berada di dalam botol, air akan berbentuk seperti botol.

Sifat Gas

Sifat gas adalah memiliki bentuk dan volume yang mudah berubah sesuai wadahnya (Kanginan, 2004: 55).Zat dalam wujud gas atau cukup disebut gas mempunyai kecenderungan untuk mengisi seluruh ruangan. Ketika berada dalam ban mobil, gas mengisi seluruh

ruang dalam ban mobil. Dengan demikian, gas tidak memiliki bentuk dan volume yang tetap.

2. Perubahan wujud zat

Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak disertai dengan terbentuknya zat jenis lain. Contoh: es mencair, air membeku, air menguap, air mendidih, gula larut dalam air (Sunardi, Irawan, 2007: 63). Dalam buku pelajaran IPA - Fisika terpadu untuk SMP/MTS Kelas VII oleh Mikrajudin dan Saktiyono (2007: 105) macam - macam perubahan wujud zat dikemukakan sebagai berikut:

a. Membeku: Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat. Contohnya: air menjadi es dalam lemari es.

b. Mencair/melebur/meleleh: Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Contohnya: mentega berubah menjadi minyak ketika dimasukkan ke dalam penggorengan yang panas.

c. Menguap: Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Contohnya: air yang dipanaskan menjadi uap air dan spiritus menjadi gas.

d. Mengembun: Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Bila kita bangun pagi, maka kita akan melihat rumput atau tanaman di halaman rumah basah. Hal ini terjadi karena uap air (gas) yang ada di sekitar rumput dan tanaman berubah menjadi air (zat cair). Air itu menempel pada rumput dan tanaman sehingga menjadi basah.

e. Menyublin: Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Contohnya; bila kita mempunyai kapur barus dan dapat mencium baunya, itu berarti ada sebagian kapur barus (zat padat) berubah menjadi uap (gas).

E. Kegunaan Teori ini pada Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk:

1. Membuat treatment penelitian yaitu model pembelajaran fisika dengan metode Berbasis Proyek pada pokok bahasan zat dan wujudnya.

2. Membuat instrument penelitian berupa pretest dan posttest, untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran fisika dengan metode Berbasis Proyek.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif - kualitatif.Dikatakan kuantitatif karena dalam menganalisis peningkatan pemahaman siswa melalui data nilai siswa yang berupa angka dan analisis dengan menggunakan statistik.Disebut kualitatif karena konsep pemahaman siswa juga dianalisis secara kualitatif tanpa menggunakan angka.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat :Penelitian ini dilakukan di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

2. Waktu : Penelitian ini dilakukan di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta pada tanggal 28 November dan tanggal 16 sampai 17 Desember 2014

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, sejumlah 33 orang siswa yang sedang belajar materi zat dan wujudnya.

D.Treatment

Treatment adalah perlakuan penelitian kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2007: 51).Treatment yang digunakan pada kelas yang diberikan perlakukan khusus adalah model pembelajaran fisika dengan metode Berbasis Proyek pada pokok bahasan zat dan wujudnya.

Proses pembelajaran Berbasis Proyek yang dilakukan secara singkat sebagai berikut:

1. Dalam kelompok siswa memegang satu (1) lembar kertas kerja berupa pertanyaan – pertanyaan;

2. Siswa melaksanakan kegiatan di lapangan dalam proyek sambil menjawab pertanyaan yang sudah diberikan;

3. Siswa diskusi dalam kelompok setelah melaksanakan pengamatan di lapangan; 4. Siswa melakukan presentasi hasil belajar yang dilakukan di lapangan.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2007: 56). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari tes awal dan tes akhir. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsiwi, 2006: 150). Tes dalam penelitian ini berupa Pretest dan Posttest (tes awal dan tes akhir).

26 1. Pretest (tes awal)

Pretest (tes awal) diberikan pada siswa pertama kali sebelum pembelajaran menggunakan metode Berbasis Proyek.Aspek - aspek yang diukur adalah pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Pretest yang diberikan pada siswa disusun berdasarkan konsep - konsep yang berkaitan dengan zat dan wujudnya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa

mengenai zat dan wujudnya.Soal pretest terdiri dari 6 soal uraian. Kisi - kisi pretest dan posttest seperti tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kisi - kisi soal pretest dan posttest

Materi Kriterial Soal No.

Soal Zat dan

Wujudnya

Pengetahuan Dapat menyebutkan pengertian zat dan wujudnya

Dapat menyebutkan sifat zat padat Dapat menyebutkan sifat zat cair

1

5 6 Pemahaman Menjelaskan proses mencair dan

memberikan beberapa contohnya

Menyebutkan tiga wujud zat padat, cair, dan gas yang pernah diamati dalam kehidupan sehari - hari

Dapat menjelaskan proses mengembun 3

2

2. Posttest (tes akhir)

Posttest (tes akhir) diberikan kepada siswa setelah melakukan pembelajaran dengan metode Berbasis Proyek.Posttest ini diberikan bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Berbasis Proyek. Soal posttest yang diberikan disusun sama dengan soal pretest yang terdiri dari 6 soal uraian sama dengan soal pretest seperti tabel 1 di atas.

F. Instrumen Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam setiap mengajar guru harus mempunyai pegangan yang digunakan untuk mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini berisi rancang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian. Langkah - langkah Perencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Kelas/Semester : VII (tujuh) B/Semester I

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) I PA

Materi Pokok : Zat dan Wujudnya

Dokumen terkait